You are on page 1of 10

ARSITEKTURA

Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan


ISSN 2580-2976 E-ISSN 1693-3680
https://jurnal.uns.ac.id/Arsitektura/issue/archive

Volume 20 Issue 2 October 2022, pages: 229-238


DOI https://doi.org/10.20961/arst.v20i2.59273

Permasalahan Perumahan
Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia

Housing Problem Realizing Sustainable Development in Indonesia

Jarwa Prasetya Sih Handoko 1*Arif Kusumawanto2, Atyanto Dharoko2, Eugenius Pradipto2
1Doctor Candidate, Study Program of Doctoral Arhitecture, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
2Department of Architectural and Planning Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Indonesia
*Corresponding author jarwa.prasetya.s@mail.ugm.ac.id

Article history Abstract


Received: 10 Feb 2022
The research has a background of various housing development problems that require
Accepted: 24 Sep 2022
Published: 30 Oct 2022 solutions, because housing is a basic human need. Development should be able to
realize decent and sustainable housing, especially in developing countries including
Indonesia. This research uses descriptive qualitative method with literature study or
content analysis. The results of the study conclude that the problems of housing
procurement include the high level of energy consumption of residential buildings, the
low level of comfort of residential buildings, low levels of building health, building
level considerations that are often ignored. security and also the level of respect for
human dignity in the provision of housing need to be considered.

Keywords: housing problem; developing countries; sustainable development;


Indonesia.

Abstrak
Penelitian mempunyai latar belakang dari berbagai permasalahan pembangunan
perumahan yang memerlukan solusi, karena perumahan merupakan kebutuhan pokok
manusia. Pembangunan sebaiknya dapat mewujudkan perumahan yang layak dan
keberlanjutan, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan studi pustaka atau analisis isi. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa permasalahan pengadaan perumahan antara lain
tingginya tingkat konsumsi energi bangunan tempat tinggal, rendahnya tingkat
kenyamanan bangunan tempat tinggal masyarakat, rendahnya tingkat kesehatan
bangunan, pertimbangan tingkat bangunan yang sering diabaikan. keamanan dan juga
tingkat penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia dalam penyediaan
perumahan perlu diperhatikan.

Kata kunci: masalah perumahan; negara berkembang; pembangunan berkelanjutan;


Indonesia.

__________
Cite this as: Handoko. J.P.S., Kusumawanto, A., Dharoko, A., Pradipto, E. (2022). Permasalahan Perumahan Mewujudkan Pembangunan
Berkelanjutan di Indonesia. Article. Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, 20(2), 229-238. doi:
https://doi.org/10.20961/arst.v20i2.59273
229
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 20 (2) October 2022: 229-238

1. PENDAHULUAN a. Perumahan sebagai struktur fisik.


Bangunan atau tempat tinggal hunian,
Banyak kaum miskin kota masih hidup di
desainnya, kualitas material,
permukiman yang tidak memadai di dalam
pengaturannya pada ruang dan interaksi
kota dengan kondisi kehidupan dan
ekologisnya dengan lingkungan fisik.
lingkungan yang paling menyedihkan (UN-
b. Perumahan sebagai sebuah struktur
HABITAT, 2003). UN HABITAT (2003)
sosial. Kegiatan berbasis hunian, karakter
mencatat bahwa pertumbuhan yang cepat dari
masyarakat setempat, kualitas sosial, dan
kota, masalah sosial yang dihasilkan dan
interaksi sosial ekonomi masyarakat di
beban serius bagi manusia dan lingkungan,
ruang hunian pada komunitas terdekat
bersama-sama dengan tekanan internasional
maupun masyarakat yang lebih luas.
yang meningkat untuk menyediakan
lingkungan yang berkelanjutan untuk Melalui kedua fungsi ini, perumahan
sekarang dan masa depan generasi, membuat mewakili sistem hubungan sosial dan
pemerintah negara-negara berkembang material, yang secara simultan diatur pada
termasuk Indonesia mengupayakan perbedaan skala spasial (rumah, lingkungan
percepatan pengadaan perumahan bagi sekitar rumah, permukiman, kawasan,
warganya. negara) yang memerlukan hierarki intervensi
kebijakan yang sesuai. (UN-Habitat, 2012:4)
Perumahan merupakan hal penting dalam
pemenuhan kebutuhan hidup utama bagi 2.2. Pembangunan Perumahan
manusia. Berbagai permasalahan terkait Berkelanjutan (Sustainable Housing
pembangunan perumahan di Indonesia dan Development)
negara berkembang perlu diselesaikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
memenuhi kebutuhan hunian masyarakat.
Development) adalah pembangunan yang
Fenomena tersebut perlu adanya kajian untuk
memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
mengidentifikasi permasalahan yang terdapat
mengurangi kemampuan generasi mendatang
pada pembangunan perumahan di negara
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
berkembang termasuk di Indonesia.
(United Nation General Assembly, 1987:
p.43), sedangkan Sustainable Housing
2. KAJIAN PUSTAKA
merupakan perumahan yang
2.1. Perumahan (Housing) mempertimbangkan keseimbangan
lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi
Berdasarkan pengertian pada Pasal 1 angka
(1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 jangka panjang dari pembangunan
perumahan dan penghuninya (Hannula, 2012;
tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, yang dimaksud dengan Chougill, 1994).
perumahan adalah kumpulan rumah sebagai Golubchikov & Badyina (2012) berpendapat
bahwa perumahan yang berkelanjutan
bagian dari permukiman, baik perkotaan
maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan menawarkan spektrum peluang yang besar
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai untuk mendorong pembangunan ekonomi,
hasil upaya pemenuhan rumah yang layak responsif terhadap lingkungan, kualitas
huni. hidup, dan kedekatan sosial, sementara
memitigasi hal-hal yang penting terhadap
Istilah rumah lebih sering digambarkan pertumbuhan penduduk, urbanisasi,
sebagai sesuatu yang bersifat fisik (house permukiman kumuh, kemiskinan, perubahan
dwelling, shelter) atau bangunan untuk iklim, kurangnya akses ke energi terbarukan,
tempat tinggal. Jika dilihat lebih jauh, rumah dan ketidakpastian ekonomi.
tidak sekadar bangunan, tetapi konteks sosial
Kenyamanan Bangunan (Building
dari kehidupan keluarga. (Aminudin, Peran
Rumah dalam Kehidupan Manusia Kanisius, Comfort)
Semarang, 2007:12). Hal ini sejalan dengan Pengertian kenyamanan dari Kamus Besar
pendapat UN-HABITAT (2012:4) bahwa Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu keadaan
terdapat dua fungsi perumahan : yang nyaman, sedangkan menurut SNI 03-1733-

