You are on page 1of 16

Nuryanto : Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm

Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi


Pemikiran Wilbur Schramm
Nuryanto

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract
Wilbur Schramm is a United State of America intellectual who get success make
communication as independence science. In that day in early 20th century, communication
phenomena was elaborated from any social science dicipline so that communication as
interdiscipline science. Getting reputation as independence science so hat it must be
supported literature about desk of the science and accepted program to study by good. The
first thing, Schramm published some text books and more written in science journals. And
Schramm also builded S3 program as the first education program of communication science.
There are three main thing Schramm participation to communication science. First, he
introduced positivism paradigm in communication lesson sho that it became dicipline of
science. Second, he was success plained complex communication phenomena by any model
sho that it was easy studied by communication science student. Third, he introduced
development communication as practice aspect when he became communication consultant
in some develop states and he became Director of West Communication Institute in Hawaii in
1970.
Key word: independence science, communication science, Wilbur Schramm

Pendahuluan
Fenomena komunikasi melekat pada eksistensi manusia. Komunikasi ada bersamaan
dengan keberadaan manusia sebagai homo-sociocus, mahluk sosial. Dua hal ini, manusia dan
komunikasi, dapat disamakan dengan dua sisi dari sekeping mata uang. Perkembangan
peradaban manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komunikasi. Peradaban masyarakat
yang sederhana, misalnya, komunikasi yang berkembang diantara mereka juga sederhana
umpamanya berupa corat-coret di dinding gua. Semakin berkembang peradaban manusia
maka komunikasinya pun juga semakin berkembang dan bertambah rumit.
Kemampuan manusia untuk berkomunikasi yang semakin lama menjadi semakin
rumit dan kompleks menjadi pembeda antara manusia dengan binatang. Selanjutnya
Littlejohn mengatakan:
”Communication is one of the most pervasive, important, and complex aspects of
human life. The ability to communicate on a higher level separates humans from other
animals. Our daily lives are strongly affected by our own communication with others
as well as by messages from unknown persons from other parts of the world and from

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 1


Nuryanto : Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm

the past. If there is a need to know about our world, surely communication deserves
our careful attention”. (Littlejohn, 1996: 3).

Fenomena komunikasi melekat pada eksistensi manusia. Komunikasi yang sarat


dengan berbagai simbol hanya dapat dicerna oleh mahluk yang disebut manusia. Fenomena
komunikasi secara serius dipelajari sejak jaman Yunani maupun Romawi kuno dalam
retorika. Selain di Eropa, fenomena komunikasi pun dipelajari di India maupun di China.
Bahkan kertas sebagai alat/media berkomunikasi ditemukan pertama kali di China sekitar
tahun 105 M.
Kegiatan berkomunikasi pada awal abad masehi disibukkan dalam bentuk propaganda
terutama dalam menyiarkan ajaran agama, dalam hal ini agama Kristen. Siar agama dalam
bentuk propaganda semakin intensif ketika Islam muncul di Jazirah Arab dan kemudian
berkembang ke segala penjuru dunia. Aktivitas komunikasi semakin intensif ketika
ditemukannya alat mesin cetak oleh Guttenberg pada 1457. Alat ini membawa revolusi dalam
berkomunikasi, terutama komunikasi cetak yang mampu menebar ide dalam jumlah yang
besar dan dalam waktu yang relatif singkat.
Fenomena komunikasi yang melekat dalam peradaban manusia telah banyak
dipelajari. Namun pada awal perkembangan ilmu, fenomena komunikasi justru dipelajari oleh
ahli ilmu politik, matematika, psikologi, sosiologi, bahasa dan sebagainya. Hal ini dapat
dilihat dari para pemikir awal komunikasi seperti Harold Lasswell (ilmu politik), Kurt Lewin
(psikologi sosial), Carl Hovland (psikolog), dan Paul Lazarsfeld (sosiolog). Hal ini
menunjukkan bahwa fenomena komunikasi merupakan suatu obyek yang diteliti oleh
berbagai disiplin ilmu. Dengan kata lain, komunikasi bukanlah suatu disiplin ilmu. Ia hanya
sekedar obyek kajian disiplin ilmu lain belaka. Wilbur Schramm nantinya bertugas
merekonstrusi kajian komunikasi dari berbagai disiplin ilmu kedalam suatu disiplin ilmu
yang utuh.
Pada awal abad 20, komunikasi berhasil menjadikan dirinya sebagai suatu disiplin
ilmu tersendiri. Salah satu faktor penyebabnya adalah adanya penemuan-penemuan baru di
bidang sains dan tehnologi ditambah dengan adanya Perang Dunia I dan II yang
menggunakan komunikasi terutama propaganda dalam strategi memenangkan perang.
Selanjutnya Littlejohn mengatakan:
“Although communication has been studied since antiquity, it became an especially
important topic in the 20th century. One author describes this development as a
‘revolutionary discovery’, largely caused by the rise of communications technologies
such as radio, television, telephone, satellites and computer networking, along with
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 2
Nuryanto : Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm

industrialization, big business, and global politics. Clearly, communication has


assumed immense importance in our time.
Intense interest in the academic study of communication began after WW I, as
increasing technologies and literacy made communication a topic concern. The
subject was given impetus by the popular 20th century philosophy of progressivism
and pragmatism, which stimulated a desire to improve society through widespread
social change” (Littlejohn, 1996: 4).

