You are on page 1of 25
AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA OLEH : Budi Santoso A. PENDAHULUAN Hingga tahun 2014 diperlukan dana sebesar Rp.1.900 triliun unutk pembangunan infrastruktur di indonesia. Namun kemampuan pemerintah melalui APBN hanya berkisar antara Rp. 550 s/d Rp.600 trillun, dari belanja BUMN modal dapat ditambah pendanaan sekitar Rp.1.300 s/d Rp.1.400 triliun, sehingga sangat diperlukan dana swasta. Melihat keterbatasan pemerintah melalui APBN dalam penyediaan dana untuk pembangunan infrastruktur dituntut adanya model-model atau pola-pola baru sebagai alternatif pembiayaen proyek pembangunan, Di daerah pembiayaan pembangunan infrastruktur dengan mengandalkan dana APBD juga dirasakan semakin terbatas jumlahnya, untuk itu dibutuhkan pola ~pola baru sebagai alternatif pendanaan yang tidak jarang melibatkan pihak swasta ( nasional- asing) dalam proyek-proyek pemerintah, Pai jpasi swasta dalam pengadaan proyek infrastruktur tersebut tentunya merupakan fenomena yang cukup baru di Indonesi . Pola-pola seperti penerbitan obligasi daerah, BOT ( Build Operate Transfer ), BOO ( Build Operate Own |, BROT ( Build Rent Operate Transfer ), KSO ( Kerjasama Operasi/ Joint Operation }, usaha patungan , ruislag dsb , merupakan fenomena baru tidak saja bagi kalangan akademis, tetapi juga para praktisi, instansi pemerintah, lawyer, kalangan lembaga keuangan, notaris dsb. Partisipasi swasta dalam pembangunan infrastruktur dapat diarahkan pada proyek yang membutuhkan dana besar, seperti halnya : jalan tol, migas, bendungan, pembangkit listrik, perluasan bandara , pembangunan mal . Namun demikian, dapat pula digunakan dalam proyek infrastruktur yang tidak membutuhkan dana besar, misalnya renovasi pasar, terminal, pangkalan truk, rest area atau resort dsb. Dengan demikian yang penting proyek tersebut dapat memberikan income atau pendapatan ekonomi bagi kontraktor (revenue yang cepat). " Guru Besar Fakultas Hukumn UNDIP Semarang 2 Pemyataan Hata Rajasa dalam penandatangan Nota Kesepahaman Koordinasi Fasilitasi dan dukungn Pelaksanaan Pereepatan Realisesi Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastrktur, Jakarta 2011 Pemerintah Daerah ( Pemkab/ Pemkot ) dak dapat terus menerus mengandalkan dana APBD untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur. Untuk itu, perlu dicari alternatif pembiayaan proyek yang lain selain mengandalkan pada dana APBN ataupun APED. Salah satu alternatif pembiayaan proyek yang dapat dilakukan adalah dengan mengundang pihak swasta untuk berpartisipasi dalam pengadaan proyek pemer ‘tah dengan system BOT(Build Operate and Transfer). Model ini banyak menawarkan kelebihan bagi pihak-pihak yang terkait ( pemerintah atau kontraktor), disamping cara lain yang sering dilakukan dengan cara Ruislag?. Pembiayaan proyek dengan model BOT ini akan mencakup dari studi kelayakan, pengadaan barang, pembiayaan, sampai dengan pengoperasian. Sebagai gantinya pada kontraktor diberikan hak konsesi untuk jangka waktu tertentu guna mengambil manfaat ekonominya serte pada akhirnya mengembalikan semua asset tersebut pada pemerintah pada saat berakhirnya masa konsesi Namun demikian, dalam kenyataannya, sebuah proyek BOT tentunya tidak seindah dan semudah dalam paparan. Permasalahan demi permasalahan dapat saja muncul dalam pelaksanaan proyek.Untuk itu perlu dirancang sedemikian rupa agar proyek BOT dapat berjalan sesuai rencana serta memberikan keuntungan pada para pihak yang terkait. Beberapa permasalahan sekitar perhitungan untung rugi perlu dipersiapkan dengan matang, baik bagi pemilik proyek delam hal ini Pemerintah ataupun kontraktor sebagai pelaksana proyek. Lebih dari itu proyek BOT memerlukan sebuah kontrak (mungkin lebil dari satu kontrak), untuk itu perlu pula dirancang dengan hati-hati agar kepentingan masing-masing dapat terlindungi dengan baik. Tidak kalah menariknya bagaimana memperkirakan risiko yang bakal terjadi dan diantisipasi dalam pelaksanaan proyek. Risiko apa saja yang potensial terjadi, bagaimaman mengamankannya, siapa yang menanggungnya. BOT yang balk bukan BOT yang semua risiko > Ruislag umumnya merupakan suatu transaksi tukar menukar tanah dengan atau tanpa bangunan gedung ( milik pemerintah ) yang akan dilepas ,yang disebut dengan “barang yang akan discrahkan “, dengan pengganti berupa tanah saja atau bangunan baru Saja atau tanah beserta bangunan baru pengganti ( biasanya disebut “ barang pengganti “ ) di tempat lain yang senilai dengan harga barang yang diserahkan yang akan diterima dengan tidak merugikan negara dan tidak ada penggantian dalam bentuk wang. ditanggung salah satu pihak tetapi BOT yang baik adalah BOT yang dapat berbagi risiko secara seimbang diantara para pihak. Selain itu , dalam sebuah proyek BOT biasanya tidak akan dapat berjalan lancar tanpa dukungan dari pemerintah sebagai pemilik proyek. Dukungan yang dapat diberikan Pemerintah banyak ragam dan bentuknya, dari yang bersifat teknis, non teknis,baik yang bersifat materlil ataupun bersifat non materi, Untuk itu, perlu dikaji pula bantuan apa saja yang dapat diberikan pemerintah, bagaiamana upaya mengatasinya apabila Pemerintah tidak dapat memberikannya ?. Aspek pendanaan proyek BOT juga tidak kalah menariknya untuk dibahas. Kontraktor barangkali juga membutuhkan sumber pendanaan untuk pelaksanaan proyek tersebut Bagaimana merangkul lembaga keuangan untuk ikut serta berpartisipasi dalam proyek BOT, Bagaimana pandangan perbankan terhadap proyek BOT, mengingat proyek BOT umumnya masih relatif baru serta mempunyai mempunyai spesifik tersendiri untuk dibiayal. Sepanjang proyek BOT berjalan sesuai dengan rencana maka akan dapat membawa keuntungan pada berbagai pihak. Pemerintah dapat merealisasi pengadaan infrastruktur yang sangat bermanfaat bagi masyarakat tanpa mengeluarkan dana yang berarti karena semua telah ditanggung oleh kontraktor, dengan