230
Handoko. J.P.S., Kusumawanto, A., Dharoko, A., Pradipto, E., Permasalahan Perumahan Mewujudkan…

2004 kriteria kenyamanan adalah sebagai Berdasarkan penelitian dari The National
berikut: dicapai dengan kemudahan pencapaian Institute for Occupational Safety and Health
(aksesibilitas), Kemudahan berkomunikasi (NIOSH) USA (1984) menyatakan bahwa
(internal /eksternal, langsung atau tidak terdapat beberapa gejala gangguan kesehatan
langsung), dan kemudahan berkegiatan pada tenaga kerja yang bekerja pada
(prasarana dan sarana lingkungan yang tersedia). bangunan bertingkat, atau disebut dengan
Menurut Karyono (1989), kenyamanan terdiri Sick Building Syndrome (SBS).
dari dua aspek yang perlu dipenuhi oleh suatu
Keamanan Bangunan (Safety Levels)
karya arsitektur yaitu :
a. Kenyamanan Psikis Safety menjadi salah satu faktor penting
Kenyamanan psikis ini bersifat personal, dalam pengadaan perumahan selain tingkat
kualitatif dan tidak terukur secara kesehatan bangunan dan efisiensi energi.
kuantitatif. Kenyamanan psikis banyak Keamanan di permukiman dapat ditingkatkan
kaitannya dengan kepercayaan, agama, dengan ruang publik yang terpelihara dengan
aturan adat dan sebagainya. baik termasuk jarak yang memadai, jarak
b. Kenyamanan Fisik pandang, jalan yang dapat dilalui pejalan
Kenyamanan fisik lebih bersifat universal kaki, ketersediaan layanan, dan infrastruktur
dan dapat dikuantifikasikan. Kenyamanan publik yang terpelihara dengan baik. Ruang
fisik terdiri dari : kenyamanan ruang publik yang baik dapat meningkatkan
(spatial comfort), kenyamanan pergerakan sehingga meningkatkan
penglihatan (visual comfort), kenyamanan keamanan dan mengurangi peluang
pendengaran (audial comfort), dan kekerasan (UN-Habitat, 2012).
kenyamanan suhu (termal comfort).
Tingkat Konsumsi Energi Bangunan 3. METODE
(Energi Consumption Levels) Kajian ini menggunakan metode deskriptif
Konsumsi energi menjadi isu yang saat ini kualitatif dengan metode literature review
mengemuka seiring dengan gejala adanya (content analysis). Hal ini dilakukan dengan
kecenderungan terjadinya krisis energi di mengkaji beberapa sumber literatur dari
dunia. buku, jurnal ilmiah terkait dengan topik
pembahasan kajian ini, yaitu mengenai
Konsumsi energi bangunan diukur dalam dua permasalahan perumahan di negara
cara, energi yang terkandung (produksi, berkembang termasuk di Indonesia. Kajian
transportasi, perakitan bahan tertentu dan ini mengambil 16 (enam belas) paper yang
teknik yang digunakan) dan energi yang terkait dengan permasalahan perumahan,
digunakan untuk pemeliharaan (ventilasi, konsep sustainable development, dan
pemanas, air dan listrik) ( UN-Habitat, 2012) sustainable housing. Sebanyak empat paper
Tingkat Kesehatan Bangunan (Healthy di antaranya memiliki lokus penelitian di
levels) Indonesia.
Tingkat kesehatan pengguna bangunan Seluruh paper tersebut dibahas berdasarkan
menjadi salah satu faktor penting dalam permasalahan-permasalahan perumahan yang
pengadaan perumahan. ditemukan pada masing-masing penelitian
tersebut. Selanjutnya, permasalahan-
Definisi dari bangunan sehat atau healthy
permasalahan yang ditemukan dikelompokan
building, disampaikan pertama kali oleh
dalam beberapa permasalahan utama
Levin (1995) tentang pengaruh bangunan
pengadaaan perumahan perkotaan.
pada pengguna dan lingkungannya.
Bangunan yang sehat adalah bangunan yang Kajian ini bertujuan mengetahui
tidak berdampak buruk bagi kesehatan permasalahan-permasalahan perumahan yang
penghuninya maupun lingkungan yang lebih terjadi di negara berkembang dewasa ini.
luas (Levin, 1995). Kemudian, dibahas berdasarkan kategori
pengelompokan masalah perumahan setelah

