Professional Documents
Culture Documents
13 Januari 2023
Abstract
Rapid technological advances bring various influences on human survival.
Technology that is getting more sophisticated every time has a lot of positive
impacts on humans. Undoubtedly, the rapid advancement of technology has made
humans face life with great ease. The creation of many machines, science and also
infrastructure such as medicine. From these technological advances, emerged a
way of treatment called transplantation. However, the transplant itself is still a
polemic in Islamic law. Many debates and differences are found in the fatwas and
opinions of religious scholars and experts. So the purpose of this study is to find out
how the Islamic perspective regarding the law of organ transplants. The research
method we use is library research or literature with a normative and philosophical
approach using data sources obtained from primary and secondary legal sources
which are processed by searching for data then identifying, analyzing, editing and
analyzing qualitatively so as to reveal the expected results and conclusions from a
problem. The result we got is that organ transplants are permitted by Indonesian
law, mui, and the ulema'. Of course, by reviewing various conditions and
conditions, one of the conditions that must be met is that the organ to be
transplanted must not bring harm to the donor or recipient (recipient). The law in
Indonesia itself also does not allow the act of buying and selling organs. And during
the transplant process, doctors who treat patients must follow the applicable code
of ethics. So, if we look at it from a humanitarian point of view, organ
transplantation is one way that can be taken for the common good. The results of
this transplant will provide and increase the life expectancy of others. And it will
be a charity for the donor.
PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah ke seluruh aspek
kehidupan manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan memberikan banyak
manfaat bagi manusia, di antaranya untuk mengatasi berbagai problem yang dihadapinya.
Salah satu bidang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah bidang kedokteran
yang memunculkan berbagai macam bioteknologi. Tidak bisa kita pungkiri adanya
terobosan baru dalam bioteknologi, seperti adanya kloning, eutanasia, bayi tabung, dan
transplantasi organ tubuh.7
Islam pada dasarnya telah meletakkan kaidah-kaidah kesehatan secara luas, namun
ia tidak berbicara tentang pengobatan secara rinci. Dalam al-Qur’an sendiri tidak akan
7
Lailatu Rohmah, Kontekstualisasi Hadits Tentang Transplantasi, Hikmah Journal of Islamic Studies (2018).
didapatkan dosis obat tertentu untuk suatu penyakit tertentu pula. Islam memotivasi untuk
menghormati medis dan dokter, serta melakukan penelitian-penelitian kedokteran.
Banyak orang yang bertanya kepada Rasul tentang masalah ini, dan bahwasannya apabila
beliau sakit, beliau tidak mengobati dirinya sendiri, tetapi memanggil dokter untuk
mengobatinya. Allah dan Rasul-Nya tidak membatasi umat pada umumnya dengan sistem
pengobatan tertentu, agar dapat berkembang dan melakukan penelitian selaras dengan
arus modernisasi.8
Masyarakat muslim zaman sekarang seringkali dihadapkan dengan persoalan dan
permasalahan yang berbeda dan beragam macamnya. Perkembangan teknologi yang
dirasakan sekarang mungkin akan menghasilkan dampak dalam kehidupan manusia.
Kedepannya, masyarakat muslim kita diharapkan harus lebih meneliti juga mengevaluasi
terhadap suatu ciptaan atau penemuan baru dalam segala bidang yang kiranya
bertentangan dengan syariat agama. Akan ada banyak sekali kontroversi juga perbedaan
argument yang mengiringi penemuan – penemuan baru ini.
