You are on page 1of 12

PENERAPAN ATURAN PERPAJAKAN PADA YAYASAN DIBIDANG

PENDIDIKAN

Temi Utami
Sekolah Tinggi Perpajakan Indonesia, jakarta, Indonesia

Abstract

Many educational foundations are established in big cities, but not all foundation
administrators know the tax obligations that must be carried out. In order to provide
information, this paper discusses tax obligations for educational foundations. The foundation's
income in education minus operational costs is the remaining excess, this excess is exempted as
a tax object, as long as it is used to finance educational facilities and infrastructure, thus there
is no foundation income tax payable. Although there is no Foundation income tax payable, the
foundation still has an obligation to submit the Annual Tax Return along with the attachments
required. in the Annual Tax Return plus the notification regarding simple physical plans, cost of
building plans and procuring educational facilities and infrastructure, statement letter that
explain about excess will be used for the construction of buildings and infrastructure for
education and / or research at most 4 (four) years since the surplus is obtained, and the excess
that is not used in the year it is obtained will be used for the construction of buildings and
educational infrastructure, a maximum period of 4 (four) years since the excess is obtained,
makes a report on the provision and use of the excess. Another obligation is to carry out
bookkeeping and collect and deduct and deposit Income Tax articles 21 and 23 by using Tax
Return Period PPh Article 21 and Periodic Tax Return Article 23 if there are costs incurred which
are the object of article 21 and article 23. With the discussion of tax obligations, it becomes
information for the management foundation in carrying out tax obligations.

Key words : Remaining excess is exempted as tax object . Yearly Tax Return submission.

I. PENDAHULUAN

Pendidikan sangat penting bagi kita semua karena dengan pendidikan dapat menambah
wawasan dan mencerdaskan kita. Semua keluarga di Indonesia menginginkan anggota
keluarganya mempunyai pendidikan sampai jenjang yang paling tinggi, dalam rangka
memenuhi kebutuhan pendidikan warga Indonesia terutama di kota kota besar maka banyak
didirikan yayasan untuk mengelola pendidikan Taman Kanak Kanak , Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas sampai Perguruan Tinggi.Untuk
mendirikan yayasan harus memenuhi ketentuan Undang-undang tentang Yayasan selain itu
juga harus mengikuti ketentuan yang lain diantaranya ketentuan perpajakan.

Menurut aturan pajak Yayasan dibidang pendidikan termasuk dalam kriteria Subjek
Pajak, karena Subjek maka mempunyai kewajiban melaksanakan kewajiban perpajakan .Pada
umumnya pengelola yayasan tidak mempunyai bagian khusus yang mengurus pajak dan
biasanya yang mengurus perpajakan di bagian keuangan.

Volume 1, No. 1, Maret 2020 Page 67


Dalam rangka memberikan memberikan informasi dan menyamakan persepsi tentang
kewajiban perpajakan bagi Yayasan, penulis tertarik untuk membahas “Penerapan Aturan
Perpajakan Pada Yayasan Di Bidang Pendidikan”.

Dalam makalah ini penulis akan membatasi masalah pada saat kewajiban pajak apa saja
yang harus dilaksanakan oleh yayasan di bidang pendidikan sejak berlakunya perubahan
Undang Undang Perpajakan Tahun 2000.

Metode yang digunakan yakni pengumpulan aturan perpajakan melalui internet dan kajian
pustaka diantaranya yang dikaji Undang Undang Perpajakan , Peraturan Pemerintah terkait
pelaksaaan Undang Undang, Peraturan Menteri Keuangan , Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ketentuan yang terkait dengan yayasan adalah sebagai berikut:

a. Pasal 1 Undang –Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan menyatakan bahwa Yayasan adalah badan
hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai
tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai
anggota.
b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2000 menyebutkan
bahwa
- Pasal 1 angka 3 : Badan adalah sekumpulan orang dan / atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer,perah seroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
- Pasal 1 angka 10 : Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau
bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
- Pasal 1 angka 10 Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan
laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
- Pasal 3 ayat 1 : Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar ,
lengkap, dan jelas dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka
Arab satuan mata uang Rupiah dan menandatangani serta menyampaikan ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain
yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Volume 1, No. 1, Maret 2020 Page 68