231
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 20 (2) October 2022: 229-238

meninjau masing-masing penelitian dan tidak ramah lingkungan) dengan desain


terdahulu. unit yang mengharuskan mereka untuk
meninggalkan unit mereka, memodifikasinya
4. HASIL DAN PEMBAHASAN untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau
4.1. Hasil Kajian Kondisi Pengadaan tinggal di unit yang dirancang dengan buruk.
Strategi untuk mengatasi masalah ini adalah
Perumahan di Negara Berkembang
melibatkan fleksibilitas desain yang membuat
Penelitian yang dipublikasi dalam 16 paper unit lebih cocok dan terjangkau untuk
tersebut mengulas tentang beberapa individu, secara ekonomi dapat di tanggung
permasalahan pengadaan perumahan yang biaya pembangunannya dan ramah
terjadi di negara-negara berkembang lingkungan (mengurangi bahan bangunan dan
termasuk di Indonesia. Permasalahan energi yang terbuang). Pentingnya
perumahan menurut Perrucci dkk. (2016:327- fleksibilitas hunian juga dinyatakan sangat
332) terdiri dari: perlu untuk menjadi pertimbangan dalam
a. Meningkatnya keparahan bencana alam pengadaan hunian oleh Paris dan Lopes
yang mengakibatkan sejumlah besar orang (2018: 80-91).
terlantar;
b. Peningkatan jumlah pengungsi sebagai Terkait stratifikasi perumahan diteliti oleh
akibat dari perubahan iklim; Wang dkk. (2020) menemukan bahwa dalam
c. Ketidakmampuan negara berkembang stratifikasi perumahan terjadi ketidaksetaraan
untuk menyediakan infrastruktur yang perumahan perkotaan-pedesaan berkontribusi
pada melebarnya kesenjangan kesejahteraan
memadai sejalan dengan pertumbuhan
penduduk yang cepat perkotaan-pedesaan. Pola permasalahan
perumahan lintas populasi masyarakat
Rekayasa solusi untuk memecahkan maupun di antara masyarakat (Baker &
permasalahan tersebut adalah hunian Lester, 2017).
berbiaya rendah, cepat dibangun,
Pembaharuan program residensial memiliki
berkelanjutan secara lingkungan dan sosial,
memperhitungkan kebutuhan penghuni, serta permasalahan seperti: kurangnya aksesibilitas
pada bangunan gedung dan kesulitan dalam
memperhitungkan kondisi iklim setempat.
Akan tetapi, menurut Djukic dkk(2017:696- beradaptasi dengan persyaratan keberlanjutan
703) Perbedaan dan kekurangan paling (Ibarloza dkk., 2018: 244-253). dkk.
(2018:126-138) berpandangan bahwa terkait
terlihat antara peraturan perumahan dan data
statistik terkait. Selain itu, kualitas proyek program pembangunan perumahan ini
terdapat beberapa persoalan yaitu :
perumahan baru sangat bervariasi, bahkan
berdasarkan karakteristik dasar, seperti luas a. Kurangnya pedoman pembangunan
perumahan, jumlah kamar, atau aksesibilitas kembali kawasan kumuh yang
berkelanjutan.
terhadap pencahayaan alami.
b. Rancangan dan rute perencanaan yang
Biaya keseluruhan daur hidup (Life-Cycle rasional diperlukan untuk memastikan
Cost) proyek perumahan masyarakat keberlanjutan stok perumahan
berpenghasilan rendah dikeluarkan selama berpenghasilan rendah yang akan datang.
fase penggunaan. Hal itu menyebabkan
proyek ini kehilangan aset keberlanjutan Masalah perumahan adalah masalah
ekonomi. Dikeluarkannya biaya keseluruhan universal karena hampir semua negara
dihadapkan pada masalah penyediaan
daur hidup (Life-Cycle Cost) proyek
perumahan masyarakat berpenghasilan akomodasi yang memadai bagi warganya.
rendah dilakukan dengan mempertimbangkan Penduduk kota hidup di daerah kumuh dan
dalam kondisi yang merendahkan harkat dan
sumber daya yang tersedia sebagai upaya
mengurangi biaya proyek (Marzouk dan martabat manusia. Hal ini diperlukan untuk
memastikan keberlanjutan dalam penyediaan
Azab, 2017:143-153). Namun, dalam
penelitian Elkady dkk. (2018, 4287-4297) perumahan (Olotuah & Bobadoye, 2009).
ditemukan bahwa unit rumah kecil Islam (1996: 377-388) menemukan sejumlah
faktor kendala dalam perumahan perkotaan,
menghadapi berbagai masalah (tidak sesuai

