Professional Documents
Culture Documents
Penerapan Aturan Perpajakan Pada Yayasan 8cb52184
Penerapan Aturan Perpajakan Pada Yayasan 8cb52184
PENDIDIKAN
Temi Utami
Sekolah Tinggi Perpajakan Indonesia, jakarta, Indonesia
Abstract
Many educational foundations are established in big cities, but not all foundation
administrators know the tax obligations that must be carried out. In order to provide
information, this paper discusses tax obligations for educational foundations. The foundation's
income in education minus operational costs is the remaining excess, this excess is exempted as
a tax object, as long as it is used to finance educational facilities and infrastructure, thus there
is no foundation income tax payable. Although there is no Foundation income tax payable, the
foundation still has an obligation to submit the Annual Tax Return along with the attachments
required. in the Annual Tax Return plus the notification regarding simple physical plans, cost of
building plans and procuring educational facilities and infrastructure, statement letter that
explain about excess will be used for the construction of buildings and infrastructure for
education and / or research at most 4 (four) years since the surplus is obtained, and the excess
that is not used in the year it is obtained will be used for the construction of buildings and
educational infrastructure, a maximum period of 4 (four) years since the excess is obtained,
makes a report on the provision and use of the excess. Another obligation is to carry out
bookkeeping and collect and deduct and deposit Income Tax articles 21 and 23 by using Tax
Return Period PPh Article 21 and Periodic Tax Return Article 23 if there are costs incurred which
are the object of article 21 and article 23. With the discussion of tax obligations, it becomes
information for the management foundation in carrying out tax obligations.
Key words : Remaining excess is exempted as tax object . Yearly Tax Return submission.
I. PENDAHULUAN
Pendidikan sangat penting bagi kita semua karena dengan pendidikan dapat menambah
wawasan dan mencerdaskan kita. Semua keluarga di Indonesia menginginkan anggota
keluarganya mempunyai pendidikan sampai jenjang yang paling tinggi, dalam rangka
memenuhi kebutuhan pendidikan warga Indonesia terutama di kota kota besar maka banyak
didirikan yayasan untuk mengelola pendidikan Taman Kanak Kanak , Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas sampai Perguruan Tinggi.Untuk
mendirikan yayasan harus memenuhi ketentuan Undang-undang tentang Yayasan selain itu
juga harus mengikuti ketentuan yang lain diantaranya ketentuan perpajakan.
Menurut aturan pajak Yayasan dibidang pendidikan termasuk dalam kriteria Subjek
Pajak, karena Subjek maka mempunyai kewajiban melaksanakan kewajiban perpajakan .Pada
umumnya pengelola yayasan tidak mempunyai bagian khusus yang mengurus pajak dan
biasanya yang mengurus perpajakan di bagian keuangan.
Dalam makalah ini penulis akan membatasi masalah pada saat kewajiban pajak apa saja
yang harus dilaksanakan oleh yayasan di bidang pendidikan sejak berlakunya perubahan
Undang Undang Perpajakan Tahun 2000.
Metode yang digunakan yakni pengumpulan aturan perpajakan melalui internet dan kajian
pustaka diantaranya yang dikaji Undang Undang Perpajakan , Peraturan Pemerintah terkait
pelaksaaan Undang Undang, Peraturan Menteri Keuangan , Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
a. Pasal 1 Undang –Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan menyatakan bahwa Yayasan adalah badan
hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai
tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai
anggota.
b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2000 menyebutkan
bahwa
- Pasal 1 angka 3 : Badan adalah sekumpulan orang dan / atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer,perah seroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
- Pasal 1 angka 10 : Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau
bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
- Pasal 1 angka 10 Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan
laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
- Pasal 3 ayat 1 : Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar ,
lengkap, dan jelas dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka
Arab satuan mata uang Rupiah dan menandatangani serta menyampaikan ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain
yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pasa12
(1) Apabila setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) terdapat
sisa 1ebih yang tidak digunakan untuk pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/ atau penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 ayat (4), sisa lebih tersebut diakui sebagai penghasilan dan dikenai Pajak
Penghasilan pada tahun pajak berikutnya, setelah jangka wahu 4 (empat) tahun
tersebut ditambah dengan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
Pasal 6
(1) Badan atau Lembaga harus membuat laporan jumlah sisa lebih yang digunakan untuk
pembangunan dan/atau pengadaan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1).
