You are on page 1of 35

Reexamination of Evidence

Leads to Already-jailed Suspect


in 1980 Cold Case
Telaah Kasus : Universitas Tanjungpura
Pembimbing : dr. Heratri Wika Nur Agusti, Sp. F, M.Sc
Anggota
Orient Darirohman I4061222015
Rima Wenisa Ainanda I4061222032
Kenni Kenedy I4061222052
Raisah Hulaimah N. I4061222054
Ade Rahma Octarida I4061222058
Irfan Lefrandi maulana I4061222059
Flaviana Dian I4061222060
Muhammad Difa Imaddudin I4061222062
M. Surya I4061222063
Venny I4061222064
Pendahuluan
Bab 1
Kasus
In late 2021, at the request of the family,
an evidence technicians reviewed the cold
Last week, deputies booked a suspect
case to see if any of the original evidence
into Solano County Jail for a homicide
could be resubmitted for additional DNA
committed 42 years ago.
analysis. Several months later,
In August 1980, two field workers
investigators received a report from the
discovered a body in a cornfield in Dixon,
Serological Research Institute (SERI)
California. The victim was a white female,
stating that male DNA was found on these
but otherwise unidentified. Her cause of
pieces of evidence. When that DNA was
death was listed as multiple gunshots to
submitted into another database with the
the head and neck
San Mateo Crime Lab, investigators learned
The victim was initially listed as Jane Doe
that it belonged to 76-year-old Herman Lee
for more than 10 years. It was not until
Hobbs. At that time, Hobbs had been
1992 when the Coroner’s Office was
serving a significant prison sentence for a
contacted by the National Missing Persons
1975 murder for which he was convicted in
Unit that investigators learned the victim
2005 in Sacramento. Detectives obtained a
was 21-year-old Holly Ann Campiglia from
warrant to collect new DNA from Hobbs for
New Jersey.
a direct comparison, and it was confirmed
for a second time.
Kasus

Late last week, an arrest warrant was


For example, the original deputy to
issued by a Solano County Superior Court
investigate this case was Deputy Jose
Judge along with a removal order to have
“Joe” Cisneros who was killed in the line of
Hobbs transferred from State Prison to
duty in 1985. His hard work is still helping
Solano County Jail to face new charges
solve cases over 40 years later.
for the murder of Campiglia, including an
This is the second arrest involving a
enhancement for the use of a gun.
cold case homicide in Solano County in the
Detectives continue to work in
past seven months. In July 2022, James
collaboration with other Northern
Gary was arrested for the 1996 murder of
California agencies to potentially identify
Winifred Douglas. He is still pending court
and/or solve additional cases that may be
proceedings. This case remains under
linked to Hobbs.
active investigation. If you have information
Cold cases are particularly difficult
relating to this homicide from 1980, please
cases to work because sadly, time goes
contact Solano Sheriff Investigations at
on which leads to gaps in memory and
707-784-7050.
new cases that come in and change the
prioritization.
Ringkasan Kasus

Pada tahun 1980 dua orang pekerja menemukan jenazah di ladang


jagung di wilayah dixon, California. Korban merupakan wanita kulit putih,
selebihnya tidak dapat di identifikasi, penyebab kematiannya adalah
karena beberapa tembakan peluru ke kepala dan leher. Korban
didaftarkan sebagai "Jane Doe" selama lebih dari 10 tahun hingga polisi
dihubungi oleh National Missing Person Unit yang menemukan bahwa
korban adalah Holly Ann Campiglia berusia 21 tahun asal New Jersey.
Pada tahun 2021, dengan permintaan keluarga seorang teknisi barang
bukti melihat ulang kasus ini untuk melihat barang bukti asli yang dapat
diserahkan untuk analisis DNA tambahan, beberapa bulan kemudian
ditemukan terdapat DNA laki laki pada barang bukti, setelah di lakukan
pencocokan DNA, penyidik menemukan bahwa DNA tersebut milik
Herman Lee Hobbs berusia 76 tahun. Hobbs sedang menjalani hukuman
penjara akibat pembunuhan. Setelah dilakukan pengecekan ulang DNA
baru dari Hobbs dan didapatkan hasil yang cocok untuk kedua kalinya
Tinjauan Pustaka
Bab 2
01
Forensik
Molekuler
Definisi

cabang ilmu kedokteran forensik yang memanfaatkan


perkembangan teknologi biologi molekuler dalam
memecahkan berbagai kasus forensik seperti
pencarian orang hilang, pelacakan pelaku
pembunuhan, kasus ragu ayah dan infantisida
Klasifikasi