232
Handoko. J.P.S., Kusumawanto, A., Dharoko, A., Pradipto, E., Permasalahan Perumahan Mewujudkan…

seperti pertumbuhan penduduk yang cepat, memadai serta faktor keamanan dan
struktur sosial yang tidak adil, ekonomi yang kenyamanan penghuni menjadi faktor yang
buruk dan kemiskinan yang terus berlanjut, terabaikan.
kebijakan publik yang tidak efektif dan
Permasalahan terkait konsumsi energi pada
lingkungan alam yang tidak bersahabat.
bangunan, Susanti et al. (2016: 194-201)
Selain itu, Islam (1996: 377-388) juga menemukan bahwa permasalahan konsumsi
menemukan sejumlah faktor penghambat sumber daya alam yang tidak terkontrol
dalam perumahan perkotaan, seperti banyak terjadi dalam pengadaan perumahan
pertumbuhan penduduk yang cepat, struktur di negara berkembang. Pertumbuhan
sosial yang tidak adil, ekonomi yang buruk penggunaan teknologi cerdas merupakan
dan kemiskinan yang terus berlanjut, salah satu upaya pengendalian konsumsi
kebijakan publik yang tidak efektif, sumber daya alam. Selain itu, pertumbuuhan
urbanisasi yang cepat, dan permintaan skala hunian secara sporadis juga menjadi
besar untuk perumahan di daerah perkotaan permasalahan perumahan.
dapat menimbulkan beberapa masalah bagi
Dalam penelitiannya Kurniati AC.,
kelestarian ekologis. Ada juga isu-isu yang
Nitivattananon V., (2016: 99-105)
saling bertentangan dan kompetitif dalam
menemukan permasalahan terkait tingkat
keberlanjutan teknologi maupun ekonomi
konsumsi energi hunian dengan menyoroti
versus keberlanjutan budaya dan sosial.
fenomena Urban Heat Island (UHI). Hal ini
4.2. Kondisi Pengadaan Perumahan di terjadi sebagai dampak peningkatan jumlah
Indonesia penduduk dan perkembangan kota yang pesat
telah meningkatkan konsumsi energi dan
Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan
berdampak pada lingkungan perkotaan.
dengan kasus studi pengadaan perumahan
Dampak dari tumbuhnya Urban Heat Island
perkotaan di Indonesia yang menemukan
di perkotaan menyebabkan peningkatan
beberapa permasalahan pengadaan
kebutuhan energi hunian, terutama digunakan
perumahan yang juga ditemukan di negara
sebagai pengkondisian udara ruangan.
berkembang lainnya.
4.3. Pembahasan
Menurut Amado M., (2018:22-34),
regenerasi perkotaan adalah salah satu Penelitian-penelitian mengenai pengadaan
tantangan kontemporer utama yang dihadapi perumahan di negara berkembang dan
manusia dan pembangunan teritorial terutama Indonesia yang dikaji di atas terdapat
mengenai negara-negara berkembang. Hal ini beberapa permasalahan pengadaan
termasuk penyediaan air minum untuk perumahan yang ditemukan yaitu:
menjamin kehidupan yang bermartabat bagi a. Tingginya tingkat konsumsi energi pada
penduduknya. Permasalahan penyediaan air bangunan hunian. Permasalahan ini
bersih terkait dengan tingkat kesehatan diuraikan dalam penelitian dan dokumen
hunian masyarakat yang ditemukan pada UN- HABITAT (2011); Marzouk dan
pengadaan perumahan di negara-negara Azab (2017, 143-153); Susanti et al.
berkembang. (2016, 194-201); UNEP (2011).
b. Permasalahan terkait belum terpenuhinya
Soemarno & Sudarma (2015: 230-236) dalam
standar Kenyamanan bangunan hunian
penelitiannya menemukan beberapa
(Building Comfort) baik dari aspek
permasalahan pengadaan perumahan yaitu:
akustik, termal, pencahayaan, assesibility,
pertama, kenyamanan dan keamanan
adaptability, dan flexibility.
penghuni seringkali ditemukan di perumahan
c. Permasalahan ini diteliti dan ditemukan
perkotaan. Dalam perkembangan kota yang
dalam penelitian oleh Djukic et al. (2017:
tertib, terdapat permasalahan terkait
696-703); Elkady et al. (2018: 4287-
kenyamanan dan keamanan hunian dalam
4297); Paris dan Lopes (2018: 80-91);
pengadaan perumahan. Kedua, pola jalan
Ibarloza et al. (2018: 244-253); Bardhan et
tidak selalu mendukung sistem jalan yang
al. (2018: 244-253); Kurniati dan
ada, tidak tersedianya prasarana umum yang
Nitivattananon (2016:99-105).