- Pasal 28 ayat (1) : Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia , wajib menyelenggarakan
pembukuan.
c. Pasal Pasal dalam huruf b diatas dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum
Dan Tata Cara Perpajakan pasal pasal dalam huruf b mengalami perubahan dalam
penempatan definisi dalam Pasal 1 secara prinsip pengertiannya tidak berubah.
d. Undang –Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah dengan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2000 menyebutkan dalam :
- Pasal 2 ayat 1 huruf b : yang menjadi subjek pajak adalah Badan.
- Pasal 4 ayat 1 : yang menjadi objek adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak , baik yang berasal dari
Indonesia maupun luar Indonesia , yang dapat dipakai konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
- Pasal 21 ayat 1 huruf d : Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan , jasa atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh badan yang
membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa
termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas.
- Pasal 23 ayat 1huruf a dan c : Atas penghasilan tersebut dibawah ini dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang dibayarkan , disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan , bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh
pihak yang membayarkan :
a. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas
1. Dividen sebagaimana dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g;
2. Bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f;
3. Royalti; dan
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong pajak
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 1 huruf e
c. Sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas :
1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa
dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2 dan
2. Imbalan sehubungan dengan jasa tehnik , jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
- Pasal 25 ayat (1) Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan
yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
yang lalu dikurangi dengan: a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22; dan b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar
negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24; dibagi 12 (dua
belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

Volume 1, No. 1, Maret 2020 Page 69


- Pasal 26 ayat (1) : Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, yang dibayarkan atau yang terutang oleh badan pemerintah, Subjek
Pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha
tetap di Indonesia, dipotong pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto
oleh pihak yang wajib membayarkan:
a. dividen;
b. bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang;
c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
e. hadiah dan penghargaan;
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
- Pasal 26 ayat (2). Atas penghasilan dari penjualan harta di Indonesia, kecuali yang
diatur dalam Pasal 4 ayat (2), yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri
selain bentuk usaha tetap di Indonesia, dan premi asuransi yang dibayarkan kepada
perusahaan asuransi luar negeri, dipotong pajak 20% (dua puluh persen) dari perkiraan
penghasilan neto.
- Pasal 29 : Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar dari
pada kredit pajak sebagaimana dimaksud pada pasal 28 ayat (1) , kekurangan
pembayaran pajak yang terutang harus dilunasi sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan disampaikan.
e. Pasal 4 ayat 3 huruf Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat
Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan : yang dikecualikan
dari objek pajak adalah sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba
yang bergerak dalam bidang pendidikan dan / atau bidang penelitian dan pengembangan,
yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam
bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan / atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 ( empat) tahun sejak diperolehnya sisa
lebih tersebut , yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
Ketentuan Peralihan menyebutkan bahwa Undang Undang ini mulai berlaku pada tanggal 1
Januari 2009.
f. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua atas Undang Undang
Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Dan Penjualan
Atas Barang Mewah menyebutkan dalam :
- Pasal 4A ayat 1 : Jenis Barang sebagimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 dan Jenis
Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 yang tidak dikenakan pajak
berdasarkan Undang-Undang ini ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
- Pasal 4A ayat 3 huruf f bahwa Penetapan Jenis Jasa yang tidak dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai sebagaimana dalam ayat 1 didasarkan atas kelompok kelompok jasa
sebagai berikut : Jasa di bidang pendidikan.
g. Pasal 5 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 Tentang Jenis Barang Dan
Jasa Yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai :Kelompok Jasa yang tidak dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai Jasa di Bidang Pendidikan.

