You are on page 1of 6

ASUHAN KEPERAWATAN KOMPLEMENTER PADA

KELUARGA TN. R DENGAN DERMATITIS ATOPIK DI


KECAMATAN GUNUNG AGUNG KABUPATEN TULANG
BAWANG BARAT, PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2021
Novia Rama Zalni,S.kep 1) Ns.Lydia Mardison,S.kep M.Kes 2) Ns.Silvia,M.Biomed 3) Ns.Del
Fatmawati. S.kep,M.kep

Universitas Fort De Kock Bukittinggi, Tulang Bawang Barat

email : nramazalni@gmail.com

Universitas Fort De Kock Bukittinggi, Garegeh Bukittinggi

email : Lydiamardiso@fdk.ac.id

ABSTRACT

Atopic dermatitis (AD) is a skin disease that is chronic, can occur for years,
even a lifetime. One of the causes of AD is due to genetic factors. On the family
members of Mr. R, there is a hereditary history of atopic dermatitis. In
implementation, complementary therapy was applied to acupressure therapy at LI 4,
LI 11, SP 6 and ST 36 points, and cleaning of atopic dermatitis wounds using normal
saline. Acupressure management is based on the pathogenesis of AD through an
immunologic pathway, which when suppressed by this pathway can reduce CD63
positive basophils and decrease histamine which can reduce itching. Normal saline is
considered an ideal wound washing fluid because it is non-toxic to body tissues and
is able to reduce the number of microorganisms on the wound surface
After implementation,it showed significant results in reducing itching and
improving wound conditions which have been carried out with acupressure therapy
interventions 3 times a week for 1 month. It can be concluded that acupressure
therapy and cleaning of atopic dermatitis wound cleaning using normal saline
solution that has been done has shown improvement in patients with atopic
dermatitis. Therefore, the application of evidence based nursing can be recommended
in providing nursing care to families of AD sufferers.

Keywords: Atopic Dermatitis, Complementary, Acupressure, Normal saline

ABSTRAK
Dermatitis atopik (DA ) merupakan penyakit kulit yang bersifat kronis, dapat
terjadi selama bertahun-tahun, bahkan seumur hidup. Penyebab terjadinya DA salah
satunya dikarenakan faktor genetic. Pada anggota keluarga Tn. R ada yang
mempunyai riwayat keturunan penyakit dermatitis atopik. Pada implementasi,
diterapkan terapi komplementer terapi akupresure pada titik LI 4, LI 11, SP 6 dan ST
36, dan pembersihan luka dermatitis atopik dengan menggunakan cairan normal
saline. Penatalaksaaan akupresure didasarkan pada pathogenesis DA dimana
melalui jalur imunologik, yang mana apabila dilakukan penekan pada jalur ini dapat
menurunkan basofil CD 63 positif dan menurunkan histamin yang dapat mengurangi
rasa gatal. Normal salin dianggap sebagai cairan pencuci luka yang ideal
dikarenakan Non toksik terhadap jaringan tubuh dan mampu mengurangi jumlah
mikroorganisme di permukaan luka
Setelah dilakukan implementasi menunjukkan hasil yang signifikan terhadap
penurunan rasa gatal dan kondisi luka membaik yang mana telah dilakukan
intervensi terapi akupresure 3 kali seminggu selama 1 bulan. Dapat disimpulkan
bahwa terapi akupresure dan pembersihan pembersihan luka dermatitis atopik
dengan menggunakan cairan normal saline yang telah dilakukan menunjukkan
perbaikan pada pasien penderita dermatitis atopik. Oleh karena itu, penerapan
evidence based nursing ini dapat direkomendasikan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada keluarga penderita DA.