Salahsatu perkembangan teknologi dalam bidang kedokteran adalah transplantasi
organ. Transplantasi mulai populer di dunia kedokteran sejak pertengahan tahun 50-an.9
Transplantasi pertama ialah kulit dalam manuskrip Mesir 2000 SM. Meskipun
pencangkokan organ tubuh tak dikenal masa itu, namun operasi plastik menggunakan
organ buatan atau palsu sudah dikenal sejak zaman nabi saw. Sebagaimana yang telah
diriwayatkan oleh Imam Daud dan Tarmizi dari Abdurrahman bin Tharfah dalam sunan
Abu Dawud, hadits no. 4232 “bahwa kakeknya yang bernama “Arfajah bin As’ad pernah
terpotong hidungnya dalam perang kulab, Kemudian ia memasang hidung palsu dari
logam perak, namun hidung tersebut mulai membau membusuk, Kemudian nabi saw
menyuruhnya agar memasang hidung palsu dari logam emas”. Transplantasi sendiri
adalah pergantian organ atau jaringan tubuh yang tidak lagi berfungsi dengan organ atau
jaringan sehat yang berasal dari tubuh sendiri atau orang lain. Menurut Jeff E. Zhone
bahwa sejak awal abad ke-8 SM telah terjadi penggantian organ tubuh yang rusak, yakni
yang dilakukan para ahli bedah Hindu yang melakukan transplantasi kulit untuk
mengganti hidung yang hilang karena penyakit sifilis, perang fisik, atau hukuman atas
suatu kejahatan.10
8
Ahmad Syauqi al-Fanjari, Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam. Terj. Ahsin Wijaya dan Totok Jumantoro
(Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h 192
9
http://www.republika.co.id/suplemen/default.asp?mid=2. Download Tanggal 12 Januari 2023
10
Abul Fadl Mohsin Ebrahim. Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah, Transplantasi Organ, dan Eksperimen pada
Hewan Telaah Fikih dan Bioetika Islam. Terj. Mujiburrohman (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2004), h. 14.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Mahjuddin, karya yang tertuang dalam bukunya tentang masail al-fiqh: kasus-kasus
aktual dalam hukum Islam. Buku ini hanya berfokus pada transplantasi organ tubuh
manusia khusus mata yang terdiri atas pengertian, permasalahan mata dan hukum donor
mata itu sendiri dalam perspektif hukum Islam. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai
oleh peneliti adalah untuk mengetahui prinsip dasar, proses dan dampak positif terhadap
orang lain dengan tindakan transplantasi organ tubuh perspektif fikih kontemporer.
2. Abuddin Nata, dalam bukunya masail al-fiqhiyah. Buku ini hanya membahas tentang
tipe-tipe transplantasi dari sisi donor dan peraturan transplantasi organ tubuh dalam
aspek kaidah Islam. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah untuk
mengetahui prinsip dasar, proses dan dampak positif terhadap orang lain dengan
tindakan transplantasi organ tubuh perspektif fikih kontemporer.
3. Khutbuddin Aibak dalam bukunya kajian fiqh kontemporer. Buku ini berfokus kepada
tipe-tipe donor organ tubuh, pandangan ulama-ulama kontemporer dan ayat-ayat yang
dapat membentuk landasan hukum. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti
adalah untuk mengetahui prinsip dasar, proses dan dampak positif terhadap orang lain
dengan tindakan transplantasi organ tubuh perspektif fikih kontemporer.
4. Tindakan Euthanasia Pasif Untuk Menghilangkan Penderitaan Pasien Menurut Hukum
Pidana dan Hukum Kesehatan dan Konsekuensi Yang Diterima Sebagai Bentuk
Pertanggung Jawaban (Studi Normatif Terhadap Ketentuan Hukum Pidana dan Hukum
Kesehatan Di Indonesia), Skripsi karya Herly Rouga L.T, alumni Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya, tahun 2008. Dalaam skripsi ini Herly meneliti tentang euthanasia
pasif yang diaanalisis menggunakan hukum pidana dan kesehatan di Indonesia, kemudian
memaparkan konsekuansi hukum yang akan diterima bagi para dokter yang melakukan
euthanasia pasif.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang kami gunakan metode library research atau kepustakaan
dengan pendekatan normative dan filosofis engan menggunakan sumber data yang
diperoleh dari sumber hukum primer maupun sekunder yang diolah dengan mencari
data kemudian mengidentifikasi, menelaah, editing dan dianalisis secara kualitatif
sehingga mengungkap hasil yang diharapkan dan kesimpulan dari sebuah
permasalahan.
