You are on page 1of 7

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. xx No.

x, Juni 2022

KONSEP DIRI ANAK ASUH DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK AL-KHIDMAH KABUPATEN PATI

Aprilia Putri Milenia


Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, apriliaputri180420@gmail.com

Dwi Yuliani
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, dwi_stks@yahoo.co.id

Muhammad Ananta Firdaus


Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, muhammadanantafirdaus@rocket.mail.com
Abstract
This study aims to obtain a complete, in-depth and holistic picture of the self-concept of foster children from the physical, psychological, social and moral aspects. This research
method is a qualitative approach in the form of a case study. Sources of data in this study were 5 research subjects. Data collection techniques include observation, in-depth
interviews and documentation studies. Data analysis techniques were carried out by data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results of the research on
the five subjects showed that the self-concept of foster children at LKSA Al-Khidmah had different self-concepts from each aspect, on the physical aspect it showed that two
children had ideal bodies, health conditions were rarely sick and three children had poor physical appearance. ideal and health conditions that are often sick. On the
psychological aspect, it shows that the five foster children have feelings of anxiety, negative thinking, and low self-esteem. The social aspect shows that two children interact
actively, and three children are not active in interacting. The moral aspect shows that the three children have polite behavior and often perform worship, and two subjects have
impolite behavior and rarely worship.
Keywords:
Self Concept, Foster Children, Orphanage
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara utuh, mendalam dan holistik mengenai konsep diri anak asuh dari aspek fisik, aspek psikis, aspek sosial dan aspek
moral. Metode penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dalam bentuk studi kasus. Sumber data dalam penelitian ini adalah 5 subjek penelitian. Teknik pengumpulan data
meliputi observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian
pada kelima subjek menunjukkan bahwa konsep diri anak asuh di LKSA Al-Khidmah memiliki konsep diri yang berbeda-beda dari setiap aspeknya, pada aspek fisik
menunjukkan bahwa dua anak memiliki tubuh ideal, kondisi kesehatan yang jarang sakit dan tiga anak memiliki tampilan fisik kurang ideal dan kondisi kesehatan yang sering
sakit. Pada aspek psikis menunjukkan bahwa keliama anak asuh memiliki perasaan gelisah, berpikiran negatif, rendah diri. Pada aspek sosial menunjukkan bahwa dua anak
berinteraksi dengan aktif, dan tiga anak tidak aktif dalam berinteraksi. Pada aspek moral menunjukkan bahwa ketiga anak memiliki tingkah laku sopan dan sering melaksanakan
ibadah, dan dua subjek memiliki tingkah laku kurang sopan dan jarang beribadah.
Kata Kunci:
Konsep diri, Anak Asuh, Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak

sendiri. Konsep tentang dirinya sendiri merupakan hal yang sangat penting

PENDAHULUAN bagi kehidupan individu karena konsep diri akan mempengaruhi seseorang

Permasalahan anak menjadi perhatian yang sangat penting bagi dalam bertindak dan bertingkah laku dalam segala situasi dan kondisi

pemerintah khususnya dan para orang tua. Berdasarkan data dari Kementerian (Agustiani, 2009).

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) pada tahun Konsep diri merupakan salah satu aspek yang ada cukup penting

2021 permasalahan anak di Indonesia sebanyak 12.566 kasus. Sedangkan untuk individu dalam berperilaku. Konsep diri diperoleh dari hasil belajar

menurut BPS (Badan Pusat Statistika) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2020 individu melalui hubungan dengan orang lain, termasuk orang tua karena

terdapat permasalahan anak sebanyak 1.427 kasus. Berdasarkan data dari kontak paling awal yang dialami setiap individu dan paling terkuat (Yuliani,

DinsosP3AKB (Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak 2023)

dan Keluarga Berencana) Kabupaten Pati jumlah LKSA sebanyak 4 lembaga Menurut Roger (dalam Sobur, 2011) bahwa konsep diri

yang telah terakreditasi. Menurut BPS (Badan Pusat Statistika) Provinsi Jawa merupakan suatu bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan

Tengah tahun 2020 terdapat 31.290 anak yang diasuh LKSA, sedangkan anak dan bertahap yang akan dijadikan simbolis sebagai bayangan tentang diri yang

asuh di LKSA Kabupaten Pati pada tahun 2021 terdapat 574 anak. mengatakan “siapa aku sebenarnya” dan “apa yang sebenarnya harus saya

Hasil penelitian yang dilakukan Goldfard menunjukkan bahwa perbuat”. Konsep diri berkaitan dengan kesadaran batin diri seseorang.