Kata Kunci : Dermatitis atopik, Komplementer, Akupresure, Normal salin

A. PENDAHULUAN
Dermatitis atopik merupakan penyakit kulit yang bersifat kronis, dapat
terjadi selama bertahun-tahun, bahkan seumur hidup, sering kambuh dan
mengganggu kegiatan seharihari akibat rasa gatal yang hebat. Penyebab
terjadinya DA merupakan hasil interaksi kompleks anatara kelainan genetik yang
menyebabkan terganggunya sawar kulit, ganggguan pada system imun bawaan,
dan respon imunologik yang meningkat terhadap allergen (KSDAI, 2014).
Di Indonesia, angka prevalensi kasus dermatitis atopik meningkat pesat
menurut Kelompok Studi Dermatologi Anak (KSDAI) pada decade terakhir ,
prevalensi pada bayi dan anak-anak sekitar 10 – 20%, sedangkan pada dewasa
sekitar 1 – 3%. Pada tahun 2013 dari laporan 5 rumah sakit yang melayani
dermatologi yaitu RS Dr. Hasan Sadikin Bandung, RS Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta, RSU Palembang, RSUD Sjaiful Anwar Malang tercatat sejumlah 261
kasus diantara 2356 pasien baru (11,8) (KDSAI, 2014).
Menurut Movita (2014) tatalaksana dermatitits atopis yang efektif
meliputi kombinasi penghindaran pencetus, pengurangan gatal menjadi
seminimal mungkin, perbaikan sawar kulit, dan obat anti inflamasi. Untuk
tatalaksana yang optimal, dibutuhkan kerja sama yang baik tidak hanya oleh
pasien tetapi juga orang-orang terdekat pasien. Salah satu alternatif secara teori
untuk pengurangan gatal dermatitis atopis yaitu dengan terapi akupresur,hal ini
dikarenakan akupresur terbukti menjadi pengobatan alternatif yang mudah
diberikan. Sesuai dengan penelitian Lee et al., (2012) yang mana menunjukkan
adanya perubahan yang signifikan secara statistik dari baseline pada kelompok
akupresur untuk VAS (p = 0,05) dan likenifikasi EASI (p = 0,03).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan keluarga Tn. R pada bulan
April 2021 bahwa Nn. NA mempunyai riwayat penyakit dermatitis atopis yang
diturunkan oleh ibu dan kakeknya, yang ditandai rasa gatal dibagian telapak
tangan sampai luka,terasa nyeri dan terdapat penebalan dibagian jari-jari tangan.
Nn. NA biasanya hanya mengkonsumsi obat-obatan dan menggunakan salep
kortikosteroid untuk mengurangi rasa gatal, Nn. NA mengatakan pusing karena
tugas kuliah online yang menumpuk sehingga membuatnya stress ringan, yang
bisa menimbulkan dermatitis kambuh. Ny. R juga memiliki riwayat dermatitis
atopik tetapi sudah mulai membaik dan tidak pernah merasakan gatal.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
pengelolaan kasus pada keluarga Tn. R dengan judul “Asuhan Keperawatan
Komplementer Pada Keluarga Tn. R Dengan Dermatitis Atopik Di
Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi
Lampung Tahun 2021 “.
Tujuan dilakukannya Complementary Nursing Study Case supaya mampu
memberikan Asuhan Keperawatan Komplementer Pada Keluarga Tn. R
Dengan Dermatitis Atopik Di Kecamatan Gunung Agung Kabupaten
Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung Tahun 2021.

B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan yaitu Complementary Nursing Study
Case yaitu pendekatan dengan melakukan pengkajian terhadap keluarga inti
untuk menemukan suatu masalah yang muncul pada keluarga tersebut. Penelitian
ini dilakukan di Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang
Barat Provinsi Lampung selama sebulan. Sample penelitian melainkan
keluarga inti sendiri yang beranggotakan ibu dan tiga orang anak. Sample
penelitiannya yakni melibatkan seluruh anggota keluarga terutama Nn. NA yang
menderita dermatitis atopik yang ditandai dengan rasa gatal dibagian telapak
tangan sampai luka,terasa nyeri dan terdapat penebalan dibagian jari-jari tangan.
Alat ukur yang digunakan pada saat intervensi yaitu dengan cara
mengumpulkan data data objektif dan subjektif sehingga mampu disimpulkan
menjadi sebuah masalah yanh harus segera diatasi atau diperbaiki.
Intervensi yang dilakukan pada saat pengkajian yaitu memberikan terapi
komplementer yaitu terapi akupresure pada titik LI 4, LI 11, SP 6 dan ST 36, dan
pembersihan luka dermatitis atopik dengan menggunakan cairan normal saline. .
Pada minggu ke 4 setelah dilakukan implementasi terapi akupresure dan
pembersihan luka dermatitis atopik dengan menggunakan cairan normal saline
didapati hasil rasa gatal sudah berkurang dan kondisi kulit sudah membaik.
Akupresure merupakan cara terapi yang mudah dan aman serta sudah terbukti
efektif untuk pengobatan dermatitis atopik. Penatalaksaaan dermatitis atopik
dengan akupresure didasarkan pada patogenesis dermatitis atopic dimana
melalui jalur imunologik, yang mana apabila dilakukan penekan akupresure pada
jalur ini dapat menurunkan basofil CD 63 positif dan menurunkan histamin yang
dapat mengurangi rasa gatal. Maka itu dipilih titik-titik akupunktur yang
memperbaiki sistem imun, misalnya: Zusanli (ST 36) dan Hegu (LI4). Selain itu
dapat pula digunakan titik-titik akupunktur yang secara empiris dan telah terbukti
melalui penelitian dapat membantu penyembuhan urtikaria seperti: LI11 (Quchi),
SP10 (Xuehai), SP6 (Sanyinjiao) (Nurwati et al., 2020).

