Professional Documents
Culture Documents
Permasalahan Perumahan
Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
Jarwa Prasetya Sih Handoko 1*Arif Kusumawanto2, Atyanto Dharoko2, Eugenius Pradipto2
1Doctor Candidate, Study Program of Doctoral Arhitecture, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
2Department of Architectural and Planning Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Indonesia
*Corresponding author jarwa.prasetya.s@mail.ugm.ac.id
Abstrak
Penelitian mempunyai latar belakang dari berbagai permasalahan pembangunan
perumahan yang memerlukan solusi, karena perumahan merupakan kebutuhan pokok
manusia. Pembangunan sebaiknya dapat mewujudkan perumahan yang layak dan
keberlanjutan, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan studi pustaka atau analisis isi. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa permasalahan pengadaan perumahan antara lain
tingginya tingkat konsumsi energi bangunan tempat tinggal, rendahnya tingkat
kenyamanan bangunan tempat tinggal masyarakat, rendahnya tingkat kesehatan
bangunan, pertimbangan tingkat bangunan yang sering diabaikan. keamanan dan juga
tingkat penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia dalam penyediaan
perumahan perlu diperhatikan.
__________
Cite this as: Handoko. J.P.S., Kusumawanto, A., Dharoko, A., Pradipto, E. (2022). Permasalahan Perumahan Mewujudkan Pembangunan
Berkelanjutan di Indonesia. Article. Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, 20(2), 229-238. doi:
https://doi.org/10.20961/arst.v20i2.59273
229
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 20 (2) October 2022: 229-238
230
Handoko. J.P.S., Kusumawanto, A., Dharoko, A., Pradipto, E., Permasalahan Perumahan Mewujudkan…
2004 kriteria kenyamanan adalah sebagai Berdasarkan penelitian dari The National
berikut: dicapai dengan kemudahan pencapaian Institute for Occupational Safety and Health
(aksesibilitas), Kemudahan berkomunikasi (NIOSH) USA (1984) menyatakan bahwa
(internal /eksternal, langsung atau tidak terdapat beberapa gejala gangguan kesehatan
langsung), dan kemudahan berkegiatan pada tenaga kerja yang bekerja pada
(prasarana dan sarana lingkungan yang tersedia). bangunan bertingkat, atau disebut dengan
Menurut Karyono (1989), kenyamanan terdiri Sick Building Syndrome (SBS).
dari dua aspek yang perlu dipenuhi oleh suatu
Keamanan Bangunan (Safety Levels)
karya arsitektur yaitu :
a. Kenyamanan Psikis Safety menjadi salah satu faktor penting
Kenyamanan psikis ini bersifat personal, dalam pengadaan perumahan selain tingkat
kualitatif dan tidak terukur secara kesehatan bangunan dan efisiensi energi.
kuantitatif. Kenyamanan psikis banyak Keamanan di permukiman dapat ditingkatkan
kaitannya dengan kepercayaan, agama, dengan ruang publik yang terpelihara dengan
aturan adat dan sebagainya. baik termasuk jarak yang memadai, jarak
b. Kenyamanan Fisik pandang, jalan yang dapat dilalui pejalan
Kenyamanan fisik lebih bersifat universal kaki, ketersediaan layanan, dan infrastruktur
dan dapat dikuantifikasikan. Kenyamanan publik yang terpelihara dengan baik. Ruang
fisik terdiri dari : kenyamanan ruang publik yang baik dapat meningkatkan
(spatial comfort), kenyamanan pergerakan sehingga meningkatkan
penglihatan (visual comfort), kenyamanan keamanan dan mengurangi peluang
pendengaran (audial comfort), dan kekerasan (UN-Habitat, 2012).
kenyamanan suhu (termal comfort).