anak asuh yang dibesarkan dalam suatu institusi pengasuhan, cenderung Menurut Burn (dalam Surna Pandejrot: 2014) adalah sebagai keyakinan

mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadiannya, misalnya seseorang atau persepsi individu pada diri sendiri. Oleh karena itu konsep diri

cenderung untuk menarik diri dari lingkungan dan mengalami tersebut sebagai dasar dalam diri seseorang untuk memberikan sebuah

retardasi fisik atau mental (Fiqih Safitri, 2016). Status anak asuh kerangka berpikir, yang menentukan bagaimana mengolah informasi tentang

mempengaruhi cara pandang dan tumbuh kembang anak. Cara pandang diri sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan

individu terhadap anak asuh akan membentuk suatu konsep pada dirinya dan sikap atau keputusan yang diambil dalam berperilaku.
Nama Jurnal. Contoh: PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. xx No. x, Juni 2020

Jenis-jenis konsep diri terbagi menjadi dua menurut Calhoun dan mengungkapkan konsep diri yang lebih rendah dalam kemampuan fisik tetapi

Acocella (dalam Rahmawati, 2018) yaitu konsep diri positif dan konsep diri konsep diri yang lebih tinggi dalam penampilan fisik dan membaca

negatif. Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dari individu dibandingkan dengan anak laki-laki. Byrne dan Shavelson (1987) melakukan

dengan mengenal dirinya sendiri dengan baik, sedangkan konsep diri negatif studi empiris tentang konsep diri dan menemukan bahwa anak laki-laki

memiliki pandangan pada dirinya yang tidak teratur, tidak memiliki perasaan, mengungkapkan konsep diri yang lebih tinggi daripada anak perempuan di

kestabilan dan keutuhan pada diri. Proses terbentuknya konsep diri bidang matematika, diri secara umum, penampilan fisik dan kemampuan fisik

membutuhkan waktu yang lama dan tidak instan. Konsep diri bukan bawaan tetapi anak perempuan mengungkapkan konsep diri yang lebih tinggi di

dari gen, melainkan hasil interaksi dan pengalaman yang diperoleh di bidang membaca dan sekolah umum. Wigfield et al. (1991) menemukan

lingkungannya (Sobur, 2013). bahwa anak perempuan mengekspresikan konsep diri yang lebih kuat dalam

Berdasarkan permasalahan serta latar belakang di atas, maka bahasa dan seni daripada anak laki-laki. Kaur dkk. (2009) menyatakan bahwa

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Konsep Diri Anak tidak mengherankan bahwa akar dari konsep diri terletak pada pengalaman

Asuh di LKSA Al-Khidmah Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah”. keluarga dan lingkungan rumah yang menyenangkan merupakan hubungan

Literatur tentang konsep diri sangat kaya dan sangat banyak. Sejumlah besar orangtua-anak yang baik. Beberapa peneliti menemukan bahwa lingkungan

penelitian dan investigasi telah melaporkan temuan penting tentang berbagai rumah memiliki pengaruh penting terhadap konsep diri dalam satu atau lain

aspek konsep diri. Sejumlah besar penelitian telah menunjukkan bahwa jenis cara (Foluke-Henderson, 2007). Dinah (2004) menunjukkan bahwa terdapat

kelamin memberikan perbedaan yang cukup untuk penilaian konsep diri. hubungan yang signifikan antara lingkungan rumah dengan konsep diri.

Sebagai contoh, Hattie (1992) melakukan studi empiris untuk menunjukkan Konsep diri emosional remaja ditemukan dipengaruhi oleh agama,

efek diferensial gender terhadap konsep diri. Ditemukan bahwa perempuan pengawasan di rumah oleh orang tua atau wali dan jumlah saudara kandung

mengungkapkan lebih banyak konflik peran daripada laki-laki. Penyelidik dalam keluarga. Chohan dan Khan (2010) melakukan penelitian terhadap 305

mengidentifikasi berbagai faktor untuk perbedaan gender ini. Pertama, karena sampel siswa kelas 4 sekolah umum untuk menguji hubungan antara prestasi

status kelompok minoritas dalam masyarakat. Kedua, perempuan ditemukan akademik dan dukungan pendidikan yang diberikan kepada anak di rumah dan

tergantung secara sosial dan ekonomi dibandingkan dengan laki-laki. untuk menentukan apakah dukungan ini secara langsung atau tidak langsung

Berdasarkan pengamatan ini, peneliti menyimpulkan bahwa perempuan mempengaruhi konsep diri anak. Para siswa yang memiliki atau tidak

memiliki konsep diri yang lebih rendah daripada laki-laki. Starobin dan memiliki dukungan orang tua di rumah dibandingkan dengan dua ukuran, (a)