Disiplin ilmu baru ini lahir sejalan dengan maraknya pengkajian di bidang
perdagangan/pemasaran, khususnya bidang periklanan. Demikian pula kajian ilmu
pendidikan juga sedang berkembang khususnya dalam hal bidang public speaking, kelompok
diskusi dalam pengajaran di kelas. Dua kajian ini mendorong ilmu komunikasi berkembang
pesat.
Disiplin ilmu yang baru ini semakin berkembang pesat karena menjanjikan lapangan
tenaga kerja yang terbuka. Tenaga-tenaga yang handal di bidang komunikasi semakin banyak
dibutuhkan oleh industri media. Oleh karena itu, minat manusia, khususnya mahasiswa, yang
ingin mempelajari ilmu ini semakin bertambah hampir diseluruh dunia, tidak terkecuali
Indonesia.
Pada dekade 1990-an, kepopuleran ilmu komunikasi di Indonesia mengalami zaman
keemasan. Setiap institusi pendidikan tinggi, terutama yang diselenggarakan oleh pemerintah,
yang menawarkan program studi ilmu komunikasi, pasti dibanjiri oleh lulusan SLTA yang
ingin melanjutkan studi mereka. Pilihan untuk menempuh ilmu komunikasi bagi lulusan
SLTA lebih didasarkan pada kecenderungan pasar tanpa dilandasi dengan pengetahuan dasar
akan makna dari ilmu komunikasi dan apakah karekter dari ilmu tersebut cocok dengan minat
mereka. Keterbatasan akan pengetahuan karakter dari ilmu komunikasi akan tampak jika
ditanyakan masuk kategori apakah ilmu komunikasi dalam rumpun ilmu yang dikembangkan
di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik?
Dengan nada seloroh, kebanyakan mereka menjawab bahwa ilmu komunikasi masuk
dalam rumpun ”dan” dalam kategori Ilmu sosial dan ilmu politik. Hal ini menunjukkan
bahwa mereka yang belajar ilmu ini belum menguasai karakter dari ilmu komunikasi. Gejala
semacam ini pun juga terjadi di Amerika Serikat, bahkan ketika mereka akan lulus tingkat
bachelor ilmu komunikasi banyak yang belum paham esensi dan karakter keilmuan yang
mereka pelajari selama beberapa tahun.
Hal ini tidak mengherankan karena ilmu komunikasi termasuk kategori ilmu yang
baru saja lahir pada abad 20. Itupun melalui proses yang cukup panjang dan dipelopori oleh
beberapa pakar yang disiplin ilmunya berasal dari berbagai macam kecabangan ilmu sosial
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 3
Nuryanto : Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm

seperti sosiologi, sastra/linguistik, antropologi, matematika dan sebagainya. Salah satu pakar
yang dikenal sebagai pendiri ilmu komunikasi adalah Wilbur Schramm. Namun sosok tokoh
ini, baik pribadi maupun pemikirannya tidak banyak dipelajari oleh mahasiswa ilmu
komunikasi.
Dalam era globalisasi, perkembangan ilmu dan teknologi komunikasi semakin cepat
dan canggih sehingga akar dari ilmu komunikasi tidak banyak lagi dipelajari sehingga
cenderung dilupakan. Padahal, konsep-konsep dasar pemikiran yang dikembangkan oleh para
pakar ketika mereka mendirikan kecabangan ilmu baru yakni ilmu komunikasi perlu
dipelajari secara serius karena karakter dan jati diri suatu ilmu ini nampak pada perdebatan
ketika ilmu ini akan lahir atau pada tahap awal perkembangannya.
Artikel ini mendiskusikan usaha dan pemikiran Wilbur Schramm untuk menjadikan
studi komunikasi sebagai suatu disiplin ilmu yang mandiri dan independen. Pada bagian
pertama membicarakan kehidupan pribadi Schramm dari seorang anak yang gagap dan
mempunyai kesulitan berbicara sampai menjadi seorang pakar di bidang komunikasi. Bagian
kedua mendiskusikan visi Schramm tentang ilmu komunikasi dan bagian selanjutnya
membicarakan sumbangan Schramm terhadap ilmu komunikasi.

Kehidupan Pribadi
Wilbur Lang Schramm lahir di Marietta, kota kecil di perbatasan sebelah selatan
negara bagian Ohio, Amerika Serikat pada tanggal 5 Agustus 1907. Nenek moyangnya
berasal dari Schrammsburg Jerman, yang mengalami kesulitan pada waktu Perang Dunia I.
Mereka pindah ke Amerika yang pada waktu itu merupakan negara terbuka yang menerima
banyak imigran. Ayah Schramm membuka praktek sebagai pengacara di Mareitta.
Sejak lahir Schramm mempunyai gangguan di organ bicaranya. Ia mengalami gagap
dan kesulitan berbicara sehingga membuat rasa malu bagi dirinya dan keluarganya. Ayahnya
memupus harapan agar anak laki-lakinya ini kelak menjadi praktisi hukum seperti dirinya.
Menyadari akan kelemahannya, Schramm selalu menghindar berbicara di depan umum.
Namun dibalik kelemahannya itu dia memiliki kelebihan di bidang seni dan kecerdasan di
atas rata-rata. Ketika adik perempuannya mengalami kesulitan bermain piano dan selalu salah
dalam menekan tuts piano, Schramm membantu dan memainkan partitur yang sedang
dihadapi adiknya.
Musik yang dimainkan Schramm membuat adiknya tercengang karena kakaknya
memainkan piano dengan sempurna padahal ia tidak pernah diajar oleh seorang guru musik.
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 4
Nuryanto : Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm

Selain itu ia mahir bermain flute dan kepiawaian ini di tunjukkan ketika wisuda di Marietta
College tahun 1928 yang sekaligus dia berhasil meraih yudisium dengan perikat summa
cumlaude di bidang sejarah dan ilmu politik. Schramm juga dikarunia bakat menulis.
Dari hari kehari Schramm belajar hidup dalam kegagapan dan menerima dirinya apa
adanya. Kesulitannya dalam berbicara nantinya akan membawa dampak pada kehidupannya,
terutama ketika berkarir di bidang komunikasi. Dengan terapi bicara dan kepercayaan diri
yang tinggi, Schramm dapat mengatasi masalahnya sedikit demi sedikit. Walau kesulitan
dalam berbicara, Schramm sangat mudah untuk menulis dan ia memperoleh uang untuk
sekolah dengan menjadi reporter olah raga paruh waktu di Marietta Register.
Schramm melanjutkan kerja paruh waktu di Koran Boston Herald sambil kuliah
mengambil Master of Art (MA) di Universitas Havard di bidang peradaban Amerika tahun
1930. Di kota Boston, tempat Universitas Harvard, Schramm juga menjadi pemain flute di
Boston Civic Symphony dan pemain profesional baseball. Dari kesibukan ini ia mampu
menabung untuk menyelesaikan studinya. Ketika di Havard ia terpengaruh oleh sosok yang ia
kagumi seorang filosof bernama Alfred North Whitehead yang kebetulan juga seorang yang
gagap dalam berbicara.
Schramm berencana melanjutkan studi di Harvard setelah memperoleh gelar MA
walaupun biaya kuliahnya cukup mahal yakni $500 per semester. Selama ini ia telah
mengumpulkan uang dengan kerja paruh waktu dan ditambah dengan uang bea siswa. Namun
akhirnya ia tidak jadi melanjutkan studi di Harvard. Ada dua alasan mengapa ia memutuskan
meninggalkan Harvard. Pertama, karena terjadi depresi ekonomi yang menyebabkan
semuanya menjadi mahal sehingga uang tabungannya tidak mencukupi kebutuhan studi di
Harvard; dan Kedua, ia mendengar kalau ada ahli ternama Amerika di bidang kegagapan Prof
Lee Edward Travis yang sedang melakukan riset di Universitas Iowa.
Schramm kemudian mendaftarkan diri ke Universitas Iowa yang biaya kuliahnya
relatif lebih murah daripada di Universitas Harvard. Ia mengambil doktor (Ph.D.) di bidang
Sastra Inggris. Selain kuliah di Iowa itulah Schramm juga mengikuti terapi dan konseling
dalam hal berbicara. Sedikit demi sedikit dia mampu mengatasi kegagapannya. Terapi
kegagapan yang dialami Schramm membuka matanya untuk memutuskan minatnya di bidang
komunikasi dan melakukan riset eksperimen dalam perilaku berbicara.
Schramm memperoleh Ph.D. tahun 1932 kemudian ia mengambil post doctoral juga
di Universitas Iowa selama 2 tahun di bawah bimbingan Prof Carl E Seashore di Jurusan

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 5


Nuryanto : Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm

Psikologi. Schramm mulai mengerjakan riset eksperimen bidang audiologi dan mulai
bersentuhan dengan pendekatan kuantitaif.
Selama tahun 1935-1942 Schramm menjadi asisten professor di Jurusan Bahasa
Inggris di Universitas Iowa University. Ia dipercaya sebagai Director Iowa Writers’
Workshop, suatu bengkel kerja para penulis. Bengkel kerja ini ini berisi kelompok mahasiswa
pascasarjana yang bekerja secara intens dengan Schramm untuk melatih kemampuan mereka
dalam menulis fiksi. Bagi Schramm, bengkel kerja ini yang nantinya menjadi pilot project
untuk program doktoral bidang komunikasi yang di buka di Iowa, kemudian di Illinois dan di
Stanford.
Keberadaan Schramm di Universitas Iowa berawal dari serba kebetulan. Kebetulan
ada depresi besar sehingga uangnya tidak cukup untuk melanjutkan kuliah di Universitas
Harvard dan kebutulan ada ahli terapi kegagapan yang sedang mengadakan eksperimen di
Universitas Iowa. Kebetulan lagi ketika itu Kurt Lewin, seorang imigran dari Universitas
Berlin yang ahli di bidang psikologi sedang berada di Iowa. Schramm diundang untuk
bergabung dengan club-nya Lewin yang berjumpa seminggu sekali di kafé Iowa, tepatnya di
Round Window Restaurant, untuk mendiskusikan teori yang sedang dibangun Lewin.
Shcramm mempunyai kesan terhadap Lewin dan ia mengatakan:
“I don’t know why journalism at Iowa made no more use of Lewin than it did, for so
far as I know, I was the only one from our field here to have much contact with him or
to know his students like Leon Festinger and Alex Bavelas. But I remember him well;
pacing back and forth in front of a class, with his round pink cheeks shining, drawing
diagrams on the board to illustrate field theory, and saying over and over again”
(Rogers, 1994: 10).

