Professional Documents
Culture Documents
x, Juni 2022
KONSEP DIRI ANAK ASUH DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK AL-KHIDMAH KABUPATEN PATI
Dwi Yuliani
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, dwi_stks@yahoo.co.id
sendiri. Konsep tentang dirinya sendiri merupakan hal yang sangat penting
PENDAHULUAN bagi kehidupan individu karena konsep diri akan mempengaruhi seseorang
Permasalahan anak menjadi perhatian yang sangat penting bagi dalam bertindak dan bertingkah laku dalam segala situasi dan kondisi
pemerintah khususnya dan para orang tua. Berdasarkan data dari Kementerian (Agustiani, 2009).
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) pada tahun Konsep diri merupakan salah satu aspek yang ada cukup penting
2021 permasalahan anak di Indonesia sebanyak 12.566 kasus. Sedangkan untuk individu dalam berperilaku. Konsep diri diperoleh dari hasil belajar
menurut BPS (Badan Pusat Statistika) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2020 individu melalui hubungan dengan orang lain, termasuk orang tua karena
terdapat permasalahan anak sebanyak 1.427 kasus. Berdasarkan data dari kontak paling awal yang dialami setiap individu dan paling terkuat (Yuliani,
dan Keluarga Berencana) Kabupaten Pati jumlah LKSA sebanyak 4 lembaga Menurut Roger (dalam Sobur, 2011) bahwa konsep diri
yang telah terakreditasi. Menurut BPS (Badan Pusat Statistika) Provinsi Jawa merupakan suatu bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan
Tengah tahun 2020 terdapat 31.290 anak yang diasuh LKSA, sedangkan anak dan bertahap yang akan dijadikan simbolis sebagai bayangan tentang diri yang
asuh di LKSA Kabupaten Pati pada tahun 2021 terdapat 574 anak. mengatakan “siapa aku sebenarnya” dan “apa yang sebenarnya harus saya
Hasil penelitian yang dilakukan Goldfard menunjukkan bahwa perbuat”. Konsep diri berkaitan dengan kesadaran batin diri seseorang.
anak asuh yang dibesarkan dalam suatu institusi pengasuhan, cenderung Menurut Burn (dalam Surna Pandejrot: 2014) adalah sebagai keyakinan
mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadiannya, misalnya seseorang atau persepsi individu pada diri sendiri. Oleh karena itu konsep diri
cenderung untuk menarik diri dari lingkungan dan mengalami tersebut sebagai dasar dalam diri seseorang untuk memberikan sebuah
retardasi fisik atau mental (Fiqih Safitri, 2016). Status anak asuh kerangka berpikir, yang menentukan bagaimana mengolah informasi tentang
mempengaruhi cara pandang dan tumbuh kembang anak. Cara pandang diri sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan
individu terhadap anak asuh akan membentuk suatu konsep pada dirinya dan sikap atau keputusan yang diambil dalam berperilaku.
Nama Jurnal. Contoh: PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. xx No. x, Juni 2020
Jenis-jenis konsep diri terbagi menjadi dua menurut Calhoun dan mengungkapkan konsep diri yang lebih rendah dalam kemampuan fisik tetapi
Acocella (dalam Rahmawati, 2018) yaitu konsep diri positif dan konsep diri konsep diri yang lebih tinggi dalam penampilan fisik dan membaca
negatif. Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dari individu dibandingkan dengan anak laki-laki. Byrne dan Shavelson (1987) melakukan
dengan mengenal dirinya sendiri dengan baik, sedangkan konsep diri negatif studi empiris tentang konsep diri dan menemukan bahwa anak laki-laki
memiliki pandangan pada dirinya yang tidak teratur, tidak memiliki perasaan, mengungkapkan konsep diri yang lebih tinggi daripada anak perempuan di
kestabilan dan keutuhan pada diri. Proses terbentuknya konsep diri bidang matematika, diri secara umum, penampilan fisik dan kemampuan fisik