Laanan (2005) mempelajari tingkat kepercayaan dan konsep diri siswa laporan hasil sekolah tahunan dan, (b) skala konsep diri. Konsep diri diukur

sebagai faktor yang berkontribusi untuk menentukan prestasi akademik siswa dua kali. Pertama, sebelum satu bulan ujian sekolah tahunan dan kedua,

dalam sains dan matematika. Hasil penelitian menemukan bahwa konsep diri setelah satu bulan pengumuman hasil tahunan. Temuan penelitian

yang berkaitan dengan pendidikan sains dan matematika bervariasi di antara mengungkapkan bahwa kontribusi orang tua terhadap pendidikan anaknya di

siswa. Sax (1994) menyelidiki faktor-faktor yang memprediksi konsep diri rumah memiliki efek yang konsisten dan positif terhadap prestasi akademik

matematika dan perbedaan gender mereka dengan menggunakan sampel dan konsep diri. Konsep diri dipengaruhi oleh pengalaman di rumah, sekolah,

nasional sekitar 15.000 siswa yang diambil dari Program Penelitian Institusi dan masyarakat. Di rumah, gaya pengasuhan otoritatif dapat memberikan

Kooperatif (CIRP) 1985 Freshman Survey dan 1989 Follow-up Survey. dukungan, penerimaan, dan memberi-dan-menerima untuk mendorong

Disimpulkan bahwa siswa perempuan memiliki konsep diri yang rendah perkembangan konsep diri remaja (Van Dijk et al., 2014).

(percaya diri) dalam kemampuan matematika mereka daripada siswa laki-laki, METODE

dan varian gender meningkat saat mereka melanjutkan ke perguruan tinggi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (Yin, 2008).

Matovu (2012) melakukan penelitian terhadap 394 sampel mahasiswa; laki- Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif. dalam bentuk studi kasus. Metode

laki dan perempuan dari berbagai tingkat studi dan fakultas di universitas tersebut bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam terkait program,

negeri di Malaysia dan hasilnya mengungkapkan bahwa ada pengaruh gender kejadian, proses, dan aktivitas yang berhubungan dengan konsep diri anak

yang signifikan secara statistik terhadap konsep diri akademik dan prestasi asuh di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Al-Khidmah secara detail.

akademik. Crain dan Bracken (1994) menjelaskan gender sebagai variabel Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer

moderasi dalam konsep diri. Temuan studi mereka menunjukkan bahwa anak dan sumber data sekunder. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara

laki-laki menilai konsep diri fisik mereka secara signifikan lebih tinggi dan observasi terhadap informan, sedangkan sumber data sekunder merupakan

daripada anak perempuan. Marsh et al. (1991) meneliti konsep diri spesifik sumber data yang diperoleh dari studi dokumentasi, penelitian terdahulu, dan

domain anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan bahan-bahan literatur yang berkaitan dengan konsep diri anak asuh. Dalam
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. xx No. x, Juni 2022

penentuan informan, peneliti menggunakan purposive. Teknik pengumpulan bersekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) sejumlah 30 anak. Dalam

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif, penelitian ini, anak asuh yang menjadi informan bersekolah di Sekolah Dasar

wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data (SD) dengan jumlah 2 anak, bersekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

menggunakan kredibilitas melalui perpanjangan pengamatan, meningkatkan sejumlah 2 anak dan 1 anak asuh bersekolah di Sekolah Menengah Atas

ketekunan, triangulasi sumber dan triangulasi teknik, keteralihan, (SMA) di Kabupaten Pati.

kebergantungan dan kepastian. Teknik analisis data yang digunakan dalam e. Hobi

penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Anak asuh di LKSA Al-Khidmah yang berjenis kelamin laki-laki mayoritas

(Miles & Huberman, 2014) memiliki hobi olahraga berenang, olahraga lari, bermain hp, dan bermain

HASIL PENELITIAN sepak bola. Sedangkan anak asuh yang berjenis kelamin perempuan mayoritas

1. Karakteristik Anak Asuh memiliki hobi membaca buku, belajar, bermain hp, dan memasak. Dalam

Anak asuh yang dijadikan informan dalam pengumpulan data penelitian ini, anak asuh yang menjadi informan memiliki hobi membaca

penelitian ini dipilih dari dalam LKSA maupun luar LKSA atau bersama buku, membaca novel, bermain voli, menonton tv, olahraga dan bela diri.

keluarga. Adapun anak asuh yang tinggal di dalam LKSA Al-Khidmah


2. Konsep diri anak asuh mengenai aspek fisik
sejumlah 12 anak perempuan, dan yang tinggal di luar LKSA sejumlah 111
Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, terhadap 10
orang. Karakteristik anak asuh meliputi jenis kelamin, usia, hobi, alamat, dan
informan terdiri dari 2 anak asuh yang tinggal di dalam LKSA dan 3 anak
pendidikan.
asuh yang tinggal di luar LKSA, pengasuh dan pengurus LKSA serta 3 orang
a. Jenis Kelamin
tua anak asuh di luar LKSA, maka diperoleh hasil penelitian konsep diri anak
Anak asuh di LKSA Al-Khidmah yang berjenis kelamin laki-laki sejumlah 57
asuh mengenai fisiknya yaitu: terdapat tiga anak asuh yang memiliki konsep
orang dan anak asuh yang berjenis kelamin perempuan sejumlah 66 orang.
diri mengenai fisiknya yang negatif, dan dua anak asuh yang memiliki konsep
Sedangkan anak asuh dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dengan
diri mengenai fisiknya yang positif.
jumlah 3 orang dan 2 orang berjenis kelamin perempuan.