233
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 20 (2) October 2022: 229-238

d. Tingkat Kesehatan Bangunan (Healthy Selanjutnya Marzouk M., Azab S., (2017:
Building Level) yang beragam. Park GY., 143-153) dalam penelitiannya mengenai
(2019:166-122); Amado M., (2018: 22- dampak penggunaan material bangunan hijau
34) pada Low Income Housing dalam
e. Tingkat Keamanan Bangunan (Safety mempengaruhi Life Cycle Cost (LCC)
Level) belum menjadi pertimbangan pembangunannya. Hasil penelitian ini adalah
utama dalam upaya pengadaan perumahan Total Life-Cycle Cost (LCC) proyek
perkotaan. Mengenai tingkat keamanan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan
banguan hunian ini diteliti oleh Soemarno Rendah dikeluarkan selama fase penggunaan
& Sudarma (2015: 230-236). sehingga proyek-proyek ini kehilangan aspek
f. Tingkat Penghargaan terhadap Martabat ekonomi keberlanjutannya. Untuk
Manusia (Degrading to Human Dignity). mengurangi biaya proyek tersebut selama
Permasalahan terkait hal ini diuraikan siklus hidup mereka, dengan
dalam penelitian oleh Olotuah dan mempertimbangkan sumber daya yang
Bobadoye (2009). tersedia. Susanti R., Soetomo S., Buchori I.,
Brotosunaryo PM., (2016, 194-201) dalam
Tahap analisis penelitian ini menemukan 5
penelitiannya mengenai smart growth and
(lima) permasalahan pengadaan perumahan
smart cities di Indonesia, menyatakan bahwa
di negara berkembang termasuk di Indonesia
persoalan perumahan di Indonesia adalah
sebagaimana dijelaskan uraian di atas. Di
pembanguan rumah bersifat sporadis dan
bawah ini uraian hasil analisis pada masing-
tidak terkontrolnya penggunaan konsumsi
masing aspek secara lebih terperinci.
sumber daya alam. Dalam penelitiannya
Tingkat konsumsi energi bangunan disampaikan bahwa permasalahan tersebut
(Energy consumption levels) dapat di atasi salah satunya dengan
Perkembangan pembangunan yang dilakukan membangun smart growth and smart city di
Indonesia.
saat ini diikuti oleh fenomena meningkatnya
konsumsi kebutuhan energi pada bangunan. Kenyamanan bangunan ( Building
Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh beberapa comfort)
laporan beberapa badan dunia bahwa
Terkait dengan permasalahan kenyamanan
besarnya persentase konsumsi energi
bangunan rumah dan perumahan banyak
bangunan tertinggi dibandingkan sektor
menjadi bahan pembahasan penelitian di
lainnya. UN- Habitat (2011) menyatakan :
bidang arsitektur. Hal ini meliputi
Aktivitas manusia dalam hidupnya
kemyamanan fisik maupun kenyamanan fisik
menggunakan bahan bakar fosil dan
dan non fisik. Kenyamanan fisik meliputi
deforestasi yang menghasilkan gas rumah
kenyamanan akustik, kenyamanan termal,
kaca. Hal itu mengakibatkan pemanasan
kenyamanan pencahayaan. Selain itu juga
global, perubahan iklim, dan krisis
terkait kondisi aksesibilitas, adaptasi,
lingkungan. Langkah-langkah dramatis
fleksibilitas, dan dignified level of housing.
untuk mitigasi diperlukan dengan
menempatkan sektor bangunan dan Djukic A, Lojanica V., Antonic B., (2017:
perumahan sebagai fokus karena saat ini 696-703) dalam penelitiannya mengenai The
empat puluh persen dari semua konsumsi differences and deficiencies between housing
energi dan emisi gas rumah kaca di dunia regulation and related statistic data
diciptakan oleh sektor konstruksi bangunan menyatakan bahwa permasalahan utama
dan perumahan. perumahan adalah adanya perbedaan antara
peraturan perumahan dan data statistik
Senada dengan hal tersebut juga disampaikan
terkait. Selain itu kualitas proyek perumahan
oleh UNEP (2011) bahwa bangunan
baru sangat bervariasi, bahkan berdasarkan
mengonsumsi empat puluh persen kebutuhan
karakteristik dasar, seperti luas perumahan,
energi dunia. Lebih jauh Hoballah (2011)
jumlah kamar, atau aksesibilitas terhadap
menyebutkan sekitar enam puluh persen
pencahayaan alami.
listrik dunia digunakan untuk bangunan
tempat tinggal dan komersial.