membutuhkan waktu yang lama dan tidak instan. Konsep diri bukan bawaan tetapi anak perempuan mengungkapkan konsep diri yang lebih tinggi di
dari gen, melainkan hasil interaksi dan pengalaman yang diperoleh di bidang membaca dan sekolah umum. Wigfield et al. (1991) menemukan
lingkungannya (Sobur, 2013). bahwa anak perempuan mengekspresikan konsep diri yang lebih kuat dalam
Berdasarkan permasalahan serta latar belakang di atas, maka bahasa dan seni daripada anak laki-laki. Kaur dkk. (2009) menyatakan bahwa
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Konsep Diri Anak tidak mengherankan bahwa akar dari konsep diri terletak pada pengalaman
Asuh di LKSA Al-Khidmah Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah”. keluarga dan lingkungan rumah yang menyenangkan merupakan hubungan
Literatur tentang konsep diri sangat kaya dan sangat banyak. Sejumlah besar orangtua-anak yang baik. Beberapa peneliti menemukan bahwa lingkungan
penelitian dan investigasi telah melaporkan temuan penting tentang berbagai rumah memiliki pengaruh penting terhadap konsep diri dalam satu atau lain
aspek konsep diri. Sejumlah besar penelitian telah menunjukkan bahwa jenis cara (Foluke-Henderson, 2007). Dinah (2004) menunjukkan bahwa terdapat
kelamin memberikan perbedaan yang cukup untuk penilaian konsep diri. hubungan yang signifikan antara lingkungan rumah dengan konsep diri.
Sebagai contoh, Hattie (1992) melakukan studi empiris untuk menunjukkan Konsep diri emosional remaja ditemukan dipengaruhi oleh agama,
efek diferensial gender terhadap konsep diri. Ditemukan bahwa perempuan pengawasan di rumah oleh orang tua atau wali dan jumlah saudara kandung
mengungkapkan lebih banyak konflik peran daripada laki-laki. Penyelidik dalam keluarga. Chohan dan Khan (2010) melakukan penelitian terhadap 305
mengidentifikasi berbagai faktor untuk perbedaan gender ini. Pertama, karena sampel siswa kelas 4 sekolah umum untuk menguji hubungan antara prestasi
status kelompok minoritas dalam masyarakat. Kedua, perempuan ditemukan akademik dan dukungan pendidikan yang diberikan kepada anak di rumah dan
tergantung secara sosial dan ekonomi dibandingkan dengan laki-laki. untuk menentukan apakah dukungan ini secara langsung atau tidak langsung
Berdasarkan pengamatan ini, peneliti menyimpulkan bahwa perempuan mempengaruhi konsep diri anak. Para siswa yang memiliki atau tidak
memiliki konsep diri yang lebih rendah daripada laki-laki. Starobin dan memiliki dukungan orang tua di rumah dibandingkan dengan dua ukuran, (a)
Laanan (2005) mempelajari tingkat kepercayaan dan konsep diri siswa laporan hasil sekolah tahunan dan, (b) skala konsep diri. Konsep diri diukur
sebagai faktor yang berkontribusi untuk menentukan prestasi akademik siswa dua kali. Pertama, sebelum satu bulan ujian sekolah tahunan dan kedua,
dalam sains dan matematika. Hasil penelitian menemukan bahwa konsep diri setelah satu bulan pengumuman hasil tahunan. Temuan penelitian
yang berkaitan dengan pendidikan sains dan matematika bervariasi di antara mengungkapkan bahwa kontribusi orang tua terhadap pendidikan anaknya di
siswa. Sax (1994) menyelidiki faktor-faktor yang memprediksi konsep diri rumah memiliki efek yang konsisten dan positif terhadap prestasi akademik
matematika dan perbedaan gender mereka dengan menggunakan sampel dan konsep diri. Konsep diri dipengaruhi oleh pengalaman di rumah, sekolah,
nasional sekitar 15.000 siswa yang diambil dari Program Penelitian Institusi dan masyarakat. Di rumah, gaya pengasuhan otoritatif dapat memberikan
Kooperatif (CIRP) 1985 Freshman Survey dan 1989 Follow-up Survey. dukungan, penerimaan, dan memberi-dan-menerima untuk mendorong
Disimpulkan bahwa siswa perempuan memiliki konsep diri yang rendah perkembangan konsep diri remaja (Van Dijk et al., 2014).