Tingkat Konsumsi Energi Bangunan 3. METODE
(Energi Consumption Levels) Kajian ini menggunakan metode deskriptif
Konsumsi energi menjadi isu yang saat ini kualitatif dengan metode literature review
mengemuka seiring dengan gejala adanya (content analysis). Hal ini dilakukan dengan
kecenderungan terjadinya krisis energi di mengkaji beberapa sumber literatur dari
dunia. buku, jurnal ilmiah terkait dengan topik
pembahasan kajian ini, yaitu mengenai
Konsumsi energi bangunan diukur dalam dua permasalahan perumahan di negara
cara, energi yang terkandung (produksi, berkembang termasuk di Indonesia. Kajian
transportasi, perakitan bahan tertentu dan ini mengambil 16 (enam belas) paper yang
teknik yang digunakan) dan energi yang terkait dengan permasalahan perumahan,
digunakan untuk pemeliharaan (ventilasi, konsep sustainable development, dan
pemanas, air dan listrik) ( UN-Habitat, 2012) sustainable housing. Sebanyak empat paper
Tingkat Kesehatan Bangunan (Healthy di antaranya memiliki lokus penelitian di
levels) Indonesia.
Tingkat kesehatan pengguna bangunan Seluruh paper tersebut dibahas berdasarkan
menjadi salah satu faktor penting dalam permasalahan-permasalahan perumahan yang
pengadaan perumahan. ditemukan pada masing-masing penelitian
tersebut. Selanjutnya, permasalahan-
Definisi dari bangunan sehat atau healthy
permasalahan yang ditemukan dikelompokan
building, disampaikan pertama kali oleh
dalam beberapa permasalahan utama
Levin (1995) tentang pengaruh bangunan
pengadaaan perumahan perkotaan.
pada pengguna dan lingkungannya.
Bangunan yang sehat adalah bangunan yang Kajian ini bertujuan mengetahui
tidak berdampak buruk bagi kesehatan permasalahan-permasalahan perumahan yang
penghuninya maupun lingkungan yang lebih terjadi di negara berkembang dewasa ini.
luas (Levin, 1995). Kemudian, dibahas berdasarkan kategori
pengelompokan masalah perumahan setelah
231
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 20 (2) October 2022: 229-238
232
Handoko. J.P.S., Kusumawanto, A., Dharoko, A., Pradipto, E., Permasalahan Perumahan Mewujudkan…
seperti pertumbuhan penduduk yang cepat, memadai serta faktor keamanan dan
struktur sosial yang tidak adil, ekonomi yang kenyamanan penghuni menjadi faktor yang
buruk dan kemiskinan yang terus berlanjut, terabaikan.
kebijakan publik yang tidak efektif dan
Permasalahan terkait konsumsi energi pada
lingkungan alam yang tidak bersahabat.
bangunan, Susanti et al. (2016: 194-201)
Selain itu, Islam (1996: 377-388) juga menemukan bahwa permasalahan konsumsi
menemukan sejumlah faktor penghambat sumber daya alam yang tidak terkontrol
dalam perumahan perkotaan, seperti banyak terjadi dalam pengadaan perumahan
pertumbuhan penduduk yang cepat, struktur di negara berkembang. Pertumbuhan
sosial yang tidak adil, ekonomi yang buruk penggunaan teknologi cerdas merupakan
dan kemiskinan yang terus berlanjut, salah satu upaya pengendalian konsumsi
kebijakan publik yang tidak efektif, sumber daya alam. Selain itu, pertumbuuhan
urbanisasi yang cepat, dan permintaan skala hunian secara sporadis juga menjadi
besar untuk perumahan di daerah perkotaan permasalahan perumahan.
dapat menimbulkan beberapa masalah bagi
Dalam penelitiannya Kurniati AC.,
kelestarian ekologis. Ada juga isu-isu yang
Nitivattananon V., (2016: 99-105)
saling bertentangan dan kompetitif dalam
menemukan permasalahan terkait tingkat
keberlanjutan teknologi maupun ekonomi
konsumsi energi hunian dengan menyoroti
versus keberlanjutan budaya dan sosial.
fenomena Urban Heat Island (UHI). Hal ini
4.2. Kondisi Pengadaan Perumahan di terjadi sebagai dampak peningkatan jumlah
Indonesia penduduk dan perkembangan kota yang pesat
telah meningkatkan konsumsi energi dan
Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan
berdampak pada lingkungan perkotaan.
dengan kasus studi pengadaan perumahan
Dampak dari tumbuhnya Urban Heat Island
perkotaan di Indonesia yang menemukan
di perkotaan menyebabkan peningkatan
beberapa permasalahan pengadaan
kebutuhan energi hunian, terutama digunakan
perumahan yang juga ditemukan di negara
sebagai pengkondisian udara ruangan.
berkembang lainnya.