demikian dapat juga dapat membuka kesempatan kerja, Bagi kontraktor dengan adanya proyek BOT umumnya berarti memberi kesempatan untuk mengambil bagian dalam penanganan dan pengoperasian proyek yang potensial mendatangkan keuntungan yang biasanya selama ini dimonopoli oleh pemerintah sendiri. Demikian pula halnya bagi pihak lain yang terkait seperti halnya Konsultan Hukum, Enginer, Perbankan, Notaris, akan dapat memperoleh pengalaman baru dalam membantu pihak yang terkait dalam sebuah proyek BOT dalam usahanya memanage pelaksanaan proyek sampai dengan selesainya proyek, dalam hal yang berkaitan dengan kontrak atau perjanjian yang menjadi dasar pelaksanaan proyek BOT yang bersangkutan. Model BOT dalam pembiayaan proyek hanya scheme yang sifatnya umum. Dalam banyak hal scheme tersebut dapat disesuaikan bentuknya dengan masing-masing bidang, misalnya di bidang telekomunikasi terbiasa dengan model Joint Operation Scheme/Kerjasama Operasi atau sering dikenal dengan KSO. Sedangkan di bidang tenaBe listrik sering digunakan model 800( Build Own and Operate/membangun, memillki dan mengoparasikan). Bahkan model tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan misalnya dengan model BTO{ Build- Transfer-Operate), dapat juga dilakukan dengan model BROT( Build-Rent-Operate-Transfer) atau dengan cara BOOT( Buld-Own-Operate-Tronsfer). Dengan demikian sangat tergantung pada kebutuhan para pihak dalam sebuah proyek. B. AKTA OTENTIK DALAM KONTRAK BOT pola kerjesama pemerintah dengan swasta dalam pembangunan infrastruktur sering dikenal dengan istilah Public Private Partnership -( PPP) atau dengan istilah_ kerjasama pemerintah dengan Badan Usaha yang dituangkan dalam Kontrak Kerjasama pemerintah badan usaha ( KPBU). Kerjasama pemerintah dengan badan usaha mencakup di banyak sector , salah satunya adalah Kerjasama pemerintah dengan badan usaha di tingkat Kabupaten atau ota, dengan demikian antara Bupati/ Wali Kota, Gubernur, dengan mitra badan usaha swasta. Pada segmen ini mempunyai kekhususan dari aspek peraturan yang dijadikan dasar rujukan, yang hanya berlaku unutk kerjasama pemerintah daerah dengan badan usaha swasta dalam pembangunan infrastruktur, yaitu Peraturan Menteri dalam Neger! peraturan Menteri dalam negeri yang mengatrur kerjasama pemerintah daerah dengan swasta senantiasa berubah menyesualkan perkembangan keadaan, terakhir yang dijadikan rujukan adalah Permendagri Nomor 19 tahun 2016 tentang Pedoman pengelolaan Barang Milik Daerah, Bentuk pemanfaatan barang milik daerah yang memungkinkan dikerjasamakan dengan swasta adalah ; - Sewa; = Pinjam pakai; = Kerjasama pemanfaatan ( KSP); = Bangun Guna Serah ( BGS); ~ Bangun Srah Guna ( BSG); - Kerjasama Penyediaan Infrastruktur ( KSPI). Kerjasama pemerintah swsata selalu harus dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis. Plerjanjian kerjasama dengan pola Kerjasama pemanfaatan ( KSP ), pola BGS dan BSG, walib dituangkan dalam bentuk Akta Notaris. Sebagaimana disebut dalam ketentuan sb; Pasal; 179 (4) Permendagri No.19 tahun 2016 “Perjanjian KSP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam bentuk AKTA NOTARIS. Pasal 230(4) “Perjanjian BSG /BGS sebagaimana disebut pada ayat (3) angkan dalam bentuk AKTA NOTARIS. Ketentuan bahwa perjanjian harus dituangkan dalam Akta Notaris merupakan suatu hal yang baru dalam sejarah kerjasama pemerintah dan swsata dalam pembangunan infrsstruktur di Indonesia di tingkat daerah , ketentuan sebelumnya tidak mengharuskan dalam bentuk Akta Notaris. Hal ini menjadikan tantangan tersendiri unutk jabatan_notaris Memahami seluk beluk , mengenal risiko yang melekat serta menawarkan pemecahannya, sebuah seni tersendiri serta kepuasan batin tersendiri jika mampu merumuskannya dalam sebuah akta otentik Sesui lengan Permendagri No.19 tahun 2016 perjanjian yang dibuat sekurang-kurang nya memuat ; - Dasar perjanjian + Identitas para pihak yang terikat dalam perjanjian; ~ Obyek perjanjian ( KSP, BGS,BSG); - Hasil ( KSP, BGS,BSG); - Peruntukan ( KSP, BGS,BSG ); - Jangka waktu; = Besaran kontribusi tahunan dan pembagian keuntungan serta _mekanisme pembayarannya; ~ Hak dan kewajiban para pihak; - Ketentuan berakhimnya perjanjian = Sanksi; - Penyelesaian perselisihan. ~ Persyaratan lain yang dianggap perlu. Ketentuan mengenai beberapa substansi perjanjian sebagaimana disebut di atas, hanya pedoman umum, bersifat minimal. Untuk menuangkan dalam bentuk akta otentik tentunya dibutuhkan pengetahuan , pengalaman, yang muaranya pada pengetahuan yang cukup kaitannya dengan pembuatan akta berserta lingkup informasi yang berkaitan substansi yang ‘akan dituangkan dalam akta otentik. Beberapa kritisi kaltannya dengan substansi sebagaimana disebut di atas ,antara lain; 1. lazimnya sebuah akta diawali dengan identitas para pihak dan bukan dengan dasar perjanjian, Identitas para pihak dijelaskan secara detail balk yang berhubungan dengan legalitas sebagai salah satu pihak ataupun hal hal yang tidak berkaitan dengan legalitas ( misalnya alamat, pekerjaan, jabatan dst ). Setelah identias para pihak dijelaskan barulah diuraikan mengenai legal standing ( dasar ~ dasar hukum ) yang dijadikan pijakan dilakukannya perjanjian kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta. Lazimnya legal standing ini berisi dasar-dasar hukum ( baik UU atau peraturan yang lain ) yang dijadikan dasar pemberian kewenangan dilakukannya perjanjian kerjasama tersebut sampai dengan ditentukannya pihak sebagai pemenang lelang. Pemanang lelang tersebut yg diberikan legalitas untuk menandatangani perjanjian kerjasama 2. Definisi, Pengertian. Lazimnya dalam sebuah akta otentik memuat ha-hal yang berkaitan dengan definisi beberapa istilah yang akan sering muncul dalam perjanian tersebut. Juga pembatasan beberapa pengertian agar tidak menimbulkan multi tafsir. Contoh Pengertian : “ yang dimaksud dengan “ persetujuan “ atau“ disetujui “ adalah persetujuan atau disetujui secara tertulis. 