b. Usia
3. Konsep diri anak asuh mengenai aspek psikis

Dari hasil wawancara dan hasil observasi yang telah dilakukan oleh
Usia anak asuh yang tinggal di dalam LKSA berusia 10 tahun sampai dengan
peneliti terhadap 10 informan, yang terdiri dari 2 anak asuh yang tinggal di
17 tahun, sedangkan anak asuh yang tinggal di luar LKSA berusia 4 tahun
dalam LKSA dan 3 anak asuh yang tinggal di luar LKSA, pengasuh dan
sampai dengan 18 tahun. Anak asuh di LKSA Al-Khidmah yang berusia 4
pengurus LKSA Al-Khidmah serta 3 orang tua anak asuh di luar LKSA, maka
tahun sampai dengan 12 tahun sejumlah 53 anak dan anak asuh yang berusia
diperoleh hasil penelitian mengenai konsep diri anak asuh mengenai psikisnya
kisaran 13 tahun sampai dengan 18 tahun sejumlah 60 anak, dengan total
yaitu: terdapat lima anak asuh yang memiliki konsep diri mengenai psikisnya
jumlah seluruh anak asuh yaitu 123 anak. Dalam penelitian ini, usia anak asuh
yang negatif. Anak asuh di LKSA Al-Khidmah dalam penelitian ini
di LKSA Al-Khidmah yang menjadi informan yaitu 10 sampai dengan 16
cenderung memiliki pemikiran yang negatif, perasaan sedih, tidak tenang,
tahun.
kurang mampu mengontrol dirinya, merasa kurang percaya diri, suka marah-
c. Alamat dan Asal
marah dan pemalu.
Anak asuh di LKSA Al-Khidmah memiliki alamat rumah yang berbeda-beda

di berbagai Desa atau Kelurahan yang menyebar di Kabupaten Pati, Provinsi


4. Konsep diri anak asuh mengenai aspek sosial

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi yang sudah


Jawa Tengah. Anak asuh di LKSA Al-Khidmah tidak hanya berasal dari
dilakukan oleh peneliti maka diperoleh hasil penelitian mengenai konsep diri
Kabupaten Pati saja, namun juga terdapat anak asuh yang berasal dari
anak asuh mengenai sosialnya yaitu: terdapat dua anak asuh yang memiliki
Kabupaten lain. Jumlah anak asuh yang berasal dari Kabupaten Pati sejumlah
konsep diri mengenai sosialnya yang negatif, dan tiga anak asuh yang
119 anak dan anak asuh yang berasal dari luar Kabupaten Pati sejumlah 4
memiliki konsep diri mengenai sosialnya yang positif. Anak asuh di LKSA
anak. Dalam penelitian ini, jumlah anak asuh yang menjadi informan yang
Al-Khidmah yang memiliki konsep diri negatif mengenai sosialnya,
berasal dari Kabupaten Pati sejumlah 4 anak dan anak asuh yang berasal dari
cenderung lebih sering berdiam diri di rumah, merasa malu dan tidak suka
luar Kabupaten Pati sejumlah 1 anak, yaitu berasal dari Gorontalo.
menyapa orang lain atau kurang ramah, merasa sulit bergaul dalam
d. Pendidikan
pertemanannya dan kurang peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Sedangkan
Jumlah anak asuh yang belum bersekolah sejumlah 14 anak, anak asuh yang
anak asuh yang memiliki konsep diri mengenai sosialnya yang positif, lebih
bersekolah di Sekolah Dasar (SD) sejumlah 49 anak, anak asuh yang
banyak memiliki teman pergaulan, mampu beradaptasi dengan lingkungannya
bersekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sejumlah 30 anak dan
Nama Jurnal. Contoh: PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. xx No. x, Juni 2020

dengan cepat, suka menyapa dan ramah kepada siapa saja, aktif mengikuti dengan tubuhnya yang dirasa ideal, tidak merasa malu dengan riwayat

kegiatan di LKSA, di sekolah maupun di lingkungan sosial, serta lebih peka penyakitnya, dan merasa tidak gengsi dengan penampilannya di hada-

atau peduli terhadap lingkungan sekitarnya. pan orang lain. Berbeda halnya dengan anak asuh yang tinggal di

5. Konsep diri anak asuh mengenai aspek moral LKSA terbaru memiliki konsep pada dirinya mengenai fisiknya yang

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka hasil penelitian negatif, dibuktikan dengan perasaan yang tidak percaya diri terhadap

tentang konsep diri mengenai moralnya yang negatif sebanyak empat anak penampilannya di hadapan orang lain, perasaan malu terhadap tubuh-

dan satu anak yang memiliki konsep diri mengenai moralnya yang positif. nya dan merasa rendah diri serta berburuk sangka terhadap fisiknya.