(percaya diri) dalam kemampuan matematika mereka daripada siswa laki-laki, METODE
dan varian gender meningkat saat mereka melanjutkan ke perguruan tinggi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (Yin, 2008).
Matovu (2012) melakukan penelitian terhadap 394 sampel mahasiswa; laki- Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif. dalam bentuk studi kasus. Metode
laki dan perempuan dari berbagai tingkat studi dan fakultas di universitas tersebut bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam terkait program,
negeri di Malaysia dan hasilnya mengungkapkan bahwa ada pengaruh gender kejadian, proses, dan aktivitas yang berhubungan dengan konsep diri anak
yang signifikan secara statistik terhadap konsep diri akademik dan prestasi asuh di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Al-Khidmah secara detail.
akademik. Crain dan Bracken (1994) menjelaskan gender sebagai variabel Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer
moderasi dalam konsep diri. Temuan studi mereka menunjukkan bahwa anak dan sumber data sekunder. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara
laki-laki menilai konsep diri fisik mereka secara signifikan lebih tinggi dan observasi terhadap informan, sedangkan sumber data sekunder merupakan
daripada anak perempuan. Marsh et al. (1991) meneliti konsep diri spesifik sumber data yang diperoleh dari studi dokumentasi, penelitian terdahulu, dan
domain anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan bahan-bahan literatur yang berkaitan dengan konsep diri anak asuh. Dalam
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. xx No. x, Juni 2022
penentuan informan, peneliti menggunakan purposive. Teknik pengumpulan bersekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) sejumlah 30 anak. Dalam
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif, penelitian ini, anak asuh yang menjadi informan bersekolah di Sekolah Dasar
wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data (SD) dengan jumlah 2 anak, bersekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
menggunakan kredibilitas melalui perpanjangan pengamatan, meningkatkan sejumlah 2 anak dan 1 anak asuh bersekolah di Sekolah Menengah Atas
ketekunan, triangulasi sumber dan triangulasi teknik, keteralihan, (SMA) di Kabupaten Pati.
kebergantungan dan kepastian. Teknik analisis data yang digunakan dalam e. Hobi
penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Anak asuh di LKSA Al-Khidmah yang berjenis kelamin laki-laki mayoritas
(Miles & Huberman, 2014) memiliki hobi olahraga berenang, olahraga lari, bermain hp, dan bermain
HASIL PENELITIAN sepak bola. Sedangkan anak asuh yang berjenis kelamin perempuan mayoritas
1. Karakteristik Anak Asuh memiliki hobi membaca buku, belajar, bermain hp, dan memasak. Dalam
Anak asuh yang dijadikan informan dalam pengumpulan data penelitian ini, anak asuh yang menjadi informan memiliki hobi membaca
penelitian ini dipilih dari dalam LKSA maupun luar LKSA atau bersama buku, membaca novel, bermain voli, menonton tv, olahraga dan bela diri.
b. Usia
3. Konsep diri anak asuh mengenai aspek psikis
Dari hasil wawancara dan hasil observasi yang telah dilakukan oleh
Usia anak asuh yang tinggal di dalam LKSA berusia 10 tahun sampai dengan
peneliti terhadap 10 informan, yang terdiri dari 2 anak asuh yang tinggal di
17 tahun, sedangkan anak asuh yang tinggal di luar LKSA berusia 4 tahun
dalam LKSA dan 3 anak asuh yang tinggal di luar LKSA, pengasuh dan
sampai dengan 18 tahun. Anak asuh di LKSA Al-Khidmah yang berusia 4
pengurus LKSA Al-Khidmah serta 3 orang tua anak asuh di luar LKSA, maka
tahun sampai dengan 12 tahun sejumlah 53 anak dan anak asuh yang berusia
diperoleh hasil penelitian mengenai konsep diri anak asuh mengenai psikisnya
kisaran 13 tahun sampai dengan 18 tahun sejumlah 60 anak, dengan total
yaitu: terdapat lima anak asuh yang memiliki konsep diri mengenai psikisnya
jumlah seluruh anak asuh yaitu 123 anak. Dalam penelitian ini, usia anak asuh
yang negatif. Anak asuh di LKSA Al-Khidmah dalam penelitian ini
di LKSA Al-Khidmah yang menjadi informan yaitu 10 sampai dengan 16
cenderung memiliki pemikiran yang negatif, perasaan sedih, tidak tenang,
tahun.
kurang mampu mengontrol dirinya, merasa kurang percaya diri, suka marah-
c. Alamat dan Asal
marah dan pemalu.