Pengaturan mengenai transplantasi organ dan atau jaringan tubuh manusia telah
diatur dalam hukum positif di Indonesia. Dalam peraturan tersebut diatur tentang siapa
yang berwenang melakukan tindakan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh manusia,
bagaimana prosedur pelaksanaan tindakan medis transplantasi organ dan atau jaringan
tubuh manusia, juga tentang sanksi pidana. Dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan bagi pelaku pelanggaran baik yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan,
melakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh manusia tanpa persetujuan donor
atau ahli waris, memperjual belikan organ dan atau jaringan tubuh manusia diancam
pidana penjara paling lama 7 (tujuh ) tahun dan denda paling banyak Rp.140.000.000,-
(seratus empat puluh juta) sebagaimana diatur dalam Pasal 81 ayat (1)a.11
11
http://repository.unair.ac.id/id/eprint/14266
B. Hukum Transplantasi Organ Tubuh perspektif islam kontemporer
Sejauh bagaimana transplantasi organ, kita harus selalu ingat bahwa baik Al- Quran
maupun sunah tidak mendukung maupun mengutuknya. Fuqaha kontemporer telah
mempertimbangkan permasalahan ini dan memberikan pedoman fiqhiyyah tertentu yang
didasarkan pada dedikasi ajaran-ajaran dasar dua sumber hukum syariat, yaitu Al-Quran dan
sunah. Pandangan ulama berkenaan dengan transplantasi sebagai berikut.
Terkait transplantasi organ, terdapat beberapa pendapat antara ulama klasik dan
modern. Ulama klasik membolehkan transplantasi selama tidak mendapatkan organ lainnya
dan tidak menimbulkan mudharat.12 Sebagian dari ulama memperbolehkannya transplantasi
organ.Yusuf Qardhawi membolehkan, akan tetapi sifatnya tidak mutlak melainkan bersyarat.
Maka dari itu, tidak dibenarkan mendonorkan sebagian tubuh yang akan meninggalkan darar
atasnya, tidak pula mendonorkan organ tubuh yang hanya satu-satunya dalam tubuh, seperti
12
Yahya al-Nawawi, Minhaj al-Thalibin (Libanon: Daar al-Fikr, 1992). Hlm. 31
hati dan jantung.13 Mayoritas ulama memperbolehkan tranplantasi berdasarkan argumen
berikut:
a) Transplantasi yang bertujuan perbaikan (Qs. An-Nisa ayat 29)
اّللَ َكا َن بِّ ُك ْم َر ِّحْي ًما ِّ ِّ ٍ اط ِّل اََِّّلْٓ اَ ْن تَ ُكو َن ِِّتارةً عن تَر
ِّ هْٰٓيَيُّها الَّ ِّذين اهمنُوا ََل ََتْ ُكلُْٓوا اَموالَ ُكم ب ي نَ ُكم ِِّبلْب
ٰاض ٰمْن ُك ْم ۗ َوََل تَ ْقتُلُْْٓوا اَنْ ُف َس ُك ْم ۗ ا َّن ه َ َْ ََ ْ َ ْ َْ ْ َ ْ ْ ْ َ َْ َ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan hartasesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengansuka
sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
ۤ
ضلُّ ْو َن ِِّبَ ْه َوا ِٕى ِّه ْم بِّغَ ِّْْي عِّلْ ٍم ۗاِّ َّن
ِّ اضطُِّررُُْت اِّلَي ِّه ۗواِّ َّن َكثِّْيا لَّي ِّ َّ َاّللِّ َعلَْي ِّه َوقَ ْد ف
ُ ً ْ َ ْ ْ ْ ص َل لَ ُك ْم َّما َحَّرَم َعلَْي ُك ْم اََّل َما
ِّ ِّ
ْ َوَما لَ ُك ْم اَََّل ََتْ ُكلُ ْوا ِمَّا ذُكَر
ٰاس ُم ه
ك ُه َو اَ ْعلَ ُم ِِّبل ُْم ْعتَ ِّديْ َن
َ ََّرب
“Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut
nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah
menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang
terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar
benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa
pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang melampaui batas.”
