Professional Documents
Culture Documents
24064
204
Implementasi Metode Dirosa dalam Pembelajaran Baca Al-Qur’an… | 205
alasan yang mendasari munculnya kendala tersebut. Bagi pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan
orang dewasa, kemampuannya dalam membaca Al-Qur’an belajar. Sedangkan Majid (2013: 4) memaknainya sebagai
sudah mulai menurun, salah satu faktor yang upaya yang dilakukan pendidik dalam membelajarkan
mempengaruhinya ialah kebiasaan sewaktu muda dimana seseorang atau lebih, melalui berbagai bentuk usaha yang
tidak dibiasakan membaca Al-Qur’an dan tidak dilakukan dengan harapan adanya perubahan menuju
mempelajarinya lebih lanjut. Karena kecenderungan keberhasilan .
mengaji umumnya hanya sampai pada usia sekolah dasar, Pembelajaran memiliki komponen-komponen yang
maka seringkali menjadi sebab mereka lupa akan bacaan berfungsi sebagai pendukung kegiatan belajar. Dolong
Al-Qur’an. Pada akhirnya, Al-Qur’an tidak selalu menjadi (2016: 295) mengungkapkan bahwa setiap komponen
sesuatu yang rutin dibaca. memiliki keterkaitan satu sama lain dalam proses
Tidak hanya itu, berdasarkan pada hasil wawancara pembelajarannya, adapun komponen-komponen tersebut
pra survei dengan Ustadz Wawan Kurniawan (22 berupa: tujuan pembelajaran, peserta didik, pendidik,
November 2019), beliau mengatakan bahwa orang tua bahan ajar, metode, media, serta evaluasi. Selain itu, Majid
merasa kesulitan menemukan tempat belajar membaca Al- (2013: 193) menambahkan bahwa metode merupakan
Qur’an yang sesuai dengan kebutuhannya yakni sebagai upaya-upaya yang tersusun guna membantu
pemula. Menanggapi hal tersebut, Lembaga Wahdah pengimplementasian suatu rencana kegiatan agar tercapai
Islamiyah menawarkan salah satu programnya yaitu secara optimal.
pembinaan dan pelatihan baca Al-Qur’an melalui sebuah Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa
metode dengan nama Dirosa (Pendidikan Al-Qur’an Orang metode pembelajaran baca Al-Qur’an adalah komponen
Dewasa). Pencetusnya yakni Ustadz Komari dan Ustadzah yang berisi tahapan-tahapan kegiatan dalam suatu
Sunarsih (2015: 16-19) mengungkapkan bahwa metode ini rangkaian pembelajaran yang diciptakan untuk memberi
dirasa cukup ideal bagi orang dewasa, karena merupakan kemudahan dalam mencapai tujuan secara efektif dan
sebuah format yang dihasilkan melalui pengalaman efisien.
pencetusnya selama 15 Tahun mengajar Al-Qur’an di Beberapa metode membaca Al-Qur’an menerapkan
Taman Pendidikan Al-Qur’an Ibu-Ibu (TPAI) yang terletak sistem klasikal dan privat pada pembelajarannya. Adapun,
di Sungguminasa, Makassar sejak Tahun 1991. Anggranti (2016: 110) menyebutkan bahwa sistem
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik pembelajaran klasikal merupakan cara mengajar yang
melakukan penelitian terhadap program pembinaan dan dilakukan oleh pendidik untuk mencapai suatu tujuan
pelatihan membaca Al-Qur’an dengan metode Dirosa secara bersama-sama. Sedangkan sistem privat menurut
melalui kajian mendalam terkait implementasi metode Mu’min (1991) yang dikutip oleh Anggranti (2016: 109)
Dirosa dalam pembelajaran baca Al-Qur’an di DPD merupakan cara mengajar yang dilakukan oleh pendidik
Wahdah Islamiyah Kota Bandung. Adapun, tujuan dari dengan melatih keterampilan baca pada peserta didik
penelitian ini ialah mencari data terkait: terhadap bahan materi yang telah diberikan secara mandiri.