Anak asuh yang memiliki konsep diri mengenai moralnya yang negatif 2) Pada anak asuh yang tinggal di luar LKSA memiliki konsep diri yang

cenderung kurang bertanggung jawab, belum bisa menghormati orang tua, berbeda pula antara informan yang satu dengan yang lainnya. Infor-

belum bisa berperilaku sopan santun dan hubungannya dengan Tuhannya man yang memiliki konsep pada dirinya yang negatif, dibuktikan den-

kurang dekat dan masih malas beribadah. Sedangkan anak asuh yang memiliki gan perasaan yang tidak percaya diri terhadap fisiknya, merasa minder

konsep diri mengenai moralnya yang positif, individu tersebut dapat dan malu terhadap penampilannya, merasa rendah diri dan merasa

bertanggung jawab, jujur dalam perkataan, mampu menghargai orang tua dan fisiknya buruk sehingga membanding-bandingkan fisiknya dengan te-

berperilaku yang sopan, serta hubungannya dengan Tuhannya cukup dekat. mannya. Berbeda dengan informan yang memiliki konsep pada dirinya

PEMBAHASAN yang positif, ia merasa lebih percaya diri terhadap fisiknya karena

1. Pembahasan konsep diri anak asuh mengenai aspek fisik merasa badannya sangat ideal, merasa bersyukur terhadap tubuh yang

Menurut Burn (Surna dan Padejrot, 2014) mengidentifikasikan konsep telah diberikan, merasa senang dan bangga terhadap fisiknya di hada-

diri sebagai keyakinan seseorang atau persepsi individu pada diri sendiri. pan orang lain dan tidak pernah merasa minder terhadap fisiknya.

Berdasarkan teori Berzonsky (dalam Nurhaini, 2018) yang mengemukakan 2. Pembahasan konsep diri anak asuh mengenai aspek psikis

empat aspek dalam konsep diri, yaitu konsep diri mengenai fisik, konsep diri Menurut Hendra Surya (2007: 3) mengemukakan bahwa konsep diri

mengenai psikis, konsep diri mengenai sosial dan konsep diri mengenai moral. adalah suatu gambaran, pemikiran dan perasaan terhadap apa yang dirasakan

Pada aspek fisik hal penting adalah daya tarik, kondisi kesehatan dan oleh seseorang tentang dirinya sendiri yang meliputi kemampuan, sikap,

penampilan tubuh di hadapan orang lain. Individu dengan penampilan yang perasaan, kebutuhan, tujuan hidup, dan penampilan diri di hadapan orang lain.

menarik, berat badan dan tinggi badan, warna kulit yang cerah, bentuk tubuh Berdasarkan teori Berzonsky (dalam Nurhaini, 2018) yang mengemukakan

yang lengkap, pandangan yang positif terhadap fisiknya serta kondisi fisik empat aspek dalam konsep diri, yaitu konsep diri mengenai fisik, konsep diri

yang sehat, dan ukuran tubuh yang ideal menimbulkan konsep pada dirinya mengenai psikis, konsep diri mengenai sosial dan konsep diri mengenai moral.

yang positif, sehingga akan mendapatkan perasaan yang menyenangkan, Aspek psikis merupakan penilaian individu mengenai pikiran, perasaan, dan

penerimaan sosial dari lingkungan sekitar dan kepercayaan diri mengenai fisik sikap individu terhadap keadaan psikis dirinya sendiri. Penilaian individu

yang positif pula, begitu sebaliknya. Konsep diri yang negatif cenderung pada terhadap kemampuan atau ketidakmampuan akan berpengaruh terhadap psikis

individu yang memiliki perasaan gengsi terhadap fisiknya, pandangan yang individu. Apabila seorang individu memiliki sikap yang optimis, percaya diri,

rendah dan pandangan sebelah mata mengenai fisik yang dimilikinya serta mampu mengontrol dirinya, dan memiliki kedamaian atau ketenangan hati,

perasaannya mengenai penampilannya di hadapan orang lain, sehingga hal itu akan menimbulkan konsep pada diri seseorang mengenai psikisnya

individu tersebut memiliki perasaan yang tidak menyenangkan, merasa tidak yang positif. Begitu sebaliknya, apabila seorang individu merasa kurang

berharga dan kurang percaya diri terhadap dirinya sendiri serta prasangka percaya diri, tidak optimis, belum bisa mengontrol dirinya sendiri dan merasa

yang rendah terhadap diri sendiri di hadapan orang lain mengenai dirinya. tidak tenang, hal itu cenderung menimbulkan konsep diri mengenai psikisnya

Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak asuh di LKSA Al- yang negatif.