Pasal 11
Sisa lebih yang diterima atau diperoleh pada Tahun Pajak 2020 dihitung sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
(1) Sisa lebih yang diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang ditanamkan kembali
dalam bentuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan bersifat
terbuka kepada pihak manapun dan telah mendapat pengesahan dari instansi yang
membidanginya, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejakdiperolehnya
sisa lebih tersebut dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan.
(2) Badan atau lembaga nirlaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
menyampaikan pemberitahuan mengenai rencana fisik sederhana dan rencana biaya
pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib
Pajak terdaftar dengan tindasan kepada instansi yang membidanginya.
(3) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan bersamaan
dengan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
diperolehnya sisa lebih tersebut atau paling lama sebelum pembangunan dan
pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan dimulai, dalam jangka waktu 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa
lebih tersebut.
Pasal 3
Pelaksanaan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dilakukan
sebagai berikut :
a. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba setiap tahun yang
akan digunakan untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian danpengembangan dialihkan ke akun dana
pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan;
b. pembukuan atas penggunaan dana pembangunan dan pengadaan sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan pada tahun
Pasal 4
(1) Atas pengeluaran untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan yang berasal dari sisa lebih
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tidak boleh dilakukan penyusutan sebagaimana
diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008.
(2) Apabila pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan dibiayai dengan dana pinjaman, biaya bunga
atas dana pinjaman tersebut diperlakukan sebagai bagian dari harga perolehan sarana
dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Biaya bunga atas dana pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang terutang
atau dibayarkan setelah selesainya proses pembangunan dan pengadaan sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan dapat
dibebankan sebagai biaya badan atau lembaga nirlaba.
(4) Dalam hal dana pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima atau
diperoleh sebelum diperolehnya sisa lebih dan dipergunakan untuk pembangunan dan
pengadaan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), biaya
bunga atas dana pinjaman tersebut diperlakukansebagai bagian dari harga perolehan
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal 5
Badan atau lembaga nirlaba yang menggunakan sisa lebih untuk pembangunan dan
pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib membuat :
a. pernyataan bahwa:
1. sisa lebih akan digunakan untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan paling lama 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut, dan
2. sisa lebih yang tidak digunakan pada tahun diperolehnya tersebut akan digunakan
untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan palinglama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut.
yang merupakan lampiran dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
untuk tahun pajak diperolehnya sisa lebih;
b. pencatatan tersendiri atas sisa lebih yang diterima dan yang digunakan setiap tahun;
dan
c. laporan mengenai penyediaan dan penggunaan sisa lebih dan menyampaikannya
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dalam lampiran
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
Pasal 2
(1) Dengan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), yayasan dapat
mengakui dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 huruf bsebagai penghasilan pada tahun pajak digunakannya,
dan sebesar dana yang telah digunakantersebut merupakan biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto pada tahun pajak yang bersangkutan.
(2) Pelaksanaan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebagai
berikut :a.sisa lebih yayasan setiap tahun yang akan digunakan untuk pembangunan
gedung dan prasarana pendidikan dialihkan ke rekening dana pembangunan gedung
Pembukuan pada dasarnya adalah pencatatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan
yang berisi setiap transaksi baik pengeluaran maupun pendapatan yang pada akhirnya
menghasilkan laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari laporan rugi laba dan neraca
dan laporan penggunaan dana. Laporan Keuangan merupakan data untuk pengisian SPT
Tahunan dan sebagai lampiran yang diwajibkan ketika menyampaikan SPT Tahunan, dengan
demikian yayasan dibidang pendidikan wajib melakukan pembukuan, membuat laporan
keuangan dan mengisi SPT Tahunan dan menyampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak. Selain itu
juga apabila dalam laporan rugi laba ada biaya biaya yang dikeluarkan untuk:
a. pembayaran gaji karyawan, honor dosen atau pembayaran lain sehubungan penggunaan
jasa termasuk jasa pekerja bebas, wajib memungut dan memotong pajak penghasilan
Pasal 21, setelah dipotong dan dipungut harus disetorkan ke Bank, kemudian dilaporkan
setiap bulan menggunakan sarana SPT masa PPh Pasal 21.