Anak asuh di LKSA Al-Khidmah memiliki alamat rumah yang berbeda-beda
dengan cepat, suka menyapa dan ramah kepada siapa saja, aktif mengikuti dengan tubuhnya yang dirasa ideal, tidak merasa malu dengan riwayat
kegiatan di LKSA, di sekolah maupun di lingkungan sosial, serta lebih peka penyakitnya, dan merasa tidak gengsi dengan penampilannya di hada-
atau peduli terhadap lingkungan sekitarnya. pan orang lain. Berbeda halnya dengan anak asuh yang tinggal di
5. Konsep diri anak asuh mengenai aspek moral LKSA terbaru memiliki konsep pada dirinya mengenai fisiknya yang
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka hasil penelitian negatif, dibuktikan dengan perasaan yang tidak percaya diri terhadap
tentang konsep diri mengenai moralnya yang negatif sebanyak empat anak penampilannya di hadapan orang lain, perasaan malu terhadap tubuh-
dan satu anak yang memiliki konsep diri mengenai moralnya yang positif. nya dan merasa rendah diri serta berburuk sangka terhadap fisiknya.
Anak asuh yang memiliki konsep diri mengenai moralnya yang negatif 2) Pada anak asuh yang tinggal di luar LKSA memiliki konsep diri yang
cenderung kurang bertanggung jawab, belum bisa menghormati orang tua, berbeda pula antara informan yang satu dengan yang lainnya. Infor-
belum bisa berperilaku sopan santun dan hubungannya dengan Tuhannya man yang memiliki konsep pada dirinya yang negatif, dibuktikan den-
kurang dekat dan masih malas beribadah. Sedangkan anak asuh yang memiliki gan perasaan yang tidak percaya diri terhadap fisiknya, merasa minder
konsep diri mengenai moralnya yang positif, individu tersebut dapat dan malu terhadap penampilannya, merasa rendah diri dan merasa
bertanggung jawab, jujur dalam perkataan, mampu menghargai orang tua dan fisiknya buruk sehingga membanding-bandingkan fisiknya dengan te-
berperilaku yang sopan, serta hubungannya dengan Tuhannya cukup dekat. mannya. Berbeda dengan informan yang memiliki konsep pada dirinya
PEMBAHASAN yang positif, ia merasa lebih percaya diri terhadap fisiknya karena
1. Pembahasan konsep diri anak asuh mengenai aspek fisik merasa badannya sangat ideal, merasa bersyukur terhadap tubuh yang
Menurut Burn (Surna dan Padejrot, 2014) mengidentifikasikan konsep telah diberikan, merasa senang dan bangga terhadap fisiknya di hada-
diri sebagai keyakinan seseorang atau persepsi individu pada diri sendiri. pan orang lain dan tidak pernah merasa minder terhadap fisiknya.
Berdasarkan teori Berzonsky (dalam Nurhaini, 2018) yang mengemukakan 2. Pembahasan konsep diri anak asuh mengenai aspek psikis
empat aspek dalam konsep diri, yaitu konsep diri mengenai fisik, konsep diri Menurut Hendra Surya (2007: 3) mengemukakan bahwa konsep diri
mengenai psikis, konsep diri mengenai sosial dan konsep diri mengenai moral. adalah suatu gambaran, pemikiran dan perasaan terhadap apa yang dirasakan
Pada aspek fisik hal penting adalah daya tarik, kondisi kesehatan dan oleh seseorang tentang dirinya sendiri yang meliputi kemampuan, sikap,
penampilan tubuh di hadapan orang lain. Individu dengan penampilan yang perasaan, kebutuhan, tujuan hidup, dan penampilan diri di hadapan orang lain.
menarik, berat badan dan tinggi badan, warna kulit yang cerah, bentuk tubuh Berdasarkan teori Berzonsky (dalam Nurhaini, 2018) yang mengemukakan
yang lengkap, pandangan yang positif terhadap fisiknya serta kondisi fisik empat aspek dalam konsep diri, yaitu konsep diri mengenai fisik, konsep diri
yang sehat, dan ukuran tubuh yang ideal menimbulkan konsep pada dirinya mengenai psikis, konsep diri mengenai sosial dan konsep diri mengenai moral.