Hampir semua sampel biologis tubuh dapat digunakan untuk


sampel tes sidik DNA, tetapi yang sering digunakan adalah
darah, rambut, usapan mulut pada pipi bagian dalam (buccal
swab), dan kuku. Untuk kasus- kasus forensik, sperma, daging,
tulang, kulit, air liur atau sampel biologis apa saja yang
ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dapat dijadikan
sampel tes sidik DNA. Secara biologis, pemeriksaan
identifikasi korban bisa dilakukan dengan odontologi (gigi-
geligi), anthropologi (ciri tubuh), golongan darah serta sidik
DNA. Sidik DNA merupakan gambaran pola potongan DNA dari
setiap individu
Peran

Seseorang yang terlibat kejahatan (baik pelaku maupun korban),


atau korban kecelakaan/bencana terkadang sulit diidentifikasi. Jika
identifikasi secara fisik sulit atau tidak mungkin dilakukan, maka
pengujian DNA adalah salah satu pilihan yang tepat. DNA dapat
diambil dari bagian tubuh manapun, kemudian dilakukan analisa
PCR untuk mengamplifikasi bagian-bagian DNA tertentu yang
disebut fingerprints alias DNA sidik jari, yaitu bagian yang unik bagi
setiap orang. Hasilnya dibandingkan dengan DNA sidik jari
keluarganya yang memiliki pertalian darah, misalnya ibu atau bapak
kandung. Jika memiliki kecocokan yang sangat tinggi maka bisa
dipastikan identitas orang yang dimaksud. Banyak orang yang juga
yang memanfaatkan pengujian ini untuk menelusuri orang tua yang
sesungguhnya dari seorang anak jika sang orang tua merasa ragu
02
Identifikasi
Korban
Forensik
Prinsip
Membandingkan data-data antemortem dan
postmortem. Data-data yang dapat dikumpulkan
menurut standar Interpol termasuk tanda pengenal
primer, yaitu sidik jari, riwayat pemeriksaan gigi,
dan DNA, serta tanda pengenal sekunder, yaitu
riwayat medis, properti atau benda-benda yang
digunakan, dan fotografi.
Identifikasi dapat dilakukan dalam tiga cara,
yaitu visual (kerabat atau kenalan melihat jenazah);
data secara rinci (misalnya, data antemortem yang
cocok dengan informasi yang dikumpulkan selama
autopsy dan informasi situasional lainnya); dan
secara ilmiah atau objektif (misalnya, pemeriksaan
gigi, sidik jari, atau DNA).
Data Primer

Sidik Jari DNA Odontologi


membandingkan sidik jari DNA yang paling akurat Pada korban yang
korban dengan data sidik untuk tes adalah DNA mengalami pembusukan,
jari ante mortem yang inti sel karena inti sel identifikasi melalui sidik
dimana metode ini dapat tidak bisa berubah jari akan sulit dilakukan
dikatakan metode sedangkan DNA dalam maka dapat digantikan
dengan ketepatan paling mitokondria dapat dengan pemeriksaan gigi
tinggi untuk menentukan berubah karena. geligi karena gigi bersifat
identitas korban lebih tahan lama dalam
proses pembusukan.
Data Sekunder

visual Medis
mengamati profil luar tubuh dan wajah seperti luka, temuan penyakit, serta
pengangkatan organ merupakan
informasi krusial

Property
kepemilikan identitas yang masih
melekat pada tubuh mayat
(misalnya: pakaian, perhiasan, tato,
dll)
Metode Identifikasi