c) Transplantasi didasari pada kebutuhan (Al-Maidah ayat 2)
ۤ
ض َوا ًًن َۗواِّذَا
ْ ض ًًل ِّٰم ْن َّرِّّٰبِّ ْم َوِّر ِّ ۤ ِّهْٰٓيَيُّها الَّ ِّذين اهمنُوا ََل ُُِّتلُّوا َشع ۤا ِٕىر ه
ْ َت ا ْْلََر َام يَْب تَ غُ ْو َن ف َ ْ ي َوََل الْ َق ًَل ِٕى َد َوََلْٓ اه ٰم
َ ْْي الْبَ ي َ اْلََر َام َوََل ا ْْلَْد
ْ َّهَر
ْ اّلل َوََل الش
ٰ َ َ ْ ْ َ َْ َ
ِّْ ْب والتَّ ْق هو ۖى وََل تَعاونُوا علَى
اَل ِّْْث ِّ ِّ ْ ادوا ۗوََل ََْي ِّرمنَّ ُكم َشنَاه ُن قَوٍم اَ ْن صدُّوُكم َع ِّن الْمس ِّج ِّد
َ ََْ َ َ ِّٰ اْلََرام اَ ْن تَ ْعتَ ُد ْوا َوتَ َع َاونُ ْوا َعلَى ال َْ ْ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ُ َاصط ْ ََحلَلْتُ ْم ف
ِّ اّلل َش ِّديْ ُد الْعِّ َق ِّ والْع ْدو ِّان ۖواتَّقوا ه
اب َٰاّللَ ۗا َّن ه
ٰ ُ َ َ ُ َ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
13
Yusuf Qardhawi, Fatwa Kontemporer (Jakarta: Mizan, 2000). Hlm. 759 Substantia, Volume 22 Nomor 1,
April 2020 https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/substantia Maula Sari: Transplantasi Organ Dalam Al-Quran
Perspektif Tafsir Al- Maqasidi
Ada beberapa pula persoalan mengenaia transplantasi, diantaranya: Pertama,
transplantasi organ tubuh dalam keadaan sehat. Apabila transplantasi organ
diambil dari orang yang hidup dan sehat, maka hukumnya haram. Karena
perbuatan itu akan memiliki efek bagi yang mendonorkan seperti mata atau ginjal.
Ia akan menghadapi resiko dan mendatangkan bahaya dirinya dalam kebinasaan.
Pengharaman ini seperti hadis Rasulullah SAW:14
َل ضررَ ل ضرار
“Tidak diperbolehkanya bahaya pada diri sendiri dan tidak boleh membahayakan
diri orang lain” (HR. Ibnu Majah)
Maka dari itu, tidak dibenarkan mendermakan organ tubuh seperti mata,
tangan dan kaki. Karena menimbulkan dharar yang besar pada diri sendiri.
Seseorang harus lebih mengutamakan penjagaan dirinya sendiri daripada
menolong orang lain dengan cara mengorbankan dirinya sendiri yang berakibat
fatal. Kedua, transplantasi dalam keadaan koma. Hukumnya tetap haram. Karena
ini sama halnya dengan mempercepat kematian pendonor. Maka tidak dibenarkan
melakukan transplantasi organ. Ketiga, transplantasi dalam keadaan meninggal.
Ada beberapa syarat diantaranya:15
1. penerima donor dalam keadaan darurat, yang dapat mengancam jiwanya, dan
pencangkokan tidak mengakibatkan penyakit yang lebih gawat.16Kemudian
firman Allah dalam Qs. Al-Maidah ayat 32:
ۗ ِّ ۢ ۤ
اها
َ ََّاس ََجْي ًعا َوَم ْن اَ ْحي
َ ض فَ َكاََّنَا قَتَ َل الن َ ٍ ك ۛ َكتَ ْب نَا َع هلى بَِّ ْْٓن اِّ ْسَرا ِّءيْ َل اَنَّهٗ َم ْن قَتَ َل نَ ْف ًسا بِّغَ ِّْْي نَ ْف
َّ ِّ س اَْو فَس ٍاد ِِّف ْاَلَْر ِّ
َ ِّم ْن اَ ْج ِّل هذل
ِّ ِّ ِّ َجي عا ۗولَق ْد ج ۤاء ْْتُم رسلُنا ِِّبلْب يِّن
ض لَ ُم ْس ِّرفُ ْو َن َ هت ُْثَّ ا َّن َكثِّ ْ ًْيا ِّٰمْن ُه ْم بَ ْع َد هذل
ِّ ك ِِّف ْاَلَْر ٰ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ َ ً ْ َ َّاس
ِّ فَ َكاَََّّنَآْ اَحيا الن
َ َْ
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa
14
Masjfuk Zuhdi, Pencangkokan Organ tubuh dalam Masaail Fiqhiyah (Jakarta: haji mas agung, 1993). Hlm.