4.3. Pembahasan
Menurut Amado M., (2018:22-34),
regenerasi perkotaan adalah salah satu Penelitian-penelitian mengenai pengadaan
tantangan kontemporer utama yang dihadapi perumahan di negara berkembang dan
manusia dan pembangunan teritorial terutama Indonesia yang dikaji di atas terdapat
mengenai negara-negara berkembang. Hal ini beberapa permasalahan pengadaan
termasuk penyediaan air minum untuk perumahan yang ditemukan yaitu:
menjamin kehidupan yang bermartabat bagi a. Tingginya tingkat konsumsi energi pada
penduduknya. Permasalahan penyediaan air bangunan hunian. Permasalahan ini
bersih terkait dengan tingkat kesehatan diuraikan dalam penelitian dan dokumen
hunian masyarakat yang ditemukan pada UN- HABITAT (2011); Marzouk dan
pengadaan perumahan di negara-negara Azab (2017, 143-153); Susanti et al.
berkembang. (2016, 194-201); UNEP (2011).
b. Permasalahan terkait belum terpenuhinya
Soemarno & Sudarma (2015: 230-236) dalam
standar Kenyamanan bangunan hunian
penelitiannya menemukan beberapa
(Building Comfort) baik dari aspek
permasalahan pengadaan perumahan yaitu:
akustik, termal, pencahayaan, assesibility,
pertama, kenyamanan dan keamanan
adaptability, dan flexibility.
penghuni seringkali ditemukan di perumahan
c. Permasalahan ini diteliti dan ditemukan
perkotaan. Dalam perkembangan kota yang
dalam penelitian oleh Djukic et al. (2017:
tertib, terdapat permasalahan terkait
696-703); Elkady et al. (2018: 4287-
kenyamanan dan keamanan hunian dalam
4297); Paris dan Lopes (2018: 80-91);
pengadaan perumahan. Kedua, pola jalan
Ibarloza et al. (2018: 244-253); Bardhan et
tidak selalu mendukung sistem jalan yang
al. (2018: 244-253); Kurniati dan
ada, tidak tersedianya prasarana umum yang
Nitivattananon (2016:99-105).
233
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 20 (2) October 2022: 229-238
d. Tingkat Kesehatan Bangunan (Healthy Selanjutnya Marzouk M., Azab S., (2017:
Building Level) yang beragam. Park GY., 143-153) dalam penelitiannya mengenai
(2019:166-122); Amado M., (2018: 22- dampak penggunaan material bangunan hijau
34) pada Low Income Housing dalam
e. Tingkat Keamanan Bangunan (Safety mempengaruhi Life Cycle Cost (LCC)
Level) belum menjadi pertimbangan pembangunannya. Hasil penelitian ini adalah
utama dalam upaya pengadaan perumahan Total Life-Cycle Cost (LCC) proyek
perkotaan. Mengenai tingkat keamanan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan
banguan hunian ini diteliti oleh Soemarno Rendah dikeluarkan selama fase penggunaan
& Sudarma (2015: 230-236). sehingga proyek-proyek ini kehilangan aspek
f. Tingkat Penghargaan terhadap Martabat ekonomi keberlanjutannya. Untuk
Manusia (Degrading to Human Dignity). mengurangi biaya proyek tersebut selama
Permasalahan terkait hal ini diuraikan siklus hidup mereka, dengan
dalam penelitian oleh Olotuah dan mempertimbangkan sumber daya yang
Bobadoye (2009). tersedia. Susanti R., Soetomo S., Buchori I.,
Brotosunaryo PM., (2016, 194-201) dalam
Tahap analisis penelitian ini menemukan 5
penelitiannya mengenai smart growth and
(lima) permasalahan pengadaan perumahan
smart cities di Indonesia, menyatakan bahwa
di negara berkembang termasuk di Indonesia
persoalan perumahan di Indonesia adalah
sebagaimana dijelaskan uraian di atas. Di
pembanguan rumah bersifat sporadis dan
bawah ini uraian hasil analisis pada masing-
tidak terkontrolnya penggunaan konsumsi
masing aspek secara lebih terperinci.