234
Handoko. J.P.S., Kusumawanto, A., Dharoko, A., Pradipto, E., Permasalahan Perumahan Mewujudkan…

Elkady A., Fikry MA., Elsayad ZT., (2018: penelitiannya mengenai intervensi sektor
4287-4297) dalam penelitiannya publik dalam perumahan di Nigeria dan
menghasilkan kajian mengenai kenyamanan secara kritis mengkaji dampaknya terhadap
hunian berukuran kecil (small housing units) masyarakat umum, terutama kaum miskin
sebagai solusi permasalahan pembiayaan perkotaan. Dalam penelitiannya ini
perumahan. Dalam penelitiannya disampaikan bahwa permasalahan
menemukan fenomena unit rumah kecil yang perumahan adalah masalah universal, karena
menghadapi berbagai masalah dengan desain hampir semua negara dihadapkan pada
unit yang mengharuskan mereka untuk masalah penyediaan akomodasi yang
meninggalkan unit mereka, memodifikasinya memadai bagi warganya. Penduduk kota
untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau hidup di daerah kumuh dan dalam kondisi
tinggal di unit yang dirancang dengan tidak yang merendahkan harkat dan martabat
baik. Fleksibilitas ruang menjadi persoalan manusia. Hal ini diperlukan untuk
yang perlu diatasi dalam rancangan unit memastikan keberlanjutan dalam penyediaan
hunian. perumahan.
Strategi untuk mengatasi masalah ini adalah Kesehatan bangunan (Healthy levels)
melibatkan fleksibilitas desain yang membuat
Tingkat kesehatan bangunan telah banyak
unit lebih cocok dan terjangkau untuk
diteliti oleh para peneliti bidang arsitektur.
individu, dapat dibiayai secara ekonomi, dan
Park GY., (2019:166-122) dalam
ramah lingkungan (mengurangi bahan dan
penelitiannya yang bertujuan untuk
energi yang terbuang).
menyelidiki kepemilikan perumahan dan
Terkait dengan fleksibilitas desain, Paris keterjangkauan dan pengaruhnya terhadap
SRD., Lopes CNL., (2018: 80-91) dalam hasil kesehatan di Korea. Dalam
penelitiannya mengeksplorasi fleksibilitas penelitiannya memandang perumahan adalah
hunian melalui tinjauan literatur yang salah satu determinan sosial kesehatan. Studi
relevan, pembahasan temuan-temuan ini dapat memberikan bukti perumahan
berharga, dan penyajian tema panorama sebagai penentu kesehatan dengan
kontemporer. Gagasan tentang fleksibilitas menunjukkan bahwa baik kepemilikan
diintegrasikan untuk menafsirkan kembali perumahan dan keterjangkauan secara
rasa hunian kontemporer. Akan tetapi, signifikan terkait dengan hasil kesehatan.
kurangnya konsep fleksibilitas yang
Sedangkan Amado M., (2018: 22-34)
terdefinisi dengan baik menghalangi integrasi
menyajikan dan membahas metode untuk
metode dan teori pada subjek.
menjawab tantangan perluasan serta
Bardhan et all.,(2018: 244-253), dalam regenerasi kawasan perkotaan di negara
penelitiannya mengenai evaluasi cross- berkembang berdasarkan strategi
sectional dari tata letak perumahan transformasi kawasan informal menjadi
masyarakat berpenghasilan rendah melalui formal melalui urbanisasi. Dalam penelitian
sosioarsitektur dan rute analisis aliran angin ini mengemukakan temuan masalah kondisi
berbasis situs menyatakan bahwa lingkungan minimum untuk menjamin kehidupan yang
dalam ruangan yang lebih baik di perumahan bermartabat bagi penduduknya. Hal ini dapat
masyarakat berpenghasilan rendah dapat diatasi dengan regenerasi perkotaan, yang
dicapai melalui ventilasi alami yang mana merupakan salah satu tantangan
digerakkan oleh angin yang lebih baik di kontemporer utama yang dihadapi manusia
ruang hidup, yang merupakan fungsi dari tata dan pembangunan wilayah terutama yang
letak perumahan. Hasil penelitian berkaitan dengan negara berkembang.
menunjukkan bahwa bentuk rumah
Keamanan bangunan (Safety levels)
masyarakat berpenghasilan rendah saat ini
memiliki lingkungan indoor dan ruang Soemarno I., Sudarma E. (2015: 230-236)
interaksi sosial yang kurang baik. menyampaikan dalam penelitiannya bahwa
penelitiannya meneliti bagaimana
Sependapat dengan hal itu juga disampaikan
memberikan dukungan yang efektif berupa
oleh Olotuah et all., (2016:99-105). Dalam

235
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 20 (2) October 2022: 229-238