Volume 1, No. 1, Maret 2020 Page 70


h. Pasal 7 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 1 Tahun 2012 Jenis Barang dan jasa
yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 4A
Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai.
i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2009 Tentang Sisa Lebih yang diterima
atau diperoleh Badan atau Lembaga Nirlaba Yang Bergerak Dalam Bidang Pendidikan
Dan/Atau Bidang Penelitian Dan Pengembangan,
Pasal 1 Yang Dikecualikan Dari Objek Pajak Penghasilan :
(1) Sisa lebih yang diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang ditanamkan kembali dalam
bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan yang diselenggarakan bersifat terbuka kepada pihak manapun, dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut
dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan.
(2) Sisa lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah selisih dari seluruh penerimaan
yang merupakan objek Pajak Penghasilan selain penghasilan yang dikenakan Pajak
Penghasilan tersendiri, dikurangi dengan pengeluaran untuk biaya operasional sehari-
hari badan atau lembaga nirlaba.
(3) Badan atau lembaga nirlaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah badan atau
lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian
dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya.
(4) Sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana pendidikan, penelitian dan
pengembangan termasuk pembelian tanah sebagai lokasi pembangunan gedung
dan prasarana tersebut;
b. pengadaan sarana dan prasarana kantor, laboratorium dan perpustakaan;
c. pembelian/pembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas guru, dosen atau
karyawan, dan sarana prasarana olahraga, sepanjang berada di lingkungan/lokasi
lembaga pendidikan formal.

Pasa12
(1) Apabila setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) terdapat
sisa 1ebih yang tidak digunakan untuk pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/ atau penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 ayat (4), sisa lebih tersebut diakui sebagai penghasilan dan dikenai Pajak
Penghasilan pada tahun pajak berikutnya, setelah jangka wahu 4 (empat) tahun
tersebut ditambah dengan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

j. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/ 2020 Tentang Perlakuan Pajak


Penghasilan Atas Beasiswa Yang Memenuhi Persyaratan Tertentu Dan Sisa Lebih Yang
Diterima Atau Diperoleh Badan Atau Lembaga NirLaba Yang Bergerak dalam Bidang
Pendidikan Dan/Atau Bidang Penelitian dan Pengembangan

Pasal 6
(1) Badan atau Lembaga harus membuat laporan jumlah sisa lebih yang digunakan untuk
pembangunan dan/atau pengadaan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1).

Volume 1, No. 1, Maret 2020 Page 71


(2) Laporan jumlah sisa lebih sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) disampaikan kepada
Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar setiap tahun sebagai
lampiran Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
(3) Pelaporan jumlah sisa lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan contoh yang tercantum dalam Lampiran huruf A yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Selain laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan atau Lembaga harus
membuat catatan mengenai rincian penggunaan sisa lebih yang dilengkapi dengan
bukti pendukung.

Pasal 11
Sisa lebih yang diterima atau diperoleh pada Tahun Pajak 2020 dihitung sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.

k. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 44/PJ./2009 Tentang Pelaksanaan Pengakuan


Sisa Lebih Yang Diterima Atau Diperoleh Badan Atau Lembaga Nirlaba Yang Bergerak
Dalam Bidang Pendidikan dan

Pasal 2
(1) Sisa lebih yang diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang ditanamkan kembali
dalam bentuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan bersifat
terbuka kepada pihak manapun dan telah mendapat pengesahan dari instansi yang
membidanginya, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejakdiperolehnya
sisa lebih tersebut dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan.
(2) Badan atau lembaga nirlaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
menyampaikan pemberitahuan mengenai rencana fisik sederhana dan rencana biaya
pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib
Pajak terdaftar dengan tindasan kepada instansi yang membidanginya.
(3) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan bersamaan
dengan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
diperolehnya sisa lebih tersebut atau paling lama sebelum pembangunan dan
pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan dimulai, dalam jangka waktu 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa
lebih tersebut.

Pasal 3
Pelaksanaan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dilakukan
sebagai berikut :
a. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba setiap tahun yang
akan digunakan untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian danpengembangan dialihkan ke akun dana
pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan;
b. pembukuan atas penggunaan dana pembangunan dan pengadaan sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan pada tahun

Volume 1, No. 1, Maret 2020 Page 72


berjalan dilakukan dengan mendebet akun aktiva dan akun dana pembangunan dan
pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan serta mengkredit akun kas atau utang dan akun modal badan atau
lembaga nirlaba.