a. Persiapan tenaga pendidik sebelum Pada umumnya, materi-materi yang disampaikan
mengimplementasikan metode Dirosa dalam dalam pembelajaran baca Al-Qur’an berdasarkan
pembelajaran baca Al-Qur’an. pernyataan Anggranti (2016: 108) dapat diklasifikasikan
b. Langkah-langkah pengimplementasian sebagai berikut:
metode Dirosa dalam pembelajaran baca Al- a. Pengenalan huruf hijaiyah dan makhrajnya
Qur’an. b. Syakl
c. Sistem evaluasi pembelajaran baca Al-Qur’an c. Huruf bersambung
dengan metode Dirosae. d. Kaidah Tajwid
e. Gharib (bacaan-bacaan yang berbeda dengan
kaidah umum).
LANDASAN TEORI Keberhasilan penyampaian suatu materi dapat kita
lihat melalui tahapan evaluasi yang dipimpin oleh
Al-Qur’an merupakan kitab yang berisi rangkaian pendidik. Sebagaimana Gage dan Berliner dalam (Suyono
pedoman hidup bagi umat Muslim di seluruh dunia. Oleh dan Hariyanto, 2014: 187) menyebutkan tiga fungsi
karenanya, pemahaman yang baik terhadap isi kandungan seorang pendidik yakni sebagai perencana (planner),
Al-Qur’an merupakan langkah utama yang harus dipenuhi pelaksana dan pengelola (organizer) serta penilai
oleh setiap Muslim demi mencapai kebahagiaan hidupnya. (evaluator).
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Mulyani., M Imam Setiap orang dari berbagai kalangan usia memiliki
dan Dinar (2018: 204) menuturkan bahwa sebelum karakteristik yang berbeda, terlebih dalam menghadapi
seseorang memahami Al-Quran, maka setiap diri mereka suatu proses pembelajaran. Pada latar belakang
harus mampu membacanya terlebih dahulu. Sebab hal sebelumnya, telah disebutkan bahwa orang dewasa merasa
tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk kesulitan menemukan tempat belajar yang sesuai dengan
permulaan dalam memahami agama Islam itu sendiri. kebutuhan usianya. Maka dari itu, perlu kita ketahui
Pembelajaran menurut UU SPN No. 20 tahun 2003, terlebih dahulu berbagai karakteristik orang dewasa dalam
merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan
belajar sebagaimana yang disampaikan oleh Tisnowati Program pembinaan dan pelatihan baca Al-Qur’an
Tamat (1985: 20-22) dalam (Sunhaji, 2013: 5) yakni: memiliki target sasaran yakni kaum Muslimin pemula
(pria, wanita; remaja. dewasa) yang belum mampu atau
a. Pembelajaran mengarah pada suatu proses masih terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an melalui
pendewasaan, seseorang akan berubah dari sebuah metode dengan nama yang sama yakni Dirosa. Di
bersifat tergantung menuju ke arah mampu Kota Bandung, metode ini diperkenalkan pada bulan
mengarahkan diri sendiri, Februari tahun 2008.
b. Untuk memperoleh pemahaman serta Berdasarkan keterangan Ustadz Wawan Kurniawan
kematangan diri, maka pembelajaran selaku ketua DPD Wahdah Islamiyah Kota Bandung,
ditekankan pada eksperimen, diskusi, beliau menyebutkan bahwa sifat awal penerapan metode
pemecahan masalah, latihan, simulasi dan ini menggunakan kelas klasikal dengan 20 kali pertemuan.