sumber daya alam. Dalam penelitiannya
Tingkat konsumsi energi bangunan disampaikan bahwa permasalahan tersebut
(Energy consumption levels) dapat di atasi salah satunya dengan
Perkembangan pembangunan yang dilakukan membangun smart growth and smart city di
Indonesia.
saat ini diikuti oleh fenomena meningkatnya
konsumsi kebutuhan energi pada bangunan. Kenyamanan bangunan ( Building
Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh beberapa comfort)
laporan beberapa badan dunia bahwa
Terkait dengan permasalahan kenyamanan
besarnya persentase konsumsi energi
bangunan rumah dan perumahan banyak
bangunan tertinggi dibandingkan sektor
menjadi bahan pembahasan penelitian di
lainnya. UN- Habitat (2011) menyatakan :
bidang arsitektur. Hal ini meliputi
Aktivitas manusia dalam hidupnya
kemyamanan fisik maupun kenyamanan fisik
menggunakan bahan bakar fosil dan
dan non fisik. Kenyamanan fisik meliputi
deforestasi yang menghasilkan gas rumah
kenyamanan akustik, kenyamanan termal,
kaca. Hal itu mengakibatkan pemanasan
kenyamanan pencahayaan. Selain itu juga
global, perubahan iklim, dan krisis
terkait kondisi aksesibilitas, adaptasi,
lingkungan. Langkah-langkah dramatis
fleksibilitas, dan dignified level of housing.
untuk mitigasi diperlukan dengan
menempatkan sektor bangunan dan Djukic A, Lojanica V., Antonic B., (2017:
perumahan sebagai fokus karena saat ini 696-703) dalam penelitiannya mengenai The
empat puluh persen dari semua konsumsi differences and deficiencies between housing
energi dan emisi gas rumah kaca di dunia regulation and related statistic data
diciptakan oleh sektor konstruksi bangunan menyatakan bahwa permasalahan utama
dan perumahan. perumahan adalah adanya perbedaan antara
peraturan perumahan dan data statistik
Senada dengan hal tersebut juga disampaikan
terkait. Selain itu kualitas proyek perumahan
oleh UNEP (2011) bahwa bangunan
baru sangat bervariasi, bahkan berdasarkan
mengonsumsi empat puluh persen kebutuhan
karakteristik dasar, seperti luas perumahan,
energi dunia. Lebih jauh Hoballah (2011)
jumlah kamar, atau aksesibilitas terhadap
menyebutkan sekitar enam puluh persen
pencahayaan alami.
listrik dunia digunakan untuk bangunan
tempat tinggal dan komersial.
234
Handoko. J.P.S., Kusumawanto, A., Dharoko, A., Pradipto, E., Permasalahan Perumahan Mewujudkan…
Elkady A., Fikry MA., Elsayad ZT., (2018: penelitiannya mengenai intervensi sektor
4287-4297) dalam penelitiannya publik dalam perumahan di Nigeria dan
menghasilkan kajian mengenai kenyamanan secara kritis mengkaji dampaknya terhadap
hunian berukuran kecil (small housing units) masyarakat umum, terutama kaum miskin
sebagai solusi permasalahan pembiayaan perkotaan. Dalam penelitiannya ini
perumahan. Dalam penelitiannya disampaikan bahwa permasalahan
menemukan fenomena unit rumah kecil yang perumahan adalah masalah universal, karena
menghadapi berbagai masalah dengan desain hampir semua negara dihadapkan pada
unit yang mengharuskan mereka untuk masalah penyediaan akomodasi yang
meninggalkan unit mereka, memodifikasinya memadai bagi warganya. Penduduk kota
untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau hidup di daerah kumuh dan dalam kondisi
tinggal di unit yang dirancang dengan tidak yang merendahkan harkat dan martabat
baik. Fleksibilitas ruang menjadi persoalan manusia. Hal ini diperlukan untuk
yang perlu diatasi dalam rancangan unit memastikan keberlanjutan dalam penyediaan
hunian. perumahan.