Metode identifikasi forensik


dibagi menjadi metode
identifikasi primer dan sekunder. Identifikasi sekunder meliputi
Identifikasi primer (DNA, gigi deskripsi personal, temuan
dan sidik jari) adalah metode medis, tato, dan segala pakaian
identifikasi ilmiah yang mampu maupun aksesoris yang
bertahan secara global dan ditemukan pada jenazah.
telah terbukti sebagai metode Tujuan identifikasi ini adalah
identifikasi yang efektif. DNA mendukung metode identifikasi
dan sidik jari seringkali tidak lainnya dan biasanya tidak
dapat digunakan apabila telah cukup kuat jika dipakai sebagai
terjadi kerusakan berat dan satu-satunya metode dalam
meluas terhadap jaringan lunak identifikasi.
korban.
03
Pemeriksaan
DNA
Definisi

Sebuah teknik pemeriksaan DNA yang didasarkan pada


pengulangan urutan basa tertentu yang disebut core
sequences, yang berulang dengan jumlah pengulangan yang
berbeda-beda setiap orang yang sangat efektif digunakan pada
pemeriksaan DNA dari bidang forensik
Jenis

1. Autosomal Short Tandem Repeats (STRs)


2. Y-ChromosomeSTRs ( Y-STRs)
3. DNA mitokondria (mtDNA) manusia
4. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
5. Analisis Polymerase chain reaction (PCR)
Tujuan

Dalam kedokteran forensik, salah satu pemeriksaan yang


sangat membantu penyidikan adalah pemeriksaan barang bukti
yang ada di tubuh korban, pelaku kejahatan dan tempat
kejadian perkara (TKP).
Sampel

Setiap bagian tubuh manusia dapat diambil sebagai spesimen


karena setiap sel yang berinti dalam tubuh seseorang memiliki
rangkaian DNA identik, dimana seorang anak pada dasarnya
menerima jumlah material genetika yang sama dari ibu dan
ayah kandungnya (hukum pewarisan sifat dari Mendel). Selama
ini spesimen (sampel) yang banyak dipakai dalam pemeriksaan
DNA untuk mengidentifikasi adalah bercak darah/darah, bercak
sperma, vaginal swab, buccal swab, dan tulang.
Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan : membantu dalam mengungkap berbagai kasus


kriminal atau tindak pidana, identifikasi korban kecelakaan atau
bencana alam, dan penentuan hubungan kekerabatan anak-
orang tua. Dari tes DNA ini bisa mengungkap banyak kasus
kriminal, seperti pembunuhan, perkosaan dan penelusuran
anak kandung.
Kekurangan : DNA dapat mengalami kerusakan akibat adanya
kontaminasi, pembusukan dan degradasi.
Metode Penelitian

1. PCR standar
2. Amplification Refractory Mutation System/ARMS PCR
3. GAP-PCR
4. RFLP PCR
5. Kuantitatif PCR
6. Multipleks Tandem PCR
Kerusakan DNA

Pada dasarnya kerusakan DNA dibagi 2 tipe, yaitu; Pertama:


kerusakan dari dalam atau endogenous damage, seperti halnya
kerusakan yang disebabkan oleh reactive oxygen species
(ROS) akibat proses oxidative phosphorylation. Kedua:
kerusakan DNA yang disebabkan oleh faktor luar atau
exogenous damage, misalnya radiasi UV, X-ray, gamma ray
serta thermal disruption. Kerusakan DNA dari faktor luar
lainnya seperti bahan-bahan kimia, pH, suhu.
04

Luka Tembak
Definisi Mekanisme Kematian

1. Kehilangan darah masif (perdarahan)


adalah penyebab tersering kematian akibat
senjata api. Peluru menembus arteri besar
yang mengakibatkan pembuluh darah
luka yang disebabkan oleh penetrasi
robek, sehingga terjadi perdarahan
anak peluru ke dalam tubuh yang
2.Trauma juga dapat menyebabkan
diproyeksikan lewat senjata api atau
kematian. Saat sebuah peluru masuk
persentuhan dengan tubuh. Luka tembak
menembus tubuh, peluru itu akan membuat
dapat dibagi menjadi dua, yaitu luka
lubang.
tembak masuk dan luka tembak keluar.
3. Infeksi merupakan penyebab kematian
pada luka tembak. Penetrasi peluru akan
menghasilkan luka tembak yang dapat
membawa kuman
Klasifikasi Pemeriksaan Khusus

Luka tembak secara umum dibagi menjadi


1. Pemeriksaan mikroskopik
dua, yaitu luka tembak masuk dan luka
2. Pemeriksaan kimiawi
tembak keluar. Luka tembak masuk juga
3. Pemeriksaan dengan sinar X
dibagi dalam tiga, yaitu luka tembak
4. Pemeriksaan baju pada korban luka
tempel (kontak), luka tembak jarak dekat
tembak
dan luka tembak jarak jauh
04

Studi Kasus
Mengapa pemeriksaan identitas sulit dilakukan pada
saat awal penyidikan?