Khidmah dapat dikemukakan bahwa konsep diri anak asuh yang tinggal di Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan bahwa konsep

dalam LKSA maupun yang tinggal di luar LKSA memiliki konsep diri diri anak asuh yang tinggal di dalam LKSA maupun yang tinggal di luar

mengenai fisiknya yang berbeda. LKSA memiliki konsep diri mengenai psikisnya yang sama. Dibuktikan

1) Pada anak asuh yang tinggal di dalam LKSA memiliki konsep diri dengan pernyataan-pernyataan dari informan mengenai konsep diri pada

yang berbeda antara anak asuh yang tinggal di dalam LKSA paling psikis anak asuh di LKSA Al-Khidmah. Pada penelitian ini terdapat lima

lama dan anak asuh yang tinggal di dalam LKSA paling baru. Anak kasus pada anak asuh yang memiliki konsep diri mengenai psikisnya yang

asuh yang tinggal di LKSA terlama memiliki konsep pada dirinya negatif. Anak asuh pada penelitian ini menyatakan konsep dirinya mengenai

mengenai fisiknya yang positif dibuktikan dengan kepercayaan dirinya psikisnya dengan hampir sama seperti merasa kurang percaya diri, merasa
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. xx No. x, Juni 2022

gelisah dan memiliki perasaan yang tidak tenang, sering merasa sedih, sering dirinya mengenai sosialnya yang positif, dibuktikan dengan perny-

berpikiran yang negatif, merasa berburuk sangka terhadap dirinya dan merasa ataan informan yang merasa percaya diri, merasa mampu berinteraksi

rendah diri. dengan lingkungannya meskipun sebelumnya terlihat malu, merasa

ramah dan memiliki banyak teman serta aktif mengikuti kegiatan.