Gambar 1.1 Titik – titik akupresure sistem imun

Dipilihnya terapi pembersihan luka dermatitis atopic dengan cairan


normal salin karena normal salin dianggap sebagai cairan pencuci luka yang ideal
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Non toksik terhadap jaringan tubuh manusia/viable tissue,
b. Efektif terhadap adanya material organik pada luka seperti darah, pus, dan
jaringan nekrotik,
c. Mampu mengurangi jumlah mikroorganisme di permukaan luka,
d. Biaya murah dan mudah didapat,
e. Stabil, dan Hipoalergik dan tidak menimbulkan reaksi sensitivitas.
Dikarenakan cairan normal salin/ Nacl 0,9 % ini masih dalam termasuk
golongan kemasanan obat keras dan yang tidak bisa dibeli dengan bebas dan
harus memerlukan resep dokter, keluarga atau masyarakat bisa menggantinya
dengan larutan garam yang tinggi natrium

C. KESIMPULAN
Setelah dilakukannya pemberian terapi komplementer yakni setelah
dilakukan implementasi terapi akupresure dan pembersihan luka dermatitis
atopik dengan menggunakan cairan normal saline didapati hasil rasa gatal sudah
berkurang dan kondisi kulit sudah membaik dari minggu ke minggu selama
sebulan. terapi ini dipilih dan direkomendasikan kepada keluarga karna hasilnya
yang efektif mampu menurunkan rasa gatal. Terapi ini juga direkomendasikan
untuk layanan kesehatan sebagai pengganti obat obat kimia.

D. UCAPAN TERIMAKSIH
Terimaksih kepada dosen pembimbing dan dosen penguji di
Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang mampu membimbing berlanjalan
lancarnya Complementary Case Study Nursing ini selama sebulan penuh.
Terimakasih untuk keluarga sudah mau menjadi keluarga binaan selama satu
bulan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2020). Buku Ajar Keperawatan Komplementer " Terapi Komplementer


Solusi Cerdas Optimalkan Kesehatan " “ TERAPI KOMPLEMENTER SOLUSI
CERDAS OPTIMALKAN KESEHATAN ” (Issue March 2019).

Ayu Henny, Komang. (2012). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga ( 2nd
ed). Jakarta : Sagung Seto

Evina, B. (2015). Clinical Manifestations and Diagnostic Criteria of Atopic


Dermatitis. J Majority , 4(4), 23–27.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/574

Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Ed. 5. Jakarta: EGC.

Hernilawati. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulsel: Pustaka As-
Salam

KDSAI. (2014). Panduan Diagnosis dan Tatalaksana Dermatitis Atopik di Indonesia.


Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin Indonesia, January, 1–11.

Kholid, Ahmad. (2017). Promosi Kesehatan: Dengan Pendekatan teori


Perilaku,Media, dan Aplikasi untuk Mahasiswa dan Praktisi Kesehatan. Depok :
Rajawali Pers

Khomsan, A. (2004). Pangan dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta : PT Gramedia
Widiasarana

Khotimah. (2017). Rendam Air Garam Sebagai Media Mempercepat Penyembuhan.


Jurnal Keperawatan, 6(2), 6.

Lee, K. C., Keyes, A., Hensley, J. R., Gordon, J. R., Kwasny, M. J., West, D. P., &
Lio, P. A. (2012). Effectiveness of acupressure on pruritus and lichenifi cation
associated with atopic dermatitis: A pilot trial. Acupuncture in Medicine, 30(1),
8–11. https://doi.org/10.1136/acupmed-2011-010088

Movita, T. (2014). Tatalaksana Dermatitis Atopik. Cdk-222, 41(11), 828–831.

Nurwati, I., Wijayanti, L., Suparyanti, E. L., Handayani, S., Muthmainah, Balgis, &
Dirgahayu, P. (2020). Modul Blok Akupuntur Medik 2020. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.

Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses - Proses


Penyakit (6th ed). Jakarta : EGC
Setiadi. (2008). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha
Ilmu

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC

Sudiharto (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural. Jakarta: EGC

Suprajitno. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta :


EGC

Spergel, J. M. (2008). Immunology and treatment of atopic dermatitis. American


Journal of Clinical Dermatology, 9(4), 233–244.
https://doi.org/10.2165/00128071-200809040-00003

Veratamala, Arinda. (2021, May 06). Mengenal 5 Jenis Garam: Mana yang Paling
Sehat?. Diakses tanggal 29 Juli 2021.
https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/jenis-garam-paling-sehat/

You might also like