Identifikasi identitas sulit untuk dilakukan karena adanya perubahan


seperti dekomposisi dan skeletonisasi yang terjadi karena faktor
lingkungan seperti kelembaban, suhu, dan paparan mikroorganisme.
Selain itu, pada beberapa kasus seperti kasus mayat terbakar
menyebabkan terjadinya ada perubahan fisik yang menyulitkan proses
identifikasi identitas seperti deformasi dan fragmentasi akibat
penyusutan oleh panas, juga dapat menginduksi modifikasi kimiawi
pada tulang, termasuk degradasi DNA yang akan semakin sulit untuk
mengetahui identitas. Menyelidi identitas melalui analisis DNA juga
dapat menghadapi berbagai kesulitan seperti kontaminasi dari DNA
eksogen di TKP, atau selama pengumpulan, persiapan maupun saat
akan menganalisis.
Apa peran forensik molekuler dalam mengungkap
kasus tersebut?

Dengan banyaknya penanda genetik yang tersedia dan platform


analisis yang lebih baik, bahkan sampel kecil dan/atau terdegradasi
dapat dikategorikan secara genetik dan memiliki potensi untuk
memberikan informasi yang berarti bagi penyelidik kriminal.
Penggunaan short tandem repeat (STR), penanda kromosom Y, dan
mtDNA dengan platform elektroforesis kapiler (CE) memberikan
kekuatan diskriminasi yang cukup untuk sebagian besar penerapan
dan memiliki kedudukan kuat serta rutin digunakan di
lapanganSebagian besar negara industri kini telah mendirikan atau
sedang dalam proses membangun basis data DNA forensik
berdasarkan teknologi STR untuk membantu penyelidikan kriminal
Berapa lama sampel DNA dapat bertahan?

Jika sampel DNA dengan benar diambil menggunakan swab, itu bisa
bertahan hingga 6 bulan. Durasinya tidak terbatas pada 6 bulan karena
dapat diperpanjang hingga satu tahun. Namun, cairan penstabil yang
tepat harus disertakan. Tetapi tidak ada jaminan untuk durasi yang
tepat bahwa sampel DNA akan bertahan karena sampel yang berbeda
menghadirkan fitur unik. Karena itu, disarankan agar Anda menguji
sampel pada kenyamanan terdekat setelah pengumpulan.
Bagaimana prosedur yang harus dilalui untuk
melanjutkan penyidikan dari "cold case"?

jika dipandang oleh polisi penyidik bahwa dalam perkara tersebut alat
bukti tidak cukup memadai, penyidikan perkara akan dihentikan. Akan
tetapi, jika di kemudian hari polisi penyidik (atas inisiatif sendiri atau
atas desakan/permintaan pihak berkepentingan) dapat dan berhasil
mengumpulkan bukti yang cukup memadai, maka perkara yang telah
dihentikan dalam dibuka kembali. Artinya perkara tidak dihentikan
secara final. Ini kemungkinan besar juga terkait dengan peluang
ditemukannya bukti tambahan atau bukti baru.
Kesimpulan
Bab 3
Analisis DNA memegang peranan penting dalam proses
identifikasi jenazah dalam kasus forensik. Dengan mengetahui
daerah/bagian DNA yang dapat digunakan pada pemeriksaan
DNA forensik pada kondisi tertentu, baik untuk kepentingan
identifikasi individu pada korban bencana masal, maupun
kepentingan pengungkapan kasus kejahatan yang disertai
dengan upaya penghilangan barang bukti yang berasal dari
korban maupun tersangka diharapkan proses identifikasi
korban atau pelaku tindak kriminal atau kasus-kasus mass
disaster lainnya akan berjalan lebih cepat, lebih baik dan
mempunyai hasil analisis dengan akurasi tinggi.
Terimakasih

You might also like