Walaupun dididik dalam bidang sejarah dan ilmu politik, juga humaniora ketika
mengambil Ph.D. di bidang Sastra Inggris, Schramm mendapat pengetahuan mendalam di
bidang teori ilmu sosial dan penelitian sosial. Post doctoral-nya di bidang psikologi dan
kedekatannya dengan Kurt Lewin menjadikan bekal kelak untuk mendirikan studi disiplin
ilmu komunikasi.
Perang dunia II membawa dampak luar biasa bagi kehidupan Schramm dan juga bagi
studi komunikasi. Pada waktu itu banyak berdatangan ilmuwan imigran dari Jerman atau
Eropa ke Amerika Serikat untuk menghindari kekejaman Hitler. Mereka ini antara lain Kurt
Lewin, Paul Lazarsfeld, dan Theodore Adorno. Mereka digabungkan dengan ilmuwan
Amerika seperti Carl Hovland dan Harold Laswell untuk melakukan riset komunikasi.
Mereka bertemu secara periodik dan informal di Washington untuk membicarakan

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 6


Nuryanto : Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm

komunikasi terutama dalam mengatasi dampak Perang Dunia II. Rogers menggambarkan
situasi sebagai berikut:
“Thus an invisible college of communication scholars came together in Washington
DC. They met in formal conferences and informally in carpools, on military bases,
and in federal government offices. Communication was considered crucial in
informing the American public about the nation’s wartime goals, and the details of
food and gas rationing and other consumer sacrifices and in motivating the public to
purchase wars bonds, to avoid buying silk stocking and other scarce products on the
black market, to go victory gardens, and to support the war effort in other ways.
Accordingly, communication research initially focused on studying the effects of
communication. This consensus about the role of communication happened during
World War II, and it happened mainly in Washington DC” (Rogers, 1994: 10-11).

Ketika Perancis jatuh dan Hitler mulai mendominasi Eropa, ilmuwan sosial di
Amerika Serikat mulai was-was, apalagi ketika Amerika benar-benar terjun ke kancah perang
di Eropa dan Asia Pasifik. Perang Dunia II menyatukan para ilmuwan sosial di Amerika
karena mereka mempunyai musuh dan kepentingan yang sama. Keprihatinan selama Perang
Dunia II menyebabkan mereka saling berinterkasi dan melahirkan pendekatan yang
multidisipliner, termasuk di dalamnya adalah studi komunikasi. Situasi ini digambarkan oleh
Rogers sebagai berikut:
“During World War II, Washington was the place to be for a social scientist.
America’s enemies represented such an unmitigated evil that very few social scientists
opposed the war, especially after the fall of France in June 1940, when it became
apparent that Hitler would dominate Europe. America’s war aims united these
scholars in a common cause and brought them together into a network of relationship
that would last throughout their careers. The war effort demanded an
interdisciplinary approach, often centered on communication problems. World War II
thus created the conditions for the founding of communication study” (Rogers, 1994:
11).

Pemerintah Federal Amerika Serikat melakukan beberapa tipe penelitian komunikasi


selama Perang Dunia II yang pada akhirnya membawa pengaruh terhadap ragam studi
komunikasi di Amerika. Di Angkatan Darat, Carl Hovland dan kawan-kawannya melakukan
evaluasi terhadap film-film tentang latihan militer dimana mulai dikembangkan tradisi riset
persuasi. Di Kongres, Lasswell melakukan analisis isi tentang propaganda sekutu dan Jerman.
Kemudian di Massachusetts Institute of Technology, Norbert Wiener menulis laporan populer
tentang apa yang ia lakukan yaitu riset yang berkaitan dengan cara bagaimana meningkatkan
akurasi meriam anti pesawat terbang.
Penelitian ini nantinya akan meretas menjadi Teori Sibernetik. Di laboratorium
perusahaan Bell, Claude Shannon melakukan analisa kriptografik yang nantinya akan
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 7
Nuryanto : Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm

menjadi Teori Informasi. Sedangkan Schramm bertugas membuat draf untuk pidato-pidato
Presiden Rossevelt di radio. Pekerjaan ini dibawah kendali Office of Facts and Figures/
Office of War Information (OFF/OWI) yang bertanggung jawab terhadap propaganda perang
baik untuk konsumsi nasional maupun luar negeri.
OFF didirikan pada bulan Oktober 1941 dengan tujuan menggelorakan moral publik
Amerika dalam situasi perang. Schramm direkrut menjadi direktur pendidikan. Kantor ini
akhirnya merubah kehidupan Schramm secara drastic dari ambisinya bergelut di bidang
pekerjaan intelektual menjadi praktisi yang bergelut dalam pembuatan keputusan untuk
masalah-masalah praktis. Dari seorang sastrawan yang humanis menjadi ilmuwan sosial.
Rogers menggambarkan situasi ini sebagai berikut: “Schramm’s fifteen months with OFF and
OWI would drastically change his life – change the direction of his intellectual pursuits,
thrust him into a circle of national decision-making elites, and prompt him to refer to himself
as a social scientist rather than a literary humanist” (Rogers, 1994: 14).
Pada bulan Juni 1942 ketika OFF berganti nama OWI, lembaga ini mempunyai 400
pekerja dengan alokasi budget sebesar $1.5 juta. Divisi terbesar adalah Biro Penyelidikan
(Bureau of Intelligence) yang tugasnya mengukur opini publik pada masa perang. Biro ini
banyak melakukan survei terhadap berbagai macam hal yang hasilnya nanti menjadi bahan
pertimbangan pembuatan keputusan. Selain itu, biro ini juga merancang tindakan-tindakan
counter propaganda yang dilancarkan oleh musuh.