3. Hirarki Dokumen Dalam perjanjian kerjasama antara pemerintah dengan badan usaha_melibatkan banyak dokumen serta peraturan yang mendasarinya. Sangat mungkin terjadi para pihak di igungkan dengan terjadinya perbedaan data, informasi, yang terdapat pada beberapa dokumen, utuk itu perlu disepakati oleh para pihak mengenai hirarki dokumen. Hirarki dokumen dapat disepakati sbb : Perjanjian - Berita acara = Rencana bisnis = Dokumen pengadaan - Dokumen penawaran 4, Tanggal Efektif Tanggal efektif mwrujuk pada kapan mulai berlakunya perjanjian ini dan kapan perjanjian ini ‘akan berakhir, hal ini sering dikenal dengan istilah time periode 5. Dukungan Pemerintah ( Government Support ) Dukungan pemerintah dapat bersifat teknis , non tek finansial atau non finansial, atau hal-hal yang berkaitan dengan pembebasan lahan, 8. PENGERTIAN BOT Pada hakekatnya konsep BOT yang diterapkan pada proyek infrastruktur pemerintah mencakup hal-hal sebagai berikut : “ to have any projects which really belonged to the public sector implemented by the private organizations without the state, the province, the city or the commune providing any guarantees or accepting any liability. The projects which were intended to be self financing “* “Heinz H. Bunker, Business Opportunities In the Pipeline Transmission System Through BOT, The Asian Conference on Planning, Packiging & Implementing BOT Projects, Hilton Singapore 1988, p.1 Dengan demikian BOT merupakan suatu konsep yang mana proyek dibangun atas biaya sepenuhnya perusahaan swasta, beberapa perusahaan swasta atau kerjasama dengan BUMN dan setelah dibangun dioperasikan oleh kontraktor dan setelah tahapan pengoperasian selesai , sebagaimana ditentukan dalam perjanjian BOT, kemudian dilakukan pengalihan proyek tersebut pada pemerintah selaku pemilik proyek. Clifford W.Garstang, menyebutkan bahwa BOT adalah : is @ variety of type of project {financing known as contractor provided financing. In the standard contractor provided financing «@ project entity may request proposal for the construction of a project pursuant to which the contractor will not only provided the materials and services needed to complete the project but will also provide or at least arrange the necessary financing .The contractor will also need to operate the project and use its cash flows to repay the debt it has incurred. Dengan demikian pada dasarnya BOT adalah salah satu bentuk pembiayaan proyek pembangunan yang mana kontraktor harus menyediakan sendiri pendanaan untuk proyek tersebut juga kontraktor harus menanggunmg pengadaan material, peralatan , jasa lain yang dibutuhkan untuk kelengkapan proyek. Sebagai gantinya kontraktor diberikan hak untuk mengoperasikan dan mengambil manfaat ekonominya sebagai ganti atas semua blaya yang telah dikeluarkan untuk selama waktu tertentu Dalam kontek pengadaan proyek infrastruktur, maka BOT tidak alain adalah sebuah kontrak atau perjanjian antara pemilik proyek( pemerintah) dengan pihak lain sebagai operator atau pelaksana proyek. Dalam hal ini pemilik proyek memberikan hak pada operator atau pelaksana untuk membangun sebuah sarana dan prasarana ( umum) serta mengoperasikannya untuk selama jangka waktu tertentu dan mengambil seluruh atau sebagian keuntungan dan pada akhir masa kontrak harus mengembalikan proyek tersebut pada pemilik proyek. Apabila semuanya berjalan sesuai dengan rencana maka pada akhir masa kontrak, atau pada saat proyek tersebut harus dikembalikan pada pemerintah maka kontarktor telah dapat mengembalikan semua biaya yang telah dikeluarkan ditambah dengan sejumlah keuntungan yang diharpkan dari proyek tersebut. 5 Clifford W. Garstang, Sidley & Austin Singapore, BOT Arrangements, BOT & Project Finance Scheme Coference, 7 Oktober 1992, Jakarta Dengan demikian paling tidak terdapat tiga cirri proyek BOT, yaitu : a. Pembangunan ( Build) Pemilik proyek sebagai pemberi hak pengelolaan memberikan kuasanya pada pemegang hak ( kontraktor) untuk membangun sebuah proyek dengan dananya sendiri ( dalam beberapa hal dimungkinkan didanai bersama/participating interest ). Desain dan spesifkasi bangunan umumnya merupakan_usulan pemegang hak pengelolaan yang harus mendapat persetujuan dari pemilik proyek; b, Pengoperasian ( Operate) Merupakan masa atau tenggang waktu yang diberikan pemilik proyek pada pemegang hak untuk selama jangka waktu tertentu mengoperasikan dan mengelola proyek tersebut untuk diambil_manfaat ekonominya. Bersamaan dengan itu pemegang hak berkewajiban melakukan pemeliharaan terhadap proyek tersebut. Pada masa ini pemilik proyek dapat juga menikmati sebagai hasil sesuai dengan perjanjian jika ada. c. Penyerahan kembali ( Transfer ) Pemegang hak pengelolaan menyerahkan hak pengelolaan dan fisik proyek pada pemilik proyek setelah masa konsesi selesai tanpa syarat ( biasanya ). Pembebanan biaya penyerahan umumnya telah ditentukan dalam perjanjian mengenai siapa yang menanggungnya. Dengan memahami pengertian BOT secara baik maka akan dapat dipertimbangkan untung serta ruginya mengadakan proyek pembangunan infrastrktur dengan system BOT dibandingkan dengan model pembangunan yang lain, seperti halnya Ruis/ag. C. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN Sepanjang segala sesuatunya berjalan sesuai rencana, maka semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung akan memperoleh keuntungan dengan adanya proyek BOT. Publik akan mendapatkan sarana dan prasarana untuk umum yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak. Juga terdapat kesempatan kerja baru Bagi pemerintah, maka akan dapat memberikan pelayanan yang baik dengan terrealisasinya sarana dan prasarana baru bagi masyarakat, pemerintah akan dapat memberikan rasa kepuasan pada masyarakat, pemerintah tidak perlu mengeluarkan dana untuk pembangunan sebuah proyek serta dapat memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Bagi swasta, termasuk Lawyer, Perbankan, Enginer dan yang lain, dengan adanya proyek BOT, dapat berperan mengambil bagian dalam penanganan dan pengoperasian proyek yang sangat potensial mendatangkan keuntungan. Disamping aspek positif, terdapat pula aspek negatif yang berupa kerugian atau problem yang mungkin harus dihadapi dalam system BOT bagi pihak-pihak yang terlibat Problem potensial yang mungkin timbul adalah _kemungkinan kontarktor pelaksana harus menanggung semua risiko karena pemeriontah sebagai pemillk proyek tidak mau berrbagi risiko atas proyek BOT. Bahkan mungkin pemerintah jugha sama sekali tidak mau menanggung ririko apapun dalam tenggang waktu konsesi sampai dengan kontrol atas proyek tersebut diserahkan kembali pada pemerintah. Pemerintah dapat saja jak mau berbagi risiko atau bekerjasama walaupun keuntungan dari proyek BOT tersebut telah nampak secara nyata. Di beberapa negara, kemungkinan problem BOT secara khusus berkaitan dengan masalah korupsi. Terdapat pandangan bahwa tidak mungkin mendapatkan proyek pemerintah tanpa mengeluarkan dana untuk menyuap ofisialnya. Felix.0,Soebagyo® menyebutkan keuntungan dan kerugian BOT sebagai berikut : a. Keuntungan Bagi pemerintah akan mengurangi beban penggunaan dana APBN/APBD atau pinjaman luar negeri, Pemerintah dapat memberikan kepuasan pada masyarakat.Proyek BOT menguntungkan secara finansial karena tidak perlu mengeluarka biaya untuk melakuken study kelayakan, biaya operasional serta tidak menanggung isiko proyek.Pemerintah akan memperoleh bangunan serta fasilitas lain pada akhir masa konsesi, Pemerintah dapat menciptakan lapangan kerja baru. Felix O. Soebagio, Laporan Akhir Pengkajian tentang Aspek Hukum Perjanjian Build Operate and Transfer (G07), Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman tahun 1993- 1994, hal 11-13, bagi investor dengan proyek BOT akan terbuka peluang dan diberi kesempatan untuk memasuki bidang usaha yang semula hanya ditangani pemerintah atau BUMN/BUMD Investor dapat melakukan ekspansi usaha yang mempunyal prospek menguntungkan serta dapat memanfaatkan lahan strategis yang dimiliki pemeriontah, Bagi penyandang dana, merupakan inovasi dalam pembiyaan proyek yang umumnya erbeda dengan proyek biasa, meningkatkan propfesionalisme, meningkatkan daye sain pernankan dalam negeri. b, __Kerugian/kelemahan Bagi Pemerintah, Proyek BOT tidak jarang berarti melepaskan monopoli dan menyerahkannya pada swastahal ini akan berarti pula melepaskan salah satu sumber pendapatan yang potensial mendatangkan keuntungan, melepaskan hak pengelolaan asset strategis dan memberikannya pada swasta untuk jangka waktu tertentu Dalam beberapa hal pemerintah masih sering diikutkan dalam masalah yang rumit (Pembebasantanah, pemindahan lokasi dsb) Bagi investor, proyek BOT biasanya besar risikonya, untuk itu memerlukan perhitungan yang teliti dan cumit. Kemungkinan juga Kesulitan dalam pendanaan Karena perbankan menganggap tidak bonkable untuk dibiayai. Kemungkian pemerintah tidak mau menangéung risiko selama pelaksanaan proyek juga selama masa konsest. D. RISIKO PROYEK BOT proyek BOT tidak jarang melibatkan dana yang sangat besar. Sebagaimana sebuch proyek umumnya , maka proyek BOT juga rentan terhadap isiko, Untuk itu, BOT yang baik adalah BOT yang _mampu berbagi risiko secara wajar pada pihak-pihak yang terlbat. Risiko- risiko yang umumnya ada pada proyek BOT antara lain : 1. Risiko konstruksi/ construction and operation risk yaitu kemungkinan konstruksi proyek. tersebut tidak dapat dipenuhi pada waktu yang telah ditentukan; 2. Risiko biaya yang ternyata melebihi estimasi semula; 3, Risiko politik, yaitu berkaitan dengan stabilitas negara seperti hasinya huru-hara,unjuk rasa, perang dsl 4, Risiko musibah,/project disruption caused by events outside of the control of the parties yaitu bencana alam yang dapat menggangu jalannya proyek misalnya gemP, banjir,badai; 5, Risiko tidak diperolehnya bahan baku yang sangat dibutuhkan untuk proyek; 6, isiko pasar/commercial riskyang berkaitan dengan produk yang akan dijual atau Jas2 yang akan dilakukan ternyata tidak dapat menutup semua pengeluaran yang telah dilakukan; 7. Risiko pertukaran mata uang asing/Exchange rate. Ada kalanya proyek BOT membutuhkan dana pinjaman dalam bentuk valuta asing sedangkan keuntungan yang diperoleh dalam bantuk mata uang local.Pada saat jatuh tempa tidak jarang kontraktor harus memgembalikan dalam bentuk valuta asing. Pada saat pengembalian dana pinjaman tidak jarang terjadi perubahan nilal tukar yang sanget tinggi, untuk itu perlu dipikirkan jalan keluar bersama dari masalah int Walaupun risiko yang mungkin dihadapi telah diakomodasikan ke dalam kontrak, tidak berarti bahwa semua permasalahan telah terungkap dan tertampung semuanya- Sejak proses negosiasi selesai, pada saat yang sama berbagal macam risiko lain dapat saja terjadi. Beberapa macam persoalan yang mungkin terjadi dan kemungkinan pemecahannya khususnya dalam proyek konstruksi antara lain : in atas keterlambatan; a. Penyeles Konselwensi atas penyelesaian keterlambatan sebagaimana pada kebanyakan proyek konstruks! seharusnya diperjanjiakn dalam kontrak. Untuk itu dapat dipertimbangkan pengenaan penalty atau ganti Kerugian untuk suatu keterlambatan, atau meminta jaminan pelaksanaan (performance bond) pada tingkatan yang berbeda, b. Persoalan estimasi biaya yang membengkak; Apabila terjadi hal ini maka dapat diperjanjiken dalam kontrak adanya harga yang past, atau dapat pula diusahakan agar risiko tersebut ditanggung bersama-sama diantara para pihak. Barangkali juga penting untuk menyediakan stanby credit atau akses pada penyertaan modal tambahan. Force majeure Asuransi barangkali merupakan alternatif terbaik untuk mengatasi risiko tidak terduga seperti ini, walaupun pemerintah barangkali telah berketatapn untuk membantu