Pasal 4
(1) Atas pengeluaran untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan yang berasal dari sisa lebih
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tidak boleh dilakukan penyusutan sebagaimana
diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008.
(2) Apabila pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan dibiayai dengan dana pinjaman, biaya bunga
atas dana pinjaman tersebut diperlakukan sebagai bagian dari harga perolehan sarana
dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Biaya bunga atas dana pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang terutang
atau dibayarkan setelah selesainya proses pembangunan dan pengadaan sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan dapat
dibebankan sebagai biaya badan atau lembaga nirlaba.
(4) Dalam hal dana pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima atau
diperoleh sebelum diperolehnya sisa lebih dan dipergunakan untuk pembangunan dan
pengadaan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), biaya
bunga atas dana pinjaman tersebut diperlakukansebagai bagian dari harga perolehan
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Pasal 5
Badan atau lembaga nirlaba yang menggunakan sisa lebih untuk pembangunan dan
pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib membuat :
a. pernyataan bahwa:
1. sisa lebih akan digunakan untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan paling lama 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut, dan
2. sisa lebih yang tidak digunakan pada tahun diperolehnya tersebut akan digunakan
untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan palinglama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut.
yang merupakan lampiran dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
untuk tahun pajak diperolehnya sisa lebih;
b. pencatatan tersendiri atas sisa lebih yang diterima dan yang digunakan setiap tahun;
dan
c. laporan mengenai penyediaan dan penggunaan sisa lebih dan menyampaikannya
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dalam lampiran
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

Volume 1, No. 1, Maret 2020 Page 73


Pasal 6
(2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) terdapat
sisa lebih yang digunakan selain untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan
rasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, sisa lebih
tersebut diakui sebagai penghasilan dan dikenai Pajak Penghasilan sejak tahun pajak
diperoleh sisa lebih tersebut.
(3) Apabila Badan atau lembaga nirlaba menggunakan sisa lebih untuk pembangunan dan
pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan namun tidakmenyampaikan pemberitahuan rencana fisik sederhana
dan rencana biaya sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2 ayat (2) dan tidak membuat
pernyataan, pencatatan dan laporan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5, sisa lebih
tersebut diakui sebagai penghasilan dan dikenai Pajak Penghasilan sejaktahun pajak
diperoleh sisa lebih tersebut.
(4) Pengenaan Pajak Penghasilan atas sisa lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat(3) ditambah dengan sanksi sesuai dengan ketentuan perpajakan
yang berlaku.

l. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP 87/PJ/1995 Tentang Pengakuan


Penghasilan Dan Biaya Atas Dana Pembangunan Gedung Dan Prasarana Pendidikan Bagi
Yayasan atau Organisasi Yang Sejenis Yang Bergerak Di Bidang Pendidikan menyatakan
dalam Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Yayasan adalah yayasan atau organisasi yang sejenis yang bergerak di bidang
pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi;
2. Dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan adalah dana yang akan
digunakan untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan yang berasal dari
sisa lebih, yaitu selisih dari seluruh penerimaan yang merupakan obyek Pajak
Penghasilan selain penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan tersendiri, dikurangi
dengan pengeluaran untuk biaya operasional sehari-hari yayasan;
3. Pembangunan gedung dan prasarana pendidikan adalah pembangunan fisik sarana
Pendidikan seperti :
1) pembelian tanah untuk pembangunan prasarana pendidikan;
2) gedung sarana pendidikan;
3) asrama mahasiswa;
4) rumah dinas guru, dosen, atau karyawan;
5) peralatan laboratorium, perpustakaan termasuk buku-buku;
6) sarana olah raga;
7) inventaris kantor.