penataan ruang untuk meminimalisir yang menyatakan pertimbangan kondisi lokal


permasalahan kenyamanan dan keamanan dan pengurangan risiko bencana dari
penghuni, terutama dalam hal akses perumahan yang berkelanjutan sebagai upaya
pelayanan dan infrastruktur perumahan, serta untuk mewujudkan keberlanjutan
kenyamanan dan keamanan penghuninya. lingkungan, ekonomi dan sosial.
Definisi perumahan berkelanjutan adalah
Pola jalan tidak selalu mendukung sistem
metode pengadaan perumahan dengan
jalan yang ada, tidak tersedianya prasarana
meminimalkan limbah, menggunakan bahan
umum yang memadai serta faktor keamanan
daur ulang dan menggunakan kembali
dan kenyamanan penghuni menjadi faktor
material lama, meminimalkan dampak
yang terabaikan.
lingkungan, menurunkan biaya perawatan
Tingkat penghargaan terhadap martabat dan memaksimalkan kepuasan penghuni.
manusia (Degrading to Human Dignity) Selanjutnya, perumahan berkelanjutan
diwujudkan jika penghuni memiliki
Olotuah AO., Bobadoye SA.,(2009) dalam
penelitiannya mengenai meninjau intervensi kesempatan untuk memiliki rumah yang
layak yang mendukung hubungan sosial,
sektor publik dalam perumahan di Nigeria
dan mengkaji secara kritis dampaknya kesejahteraan dan kemandirian. Dalam hal
terhadap masyarakat umum, khususnya pengelolaan perumahan berkelanjutan, perlu
untuk menganalisis kondisi tempat yang akan
masyarakat miskin di perkotaan, menemukan
fakta bahwa masalah perumahan adalah dikembangkan sesuai dengan kriteria
lingkungan, sosial dan ekonomi dan
masalah universal karena hampir semua
negara dihadapkan pada masalah penyediaan didukung oleh substansi evaluasi kinerja
akomodasi yang memadai untuk warganya. bangunan (Edwards & Turrent, 2000).
Selain itu, perumahan berkelanjutan adalah
Penduduk kota hidup di daerah kumuh dan
dalam kondisi yang merendahkan martabat rumah yang sehat, aman terjangkau dan aman
di lingkungan dengan air bersih, sanitasi,
manusia sehingga diperlukan upaya untuk
memastikan kesinambungan dalam drainase, transportasi, perawatan panas,
pendidikan. Selain itu rumah yang terlindung
penyediaan perumahan.
dari risiko lingkungan, termasuk polusi dan
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable berkorelasi dengan kebutuhan dan kontrol
Development) adalah the development that masyarakat (Mitlin & Satterthwaite, 1996).
meets the needs of the present without Selanjutnya, perumahan berkelanjutan harus
compromising the ability of future generation mencakup upaya untuk menyediakan
to meets their own needs (WCED, 1987: perumahan yang memperhitungkan
p.43), sedangkan, Sustainable Housing keseimbangan memenuhi kesetaraan sosial,
merupakan perumahan yang kualitas lingkungan dan kebutuhan
mempertimbangkan keseimbangan kemakmuran ekonomi penduduknya yang
lingkungan, sosial budaya dan ekonomi memiliki kaitan dengan pembangunan
jangka panjang (Hannula, 2012; Chougill, berkelanjutan. Prinsip pembangunan
1994). Perumahan berkelanjutan mencakup berkelanjutan dari masyarakat adalah upaya
tiga dimensi keberlanjutan, yaitu dimensi untuk memenuhi kebutuhan saat ini dengan
lingkungan dan teknologi, dimensi ekonomi, mempertimbangkan kemampuan untuk
dan dimensi sosial budaya (Handoko, 2022). memenuhi kebutuhan generasi mendatang
Perumahan berkelanjutan (Sustainable (Friedman, 2007).
housing) dapat dikenal sebagai perumahan Perumahan berkelanjutan dapat terwujud jika
yang mempertimbangkan kondisi alam dan sumber daya manusia dapat
keseimbangan antara kondisi lingkungan, mewujudkan perumahan yang mampu
sosial budaya dan ekonomi dan kebutuhan memenuhi kebutuhan hidup manusia,
penghuninya (Hannula, 2012). Perumahan sehingga desain rumah yang dibangun harus
berkelanjutan terkait dengan pertumbuhan mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia.
ekonomi masyarakat dan untuk memberikan Dengan menerapkan konsep perumahan
dukungan kepada masyarakat (Hannula, berkelanjutan ini maka dapat menjadi salah
2012). Hal ini sejalan dengan UNEP (2011) satu upaya mengatasi permasalahan yang

236
Handoko. J.P.S., Kusumawanto, A., Dharoko, A., Pradipto, E., Permasalahan Perumahan Mewujudkan…

ditemukan dalam pengadaan perumahan Habitat Internasional, Vol.18, No. 2, pp


perkotaan di negara berkembang termasuk di 1-11.
Indonesia. Chougill, C.L., (1994). Sustainable Housing
Programme in a World of Adjustment,
5. KESIMPULAN Habitat Internasional, Vol.18, No. 2, pp
Dari uraian pembahasan di atas dapat 1-11.
disimpulkan sebagai berikut: Terdapat Djukic A, Lojanica V., Antonic B., (2017).
beberapa permasalahan pengadaan Achieving the Basic Sustainable
perumahan perkotaan terkait dengan upaya Qualities in New Housing in Post-
mewujudkan pembangunan berkelanjutan Socialist Serbia: Regulation vs. Case
(sustainable development) di negara Studies, Procedia Environmental
berkembang termasuk di Indonesia, yaitu Sciences 38(2017)696-703.
permasalahan tingginya tingkat konsumsi Edwards, B, Turrent, D. (Eds), (2000),
energi pada hunian, kenyamanan bangunan, Sustainable Housing- Principles and
tingkat kesehatan bangunan dan keamanan Practice, London: E&F.N. Spon.
bangunan belum keseluruhan hunian Elkady A., Fikry MA., Elsayad ZT.,(2018).
memenuhi standar, dan tingkat penghargaan Developing an Optimized Strategy
terhadap martabat manusia yang beragam. Achieving Design Flexibility in Small
Salah satu upaya mengatasi permasalahan Area Units: Case Study of Egyptian
pada pengadaan perumahan perkotaan di Economic Housing., Alexandria
negara berkembang termasuk di Indonesia di Engineering Journal (2018)57 ,4287-
atas dapat dengan menerapkan konsep 4297.
sustainable housing dalam upaya pengadaan Friedman, A., (2007), Sustainable
perumahan. Residential Development, Planning and
KONTRIBUSI PENULIS Design for Green Neighbourhoods,
McGraw Hill, USA.
Penulis pertama (JPSH) mengembangkan Golubchikov O., Badyina A., (2012).
gagasan penelitian dan menarik kesimpulan Sustainable Housing for Sustainable
hingga temuan penelitian; penulis kedua Cities, Published by UN-Habitat,
(ADK) membantu mengumpulkan data dan Nairobi.
menganalisi; penulis ketiga (AD) melakukan
Handoko, Jarwa Prasetya Sih, and Tarcisius
verifikasi dan validasi; penulis keempat (EP)
menguji hasil kesimpulan. Yoyok Wahyu Subroto. (2022).
Theoretical Framework of Sustainable
REFERENSI Housing in Indonesia. The International
Journal of Architectonic, Spatial, and
Amado M, (2018). Wall Up: Method for the Environmental Design 17 (1): 183-201.
Regeneration of Settlements and doi:10.18848/2325-
Housing in The Developing World, 1662/CGP/v17i01/183-201.
Sustainable Cities and Society 41(2018) Hannula EL., (2012), Going Green: A
22-34. Handbook of Sustainable Housing
Baker E., Lester L., (2017). Multiple Housing Practices in Developing Countries,
Problems: A View Through the Housing Published by UN-HABITAT, UNON,
niche lens., Cities 62: 146-151. Publishing Services Section, Nairobi.
Bardhan R., Debnath R., Malik J., Sarkar Hannula EL., (2012). Going Green: A
A.,(2018). Low Income Housing Layouts Handbook of Sustainable Housing
under Socio- Architectural Practices in Developing Countries,
Complexities: A Parametric Study For Published by UN-HABITAT, UNON,
Sustainable Slum rehabilitation, Publishing Services Section, Nairobi.
Sustainable Cities and Society 41: 126-
Ibarloza A., Malles E., Ibarloza E.,
138.
Saizarbitoria IH., (2018). The needs and
Chougill, C.L., (1994), Sustainable Housing Effect of Housing Renewal Policies in
Programme in a World of Adjustment,
237
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 20 (2) October 2022: 229-238