b. pembayaran Bunga, dividen dan royalty, hadiah penghargaan bonus dan sejenisnya selain
yang telah dipotong PPh Pasal 21, sewa dan penghasilan sehubungan dengan penggunaan
harta selain yang sudah dipotong PPh pasal 4 ayat 2, serta imbalan sehubungan jasa tehnik
dan manajemen, jasa konstruksi , jasa konsultan dan jasa lainnya , wajib memotong dan
memungut PPh pasal 23 dan meneyetorkannya ke Bank, dan wajib melaporkan dengan
menggunakan sarana SPT masa PPh pasal 23, kewajiban lapor tidak perlu tiap bulan tapi
tergantung apabila ada pembayaran atas transaksi tersebut diatas, apabila pembayaran
tersebut diatas dikeluarkan untuk subjek pajak luar negeri maka harus memungut ,
memotong pasal 26 dan menyetorkannya ke Bank serta harus lapor ke Kantor Pelayanan
Pajak menggunakan sarana SPT Masa PPh pasal 26 tidak perlu lapor tiap bulan tapi
tergantung apabila ada pembayaran.
Sesuai Undang Undang Pajak Penghasilan bahwa yang menjadi objek pajak adalah
penghasilan. Penghasilan Yayasan diperlakukan sebagai berikut:
a. Mulai 1 Januari 2001 sesuai mulai berlakunya Undang Undang Nomor 17 Tahun 2000,
bahwa sisa lebih yang diterima yayasan di bidang pendidikan tidak diatur dalam batang
tubuh undang undang yang mengatur yang tidak termasuk objek pajak ini berarti sisa
lebih atau penghasilanbruto/ omzet setalah dikurangi biaya biaya yayasan termasuk objek
IV. KESIMPULAN
Dari hasil penelaahan terhadap aturan perpajakan yang ada yang dilakukan penulis
dapat menyimpulkan bahwa kewajiban yang harus dilaksanakan Yayasan yang bergerak di
bidang pendidikan adalah:
1. Harus terdaftar sebagai wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak dimana Yayasan berlokasi.
2. Wajib melakukan pembukuan dan membuat laporan keuangan serta menyampaikan SPT
Tahunan beserta lampiran yang dipersyaratkan dalam SPT Tahunan beserta lampiran
sebagai berikut:
a. rencana fisik sederhana dan rencana biaya pembangunan dan pengadaan sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan.
b. Pernyataan bahwa Sisa lebih akan digunakan untuk pembangunan gedung dan
prasarana pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, dan Sisa lebih yang tidak digunakan pada
tahun diperolehnya tersebut akan digunakan untuk pembangunan gedung dan
prasarana pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut.
c. Laporan mengenai penyediaan dan penggunaan sisa lebih
3. Pencatatan tersendiri atas sisa lebih yang diterima dan yang digunakan setiap tahun; dan
4. Memotong dan memungut PPh PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 apabila ada pengeluaran
yang merupakan objek PPh Pasal 21 dan Pasal 23 serta pasal 26 selanjutnya menyetorkan
dan melaporkannya melalui SPT Masa.
Terhitung mulai tahun pajak tahun 2020 mulai berlaku peraturan Menteri Keuangan Nomor
68/PMK. 03/2020, perbedaan yang mendasar dalam aturan baru ini terutama tidak diperlukan
surat pernyataan, dan perlakuan aktiva yang dibeli sebelum tahun 2000 sisa buku dicatat
sebagai harga perolehan dan disusutkan sesuai ketentuan yang berlaku.