Visi Wilbur Schramm tentang Studi Komunikasi


Visi Schramm terbentuk selama tahun 1942 ketika ia menjadi direktur divisi
pendidikan di Office of Facts and Figures (OFF)/ Office of War Information (OWI).
Gagasan tentang studi komunikasi tumbuh secara bertahap ketika setiap hari ia bertemu
dengan para peneliti yang juga tertarik dengan gagasan tentang studi komunikasi. Kelompok
ini bertemu setiap dua atau tiga hari sekali di meja konferensi di Gedung Perpustakaan
Kongres. Kelompok ini bertugas memutuskan informasi apa yang harus dikomunikasikan
kepada publik Amerika untuk menggelorakan moral domestik dan dengan saluran
komunikasi apa yang harus digunakan untuk sampai pada target sasaran. Kemudian
kelompok ini juga melakukan cross check melalui berbagai tehnik penelitian survei. David
Manning yang meraih Ph.D. komunikasi dari Universitas Iowa yang juga murid Schramm
mengatakan bahwa riset komunikasi massa dimulai di Gedung Perpustakaan Kongres tahun
1942 (Cartier, 1988: 171). Dengan demikian visi Schramm tentang komunikasi lahir ketika
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 8
Nuryanto : Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm

15 bulan ia berada di OFF/OWI. Setelah selesai di OFF/OWI, ia kembali ke Iowa untuk


mengembangkan visinya tahun 1943.
Selepas dari OFF/OWI, Schramm kembali ke Universitas Iowa. Ketika itu di
Universitas Iowa terdapat lowongan jabatan Direktur Sekolah Jurnalistik (school of
journalism) dan dia ditawari jabatan tersebut. Saat itu Schram mengahadapi dua pilihan yaitu
menerima atau menolak jabatan tersebut. Alasannya adalah dia selama ini belum pernah
menjadi journalis yang profesional dan penuh waktu. Ia merasa “risih” ketika menjadi
profesor jurnalistik tetapi belum pernah menjadi journalis penuh waktu. Pilihan lainnya
adalah visinya tentang pengembangan studi komunikasi yang barangkali memungkinkan jika
disisipkan di sekolah jurnalistik. Berdasarkan pertimbangannya yang lama dan mendalam, ia
menerima jabatan sebagai Direktur Sekolah Jurnalistik. Di sekolah ini akhirnya ia berhasil
membuka program doktoral komunikasi dengan dua spesialisasi yaitu komunikasi massa dan
komunikasi interpersonal. Sebelumnya, di Universitas Iowa juga sudah ada jurusan
komunikasi di Jurusan Pidato dan Seni Drama (Department of Speech and Drama Arts) sejak
tahun 1930 yang menawarkan program Ph.D.
Program ini lebih menitikberatkan pada studi pidato dan interaksi interpersonal.
Semula Schramm mempertimbangkan visinya tentang ilmu komunikasi akan ditanamkan di
jurusan pidato dan seni drama atau di sekolah jurnalistik. Akhirnya Schramm memilih
sekolah jurnalistik sehingga pada waktu itu di Universitas Iowa mempunyai dua program
Ph.D. komunikasi, satu program di jurusan pidato dan seni drama sedang lainnya di sekolah
jurnalistik.
Di Universitas Iowa, jurnalistik mulai diajarkan tahun 1900 dan sekolah jurnalistik
mulai dibuka tahun 1924. Instruktur pertamanya adalah George H Gallup yang kelak
mendirikan American Institute of Public Opinion atau lebih dikenal sebagai Gallup Poll.
Mata kuliah yang diajarkan Gallup antara lain editing berita, periklanan, copyreading dan
magazine writing. Ketika Schramm ditawari sebagai direktur, ia mengajukan persyaratan
semacam blue print untuk dipenuhi oleh pihak universitas. Ia mengatakan:
“I should like to see the kind of School of Journalism that would be not as weak as
itself, but as strong as the university. Not a group of teachers and students sitting on
the periphery of the university, playing with their toys, putting together the picture of
who, what, where, and when in the first paragraph – not that, but a School that would
be in the very heart of the university, which would begin with the assumption that the
students it wants to produce will be the students in the whole university best equipped
to understand and talk about the world they live in” (Cartier, 1988, 246).

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 9


Nuryanto : Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm

Blue print yang dikemukan Schram mengandung tiga aspek, (1) ia hendak menjadikan
sekolah jurnalistik sebagai unggulan di Universitas Iowa, yang selama ini hanya terletak di
pinggiran. (2) pendidikan jurnalistik tidak hanya sebagai vokasi belaka, tetapi dapat pula
sebagai jenjang akademik. (3) visi studi komunikasi, terutama human communication akan
diimplementasikan di blue print tersebut.
Tahun 1947 Schramm meninggalkan Iowa pindah ke Universitas Illinois. Di
universitas ini ia menjadi Director of Institute of Communication Reseach, direktur
University of Illinois Press dan asisten rektor. Tugasnya menjadi bertambah tatkala tahun
1950 ketika didirikan divisi komunikasi Universitas Illinois dan Schramm diangkat sebagai
dekan. Divisi ini membawahi banyak bidang antara lain sekolah jurnalistik dan komunikasi,
perpustakaan universitas, studio TV dan radio kampus, kantor alumni, institute of
communication research dan sebagainya.
Ketika menjabat direktur University of Illinois Press, ia membujuk koleganya Claude
Shanan dan Waren Weaver untuk menerbitkan buku mereka yang berjudul: The
Mathematical Theory of Communication. Buku ini memuat model komunikasi dalam teori
informasi. Nantinya Schramm mengembangkan teori ini untuk merujuk Teori Interaksi
Komunikasi Manusia. Kemudian Schramm mengembangkan teori ini untuk merujuk Teori
Interaksi Komunikasi Manusia. Schramm kemudian menjadi direktur dan pendiri Institute of
Communications Research, mendirikan program doktoral pertama di universitas yang
mendasarkan pada institute ini. Ia pun menyebarkan ide demokrasi atas bantuan berbagai
donor misalnya dari Rockefeller Foundation.