Spain: Implications for Sustainability Focusing on Tenure and Affordability,


and Accessibility, Sustainable Cities and Public Health 171(2019) 166-122.
Society 40(2018) 244-253. Perrucci DV., Vazquez BA., Aktas CB.,
Intergovernmental Panel on Climate Change (2016). Sustainable Temporary
(IPCC) (2007). Systesis Report, Housing: Global Trends and Outlook,
Intergovermenal Panel on Climate Procedia Engineering 145(2016) 327-
Change, http://www.ipcc.ch/pdf/ 332.
assesment – report/ar4/syr/ar4_syr.pdf, Soemarno I., Sudarma E., (2015). The
retrieved 08.09.2019. Implication of Small Scale land sub-
division for formal housing toward
Islam N. (1996). Sustainability issues in sustainable living and environment.,
Urban Housing in Low Income Country: Procedia-Social and Behavioural
Bangladesh, Habitat Internasional, Sciences 179 (2015) 230-236.
Volume 20, Issue 3, September 1996, Susanti R., Soetomo S., Buchori I.,
Pages 377-388. Brotosunaryo PM., (2016). Smart
Kibert Charles J. (2007) The Next Generation Growth, Smart City and Density : in
of Sustainable Construction. Journal of Search of The Aprropriate indikator for
Building Research & Information. residential Density in Indonesia,
Volume 35.Issue 6, 2007. Page 595-601. Procedia _Social and Behavioural
Special Issue: Next Generation Sciences 227(2016) 194-201.
Sustainable Construction. Published UN-HABITAT (2003). The Challenge of
Online 13 Sep. 2007. Slums- Global Report on Human
Kurniati AC., Nitivattananon V., (2016). Settlements 2003, ISBN:1-84407-037-9
Factors influencing urban heat island in HS Number : HS/686/03E.
Surabaya, Indonesia, Sustainable Cities www.unhabitat.org. UN-HABITAT for
and Society 27 (2016) 99-105. a better Urban Future
Levin, Hal. (1995). Design and Construction UN-HABITAT, (2011). UN-Habitat,
of Healthy and Sustainable Buildings. Housing and Slum Upgrading branch,
Building Ecology Research Group, (2011), i-HOUSE STRATEGY PAPER,
USA. Version 2:28, UN-Habitat: Nairobi.
Marzouk M., Azab S.,(2017). Analyzing UN-Habitat, (2012). Going Green: A
Sustainability in Low Income Housing Handbook of Sustainable Housing
Projects Using System Dynamics, Energi Practices, First Published in Nairobi in
and Buildings 134(2017) 143-153. 2012 by UN-Habitat.
Mitlin, D., Satterthwaite, D. (1996), United Nations Environment Programme
Sustainable Development and Cities. In UNEP (2011). Building: Investing in
C. Pugh (Ed.), Sustainability, the Energi and Resource Efficiency, p. 336,
Environment and Urbanisation, London: UNEP: Advance copy online release,
Earthscan. http://www.unep.org/greeneconomy/Po
Olotuah AO., Bobadoye SA.,(2009). rtals /88/ documents/ger/GER-
Sustainable Housing Provision for the 12_Cities.pdf. diakses october 2019.
Urban Poor : A Review of Public Sector Wang Y., Li Y., Huang Y., Yi C., Ren J.
Intervention in Nigeria, The Built & (2020). Housing Wealth Inequality in
Human Environment Review, Volume China : An Urban-rural Comparison.
2, 2009 Cities 96(2020)102428.
Paris SRD., Lopes CNL., (2018). Housing
Flexibility Problem: Review of Recent WCED, 1987, Our Common Future
Limitations and Solutions, Frontier of (Brundtland Report). World
Architectural Research (2018) 7 ,80-91. Commission on environment and
Park GY.,(2019). Housing Insecurity and Development, Oxford university Press.
Health among People in South Korea: p.43

238

You might also like