praktik lapangan. Akan tetapi, beliau memperhatikan bahwa masyarakat
c. Mereka siap belajar apabila materi belajar wilayah timur cenderung lebih banyak memiliki waktu
disusun sesuai dengan kebutuhan kehidupan luang dibandingkan dengan yang bermukim di wilayah
mereka yang sebenarnya dan urutan penyajian Jawa. Banyak dari peserta yang merasa bahwa 20 kali
harus disesuaikan dengan kesiapan peserta pertemuan merupakan proses yang cukup lama. Maka dari
didik. itu, beliau memutuskan untuk mengadakan kelas privat
d. Pengembangan kemampuan dalam belajar dengan target 8 kali pertemuan. Sebab, lembaga Dewan
berpusat pada kegiatannya. Pimpinan Pusat (DPP) Wahdah Islamiyah yang menaungi
Berdasarkan hal ini, pendidik memiliki peran sebagai Dirosa bersifat arahan. Sedangkan dalam pelaksanaannya,
pembimbing yang berkewajiban mengarahkan pesertanya tergantung pada keputusan dari masing-masing lembaga
tanpa menggurui. Sehingga hubungan yang terjalin antara daerah tanpa merubah format teknik-teknik pembelajaran
pendidik dan peserta didik (murid, warga belajar) yang ada.
berlangsung secara dinamis. (Knowles, 1970) dalam Adapun, untuk mempersiapkan tenaga pendidik yang
(Hiryanto, 2017: 67). Selain itu, Muhammad Yaumi dalam mumpuni, Wahdah Islamiyah mengadakan beberapa
(Dolong, 2016: 296) menandaskan bahwa menganalisis pelatihan antara lain:
karakteristik peserta didik adalah langkah strategis untuk a. Pelatihan Dasar Dirosa
merancang pembelajaran yang dapat mengakomodasi Pelatihan ini dilaksanakan tergantung pada kebutuhan
kebutuhan masing-masing peserta. pengajar Al-Qur’an didaerahnya masing-masing, dan
Metode Dirosa yang hadir melalui pengalaman memiliki dua pola pelatihan yakni pola 4 jam dan 8 jam.
pencetusnya selama bertahun-tahun mengajar Al-Qur’an Pelatihan ini dibina oleh Tim pelatih yang 1 Timnya terdiri
bagi ibu-ibu, dapat dikatakan sebagai metode yang dari 2-4 orang trainer. Perbedaan dari pola pelatihan 4 jam
diciptakan melalui pertimbangan kebutuhan pesertanya. dan 8 jam terletak pada jumlah materi serta lamanya waktu
Sejalan dengan hal ini, terdapat informasi yang termuat pelaksanaan. Materi yang disampaikan pada pola 4 jam
dalam artikel Wahdah Islamiyah dalam (Hafsari, Mardi ialah penguasaan buku Dirosa beserta metodologi
dan Nursaeni, 2018: 5) yang menyebutkan bahwa program pengajarannya. Sedangkan materi pada pola 8 jam antara
Dirosa memiliki tujuh keunggulan. Adapun, keunggulan- lain problematika dakwah Al-Qur’an, pengenalan Dirosa,
keunggulan tersebut yakni sebagai berikut: penguasaan buku Dirosa, metodologi pengajaran Dirosa,
a. Dirancang khusus untuk orang dewasa, serta MT (Micro Teaching).
b. Metode yang mudah dan cepat (20 kali Peserta yang mengikuti pelatihan ini, biasanya
pertemuan) merupakan kader-kader pilihan yang direkomendasikan
c. Biaya pendidikan gratis dari berbagai lembaga dengan memperhatikan syarat-
d. Waktu dan tempat fleksibel syarat calon peserta yang telah ditentukan. Salah satu
e. Pembinaan hingga lancar membaca Al-Qur’an peserta pelatihan dasar Dirosa yakni ustadzah Dian
f. Bimbingan materi dasar keislaman Ekawati (32 Tahun) yang kini menjadi pengajar Dirosa,
g. Sangat cocok bagi pemula maupun yang telah mengikuti pelatihan sebanyak tiga kali. Beliau
sudah bisa membaca Al-Qur’an mengungkapkan apabila seluruh materi telah disampaikan
oleh trainer, selanjutnya dilakukan praktik mengajar untuk
kelas klasikal yang disesuaikan dengan buku panduan yang
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN digunakan yakni buku Dirosa klasikal 20 pertemuan.