Strategi untuk mengatasi masalah ini adalah Kesehatan bangunan (Healthy levels)
melibatkan fleksibilitas desain yang membuat
Tingkat kesehatan bangunan telah banyak
unit lebih cocok dan terjangkau untuk
diteliti oleh para peneliti bidang arsitektur.
individu, dapat dibiayai secara ekonomi, dan
Park GY., (2019:166-122) dalam
ramah lingkungan (mengurangi bahan dan
penelitiannya yang bertujuan untuk
energi yang terbuang).
menyelidiki kepemilikan perumahan dan
Terkait dengan fleksibilitas desain, Paris keterjangkauan dan pengaruhnya terhadap
SRD., Lopes CNL., (2018: 80-91) dalam hasil kesehatan di Korea. Dalam
penelitiannya mengeksplorasi fleksibilitas penelitiannya memandang perumahan adalah
hunian melalui tinjauan literatur yang salah satu determinan sosial kesehatan. Studi
relevan, pembahasan temuan-temuan ini dapat memberikan bukti perumahan
berharga, dan penyajian tema panorama sebagai penentu kesehatan dengan
kontemporer. Gagasan tentang fleksibilitas menunjukkan bahwa baik kepemilikan
diintegrasikan untuk menafsirkan kembali perumahan dan keterjangkauan secara
rasa hunian kontemporer. Akan tetapi, signifikan terkait dengan hasil kesehatan.
kurangnya konsep fleksibilitas yang
Sedangkan Amado M., (2018: 22-34)
terdefinisi dengan baik menghalangi integrasi
menyajikan dan membahas metode untuk
metode dan teori pada subjek.
menjawab tantangan perluasan serta
Bardhan et all.,(2018: 244-253), dalam regenerasi kawasan perkotaan di negara
penelitiannya mengenai evaluasi cross- berkembang berdasarkan strategi
sectional dari tata letak perumahan transformasi kawasan informal menjadi
masyarakat berpenghasilan rendah melalui formal melalui urbanisasi. Dalam penelitian
sosioarsitektur dan rute analisis aliran angin ini mengemukakan temuan masalah kondisi
berbasis situs menyatakan bahwa lingkungan minimum untuk menjamin kehidupan yang
dalam ruangan yang lebih baik di perumahan bermartabat bagi penduduknya. Hal ini dapat
masyarakat berpenghasilan rendah dapat diatasi dengan regenerasi perkotaan, yang
dicapai melalui ventilasi alami yang mana merupakan salah satu tantangan
digerakkan oleh angin yang lebih baik di kontemporer utama yang dihadapi manusia
ruang hidup, yang merupakan fungsi dari tata dan pembangunan wilayah terutama yang
letak perumahan. Hasil penelitian berkaitan dengan negara berkembang.
menunjukkan bahwa bentuk rumah
Keamanan bangunan (Safety levels)
masyarakat berpenghasilan rendah saat ini
memiliki lingkungan indoor dan ruang Soemarno I., Sudarma E. (2015: 230-236)
interaksi sosial yang kurang baik. menyampaikan dalam penelitiannya bahwa
penelitiannya meneliti bagaimana
Sependapat dengan hal itu juga disampaikan
memberikan dukungan yang efektif berupa
oleh Olotuah et all., (2016:99-105). Dalam
235
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 20 (2) October 2022: 229-238
236
Handoko. J.P.S., Kusumawanto, A., Dharoko, A., Pradipto, E., Permasalahan Perumahan Mewujudkan…
238