memberikan jaminan terhadap gangguan-gangguan tersebut di atas. |. Risiko politik/Political risk Secara teori political risk dapat berupa project disruption caused by adverse acts of government, yaitu tindakan-tindakan atau perbuatan yang berasal dari pemerintah atau cogent of the government yang dapat mengganggu jalannya proyek BOT. Political risk sendiri dapat terdiri dari tiga bagian, yaitu traditional political risk yang dapat berupa pengambilalihan perusahaan dengan atau tanpa ganti rugi ase dikenal dengan tindaken nasionalisasi/nationalization of the project company’s assets atau aturan perpajakan baru yang merugikan prospek perolehan ekonomi proyek BOT tersebut Regulatory riskyaitu dapat berupa perubahan peraturan yang merugikan proyek BOT: pengetatan standart beru,pembukaan sector baru yang mendatangkan banyak kompetisi ).Quasi — commercial risk, yaitu dapat berupa pemutusan hubungan kontrak oleh pemerintah ‘atau terdapatnya perubahan dalam planning pemerintah dsb. Infrostructure Beberapa proyek infrastruktur sangat mungkin membutuhkan tambahan sarana dan prasarana seperti halnya proyek jalan raya, tenage listrik,telekomunikasi. Untuk itu kontrak konsesi dengan pemerintah seharusnya mencakup pula jaminan-jaminan bahwa proyek itu akan dilengkapi dengan sarabna dan prasarana serta dipelihara semestinys. Contoh rumusan :'Lantai | akan dilengkapi dengan fasilitas pertokoan dan perbelanjaan dengan fasilitas halaman masuk(entrance hall), corridor, vide, lift kapsul, lift standart, lift khusus ke gedung pertemuan pada lantai I, escalator naik dan turun, toilet, tangga darurat, tempat sembahyang. Serta dilengkapi dengan AC dan penerangan listrik” Secara umum sebuah proyek pembangunan juga akan menghadapi risiko-risiko antara lain: a, Supply bahan baku Gangguan supply bahan baku akan sangat menggangu jalannya sebuah proyek, untuk itu perlu kiranya dibuat kontrak denganm supplier sebelumnya untuk meminimalisir risiko tersebut. Jaminan dari pemerintah atas supply bahan baku barangkali akan sangat membantu apabila dapat dilakukan. b. Pasar untuk produk atau jasa proyek BOT Apabila barang atau jasa yang dihasilkan proyek BOT tidak dapat dijual pada harga yang diprediksikan maka kemungkinan kelangsungan hidup dari proyek tersebut akan terancam, untuk itu rencana yang matang dan study kelayakan yang teliti dan cermat barangkali akan dapat meminimalisasi risiko Saat ini di mata investor asing, perubahan peraturan yang berpotensi merugikan kepentingan investor di bidang infrastruktur di indonesia, juga dianggap sebuab risiko baru Tidak jarang investor asing yang akan menanamkan investasi yang besar di indonesia meminta Jaminan tidak ada perubahan peraturan yang dibuat pemerintah yang merugikan kepentingannya. Kalaupun ada peraturan baru yang kemudian merugikan kepentingan investor maka harus ada jaminan jalan keluar yang disepakati bersama antara pemerintah dengan badan usaha. Andrew Pickering, dalam proyek BOT ( utamanya dalam BOT ketenagalistrikan) paling tidak dapat digolongkan tiga kelas risiko, yaitu commercial risks, non- commercial risks, and casualty risks, Termasuk dalam golongan commercial risks adalah : market risk, participant risk, construction risk, operational risk, technical risk, anf fuel supply risk. Sedangkan yang termasuk dalam non-commercial risks adalah : legal risk, country risk, financial risk, environtment risk. Casualty risk merupakan risiko yang berkaitan dengan accidental damage or destruction of plan or equipment’. E, KONTRAK KONSESI PADA PROYEK BOT Perbedaan utama BOT dengan pembiayaan proyek yang lain adalah pada masalah konsesi, yaitu konsesi antara pemilik proyek dengan pelaksana propyek. Kontrak ini dapat diujudkan dalam satu kontrak (Master Agreement), atau dibuat dalam beberapa agreement yang berkaitan dengan berbagai aspek dari konsesi yang diberikan pada kontraktor. Kemungkinan kontrak tersebut juga didukung dengan peraturan yang dikeluarkan pemerintah setempat, biasanya berupa SK Bupati, Walikota, persetujuan DPRD setempat. Kontrak konsesi ini memberikan hak pada kontraktor untuk membangun dan mengoperasikan proyek serta mengambil keuntungan dalam jangka waktu tertentu , dan pada akhir masa konsesi yang disepakati proyek tersebut dikembalikan pada pemerintah Secara umum sebuah kontrak konsesi berisi hal-hal antara lain : 1. Pernyataan yang jelas mengenal hak konsesi yang ekslusif; Sebagaimana umumnya kontrak BOT biasanya dekat sekali dengan masalah monopoli serta tidak jarang keuntungan proyek BOT hanya dapat diraih dengan diberikannya monopoli, walaupun tidak berarti semua proyek BOT terlibat monopoli di dalamnya (misainya proyek pembangkit tenaga listrik, supply air dsb). Dengan demikian apabila nilai ekonomi proyek tersebut sangat tergantung pada segi-segi tersebut di atas, maka pemilik proyek harus memberikan hak ekslusif didalam kontrak konsesinya 7 Andrew Pickering Partner, Financing Power Sector Infrastructure, Blake Dowson Waldron 101 Collins Street Melboume Vic 3000 Australia, p 6. Market risk adalah the expasure of the project to variations on proce or demand for the product produced by the project. Participant risk adalah the risk that a project participant does not perform its financial or non financial obligations . Contruction risk adalah the risk thot the project is not ‘consiructed on time or budged or fail 10 meet satisfactory performance standards for normal operation. Operational risk adalah the risk that a project does not meet revenue expectations under normal operating conditions. Technological risk adalah the risk associated with using unproven technology. Fuel Supply risk adalah the risk that fuel can not be delivered to the project site in the necessary quantities, of the right quality and at a determinable ‘price throughout the life of the project. Sedangkan untuk Non- Commercial risks, yaitu FX risk adalah