yang positif, sehingga akan mendapatkan perasaan yang menyenangkan, Aspek psikis merupakan penilaian individu mengenai pikiran, perasaan, dan
penerimaan sosial dari lingkungan sekitar dan kepercayaan diri mengenai fisik sikap individu terhadap keadaan psikis dirinya sendiri. Penilaian individu
yang positif pula, begitu sebaliknya. Konsep diri yang negatif cenderung pada terhadap kemampuan atau ketidakmampuan akan berpengaruh terhadap psikis
individu yang memiliki perasaan gengsi terhadap fisiknya, pandangan yang individu. Apabila seorang individu memiliki sikap yang optimis, percaya diri,
rendah dan pandangan sebelah mata mengenai fisik yang dimilikinya serta mampu mengontrol dirinya, dan memiliki kedamaian atau ketenangan hati,
perasaannya mengenai penampilannya di hadapan orang lain, sehingga hal itu akan menimbulkan konsep pada diri seseorang mengenai psikisnya
individu tersebut memiliki perasaan yang tidak menyenangkan, merasa tidak yang positif. Begitu sebaliknya, apabila seorang individu merasa kurang
berharga dan kurang percaya diri terhadap dirinya sendiri serta prasangka percaya diri, tidak optimis, belum bisa mengontrol dirinya sendiri dan merasa
yang rendah terhadap diri sendiri di hadapan orang lain mengenai dirinya. tidak tenang, hal itu cenderung menimbulkan konsep diri mengenai psikisnya
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak asuh di LKSA Al- yang negatif.
Khidmah dapat dikemukakan bahwa konsep diri anak asuh yang tinggal di Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan bahwa konsep
dalam LKSA maupun yang tinggal di luar LKSA memiliki konsep diri diri anak asuh yang tinggal di dalam LKSA maupun yang tinggal di luar
mengenai fisiknya yang berbeda. LKSA memiliki konsep diri mengenai psikisnya yang sama. Dibuktikan
1) Pada anak asuh yang tinggal di dalam LKSA memiliki konsep diri dengan pernyataan-pernyataan dari informan mengenai konsep diri pada
yang berbeda antara anak asuh yang tinggal di dalam LKSA paling psikis anak asuh di LKSA Al-Khidmah. Pada penelitian ini terdapat lima
lama dan anak asuh yang tinggal di dalam LKSA paling baru. Anak kasus pada anak asuh yang memiliki konsep diri mengenai psikisnya yang
asuh yang tinggal di LKSA terlama memiliki konsep pada dirinya negatif. Anak asuh pada penelitian ini menyatakan konsep dirinya mengenai
mengenai fisiknya yang positif dibuktikan dengan kepercayaan dirinya psikisnya dengan hampir sama seperti merasa kurang percaya diri, merasa
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. xx No. x, Juni 2022
gelisah dan memiliki perasaan yang tidak tenang, sering merasa sedih, sering dirinya mengenai sosialnya yang positif, dibuktikan dengan perny-
berpikiran yang negatif, merasa berburuk sangka terhadap dirinya dan merasa ataan informan yang merasa percaya diri, merasa mampu berinteraksi
2) Pada anak asuh yang tinggal di luar LKSA memiliki konsep pada yang tinggal di luar LKSA memiliki konsep pada dirinya yang negatif pula,
tikan dengan pernyataan informan yang merasa cukup dekat dengan Agustiani, H. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Refika
Tuhannya, merasa bersikap sopan dan menghormati orang tua, dan Aditama.
KESIMPULAN
usia, pendidikan, alamat asal dan hobi anak asuh yang berbeda-beda. Kasus
pada konsep diri anak asuh berbeda-beda antara anak asuh yang tinggal di
dalam LKSA maupun anak asuh yang tinggal di luar LKSA. Pada aspek fisik,
anak asuh yang tinggal di dalam LKSA memiliki konsep diri yang berbeda
antara anak asuh yang tinggal paling lama di LKSA dengan anak asuh yang
tinggal di dalam LKSA paling baru, anak asuh yang tinggal di LKSA paling
lama memiliki konsep diri yang positif, sedangkan anak asuh yang tinggal di
LKSA terbaru memiliki konsep diri yang negatif. Anak asuh yang tinggal di
luar LKSA juga memiliki konsep diri yang berbeda-beda setiap aspeknya.