3. Pembahasan konsep diri anak asuh mengenai aspek sosial
Berbeda halnya dengan anak asuh yang memiliki konsep pada dirinya
Menurut Hurlock (2011: 13) konsep diri adalah pandangan individu
mengenai sosialnya yang negatif, dibuktikan dengan pernyataan infor-
mengenai dirinya sendiri dan cara individu dalam melihat pribadinya secara
man yang merasa kurang percaya diri di hadapan orang lain, merasa
utuh, seperti fisik, intelektual, sosial dan spiritual serta termasuk di dalamnya
rendah diri, bersikap tidak peduli dengan lingkungannya, cenderung
persepsi dan potensi yang dimilikinya oleh seseorang. Hasil penelitian
memilih berdiam diri dan tidak aktif mengikuti kegiatan di desa
dikemukakan dalam berbagai aspek mengenai konsep diri pada anak asuh di
maupun di sekolahannya.
LKSA Al-Khidmah. Pada aspek sosial merupakan bagaimana peranan sosial
4. Pembahasan konsep diri anak asuh mengenai aspek moral
yang dimainkan seseorang atau individu atau kemampuan dalam berinteraksi
Menurut Hurlock (2011: 13) menyatakan bahwa konsep diri
di dalam lingkungan sosial, baik di lingkungan individu, lingkungan keluarga,
merupakan pandangan individu mengenai dirinya sendiri dan cara individu
teman maupun di lingkungan masyarakatnya. Apabila seorang individu
dalam melihat pribadinya secara utuh, seperti fisik, intelektual, sosial dan
memiliki keramahan, mampu beradaptasi dengan lingkungannya dengan
spiritual serta termasuk di dalamnya persepsi dan potensi yang dimilikinya
cepat, aktif mengikuti kegiatan dan mempunyai rasa empati serta peduli
oleh seseorang. Hasil penelitian dikemukakan dalam berbagai aspek mengenai
terhadap lingkungannya, maka akan menimbulkan konsep diri mengenai
konsep diri pada anak asuh di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Al-
sosialnya yang positif. Begitu sebaliknya, apabila seorang individu merasa
Khidmah. Pada aspek moral merupakan nilai-nilai etika dan prinsip yang
kurang peduli terhadap lingkungannya, berdiam diri dan tidak aktif mengikuti
memberi arti dan arah bagi kehidupan seseorang. Penilaian tersebut
kegiatan, maka hal itu cenderung menimbulkan konsep diri mengenai
berhubungan dengan tindakan dengan etik moral seperti kejujuran, perilaku
sosialnya yang negatif.
sopan santun dan menghormati orang lain serta perintah dan larangan yang
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak asuh di Lembaga
diterapkan dalam penilaian terhadap hubungannya dengan Tuhannya. Apabila
Kesejahteraan Sosial Anak Al-Khidmah dapat dikemukakan bahwa konsep
individu dalam hubungannya dengan Tuhannya cukup dekat, dan
diri anak asuh yang tinggal di dalam LKSA maupun yang tinggal di luar
menampilkan nilai-nilai etik, seperti bersikap jujur dan menghormati orang
LKSA memiliki konsep diri mengenai sosialnya yang berbeda. Anak asuh
lain, maka individu tersebut memiliki konsep pada dirinya mengenai moralnya
yang memiliki konsep diri mengenai sosialnya yang positif sejumlah tiga anak
yang positif. Sedangkan apabila individu yang tidak menampilkan sikap dan
sedangkan anak asuh yang memiliki konsep diri mengenai sosialnya yang
perilaku yang memiliki etika baik dan hubungan dengan Tuhannya tidak
negatif sejumlah dua anak.
dekat, maka individu tersebut cenderung memiliki konsep pada dirinya
1) Pada anak asuh yang tinggal di dalam LKSA memiliki konsep diri
mengenai moralnya yang negatif.
mengenai sosialnya yang berbeda antara anak asuh yang tinggal ter-
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak asuh di Lembaga
lama di LKSA dan anak asuh yang tinggal di LKSA terbaru. Informan
Kesejahteraan Sosial Anak Al-Khidmah dapat dikemukakan bahwa konsep
yang memiliki konsep pada dirinya mengenai sosial yang positif,
diri anak asuh yang tinggal di dalam LKSA maupun yang tinggal di luar
dibuktikan dengan pernyataan dirinya yang merasa percaya diri ketika
LKSA memiliki konsep diri mengenai moralnya yang berbeda. Anak asuh
di hadapan orang lain, mampu berinteraksi dengan cepat, bersikap
yang memiliki konsep diri mengenai moralnya yang positif sejumlah satu
ramah kepada siapa pun dan merasa cukup aktif mengikuti kegiatan di
anak sedangkan anak asuh yang memiliki konsep diri mengenai moralnya
sekolahan maupun di dalam LKSA, hal yang sama juga disampaikan
yang negatif sejumlah empat anak.
oleh pengasuh dan pengurus LKSA, dan observasi yang telah di-
1) Pada anak asuh yang tinggal di dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial
lakukan. Berbeda dengan informan yang cenderung memiliki konsep
Anak Al-Khidmah cenderung memiliki konsep pada dirinya mengenai
pada dirinya mengenai sosialnya yang negatif, dibuktikan dengan
moralnya yang negatif, dibuktikan dengan pernyataan anak asuh serta
pernyataan dirinya yang merasa tidak percaya diri, merasa sulit berin-
pengasuh dan pengurus LKSA yang menyatakan bahwa anak asuh
teraksi dengan lingkungan barunya, merasa tidak diperhatikan oleh
tersebut merasa kurang sopan terhadap pengasuh maupun pengurus di
sekitarnya dan merasa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan.
LKSA, merasa bertingkah laku kasar, berkata kotor, merasa terpaksa
2) Pada anak asuh yang tinggal di luar LKSA memiliki konsep diri men-
dalam beribadah dan merasa kurang dekat Tuhannya.
genai sosialnya yang berbeda. Anak asuh yang memiliki konsep pada
Nama Jurnal. Contoh: PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. xx No. x, Juni 2020

2) Pada anak asuh yang tinggal di luar LKSA memiliki konsep pada yang tinggal di luar LKSA memiliki konsep pada dirinya yang negatif pula,

dirinya mengenai sosialnya yang berbeda. Anak asuh yang memiliki


namun ada satu anak asuh yang tinggal di luar LKSA memiliki konsep pada
konsep pada dirinya mengenai moralnya yang negatif, bersikap kurang
dirinya mengenai moralnya yang positif.
sopan terhadap orang tua, merasa sering berbohong, merasa belum

bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan merasa kurang

dekat dengan Tuhannya. Berbeda halnya dengan anak asuh yang


1.
memiliki konsep pada dirinya mengenai moralnya yang positif, dibuk- Bibliography

tikan dengan pernyataan informan yang merasa cukup dekat dengan Agustiani, H. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Refika

Tuhannya, merasa bersikap sopan dan menghormati orang tua, dan Aditama.

memiliki prinsip mengedepankan etika.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik anak asuh mengenai jenis kelamin,

usia, pendidikan, alamat asal dan hobi anak asuh yang berbeda-beda. Kasus

pada konsep diri anak asuh berbeda-beda antara anak asuh yang tinggal di

dalam LKSA maupun anak asuh yang tinggal di luar LKSA. Pada aspek fisik,

anak asuh yang tinggal di dalam LKSA memiliki konsep diri yang berbeda

antara anak asuh yang tinggal paling lama di LKSA dengan anak asuh yang

tinggal di dalam LKSA paling baru, anak asuh yang tinggal di LKSA paling

lama memiliki konsep diri yang positif, sedangkan anak asuh yang tinggal di

LKSA terbaru memiliki konsep diri yang negatif. Anak asuh yang tinggal di

luar LKSA juga memiliki konsep diri yang berbeda-beda setiap aspeknya.