Pasal 2
(1) Dengan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), yayasan dapat
mengakui dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 huruf bsebagai penghasilan pada tahun pajak digunakannya,
dan sebesar dana yang telah digunakantersebut merupakan biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto pada tahun pajak yang bersangkutan.
(2) Pelaksanaan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebagai
berikut :a.sisa lebih yayasan setiap tahun yang akan digunakan untuk pembangunan
gedung dan prasarana pendidikan dialihkan ke rekening dana pembangunan gedung

Volume 1, No. 1, Maret 2020 Page 74


dan prasarana pendidikan;b.Pembukuan atas penggunaan dana pembangunan gedung
dan prasarana pendidikan pada tahun berjalan dilakukan dengan mendebet rekening
aktiva dan rekening dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan serta
mengkredit rekening kas atau hutang dan rekening modal yayasan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Salah satu kegiatan Yayasan di bidang sosial adalah menyelenggarakan kegiatan


pendidikan. Yayasan di bidang Pendidikan sesuai ketentuan perpajakan yang diatur dalam
Undang Undang Ketentuan Umum Perpajakan termasuk dalam kriteria Badan, sedangkan
menurut Undang Undang Pajak Penghasilan bahwa Badan termasuk dalam Subjek Pajak,maka
Yayasan bidang pendidikan merupakan Subjek Pajak, karena itu harus terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak dimana lokasi yayasan itu berada untuk didaftarkan sebagai Wajib Pajak
Terdaftar. Apabila yayasan sudah terdaftar menjadi Wajib Pajak maka Yayasan mempunyai
kewajiban untuk melakukan pembukuan dan menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan maupun
SPT Masa PPh baik pasal 21, Pasal 23 maupun Pasal 26.

Pembukuan pada dasarnya adalah pencatatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan
yang berisi setiap transaksi baik pengeluaran maupun pendapatan yang pada akhirnya
menghasilkan laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari laporan rugi laba dan neraca
dan laporan penggunaan dana. Laporan Keuangan merupakan data untuk pengisian SPT
Tahunan dan sebagai lampiran yang diwajibkan ketika menyampaikan SPT Tahunan, dengan
demikian yayasan dibidang pendidikan wajib melakukan pembukuan, membuat laporan
keuangan dan mengisi SPT Tahunan dan menyampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak. Selain itu
juga apabila dalam laporan rugi laba ada biaya biaya yang dikeluarkan untuk:
a. pembayaran gaji karyawan, honor dosen atau pembayaran lain sehubungan penggunaan
jasa termasuk jasa pekerja bebas, wajib memungut dan memotong pajak penghasilan
Pasal 21, setelah dipotong dan dipungut harus disetorkan ke Bank, kemudian dilaporkan
setiap bulan menggunakan sarana SPT masa PPh Pasal 21.
b. pembayaran Bunga, dividen dan royalty, hadiah penghargaan bonus dan sejenisnya selain
yang telah dipotong PPh Pasal 21, sewa dan penghasilan sehubungan dengan penggunaan
harta selain yang sudah dipotong PPh pasal 4 ayat 2, serta imbalan sehubungan jasa tehnik
dan manajemen, jasa konstruksi , jasa konsultan dan jasa lainnya , wajib memotong dan
memungut PPh pasal 23 dan meneyetorkannya ke Bank, dan wajib melaporkan dengan
menggunakan sarana SPT masa PPh pasal 23, kewajiban lapor tidak perlu tiap bulan tapi
tergantung apabila ada pembayaran atas transaksi tersebut diatas, apabila pembayaran
tersebut diatas dikeluarkan untuk subjek pajak luar negeri maka harus memungut ,
memotong pasal 26 dan menyetorkannya ke Bank serta harus lapor ke Kantor Pelayanan
Pajak menggunakan sarana SPT Masa PPh pasal 26 tidak perlu lapor tiap bulan tapi
tergantung apabila ada pembayaran.

Sesuai Undang Undang Pajak Penghasilan bahwa yang menjadi objek pajak adalah
penghasilan. Penghasilan Yayasan diperlakukan sebagai berikut:
a. Mulai 1 Januari 2001 sesuai mulai berlakunya Undang Undang Nomor 17 Tahun 2000,
bahwa sisa lebih yang diterima yayasan di bidang pendidikan tidak diatur dalam batang
tubuh undang undang yang mengatur yang tidak termasuk objek pajak ini berarti sisa
lebih atau penghasilanbruto/ omzet setalah dikurangi biaya biaya yayasan termasuk objek