the risk of ‘movement in foreign exhange rates. Exchange control risk adalah the risk that limitation on the right to purehae “foreign exchange or on the availability of foreign currency may prevent the timely conversion of domestic receipts ‘into foreign currency. Interest risk adalah the risk of movements in interest rates. Economic risk adalah the risk of adverse economie changes in the host state. Environmental risk adalah the risk of changes in environmental laws Contoh : “Selama masa pengoperasian...., pihak pertama wajib memberikan hak tungal sepenuhnya tanpa gangguan dari pihak ketiga manapun kepada investor untuk menguasai, mengelola, menempati, mengunakan dan menyewakan.... Baik untuk sebagian otaupun seluruhnya menurut harga dan syarat ang dianggap wajar oleh investor serta menerima dan memanfaatkan penghasilan dari penyewaan dan atau pengoperasian bangunan.... Lingkup proyek Dalam kontrak konsesi, seharusnya secara hati-hati dijelaskan tentang apa saja yang dibutuhkan oleh pelaksana konsesi, apa yang boleh dilakukan operator dan tidak boleh, lebih penting lagi adalah untuk berapa lama konsesi diberikan. Berapa lama waktu yang dibutuhkan operator untuk mengembalikan semua investasi serta biaya yang telah dikeluarkan, bagaimana prospek supply dana, siapa calon pengguna/usernya, Dalam beberapa hal dapat pula dibuat model penyebutan lingkup proyek secara umum kemudian dikuti dengan deskripsi lingkup proyek secara detail. Komitment dukungan pemerintah; Kebanyakan BOT diadakan antara pemerintah dengan swasta dan ini akan memerlukan berbagai macam bantuan dari pemerintah, Bantuan yang dapat diberikan harus secara jelas disebutkan, apa bentuknya. Apaksh pemberian jaminan, peraturan perundang- undangan, perkecualian atas perubahan pemerintahan, atau bentuk bantuan lain yang hanya dapet dilakukan oleh pemerintah Contoh : “Kepada Pihak kedua diberikan hak Guna Bangunan (HGB) di atas hak pengelolzan (HPL) pihak pertama selama jangkawaktu 25 tahun terhitung sejak tangal diterbitkannya HGB induk sebagaimana dimaksud ayat () Pasal perjanjian ini. “semua biaya pengurusan hak Pengelolaan dan HGB diatas HPL sebagaimana dimaksud dalam Ayat () pasal inl, menjai beban dan tanggung jawab pihak kedua dan pihak pertama membantu kelancaran dalam penyelesaian pengurusan permohonan hak tersebut. Biaya-biaya, Aspek keuangan, pajak, asuransi, pertukartan mata uang asing serta repatriasi ( bila melibatkan kontraktor asing ); Contoh : “Pihak kedua berkewajiban menangung semua biaya pembangunan sebagaimana dimaksud dalam perjanjian ini serta biaya-biaya ijin mendirikan bangunan,biaya pengukuran,biaya pemetaan, biaya penyelidikan tanah, pajak-pajak serta biaya lain yan tidak dapat disebut satu persatu, yang ada hubungannya dengan perencanaan dan pembangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal... perjanjian ini.” Tidak jarang juga dibutuhkan adanya jaminan untuk menutup asuransi untuk bangunan yang akan dibangun. “Investor wajib melakukan penutupan asuransi pembangunan mess dan ruko dengan kualifikasi construction all risk selama jangka waktu pembangunan, termasuk suransi tanggung jawab pada pihak ketiga / third party liability insurance, atas biaya investor. 5. Persoalan nasionalisasi jika ada ( bila melibatkan kontraktor asing ); 6. Pengalihan pada operator lain; Pemilik proyek tentunya dalam kondisi khusus berharap dapat menunjuk pengganti operator lain atau memngambil ih operasi jika operator tidak dapat melaksanakan kewajibannya.Untuk itu harus ditegaskan di dalam kontrak konsesi. 7. Hak atas property 8. Siapa yang memiliki hak atas property selama kontrak berlangsung dan apa yang dibutuhkan serta dilakukan pada akhir masa konsesi untuk peralihan hak pada pemerintah; 9. Hukum dan penyelesaian masalah; 10.Penetapan dispute settlement yang jelas juga sangat mebantu menyelesaikan masalah yang mungkin timbul. Dispute settlement, pada umumnya dapat dilakukan dengan cara melalui prosedur hukum biasa, yaitu melalui pengadilan (dalam negeri atau luar negeri), atau dilakukan melalui penunjukan pribadi-pribadi atau lembaga yang diperbolehkan untuk melakukan arbitrase konflik dibidang pembangunan infrastruktur. Selain itu, pihak-pihak yang bersengketa dapat menyelesaikan perkara mereka diluar kedua jalur tersebut, yaitu dengan bermusyawarah untuk mencapai persetujuan. F. DUKUNGAN PEMERINTAH/GOVERNMENT SUPPORT Proyek BOT tidak jarang menimbulkan beberapa persoalan dalam pelaksanaannya, ‘akan tetapi melalui peran pemerintah daerah/setempat dapat diselesaikan sejumlah persoalan. Beberapa bantuan yang dapat dilakukan oleh pemerintah setempat dapat berupa : 1. Bantuan yang berkaitan dengan persoalan tanah; ‘Tidak jarang persoalan tanah menjadi kendala awal pelaksanaan proyek BOT. Persoalan yang rentan berkaitan dengan masalah tanah umumnya berkaitan dengan masalah pembebasan tanah.Tidak jarang masyarakat yang terkena pembebasan tanah untuk proyek BOT akan meminta ganti rugi yang sangat tinggi atau tidak mau pindah. Persoalan ini tentunya akan le! sulit apabila harus diselesaikan sendiri oleh pihak kontraktor, Dengan bantuan pemerintah tidak jarang persoalan pembebasan tanah dapat dilakukan dengan lebih bijaksana, Bantuan lain mungkin berkaiten dengan ketegasan pemilikan tanah yang digunakan untuk proyek BOT. Apakah hak atas tanah yang pantas melekat pada bantgunan dan tanah yang diatasnya berdir! proyek BOT, apakah Hak Guna Bangunan (HGB) ataukah hak Milik(HM) atau hak yantg Iain.Dalam sebuah proyek BOT sanget mungkin jangka waktu konsesinya disesuaikan denganlamanya hak yang melekat pada tanah itu. Misalnya lamanya masa konsesi dihitung sama dengan lamanya HGB yang dimiliki kontraktor atas tanah tsb, sehingga masa konsesi sama dengan HGB(30 tahun). 