You are on page 1of 19

KIMIA BAHAN ALAM II

“Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels)”

Oleh :

Jihan Virdianti Putri


(1501024)
S1- VA

Dosen Pembimbing:
HAIYUL FADHLI, M.Si, Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

2017
1.1 Klasifikasi Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels).

Divisi : Spematophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Phyllanthus
Jenis : Phyllanthus acidus (L.) Skeels (Hutapea dkk., 1991)

Gambar 1.

Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels).

1.2 Morfologi Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels).

Pohon ceremai memiliki tinggi ± 10 m. Batangnya tegak, bulat, berkayu, mudah patah,
kasar, dengan percabangan monopodial, warna batang coklat muda. Daunnya halus,
tangkai silindris, majemuk, lonjong, berseling, panjang 5-6 cm, lebar pertulangan 2-3 cm,
tepi daun rata, ujung runcing, pangkal tumpul, warna hijau muda. Bunga majemuk, bulat,
diranting, tangkai silindris, panjang ± 1 cm, warna hijau muda, kelopak bentuk bintang,
halus, mahkota merah muda. Buah ceremai bulat, dengan permukaan berlekuk, warna
kuning keputih-putihan. Bijinya bulat pipih, coklat muda. Akarnya tunggang dengan
warna coklat muda (Hutapea dkk., 1991).
Gambar 2.

Bagian-bagian tumbuhan Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels).

1.3 Ekologi dan Penyebaran Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels).

Ceremai merupakan tanaman yang berasal dari India yang termasuk ke dalam famili
Euphorbiaccae. Ceremai dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 meter dpl dan bertahan
hidup pada tanah dengan kondisi kekurangan air. Ceremai sendiri diketahui tumbuh
hampir di seluruh bagian kepulauan Indonesia terutama di Sumatera, Jawa, Sulewesi,
kepulauan Nusa Tenggara, dan Maluku. (IPTEKa , 2005)

Ceremai banyak ditanam orang di halaman, ladang, atau tempat lainnya sampai
ketinggian sekitar 500 m dpl. Pohon kecil, tinggi ± 10 m, percabangan banyak. Kulit
kayunya tebal, daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun dalam 6 tangkai membentuk
rangkaian seperti daun majemuk. Helaian daun bentuk bundar telur sampai jorong, ujung
runcing. Pangkal tumpul sampai bundar, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin
tidak berambut, panjang 2-7 cm, lebar 1,5- 4 cm, warna hijau muda. Tangkai bila gugur
akan menimbulkan bekas yang nyata. Bunga majemuk tandan, panjang 1,5 cm – 9 cm,
keluar disepanjang cabang. Buahnya berupa buah batu, bentuk bulat pipih, berlekuk 6-8,
panjang 1,25-1,5 cm, lebar 1,75-2,5 cm, warna kuning muda, rasanya asam. (Dalimarta,
2002).

1.4 Kandungan Senyawa Kimia dari Famili Euphorbiaceae

Sule dan Sani (2008), Isolation of Ricinine from Methanol extracts tree different seed
varieties of Ricinus communis Linn (Euphorbiaceae) berhasil mengisolasi melalui profil
kromatografi lapis tipis dari ekstrak metanol ditemukan senyawa golongan alkaloid dan
steroid. Uji kromatografi gas/spektroskopi massa dan IR menunjukkan adanya ricinine
(1)(1,2-dihidro-4-metoksi-2oxo-3-pyridinecarbonitrile).

(1)

Syah et al. (2012) Berdasarkan data penelitian terhadap spesies Macaranga pruinosa,
didapatkan metabolit sekunder yang berasal dari bagian daun diperoleh senyawa turunan
fenolik yaitu flavonoid meliputi nimfaeol B (2), dan 6-farnesil-3′,4′,5,7-
tetrahidroksiflavanon .

(2)

(3)

Yang et al.( 2007) berhasil mengisolasi metabolit sekunder dari tanaman Baccaurea
ramiflora, Buah B. ramiflora mengandung flavonoid (6), flavonol (7), proanthocianidin
(8), vitamin C (9), dan Senyawa fenol pada daun B. ramiflora 1.6’- O-
vanilloylisotachioside (10) , 2.6’-Ovanilloyltachioside (11)
(Bakar et al. 2014). melaporkan bahwa buah B. Lanceolata juga mengandung fenol
(13), antosianin (14), dan karotenoid (15).

Pada isolasi senyawa Jathropa Curcas ,fraksi polar ekstrak kasar akar J.
curcas mengandung 5α-stigmastane-3,6-dione (15), β-sitosterol (16), estigmasterol (17),
taraxasterol (18), daucasterol (19), propasin (20),nobiletin (21), marmesin (22)
1.5 Kandungan Senyawa Kimia dari Genus Phyllanthus

Baker (2000) telah dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa terpenoid antibakteri
dari herba meniran (Pyllanthus niruri Linn) dengan metode Kromatografi Gas –
Spektroskopi Massa didapatkan senyawa Phytol (23), dan phytadiene (24).
Friedal et al. (2005) berhasil mengisolasi metabolit sekunder dari tumbuhan

(Pyllanthus niruri Linn) dimana karvon merupakan senyawa golongan monoterpenoid

yang mengandung gugus keton senyawa tersebut adalah 1,2-seco-cladiellan (25).