Volume 1, No. 1, Maret 2020 Page 75


pajak, tapi dalam peraturan Direktur Jenderal Pajak disebutkan bahwa dana pembangunan
gedung sarana itu berasal dari sisa lebih dibukukan masuk ke dana pembangunan di
passiva dan lawan transaksinya di aktiva. Pada saat dana pembangunan digunakan diakui
sebagai penghasilan, dan sebesar dana yang telah digunakan tersebut merupakan biaya
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pada tahun pajak yang bersangkutan.
b. Terhitung Tanggal 1 Januari 2009 sampai dengan sekarang bahwa sisa lebih yang
diterima yayasan bergerak dibidang pendidikan termasuk yang dikecualikan dari
pengenanan pajak.pengaturan detailnya diatur di peraturan Menteri Keuangan yang
intinya sisa lebih yang bukan objek pajak atau tidak dikenakan pajak adalah sisa lebih
yang digunakan untuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan yang diselenggarakan bersifat terbuka kepada pihak manapun, dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut
dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan.
Dari uraian diatas diambil kesimpulan bahwa apabila penghasilan yayasan dikurangi biaya
biaya operasional atau biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
menghasilkan sisa lebih, maka sisa lebih tersebut dikecualikan dari pengenaan pajak ,
sepanjang sisa lebih digunakan untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan,
sehingga tidak ada pajak penghasilan yayasan di bidang pendidikan terutang, akan tetapi sisa
lebih itu belum digunakan atau belum habis sampai 4 tahun sejak diperolehnya maka sisa hasil
lebih tersebut menjadi objek. Jadi apabila sisa lebih tersebut digunakan untuk sarana dan
prasarana pendidikan maka dalam SPT Tahunan yayasan di bidang pendidikan akan terlihat PPh
terutang nihil sehingga tidak ada pembayaran PPh pasal 25 dan pasal 29.Selain itu juga di
peraturan Direktur Jenderal disebutkan bahwa aktiva yang dibeli dari sisa lebih , biaya
penyusutannya tidak boleh dibiayakan. Apabila pembangunan gedung dan prasarana
pendididikan dibiayai dari pinjaman maka perlakuan biaya biaya bunga atas dana pinjaman
tersebut diperlakukan sebagai bagian dari harga perolehan gedung dan prasarana kegiatan
pendidikan apabila pinjaman diperoleh sebelum pembelian atau pembangunan gedung , dan
biaya bunga diakui sebagai biaya apabila pembayaran bunga dibayarkan setelah selesainya
proses pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan.
Kewajiban lain yang harus dilakukan Yayasan terhitung mulai berlakunya Undang–Undang
Pajak Penghasilan Tahun 2000 selain yang telah disebutkan diatas adalah:
1. Pencatatan tersendiri atas sisa lebih yang diterima dan yang digunakan setiap tahun;
2. Wajib menyampaikan pemberitahuan mengenai rencana fisik sederhana dan rencana biaya
pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan.
3. Wajib membuat pernyataan bahwa Sisa lebih akan digunakan untuk pembangunan gedung
dan prasarana pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, dan Sisa lebih yang tidak digunakan pada
tahun diperolehnya tersebut akan digunakan untuk pembangunan gedung dan prasarana
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan paling lama 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut yang merupakan lampiran dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan untuk tahun pajak diperolehnya sisa lebih;
4. Laporan mengenai penyediaan dan penggunaan sisa lebih.
Materi pada angka 2 , 3 dan 4 disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar dalam lampiran Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

Volume 1, No. 1, Maret 2020 Page 76


Apabila Yayasan tidak menyampaikan laporan tersebut diatas maka sisa lebih yayasan
menjadi objek pajak yang harus dikenakan Pajak Penghasilan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK. 03/2020 berlaku untuk Tahun Pajak 2020.
Perbedaan aturan lama dan yang paling terbaru terhitung tahun pajak 2020 adalah sebagai
berikut:
a. tidak diperlukan lagi pernyataan karena dalam peraturan menteri keuangan tersebut tidak
diatur;
b. perlakuan penyusutan dimana dalam aturan lama pembelian aktiva dari sisa lebih
penyusutannya tidak boleh diperhitungkan sebagai biaya;
c. sementara untuk aturan baru semua aktiva yang dibeli sebelum tahun 2000 ditulis harga
perolehannya berdasarkan sisa buku dan dilakukan penyusutan sesuai ketentuan yang
berlaku.
Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan tidak mempunyai kewajiban memungut
Pajak Pertambahan Nilai karena Jasa pendikan yang diserahkan oleh Yayasan di bidang
Pendidikan merupakan jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