Pada aspek psikis, anak asuh di dalam LKSA maupun anak asuh di luar LKSA

memiliki konsep diri yang negatif. Pada aspek sosial, anak asuh yang tinggal

di

dalam LKSA memiliki konsep diri yang berbeda antara anak asuh yang

tinggal paling lama di LKSA dengan anak asuh yang tinggal di dalam LKSA

paling baru, berbeda pula aspek sosial anak asuh yang tinggal di luar LKSA.

Anak asuh yang tinggal di dalam LKSA paling lama memiliki konsep diri

mengenai sosialnya yang positif, berbeda dengan anak asuh yang tinggal di

dalam LKSA yang terbaru. Sedangkan anak asuh yang tinggal di luar LKSA

memiliki konsep diri mengenai sosial yang negatif, namun ada juga anak asuh

yang di luar LKSA memiliki konsep diri mengenai sosialnya yang positif.

Pada aspek moral, anak asuh yang tinggal di dalam LKSA memiliki konsep

diri yang berbeda dengan anak asuh yang tinggal di luar LKSA atau tinggal

bersama keluarganya. Anak asuh yang tinggal di dalam LKSA memiliki

konsep pada dirinya mengenai moralnya yang negatif, sedangkan anak asuh
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. xx No. x, Juni 2022

Fiqih Safitri, N. W. (2016). Perbedaan Konsep Diri Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan Asrama dan Panti Asuhan Cottage. Jurnal Psikologi.
Yuliani, F. S. (2023). The Influence ofStudent's Self Concept on Self Acceptance at the Orphanage. Jurnal Scientia, 583-584.

DAFTAR PUSTAKA
php/page/view/38
Widiarti, P. W. (2017). Konsep Diri (Self Concept) Dan Komunikasi
(Yuliani, 2023)
Interpersonal Dalam Pendampingan Pada Siswa Smp Se Kota
Asri, D. N., & Sunarto. (2020). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Yogyakarta. Informasi, 47(1), 135.
Terbentuknya Konsep Diri Remaja ( Studi Kualitatif pada Siswa
https://doi.org/10.21831/informasi.v4
SMPN 6 Kota Madiun ). Jurnal Konseling Gusjigang, 6(1), 1–11.
7i1.15035
Burn, R., B. (1993). Konsep Diri Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan
Perilaku, Jakarta: Arcan
Hendriati, Agustiani. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Refika
Aditama
Konsep Diri Remaja yang Berasal dari Keluarga Broken Home. (2020). 9(1),
17–32.
Ningsih, E., Saam, Z., & Umari, T. (2021). Studi Literatur Tentang Konsep
Diri Remaja. Jom Fkip - Ur, 8(1), 1–9.
Pardede, Y. (2008). Konsep Diri Anak Jalanan Usia Remaja. Jurnal Ilmiah
Psikologi Gunadarma, 1(2), 97293.
Presiden Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang No 35 tahun 2014
Tentang Perlindungan anak. Cell, 3(4), 1–15.
Rakhmawati, I. (2015). Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak.
Jurnalbimbingan Konseling Isla, 6(1), 1–18.
Safitri, F., Sitasari, N. W., Psikologi, F., & Esa, U. (2016). Perbedaan Konsep
Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Asrama Dan Panti
Asuhan Cottage. Jurnal Psikologi, 14(2).
Sandhaningrum, D. F., Wiyanti, S., & Lilik, S. (2010). Hubungan antara
konsep diri dan dukungan sosial dengan penyesuaian sosial pada
penyandang cacat tubuh di balai besar rehabilitasi sosial bina
daksa prof. Dr. Soeharso Surakarta. Jurnal Wacana, 2(1), 20–33.
Sobur A. (2011). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia
Yusuf, triesa febriani. (2017). Hubungan Konsep Diri Dengan Pengambilan
Keputusan Dalam Membeli Produk Makeup Pada Wanita
Dewasa Madya.

INTERNET

BPS Provinsi Jawa Tengah. (n.d.). Diambil 6 Juni 2022, dari


https://jateng.bps.go.id/indicator/27/5
69/1/jumlah-anak-yang-diasuh-di-
panti-asuhan-menurut-pengelola-dan-
kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-
tengah.html
Hendri, H. (2019). Peran pola asuh orang tua terhadap pembentukan konsep
diri pada anak. At-Taujih : Bimbingan dan Konseling Islam, 2(2),
56.
https://doi.org/10.22373/taujih.v2i2.6
528
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perilindungan Anak (n.d.).
Diambil 6 Juni 2022, dari
https://www.kemenpppa.go.id/index.

You might also like