Vongvanich et al (2000) melaporkan penemuan senyawa glikosida Norbisabolane

yaitu Phyllanthusols A (24) and B (25) yang bersifat sitotoksik terhadap BC dan KB cell

lines.
Daun ceremai mengandung saponin, flavonoida, tanin, dan polifenol (Purwarini,
2001). Akar mengandung saponin, asam galat (26), zat samak, dan zat beracun (toksik).
Sedangkan buah mengandung vitamin C (Dalimarta, 1999).

(26)

(Hu et al., 2014) Terdapat beberapa kandungan kimia yang telah berhasil diisolasi dan
di identifikasi oleh beberapa peneliti dari tumbuhan P. urinaria antara lain(þ)-
dihydrocubebin (27) ,(þ)-lyoniresiol (28),(7R,70R,8S,80S)-icariol A2 (29) , evofolin B
(30) , 4-oxopinoresinol (31) ,(_)-syringaresinol (32) , (_)-episyringaresinol (33),
glochidiol (34), oleanolic acid (35), cleistanthol (36), spruceanol (37), cloven-2b,9a-diol
(38) , (6R)-menthiafolic acid (39), (3b,22E)-stigmasta-5,22-diene-3,25-diol (40) ,(þ)-
cucurbic acid (41) , (þ)-methyl cucurbate (42), methyl (1R,2R,20Z)-2-(50-hydroxy-pent-
20-enyl)-3-oxocyclopentaneacetate(43), dehydrochebulic acid trimethyl ester (44) ,
ferulic acid (45) , p-hydroxybenzaldehyde (46) , 3,5-dihydroxy-4-methoxybenzoic acid
(47), dan 5-hydroxymethyl-2-furaldehyde (48) .
(27) (28)

(29) (30)
(31) (32)

(33)

(34) (35)

(38)
(39) (40)

(44) (45) (46)

(47) (48)
(Duke, 2007) Tanaman ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels) mengandung asam
askorbat mempunyai kemampuan sebagai antiasma, antihistamin dan antiinflamasi, niacin (49)
yang terkadung dalam ceremai mempunyai kemampuan sebagai antihistamin dan beta-carotene
(50) mempunyai kemampuan sebagai antiasma.

(49) (50)

Tabel . Klaim Indikasi dan Pembuktian Tumbuhan Phyllanthus acidus

Penggunaan Tradisional Penggunaan Medik


Klaim  Di Indonesia Ceremai  Penggunaan infusa daun
termasuksalah satu ceremai (phyllanthus
tanaman obat unggulan, acidus) dapat
hal ini dapat dilihat dari melarutkan kalsium batu
manfaat penggunaannya ginjal. (Agustin, 2016)
untuk mengobati asma  Berdasarkan penelitian
alergi (Dalimartha, kimiawi diketahui
1999). bahwa ceremai
 Tumbuhan ceremai juga merupakan tumbuhan
dapat digunakan sebagai yang kaya dengan
obat untuk kanker, berbagai kandungan
tumor, dan mengatasi kimia, antara lain
sembelit. (purwarini flavonoid, tanin dan
2001) saponin (Dalimartha,
 Pemanfaatan daun 1999). Hasil beberapa
ceremai juga digunakan penelitian menyatakan
untuk menyembuhkan bahwa flavonoid dapat
penyakit batu ginjal serta ber-fungsi sebagai
dijadikan sebagai hepatoprotektor,
pengobatan untuk antiinflamasi maupun
mengatasi jamur. antihistamin (Winaryo,
(Purwarini,2001) 2003).

Pembuktian  Pemberian ekstrak daun


ceremai dosis
10mg/mencit/hari secara
per-oral mampu
menurun-kan kadar Ig
E , secara bermakna
mendekati harga
normal . Kemampuan
ekstrak daun ceremai
dalam menurunkan
kadar Ig E tidak berbeda
secara bermakna
dibandingkan
antihistamin generasi III.
Hasil ini sesuai dengan
Lans et al. (2001) bahwa
Phyllanthus mempunyai
efek farmakologis
sebagai antiinflamasi,
antialergi, phosphorilase
dan tirosine kinase
inhibitor dan
cyclooxigenase
inhibitor.
Dengan kemampuannya
sebagai pengham-bat
phosphorilase dan
tirosine kinase, ekstrak
daun ceremai akan
mampu menekan
produksi sitokin-sitokin
proinflamasi sehingga
akan menurunkan kadar
Ig E. Disamping itu
kemampuannya sebagai
cyclooxigenase inhibitor
akan mengurangi
produksi mediator-
mediator proinflamasi,
yang pada akhirnya akan
memberikan umpan
balik ke jalur HPA-axis
sehingga produksi Ig E
mampu ditekan (Lans et
al., 2001). niacin yang
terkadung dalam
ceremai mempunyai
kemampuan sebagai
antihistamin dan beta-
carotene mempunyai
kemampuan sebagai
anti-asma (Duke, 2007).
Sementara itu kalsium
mampu menghambat
influx Ca2+ (Burgos et
al., 2001; Duke, 2007),
sehingga ekstrak daun
ceremai memiliki
kemampuan untuk
mencegah terjadinya
degranulasi sel mast.
 Penelitian Jagessar et al
(2008) menunjukkan
bahwa ekstrak metanol
daun ceremai mempunyai
aktivitas antibakteri
terhadap Escherichia coli
dan Staphylococcus aureus
dengan zona hambatan 11
mm2 untuk Escherichia
coli dan 20 mm2 untuk
Staphylococcus aureus.