Setelah pelatihan ini selesai, peserta pelatihan (calon
Dirosa merupakan program bekal Da’i ke daerah yang pengajar) diberi waktu selama 3 bulan untuk mencari
merupakan singkatan dari “Pendidikan Al-Qur’an Orang halaqah yang akan diajarkan. Minimal seorang calon
Dewasa”, dimana pada aktivitasnya terdapat dua jenis pengajar bermagang pada satu guru senior untuk 20 kali
program yakni pembinaan dan pelatihan baca Al-Qur’an pertemuan (klasikal). Sehingga apabila pengajar tersebut
dengan sistem kelas klasikal 20 kali pertemuan dan turun ke lapangan, ia sudah mampu menguasai metode
program lanjutan (tahsin) yang didukung dengan pembelajaran.
pembinaan dasar-dasar keislaman.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan
sebelumnya, peneliti mengambil beberapa poin kesimpulan
sebagai berikut:
1. Untuk mempersiapkan tenaga pendidik yang mumpuni
dalam mengimplementasikan metode Dirosa, DPD
Wahdah Islamiyah mengadakan beberapa pelatihan
diantaranya pelatihan dasar Dirosa, dan Training of
Trainer (TOT) Dirosa. Inti materi pada pelatihan-
pelatihan tersebut berkaitan dengan penguasaan buku
Dirosa dan metodologi pengajarannya. Di Bandung,
terdapat dua sistem kelas pada pembelajaran baca Al-
Qur’an dengan metode Dirosa ini, yakni klasikal dan
privat.
2. Dua sistem kelas yakni klasikal dan privat memiliki
pokok bahasan yang sama, dengan langkah-langkah
pembelajaran yang sedikit berbeda disertai waktu dan
tempat pelaksanan yang berbeda pula. Adapun proses
pembelajarannya menggunakan irama murottal
sederhana dengan nada 1. Datar, 2. Naik, 3. Turun
yang memudahkan membaca dan mengingatnya.
Terdapat pula teknik-teknik yang telah disusun dalam
Materi yang diajarkan pada kelas privat, sama seperti langkah-langkah pembelajaran tersebut.
yang diajarkan pada kelas klasikal. Akan tetapi, pada kelas 3. Terdapat dua sistem evaluasi, yakni evaluasi hasil
klasikal pembahasan materi telah ditentukan untuk setiap pembelajaran peserta didik dan evaluasi pengajaran
pertemuannya. Sedangkan pada kelas privat, target materi yang dilakukan oleh pendidik. Penilaian terhadap
pada setiap pertemuannya tergantung pada kemampuan peningkatan kemampuan peserta didik dalam membaca
peserta didik untuk melanjutkan materi. Al-Qur’an, dapat dilihat melalui evaluasi pembelajaran
Evaluasi harian pada kedua kelas tersebut ditandai harian dan ujian akhir atau munaqosyah. Sedangkan
dengan membaca huruf-huruf hijaiyah di halaman lembar evaluasi terhadap pendidik, dilakukan dengan
latihan, yang merupakan bentuk penilaian terhadap memperhatikan dokumentasi video pembelajaran dari
keberhasilan pada halaman sebelumnya. Selanjutnya, masing-masing pengajar. Adapun, evaluasi seluruh
terdapat muroja’ah surat-surat pendek di setiap pengajar dilaksanakan per tiga bulan sekali.
penghujung pembelajaran. Hal ini merupakan langkah .
awal dalam memperlancar bacaan sekaligus bentuk
penilaian tambahan terhadap ketepatan pelafalan huruf-
DAFTAR PUSTAKA
huruf hijaiyah yang telah dipelajari.
Di setiap pertemuan pada awal pembelajaran (kecuali [1] Anggranti, Wiwik. (2016). “Penerapan Metode Pembelajaran
pada pertemuan pertama) kelas klasikal, terdapat Baca-Tulis Al-Qur’an (Studi Deskriptif-Analitik di SMP Negeri
2 Tenggarong)”. Jurnal Intelegensia. Vol. 1(1): 108, 109, 110
pengulangan materi dari pertemuan yang lalu sebelum
mempelajari pokok bahasan baru. Pengulangan tersebut [2] Dolong, Jufri. (2016). “Teknik Analisis dalam Komponen