112
15
Aibak, Kajian Fiqh Kontemporer. Hlm. 127
16
Jamali, “Transplantasi Organ Tubuh Manusia Perspektif Al-Quran.” Hlm. 126 Substantia, Volume 22 Nomor
1, April 2020 https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/substantia 68 | Maula Sari: Transplantasi Organ Dalam Al-
Quran Perspektif Tafsir Al- Maqasidi
yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan
yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh
melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”
17
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, 7 ed. (Jakarta: Lentera Hati,
2002). Hlm. 81
18
Rohmah, “Kontekkstualisasi Hadis Tentang Tranplantasi.” Hlm. 116
19
Abu Faadl Mohsin Ebrahim, Fikih Kesehatan (Jakarta: Serambi, 2007). Hlm. 84
20
Qardhawi, Fatwa Kontemporer. Hlm. 11
membahayakan jiwa pasien, hukumnya mubah. Transplantasi organ dengan tujuan
pengobatan cacat badan dimasukkan ke darurat, karena sangat dihajatkan untuk tidak
menimbulkan komplikasi kejiwaan hukumnya mubah. 21
Beberapa pandangan hukum Islam mengenai halal haramnya transplantasi organ ini
sendiri. Seperti Qs. Al-Isra’ ayat 70:
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan”.
Pada ayat diatas, Allah mengingatkan bahwa umat manusia akan nikmat atas karunia
khusus yang telah Allah berikan dan dimuliakan karena berbeda dengan makhluk lainnya.
Sebab manusia adalah makhluk yang unik yang mana memiliki kehormatan dan
kedudukan sebagai manusia, baik itu yang taat atau tidak.22 Dipahami dari ayat tersebut,
anugerah Allah dari kata karramna/kami memuliakan maka dari tu tidak dibenarkan
bertentangan dengan hak-hak Allah dan selalu patuh dalam koridor-Nya.23Tidak
dibolehkannya seseorang mendonorkan organ kepaada orang lain juga dinyatakan Allah
dalam Qs. Al-Baqarah ayat 195:
“ Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Menurut Abu Hasan asy-Syazili (ahli fikih Mesir), ayat ini melarang manusia untuk
berbuat sesuatu yang dapat mencelakakan dirinya sekalipun dengan tujuan kemanusiaan
21
Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah (Jakarta: Logos Publishing House, 1995).
Hlm. 117 Substantia, Volume 22 Nomor 1, April 2020 https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/substantia
22
Shihab, Tafsir Al-Mishbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Hlm. 521
23
Shihab. Hlm. 523 50 Sirojudin Ar, Suplemen Ensiklopedi Islam, cet 9 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
2003). Hlm. 236
yang luhur.24 Pandangan hukum Islam tentang transplantasi organ tubuh apabila dilakukan
dengan tidak ada hajat syar’i, yakni pengobatannya haram. Jika ada hajat syar’iyyah
seperti mrmulihkan kecacatan/penyakit maka hukumnya dibolehkan. Dalam hal ini, Abdul
Mustaqim merumuskannya dalam kaidah Jalbu al-masalih wa dar’u al-mafasid
(merealisasikan kebaikan sekaligus menghilangkan kerusakan), kebijakan ini juga relevan
dizaman sekarang.25
Hal ini tidak terkecuali dalam usaha merumuskan solusi atas isu-isu yang berkembang
dizaman sekarang seperti isu transplantasi organ. Transplantasi organ banyak kebolehan
dan ketidakbolehannya tergantung tujuan dan kemaslahatannya. Namun, apabila manusia
yang hidup mendonorkan bagian tubuh dan organnya, maka akan menimbulkan
kemudharatan terhadap dirinya sendiri. Maka manusia haruslah melakukan dan menjaga
dengan baik dirinya dengan hifz al-nafs (penyelamatan jiwa) dengan tidak melakukan
transplantasi organ sembarangan yang menyebabkan kecacatan dalam dirinya sendiri.
Oleh sebab itu tidak sepatutnya manusia mendonorkan organnya sedangkan membuat
dirinya sendiri dalam kemudharatan.