1.6 LC 50 dari Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels).

Pratiwi dkk (2013) pada penelitian terhadap efektivitas ekstrak daun cermai didapatkan
hasil Lethal concentration yang menyebabkan mortalitas sebesar 50% (LC50) dan 90%
(LC90) dapat diketahui dengan analisis probit. Data mortalitas larva Ae. aegypti yang mati
pada 24, 48,dan 72 jam setelah pemberian ekstrak daunceremai dianalisis sehingga diperoleh
LC50 dan LC90.
LC50 dan LC90 semakin kecil seiring dengan semakin lama waktu perlakuan atau
pemaparan, sebab semakin lama waktu pemaparan makasemakin besar mortalitas larva. LC50
ekstrak daun ceremai pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan, yaitu 0,505% > 0,432%, >
0,421%. LC90 pada 24, 48,dan 72 jam setelah perlakuan, yaitu 0,922% >0,732% > 0,682%.
(Habib et al, 2010) dalam penelitian aktivitas sitotoksik ekstrak methanol dari ceremai
dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) didapatkan LC50 sebesar 4,46 µg/ml.
Sedangkan pada pengujian antioksidan menunjukkan hasil sedang (551,97 mg / g GAE) dan
Jumlah flavonoid adalah 24,18 mg / g kuersetin setara.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, A. 2016. Kemampuan infusa daun ceremai (phyllanthusacidusl) melarutkan


kalsium batu ginjal secara in vitro.Ungaran : Stikes Ngadi Waluyo.
Burgos RA, Imilan M, Sanchez NS, Hancke JL 2000. Andrographis paniculata (Nees)
selectively blocks voltage-operated calcium channels in rat vas deferens.J
Ethnopharmacol. 71(1-2):115-121

Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta : Trubus


Agriwidya.

Dalimartha, S. 2002. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta : Trubus


Agriwidya.

Duke JA. 2007. List of Chemicals of Phyllanthus acidus (L.) Skeels. In: Phyto-chemical
and Ethnobotanical Databases. http://www.natrindex.com/duke_plant-G.html

Hu, Z.X., “Phytochemical and chemotaxonomic studies on Phyllanthus Urinaria”.


Biochemical Systematics and Ecology 56 (2014) 60e64
IPTEKa . 2005. Ceremai. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=109 [7
september 2017]

Jagessar R. C., Mohamed A. Gomes G. “Antibacterial and antifungal activity of leaf


extracts of Luffa operculata, vs Peltophorum Pterocarpum, against Candida
albicans, Staphylococcus aureus and Escherichia coli” Nature and Science,
5(4), 2007, 81-93.
Lans C, Harper T, Georges H and Bridgewater E 2001. Medicinal and ethno-veterinary
remedies of hunters in Trinidad. BMC Complement Altern Med. 1: 10.

Md. Razibul Habib. 2010. Antibacterial, Cytotoxic and Antioxidant potential of


Methanolic extract of Phyllanthus Acidus L. Covered in Scopus & Embase,
Elsevier. 3 (2): 154-161
Namphung Vongvanich, Department of Chemistry. Faculty of Science. Mahidol
University, Bangkok 10400, Thailand; and National Center for Genetic
Engineering and Biotechnology (BIOTEC), National Science and Technology
Development Agency (NSTDA), 73/1, Rama VI Rd., Rajdhevee, Bangkok
10400, Thailand prasat@biotec.or.th.

Sousa, M., Ousingsawat, J ., Seitz, R . ,Puntheeranurak , S . , Regalado , A . , Schmidt ,


A. , Grego , T ., Jansakul , C. ,Amaral, M. D. ,Schreiber, R., Kunzelmann, K.,
2007. An extract from the medicinal plant Phyllanthus acidus and its isolated
compounds induce airway chlori desecration : a potential treatment forcystic
fibrosis. Mol. Pharmacol. 71,366–376.
Suhidayat, S., Hutapea, J.R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Balai Penerbitan
dan Pengembangan Kesehatan.

Winaryo WP 2003. Sambiloto: Budi Daya dan Pemanfaatan untuk Obat. Jakarta :
Penebar Swadaya.

You might also like