2. Persetujuan lembaga legislative; Persetuajuan lembaga legislative tidak jarang sangat diperlukan untuk pelaksanaan proyek BOT. Dalam Permendagri No.3 tahun 1986 tentang Penyertaan Modal daerah pada pihak Ketiga, dapat dilakukan dengan cara. mengadakan : kontrak menejemen, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan,kontrak bagi hasil usaha, atau kontrak bagi tempat usaha. Hal—hal diatas baru dapat dilaksanakan setelah Kepala Daerah mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, kemudian baru dibuat perjanjian antara Kepala Daerah dengan pihak ketiga yang dituangkan dalan naskah perjanjian. Berdasarkan perjanjian tersebut dikeluarkan Keputusan Kepala Daerah tentang kentrak yang dimaksud. Persetuajun legialatif juga dibutuhkan pada saat kontraktor bertmaksud melakukan perubahan peruntukan atas proyek BOT. 3, Penyertaan modal/equity participation Bantuan lain yang dapat dilakukan pemerintah daerah mungkin dapat berupa penyertaan modal baik langsung maupun tidak langsung ke dalam proyek BOT .Dukungan ini mungkin akan sangat membantu menseimbangkan rasio modal dan hutang yang dimiliki oleh kontrakitor pelaksana 4, Subsidi/Subsidies Pada beberapa kasus mungkin kontraktor harus menangani proyek yang tidak menjanjikan keuntungan dikarenakan daya beli atas produk tsb rendah atau minat yang rendah dari masyarakat menggunakan produk atau jasa tertentu, atau kontraktor terpaksa harus berkecimpung pada proyek yang biaya operasionalnya sangat tinge! sedangkan profitnya rendah, atau kontraktor bergerak pada segmen yang sangat dibutuhken masyarakt banyak dengan rata-rate penghasilan rendah.Untuk itu pemerintah dapat mengambil peran untuk memberikan subsidi pada segmen di atas agar kontraktor dapat tetap mepertahankan memberikan pelayanan dengan standart harga yang rendah. 5. Perlindungan dari persaingan usaha Dalam beberapa hal mungkin juga dibutuhkan oleh kontraktor adanya jaminan bahwa pemerintah dalam tenggang waktu tertentu tidak akabn melakukan proyek yang sama yang potensial terjadinya persaingan yang dapat vmenurunkan perolehan ekonomi kontraktor. Pembatasan persaingan tersebut dapat terjadi antar pelaku usaha atau juga datang dari perusahaan milik pemerintah 6. Diversifikasi keuntungan / Ancillary revenue sources Support pemerintah dapat juga berupa dibolehkannya kontraktor untuk melakukan diversifikasi potensi yang dapat mendatangkan keuntungan dengan syarat tertentu. Misalnya dalam pembangunan Gedung Swalayan maka kontraktor dapat saje diberikan hak untuk mengelola perolehan dari sector parkir dengan kotrak khusus pada pemerintah setempat. G. PIHAK-PIHAK DALAM PROYEK BOT* 1. Pemerintah Peme! tah dalam hal ini dapat juga berposisi sebagai instansi pemerintah yang diberikan kewenangan dan monopoli atas pembangunan infrastrutktur atau pengadaan sarana umum yang menyangkut hajat hidup orang banyak , dalam kaitannya dengan swasta asing yang akan melaksanakan proyek, sering disebut dengan host goverment.Hubungan hukum yang terjalin antara pemerintah dengan swasta yang akan membangun sarana unutk kepentingan umum adalah dengan cara pemberian hak konsesi oleh pemerintah pada’swasta yang umumnya tetuang dalam concession agreement, yang dapat merupakan perjanjian tersendiri ataupun merupakan bagian dari perjanjian kerjasama yang dibuat antara swasta dengan pemerintah. Dalam Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 4 tahun 2010 tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan usaha dalam penyediaan infrastruktur, disebutkan bahwa Pemerintah dapat berarti pemerintah daerah, ‘ternasuk di dalamnya adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Selain itu pemerintah dapat pula termasuk di dalamnya adalah pemerintah pusat, yang selanjutnya disebut sebagal pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 45. Dalam kaitannya dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam pembangunan infrastruktur, maka pemerintah dalam hal ini dapat berubah posisi menjadi Penanggung Jawab Proyek kerjasama ( PJPK ), dalam hal ini mereka adalah Menteri, Kepala Lembaga, Kepala Daerah, Direktur Utama badan Usaha Milik Negara/ Daerah dalam hal peraturan prundang-undangan mengenai * Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, KemitraanPemerintah- Swasta dalam Pembangunan Infrastruktur (BOO! BOT ), Kelompok Short course BOO/BOT dan TQM angkatan 1 1994, USDA dan CFED sektor yang bersangkutan menyatakan bahwa penyedizan infrastruktur oleh pemerintah diselenggarakan atau dilaksanakan oleh BUMN/BUMD. Shareholders/ Project Sponsor Biasanya sering disebut dg sponsor, pihak yang berinisiatif menanamkan dana,investasi, seringkali bersama dg kontraktor membentuk konsorsium kontraktor Developer/ Project Company pihak swasta ye memperoleh hak konsesi dari pemerintah untuk membangun,memiliki, mengoprasixan, mentransfer infrstruktur pada pemerintah Contractor Merupakan pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan teknis pembangunan infrastruktur dan kemudian menyerahkan hasilpekerjaannya pada developer / peroject company. Dalam beberapa hal seringkali terjadi kontraktor investor dan kontarktor operator dalam satu project dalam hal ini sering menimbulkan conflict of interest dalam pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor adalah figur sentral dalam bot project, kontraktor termasuk pihak penanda tangan project, pelaksana teknis pembangunan konstruksi dan menyerahkan hasil pekerjaan pada developer berdasarkan syarat YE tertuang dalam construction contract Equipment Supplier Posisinya adalah sebagai pemasok peralatan bagi kontraktor dan dapat pula bertindak sebagai sub kontraktor bagi kontraktor konstruksi. Plan Operator Plan operator bertugas unutk mengoperasikan infrastruktur yang telah selesai dibangun berdasarkan suatu opening agreement antara plan operator dengan developer/ project ‘company. Lenders/ Invesment Bankers Lenders adalah penyendang dana pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan oleh kontraktor. Posisi lenders begitu dominan dalam kelangsungan pembangunan infrastrutur. Apabila dana yang dibutuhkan begitu besar maka tidak jarang lenders 10. 