Sumbangan Wilbur Schramm terhadap Kajian Komunikasi


Sumbangan utama Schramm terhadap ilmu pengetahuan adalah menjadikan kajian
komunikasi menjadi disiplin ilmu yang mandiri. Pada awalnya kajian terhadap fenomena
komunikasi dikaji dari berbagai sudut pandang ilmu. Para pakar yang mengkaji fenomena
komunikasi pun berlatar belakang disiplin ilmu yang berbeda yaitu politik, ilmu pasti,
psikologi dan sebagainya. Kemudian ketika terjadi pergolakan di Eropa menjelang, selama
dan sesudah perang dunia II, banyak pakar Eropa yang berimigrasi ke Amerika. Para pakar
ini membawa gaya khas Eropa kontinental dalam kajian komunikasi. Maka tidak dapat
dielakkan kajian fenomena komunikasi di Amerika saat itu menjadi kajian yang inter dan
multidisipliner.

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011


10
Nuryanto : Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm

Pada sisi lain, Schramm berangkat dari keahlian yang multidisipliner pula yaitu
sejarah, sastra, psikologi yang kemudian ditambah dengan berbagai pengalaman praktis
terutama ketika berada di OFF/OWI pada masa Perang Dunia II. Pengalaman melakukan riset
eksperimen psikologi dan riset komunikasi dengan pendekatan kuantitatif di OFF/OWI
menjadikan Schramm sebagai seorang positivis. Oleh karena itu, gagasan Schramm terhadap
kajian komunikasi sebagai disiplin yang mandiri cenderung bercorak positivis. Hal ini
memang tidak mengherankan ketika pada tahun-tahun setelah Perang Dunia II di Amerika
terjadi gelombang gaya pemikiran yang dikenal sebagai aliran behavioralisme terutama di
ranah ilmu sosial.
Gaya positivisme tampak pada karya-karya pemikiran Schramm. Misalnya teori
menurutnya adalah suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, mempunyai abstraksi
tinggi, tersusun berdasarkan serangkaian proposisi yang dapat diuji secara ilmiah, dan dari
padanya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku. Penyusunan proposisi tersebut
dihasilkan melalui metode tertentu dan juga sampai pada pengujiannya.
Sumbangan Schramm yang lain terhadap studi komunikasi adalah pembentukan
model. Untuk memahami sesuatu entitas yang abstrak dan rumit, perlu dibuat suatu model
sehingga entitas yang abstrak dan rumit tersebut dapat mudah untuk dipahami. Model
bukanlah entitas itu sendiri tetapi ia hanya sekedar sarana untuk memahami entitas. Dengan
demikian ada relasi kuat antara entitas dengan model sehingga model dapat mencerminkan
entitas. Model memang dibuat untuk menyederhanakan tanpa mengurangi esensi dari entitas.
Namun jika model dibuat dengan penyederhanaan secara berlebihan (over-simplify) maka
model tersebut malahan dapat menyesatkan.
Komunikasi merupakan bagian dari keseharian hidup manusia merupakan fenomena
yang rumit. Untuk memahaminya, para pakar membuat berbagai macam model sehingga
esensi komunikasi dapat mudah dicerna. Sayangnya, begitu banyak model yang ditawarkan
maka esensi komunikasi malah bias menjadi kabur. Namun sebaliknya, tanpa model, esensi
komunikasi akan semakin sulit dipahami.
Model proses komunikasi Schramm berperspektif psikologis. Aspek psikologi ini
penting untuk ditonjolkan karena proses komunikasi hanya terjadi di kalangan manusia
sebagai mahluk sosial dan sekaligus sebagai mahluk pribadi yang mempunyai dimensi
psikologis. Aspek psikologi ini banyak dipelajari Schramm sewaktu ia berada di Iowa.

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011


11
Nuryanto : Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm

Pengirim maupun penerima pesan, menurut Schramm, adalah sosok manusia yang
hidup bukan di ruang hampa udara. Interaksi manusia dengan lingkungannya akan terekam
dalam pengalaman manusia dan mengendap di alam bawah sadar. Pengalaman inilah yang
nantinya membingkai makna pesan dalam proses komunikasi. Model proses komunikasi
Schramm dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1
Model Komunikasi Wilbur Schramm

Sumber: http://www.shkaminski.com/Classes/Handouts/Communication%20Models.htm

Berjalannya proses komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) komunikator


mengintepretasikan gagasan yang akan ia komunikasikan dengan mengkode/menyandikan ke
dalam pesan. Intepretasi ini sangat tergantung dari pengalaman lapangan (field experience)
dan kondisi psikologis komunikator. Pesan inilah yang kemudian dikirim kepada komunikan.
(2) Komunikan mendekode pesan tersebut dan mengintepretasikan sehingga ia memahami
gagasan yang dikirim oleh komunikator. (3) Ada kalanya komunikan akan bereaksi terhadap
gagasan yang ia terima sehingga ia menterjemahkan gagasannya dengan cara menyandikan
kedalam bentuk pesan dan dikirimkan kembali sebagai umpan balik. Dalam hal ini
komunikan dapat menjadi komunikator. Proses komunikasi menurut Schramm berjalan tanpa
henti antara komunikator dengan komunikan yang masing-masing dapat berganti posisi.