Pada aspek psikis, anak asuh di dalam LKSA maupun anak asuh di luar LKSA
memiliki konsep diri yang negatif. Pada aspek sosial, anak asuh yang tinggal
di
dalam LKSA memiliki konsep diri yang berbeda antara anak asuh yang
tinggal paling lama di LKSA dengan anak asuh yang tinggal di dalam LKSA
paling baru, berbeda pula aspek sosial anak asuh yang tinggal di luar LKSA.
Anak asuh yang tinggal di dalam LKSA paling lama memiliki konsep diri
mengenai sosialnya yang positif, berbeda dengan anak asuh yang tinggal di
dalam LKSA yang terbaru. Sedangkan anak asuh yang tinggal di luar LKSA
memiliki konsep diri mengenai sosial yang negatif, namun ada juga anak asuh
yang di luar LKSA memiliki konsep diri mengenai sosialnya yang positif.
Pada aspek moral, anak asuh yang tinggal di dalam LKSA memiliki konsep
diri yang berbeda dengan anak asuh yang tinggal di luar LKSA atau tinggal
konsep pada dirinya mengenai moralnya yang negatif, sedangkan anak asuh
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. xx No. x, Juni 2022
Fiqih Safitri, N. W. (2016). Perbedaan Konsep Diri Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan Asrama dan Panti Asuhan Cottage. Jurnal Psikologi.
Yuliani, F. S. (2023). The Influence ofStudent's Self Concept on Self Acceptance at the Orphanage. Jurnal Scientia, 583-584.
DAFTAR PUSTAKA
php/page/view/38
Widiarti, P. W. (2017). Konsep Diri (Self Concept) Dan Komunikasi
(Yuliani, 2023)
Interpersonal Dalam Pendampingan Pada Siswa Smp Se Kota
Asri, D. N., & Sunarto. (2020). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Yogyakarta. Informasi, 47(1), 135.
Terbentuknya Konsep Diri Remaja ( Studi Kualitatif pada Siswa
https://doi.org/10.21831/informasi.v4
SMPN 6 Kota Madiun ). Jurnal Konseling Gusjigang, 6(1), 1–11.
7i1.15035
Burn, R., B. (1993). Konsep Diri Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan
Perilaku, Jakarta: Arcan
Hendriati, Agustiani. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Refika
Aditama
Konsep Diri Remaja yang Berasal dari Keluarga Broken Home. (2020). 9(1),
17–32.
Ningsih, E., Saam, Z., & Umari, T. (2021). Studi Literatur Tentang Konsep
Diri Remaja. Jom Fkip - Ur, 8(1), 1–9.
Pardede, Y. (2008). Konsep Diri Anak Jalanan Usia Remaja. Jurnal Ilmiah
Psikologi Gunadarma, 1(2), 97293.
Presiden Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang No 35 tahun 2014
Tentang Perlindungan anak. Cell, 3(4), 1–15.
Rakhmawati, I. (2015). Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak.
Jurnalbimbingan Konseling Isla, 6(1), 1–18.
Safitri, F., Sitasari, N. W., Psikologi, F., & Esa, U. (2016). Perbedaan Konsep
Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Asrama Dan Panti
Asuhan Cottage. Jurnal Psikologi, 14(2).
Sandhaningrum, D. F., Wiyanti, S., & Lilik, S. (2010). Hubungan antara
konsep diri dan dukungan sosial dengan penyesuaian sosial pada
penyandang cacat tubuh di balai besar rehabilitasi sosial bina
daksa prof. Dr. Soeharso Surakarta. Jurnal Wacana, 2(1), 20–33.
Sobur A. (2011). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia
Yusuf, triesa febriani. (2017). Hubungan Konsep Diri Dengan Pengambilan
Keputusan Dalam Membeli Produk Makeup Pada Wanita
Dewasa Madya.
INTERNET