Majelis Ulama Indonesia atau MUI juga menerbitkan fatwa mengenai transplantasi
organ pada tanggal 8 Maret 2019. 26 Salah satu keputusannya ialah seseorang tidak boleh
memberikan atau menjual organ kepada orang lain. Penjelasannya, organ tubuh bukan hak
milik (haqqul milki). Maka dari itu, pengambilan dan transplantasi organ tubuh tanpa
adanya alasan yang dibenarkan secara syar’i hukumnya haram. Di perbolehkan jika
adanyan ketentuanketentuan mendesaksecara syar’i, dan tidak adanya kemudharatan bagi
pendonor. Ketentuan lainnya juga bukan merupakan organ vital yang mempengaruhi
kehidupannya. Dan tidak ada upaya medis lain untuk menyembuhkannya, kecuali dengan
transplantasi.
25
Hidayat, Menafsirkan Kehendak Tuhan. Hlm. 51
26
“MUI Keluarkan Fatwa Soal Transplantasi Organ Tubuh,” t.t., https://nasional.tempo.co/read/121650/mui-
keluarkan-fatwa-soal-transplantasi-organ-tubuh. Substantia, Volume 22 Nomor 1, April 2020 https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/substantia
ada masyarakat yang memandang donor organ tubuh dengan pemahaman lain, apalagi dari
sisi agama. Melihat fenomena yang ada, maka menurut hemat penulis bahwa transplantasi
organ ini harus dilihat dari segi manfaat dan madharatnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan, yakni dengan transplantasi organ dari non
muslim. Mengenai hal ini sebagin ulama termasuk al-Dlahiriyah memandang orang kafir
(nonmuslim) secara najis aini, baik ketika masih hidup atau sudah meninggal dunia.
Pendapat ini didasarkan pada Q.s al-Taubah: 28. Jadi, jasad orang kafir najis hukumnya,
dan tidak boleh ditransplantasikan dan diberikan kepada orang lain. Selanjutnya pendapat
yang membolehkan transplantasi organ dari nonmuslim adalah didasarkan pada adanya
kebolehan seorang muslim menikahi wanita ahli kitab, hal ini mengindikasikan bahwa
badan nonmuslim baik sewaktu masih hidup maupun sudah meninggal adalah suci. Dan
bahwasannya najis yang dimaksudkan dalam al-Qur’an surat al-Taubah: 28 adalah najis
maknawi.
PENUTUP
Kesimpulan
Lailatu Rohmah,
Kontekstualisasi Hadits Tentang Transplantasi, Hikmah Journal of Islamic Studies (2018).
http://repository.unair.ac.id/id/eprint/14266
Yahya al-Nawawi,
Minhaj al-Thalibin (Libanon: Daar al-Fikr, 1992). Hlm. 31
Yusuf Qardhawi,
Fatwa Kontemporer (Jakarta: Mizan, 2000). Hlm. 759 Substantia,
Masjfuk Zuhdi,
Pencangkokan Organ tubuh dalam Masaail Fiqhiyah (Jakarta: haji mas agung, 1993). Hlm.
112
Aibak,
Kajian Fiqh Kontemporer. Hlm. 127
Jamali,
“Transplantasi Organ Tubuh Manusia Perspektif Al-Quran.” Hlm. 126
M. Quraish Shihab,
Tafsir Al-Mishbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, 7 ed. (Jakarta: Lentera Hati,
2002). Hlm. 81
Rohmah,
“Kontekkstualisasi Hadis Tentang Tranplantasi.” Hlm. 116
Qardhawi,
Fatwa Kontemporer. Hlm. 11
Fathurrahman Djamil,
Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah (Jakarta: Logos Publishing House, 1995). Hlm.
117
Shihab,
Tafsir Al-Mishbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Hlm. 521
Sirojudin Ar,
Suplemen Ensiklopedi Islam, cet 9 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hidayat,
Menafsirkan Kehendak Tuhan. Hlm. 51
“MUI Keluarkan Fatwa Soal Transplantasi Organ Tubuh,” t.t.,
https://nasional.tempo.co/read/121650/mui-keluarkan-fatwa-soal-transplantasi-organ-tubuh.