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011


12
Nuryanto : Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm

Syarat berjalannya proses komunikasi ini adalah adanya kesesuaian terhadap


pengalaman lapangan. Tanpa ada pengalaman lapangan yang sama antara komunikator dan
komunikan akan menyebabkan intepretasi yang berbeda terhadap suatu obyek/gagasan.
Perbedaan ini menjadikan proses komunikasi berhenti dan tidak berlanjut.
Meskipun model proses komunikasi Schramm lebih maju daripada model Shannon
dan Weaver, model Schramm ini mengandung kelemahan. Model ini terlalu sederhana dan
hanya terdiri dari dua pihak. Padahal di dalam proses komunikasi sesungguhnya,
komunikator dapat berjumlah jamak dan mengirim pesan kepada seorang komunikan dan
demikian juga sebaliknya. Fenomena semacam ini tidak dapat diwadahi oleh model Schramm
tersebut.
Sumbangan Schramm lainnya adalah mengintroduksi komunikasi pembangunan.
Setelah perang dunia II usai, kajian-kajian keilmuan yang berkaitan dengan hubungan antara
negara maju dengan negara berkembang sangat mewarnai di dunia akademik Amerika
Serikat. Pendekatan yang berkembang adalah pendekatan modernisasi yang mempunyai
asumsi kuat bahwa ketertinggalan negara berkembang dibandingkan negara maju adalah
karena kesalahan negara berkembang itu sendiri. Prasyarat untuk modernisasi yang dipunyai
negara maju, tidak terdapat di negara berkembang.
Schramm adalah orang pertama yang menemukan bahwa komunikasi dapat berperan
penting dalam pembangunan nasional terutama di negara-negara dunia ketiga. Ia percaya
bahwa media massa dapat meningkatkan taraf hidup rakyat secara lebih baik dengan
memasok informasi yang bermutu seperti digambarkan dalam kutipan berikut: “Schramm
believed that the mass media could better the lives of people by supplementing the
information resources of local schools, multiplying the contacts of development agency field
workers, and encouraging people to expose themselves and their children to learning
opportunities” (Singhal, 1987: 19).
Schram mengkaitkan hubungan antara komunikasi pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi sebagai acuan pokok untuk susksesnya program pembangunan nasional. Schramm
mengatakan:
“As economic activity spreads throughout the system, the act of balancing and
sharing the strain becomes more delicate; it require quicker reports from farther
away and quicker orders to more scattered centers. Component must be in touch…
knowledge must be gathered more broadly and more widely. Information must be
transferred more swiftly… The developing nations must be prepared to support an

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011


13
Nuryanto : Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm

enormous increase in the day-to-day communication within the system” (Singhal,


1987, 19).

Schramm juga menggagas bahwa perencanaan yang cermat dalam menyelenggarakan


komunikasi yang efektif harus juga menyangkut pesan-pesan yang berkaitan dengan
psikologi sosial masyarakat. Selanjutnya digambarkan:
“Schramm believed that planning for effective communication should consist of
planning in the social psychology content of the messages to be communicated. He
advocated the use of ‘little media’ or ‘big media’ or combination of both, depending
on the development task required the audience to be reached, and the resources
available. Schramm believed that participative group processes were fundamental to
any form of development or growth activity”. (Singhal, 1987, 20).

Schramm juga menegaskan bahwa pembangunan politik merupakan bagian integral


dari pembangunan nasional. Demikian pula pembangunan ekonomi akan melibatkan
pembuatan keputusan dari banyak pihak. Dengan demikian semakin banyak pihak yang
terlibat akan semakin banyak suara yang dapat didengar dan semakin banyak isu yang
dikemukakan. Secara demikian demoratisasi akan meningkat seiring dengan semakin
meningkatknya kontrol masyarakat dalam proses pembangunan. Selanjutnya Schramm
mengatakan:
“It is clearly possible to use a more efficient school system to indoctrinate a
generation with a desired political viewpoint. Efficient communication works as well
for a dictator as a democrat – probably better, in fact, for the dictator because he is
more likely to seize a monopoly over communication. But on the other hand, it is clear
that communication development provides the conditions for wider participation if the
political philosophy permits it” (Singhal, 1987, 20).

Schramm mencoba memakai pendekatan pragmatis untuk mengatasi kendala politik,


sosial dan ekonomi pada masyarakat di negara berkembang. Ia menggunakan Institute for
Communication Research di Universitas Stanford yang ia pimpin sebagai vocal point
penggunaan komunikasi untuk mengabdi pembangunan nasional. Di Universitas Stanford ini
tahun 1964 ia menulis buku yang monumental tentang komunikasi pembangunan dengan
judul Mass Media and National Development. Berkaitan dengan terbitnya buku ini, sejawat
Schramm bernama Daniel Lerner memberi komentar:
“Wilbur Schramm has written a book that puts all students of communication and
development in his debt… What Harold Lasswell did for the theory of communication
and Paul Lazarsfeld for its research technique, what Lord Keynes did for the theory
of development and Colin Clark for its research technique, this is what Schramm has
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011
14
Nuryanto : Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm

opened the gates for all of us to try to do for communication-in-development”


(Singhal, 1987: 20).