11. berbentuk sebuah konsorsium yang beranggotakan beberapa bank yang berkontribusi dengan prosentase tertentu dalam mendanai proyek infrastruktur. Ksulitan meyakinkan lender dalam mendanai pembangunan infrastruktur sringkali berakibat gagalnya kontraktor melaksanakan pembangunan konstruksi yang berakibat kontraktor terkena penalty, Purchasers ‘Adalah konsumen atau pengguna produk atau jasa yang dihasilkan dari pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh developer. Konsumen di sini dapat merupakan konsumen langsung ( penggunan jalan tol misalnya ) tetapi dapat juga konsumen akhir ( misalnya pada listrik, yang telah lebih dulu dibeli oleh PLN dari pembangkit listrik swsata ). Insurance ‘Adalah perusahaan asuransi yang bersedia menanggung risiko yang layak ditanggung dalam kaitannya dengan pembangunan infrastruktur oleh swsata Escrow agent Keberadaan escrow agent sangat membantu pemberi pinjaman dana atau lender dalam pembangunan infrastruktur oleh swsata, hal itu disebabkan keberadaanya adalah menjembatani kepentingan developer,lenders, investor, _kontraktor_ dalam mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan dari hasil penjualan atau penggunaan produk atau jasa yang dihasilkan oleh pembangunan infrastruktur yang telah selesai dibangun. Dengan kondisi ini maka developer tidak dapat secara langsung menggunakan hasil pendapatannya unutk kepentingannya sendiri karena semua pendapatan diserahkan pada escrow agent unutk dibukukan dan dikelola oleh escrow agent. Legal counsel Beberapa peran yang dapat dilakukan lawyer adalah ; + Drafting contract 7 Negosiasi . Legal counsel H. PEMBIAYAAN PROYEK BOT Dalam banyak hal disebabkan kontraktor harus menyediakan dana sendiri untuk pembangunan sarana atau prasarana infrastruktur , maka Kontraktor harus mencari senciri sumber pendanaan untuk konstruksi. Pada umumnya pembiayaan proyek BOT tersebut dapat bersumber pada dua hal, yaitu pembiayaan yang berasal dari pinjaman ( debt finance ) dan pembiayaan yang berasal dari penyertaan (equity invesment). Pembiayaan yang berasal dari pinjaman umumnya berasal dari pinjaman pasar komersial ( commercial market ), yang berasal dari perbankan baik dalam bank negeri ataupun luar negeri. Pinjaman tersebut dapat berjangka pendek, menengah, atau jangka panjang. pendanan model ini biasanya tergantung pada suku bunga mengambang (floating intrest) dan jangka waktunya lebih pendek daripada jangka waktu konsesi proyek yang didanai, Namun demikian dengan dibeberkannya feasibility study mengenal proyek yang akan dikerjakan serta potensial pasar untuk proyek tersebut dapat saja perbankan memberikan jangka waktu yang cukup lama dengan tingkat bunga tetap (flat rate ). Pendanaan model ini tidak melibatkan ikut sertanya pertangung jawaban pemberi pinjaman dalam risiko proyek, sehingge biasanya pendanaan model ini dikenal dengan sebutan “ unsubordinated “ atau “ senior “ loans. Equity invesment atau equity capital biasanya diperoleh pada awalnya dari dana yang dimiliki kontraktor sendiri ( project promoters ) atau berasal dari investor individual. Namun demikian dapat saja pendanaan proyek BOT tersebut didanai bersama oleh para pihak, yaitu pemerintah dan kontraktor menanggung bersama dalam prosentase tertentu. Apabila ini dilakukan maka ini sering dikenal dengan public -private partnership. Dalam kontek pendanaan untuk BOT di bidang pertambangan migas maka dikenal pola pendanaan sebagaimana dikenal dengan participating interest dari pemerintah daerah dimana pengeboran minyak tersebut akan dilakukan, dengan demikian kombinasi antara pertamina, pihak kontraktor minyak asing, dan pemerintah daerah ( bida pemkab atau pemkot atau pro si). Selain pendanaan yang berasal dari debt financing ataupun berasal dari equity financing , maka masih memungkinkan pendanaan proyek BOT tersebut diperoleh dari beberapa lembaga keuangan ( financing companies }, invesment funds, insurance companies, collective invesment schemes ( mutual funds ), pension funds, dan ini biasanya disebut dengan «institutional investors". Selain itu dimungkinkan mendanai proyek BOT dengan menggunakan sarana capital market funding, financing by Islamic financial instuitfons, atau menggunakon International financial instiutions{ misalnya world bank, the international finance corporation, or by regional development bank ). Sedangkan Andrew Pickering, menyebutkan bahwa financing di bidang power sector Infrastructure dapat berasal dari kombinasi : commercial banks, export credit agencies, multilateral agencies, public debt market.? Daftar Pustaka “Andrew Pickering Partner, Financing Power Sector Infrastructure, Blake Dowson Waldron 101 Collins Street Melbourne Vie 3000 Australia. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Kemitraan Pemerintah- Swasta dalam Pembangunan Infrastruktur (BOO/ BOT ), Kelompok Short course BOO/BOT dan TQM angkatan I 1994, USDA dan CFED . Clifford W. Garstang, Sidley & Austin Singapore, BOT Arrangements, BOT & Project Finance Scheme Coference, 7 Oktober 1992, Jakarta Felix 0. Socbagjo., Laporan Akhir Pengkajian tentang Aspek Hukun Perjanjian Build Operate ‘and Transfer (BOT), Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman tahun 1995- 1994, ° United Nations Com ‘on International Trade Law.( UNCITRAL), Legislative Guide on Privately Financed Infrastructure Projects, United Nations Newyork 2001, p16-17 Liat Andrew, p3 Heinz H. Bunker, Business Opportunities In the Pipeline Transmission System Through BOT. The Asian Conference on Planning, Packiging & Implementing BOT Projects, Hilton Singapore 1988, United Nations Commission on International Trade Law.( UNCITRAL), Legislative Guide on Privately Financed Infrastructure Projects, United Nations Newyork 2001

You might also like