IV. KESIMPULAN
Dari hasil penelaahan terhadap aturan perpajakan yang ada yang dilakukan penulis
dapat menyimpulkan bahwa kewajiban yang harus dilaksanakan Yayasan yang bergerak di
bidang pendidikan adalah:
1. Harus terdaftar sebagai wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak dimana Yayasan berlokasi.
2. Wajib melakukan pembukuan dan membuat laporan keuangan serta menyampaikan SPT
Tahunan beserta lampiran yang dipersyaratkan dalam SPT Tahunan beserta lampiran
sebagai berikut:
a. rencana fisik sederhana dan rencana biaya pembangunan dan pengadaan sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan.
b. Pernyataan bahwa Sisa lebih akan digunakan untuk pembangunan gedung dan
prasarana pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, dan Sisa lebih yang tidak digunakan pada
tahun diperolehnya tersebut akan digunakan untuk pembangunan gedung dan
prasarana pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut.
c. Laporan mengenai penyediaan dan penggunaan sisa lebih
3. Pencatatan tersendiri atas sisa lebih yang diterima dan yang digunakan setiap tahun; dan
4. Memotong dan memungut PPh PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 apabila ada pengeluaran
yang merupakan objek PPh Pasal 21 dan Pasal 23 serta pasal 26 selanjutnya menyetorkan
dan melaporkannya melalui SPT Masa.

Terhitung mulai tahun pajak tahun 2020 mulai berlaku peraturan Menteri Keuangan Nomor
68/PMK. 03/2020, perbedaan yang mendasar dalam aturan baru ini terutama tidak diperlukan
surat pernyataan, dan perlakuan aktiva yang dibeli sebelum tahun 2000 sisa buku dicatat
sebagai harga perolehan dan disusutkan sesuai ketentuan yang berlaku.

Volume 1, No. 1, Maret 2020 Page 77


DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang dan Peraturan


……………….. Undang –Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
………………… Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2000.
……………….. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
……………….. Undang –Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2000 .
……………….. Undang –Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas
Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
…………………. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua atas Undang
Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Dan
Penjualan Atas Barang Mewah.
……………….. Undang –Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Dan
Atau Penjualan Atas Barang Mewah Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang Undang
Nomor 42 Tahun 2009.
………………... Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 Tentang Jenis Barang Dan Jasa
Yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
………………... Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 1 Tahun 2012 Jenis Barang dan jasa yang
tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
………………... Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2009 Tentang Sisa Lebih yang
diterima atau diperoleh Badan atau Lembaga Nirlaba Yang Bergerak Dalam Bidang
Pendidikan Dan /Atau Bidang Penelitian Dan Pengembangan,
………………… Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/ 2020 Tentang Perlakuan Pajak
Penghasilan Atas Beasiswa Yang Memenuhi Persyaratan Tertentu Dan Sisa Lebih Yang
Diterima Atau Diperoleh Badan Atau Lembaga NirLaba Yang Bergerak dalam Bidang
Pendidikan Dan/Atau Bidang Penelitian dan Pengembangan.
……………….. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 44/PJ./2009 Tentang Pelaksanaan
Pengakuan Sisa Lebih Yang Diterima Atau Diperoleh Badan Atau Lembaga Nirlaba Yang
Bergerak Dalam Bidang Pendidikan DaN Pengembangan Yang Dikecualikan Dari Objek
Pajak.
……………….. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP 87/PJ/1995 Tentang Pengakuan
Penghasilan Dan Biaya Atas Dana Pembangunan Gedung Dan Prasarana Pendidikan Bagi
Yayasan atau Organisasi Yang Sejenis Yang Bergerak Di Bidang Pendidikan.

Volume 1, No. 1, Maret 2020 Page 78

You might also like