Kesimpulan
Wilbur Schramm adalah sosok intelektual Amerika Serikat yang berhasil membuat
komunikasi sebagai disiplin ilmu yang mandiri dan independen. Pada waktu itu, awal abad
20, fenomena komunikasi dikaji dari berbagai disiplin ilmu social sehingga komunikasi
merupakan kajian interdisipliner.
Untuk mencapai reputasi sebagai ilmu yang mandiri maka harus didukung literatur
tentang bidang ilmu tersebut dan program yang disediakan untuk mempelajari ilmu tersebut
secara sistematis. Untuk hal yang pertama Schramm menerbitkan beberapa buku teks puluhan
tulisan komunikasi di jurnal-jurnal ilmiah. Selain itu Schramm juga mendirikan program S3
yang pertama yang mempelajari ilmu komunikasi.
Posisi Schramm sebagai pakar komunikasi ditempuh melalui perjuangan yang cukup
berat dan berliku. (1) Sejak kecil Schramm adalah anak yang gagap dan mempunyai
gangguan dalam berbicara. Dalam kondisi semacam ini sulit dibayangkan jika karir Schramm
justru di bidang komunikasi. Hal ini dicapai dengan kerja keras, percaya diri dan tekun
melakukan terapi berbicara. (2) Latar belakang akademik Schramm cukup bervariasi yakni
sejarah, ilmu politik, sastra Inggris dan psikologi dengan nilai cemerlang yang memberi bekal
terhadap kajian komunikasi. (3) Faktor kebetulan ketika Schramm dipertemukan dengan
ilmuwan sosial lainnya sewaktu perang dunia II ketika melakukan survai opini publik. Disini
Schramm bersinggungan dengan ilmu-ilmu sosial dan pendekatan-pendekatan kuantitatif
yang menginspirasi untuk membuat kajian komunikasi sebagai disiplin yang mandiri.
Ada tiga hal utama sumbangan Schramm terhadap ilmu komunikasi. (1) Ia
memperkenalkan paradigma positivisme dalam kajian komunikasi sehingga menjadi suatu
disiplin ilmu yang ilmiah. (2) Ia berhasil menyederhanakan fenomena komunikasi yang rumit
dan kompleks melalui berbagai model sehingga mudah dicerna oleh pembelajar ilmu
komunikasi. (3) Praktis dari ilmu komunikasi ketika ia memperkenalkan komunikasi
pembangunan ketika ia menjadi konsultan komunikasi di beberapa negara berkembang dan
ketika ia menjabat direktur di East West of Communication Institute di Hawaii tahun 1970-
an.

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011


15
Nuryanto : Ilmu Komunikasi dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm

Daftar Pustaka
Anonim. Definition Personality, diakses lewat http://dict.die.net/personality/personality,
diakses 10 Agustus 2011.
Anonim, Model Komunikasi, dalam
http://www.shkaminski.com/Classes/Handouts/Communication%20Models.htm.
diakses 10 Agustus 2011.
Anonim. Wilbur Lang Schramm (1907-1987): Forefather in the Field of Communication,
http://www.uri.edu/personal/carson/kulveted/schrammbio.html, diakses 10 Agustus
2011.
Cartier, Jacqueline Marie. (1988). Wilbur Schramm and the Beginnings of American
Communication Theory: A History of Ideas, Disertasi Doktor Universitas Iowa (Tidak
Diterbitkan).
Gendlin, Eugene T. A Theory of Personality Change,
http://www.focusing.org/personality_change.html#Personality%20Theory%20and%2
0Personality%20Change, diakses 17 Juni 2011.
http://www.geocities.com/sebaya01/pribadi.htm, diakses 10 Agustus 2011.
http://www.yourdictionary.com/ahd/p/p0209600.html, diakses 10 Agustus 2011.
Huberman, A Michael dan Miles Mattew B. (2009). “Manajemen Data dan Metode Analisis”,
dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, Handbook of Qualitative
Research,. Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Littlejohn, Stephen W. (1996). Theories of Human Communication. Fifth Edition,. Belmont:
Wadsworth.
Mutmainah, Siti dan Ahmad Fauzi. (2002). Psikologi Komunikasi. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka.
Rogers, Everett M, A. (1994). History of Communication Study: A Biographical
Approach.Kanada: The Free Press.
Singhal, Arvind, (1987). “Wilbur Schramm: Portrait of Development Communication
Pioneer” dalam Communicator, Vol. XXII (1), pp. 18-22.
Smith, Louis M., (2009). ”Metode Biografis” dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S.
Lincoln, Handbook of Qualitative Research. Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sulistyawati, Enik, Model Komunikasi Schramm , dalam
http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/03/model-komunikasi-schramm.html
diakses 10 Agustus 2011.
Yoseph, Iyus, Hand-out Perkuliahan Psikologi, Yayasan Persatuan Perawat Nasional
Indonesia – Akademi Keperawatan PPNI Jawa Barat (Tanpa Tahun).

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011


16

You might also like