You are on page 1of 12

IMPLEMENTASI BUILDING INFORMATION MODELING

DIREKTORAT PRESERVASI JALAN DAN JEMBATAN


WILAYAH II
Jeffry Daud Barrung Kristian Joshua H. Napitupulu
Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II
Direktorat Jenderal Bina Marga| Direktorat Jenderal Bina Marga|
Kementerian PUPR Kementerian PUPR
Jln. Pattimura, No. 20, Jakarta Selatan Jln. Pattimura, No. 20, Jakarta Selatan
jeffry.db@pu.go.id kristian.napitupulu@pu.go.id

Abstract
The implementation of BIM (Building Information Modeling) in road and bridge infrastructure
work is very helpful in efficiency, productivity, decision making, increasing planning accuracy,
mitigating construction risks, project work cycles to completion, and also in terms of
maintenance of completed construction. The implementation of BIM within the Directorate
General of Highways has so far been carried out more often in road and bridge construction
work, while road and bridge preservation work is still a new thing. This makes the Directorate
of Road and Bridge Preservation Region II conduct workshops and training on the ongoing
Package, namely namely Jalan Soe - Kefamenanu - Oelfaub Road Preservation Road
Preservation and the Package in the planning process, namely the Handling of Kebon Kopi
Avalanches to try the use of BIM in preservation work. The results of this study show that the
implementation of BIM is carried out on packages that are already running, namely the use of
the CDE (Common Data Environment) platform. The benefits are that each package has
integrated digital data, accelerates the document review process, and As-Built 3D models as
road asset management. Modeling 3D models will facilitate coordination, increase planning
accuracy, and identify potential design discrepancies early on so as to minimize errors or
repetitive work.
Keywords : Implementation of BIM, CDE (Common Data Environment),
Abstrak
Implementasi BIM (Building Information Modeling) dalam pekerjaan infrastuktur jalan dan
jembatan sangat membantu dalam efisiensi, produktifitas, pengambilan keputusan, akurasi
perencanaan, mitigasi resiko, siklus pekerjaan hingga selesai, dan pemeliharaan konstruksi
yang sudah selesai. Implementasi BIM di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga selama
ini lebih sering dilakukan pada pekerjaan pembangunan jalan dan jembatan sedangkan pada
pekerjaan preservasi jalan dan jembatan masih merupakan hal yang baru. Hal ini membuat
Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II melakukan workshop dan pelatihan pada
paket yang sedang berjalan yaitu Preservasi Jalan Jalan Soe - Kefamenanu - Oelfaub dan paket
dalam proses perencanaan yaitu Penanganan Longsoran Kebon Kopi. Hasil kajian ini
menunjukkan implementasi BIM pada paket yang sudah berjalan dengan penggunaan platform
CDE (Common Data Environment) membantu setiap paket mempunyai data digital yang
terintegrasi, percepatan dalam proses reviu dokumen, dan as-built 3D model sebagai
manajemen aset jalan. Pemodelan 3D model akan memudahkan dalam koordinasi, peningkatan
akurasi perencanaan, dan mengetahui potensi ketidaksesuaian desain sejak dini sehingga
meminimalisir kesalahan ataupun pekerjaan berulang.
Kata Kunci : Implementasi BIM, CDE (Common Data Environment)
PENDAHULUAN
Salah satu inovasi dalam dunia konstruksi di Indonesia saat ini adalah implementasi metode
BIM (Building Information Modeling) dalam pekerjaan infrastuktur jalan dan jembatan. Hal ini
sejalan dengan penerapan industri infrastruktur 4.0 yang gencar dilakukan di seluruh dunia.
BIM adalah proses membuat data set digital yang membentuk 3D dan informasi yang melekat
pada model tersebut dalam sebuah lingkungan kolaborasi yang disebut Common Data
Environment (CDE). Prinsip BIM adalah bukan sekedar proses singular atau pembuatan model
3D dengan bantuan komputer semata, melainkan proses pembuatan model dan data secara
bersamaan dan dikolaborasikan antar para stakeholder sejak proses perencanaan, konstruksi,
dan pemeliharaan jalan dan jembatan. Implementasi BIM pada proyek infrastruktur sangat
membantu dalam efisiensi, produktifitas, dan juga pengambilan keputusan. Selain itu hal ini
terbukti dapat meningkatkan akurasi perencanaan, mitigasi resiko konstruksi, siklus pekerjaan
proyek hingga selesai, dan juga dalam hal pemeliharaan konstruksi yang sudah selesai. Secara
umum implementasi BIM yang dilakukan pada pekerjaan infrastruktur dimulai dari
perencanaan teknis, konstruksi, dan pemeliharaan dan melibatkan banyak stakeholder baik dari
pengguna jasa dan penyedia jasa.
Sesuai dengan Surat Edaran Nomor : 11/SE/Db/2021 tentang “Penerapan Building Information
Modelling Pada Perencanaan Teknis, Konstruksi dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Di
Direktorat Jenderal Bina Marga” implementasi BIM harus bersifat “mandatory” pada jenis
pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan yang bersifat pembangunan berupa jalan yang bersifat
kompleks, jalan bebas hambaran, jalan tol, terowongan, dan jembatan khusus. Walaupun
demikian, Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II turut mencoba
mengimplementasikan BIM pada pekerjaan preservasi melalui beberapa project untuk
mempermudah dalam manajemen aset. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
implementasi BIM infrastruktur di Indonesia seperti kebijakan dan standar, skill dan
pengetahuan terhadap metode BIM dari berbagai stakeholder, dan standar penggunaan
hardware yang mendukung.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan
dalam implementasi BIM di lingkungan Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II
dengan mengimplementasikan BIM yang di mulai dari dua pilot project dengan kasus yang
berbeda, yang pertama BIM di mulai dari perencanaan dan BIM di mulai dari project yang
sudah selesai proses tender dan akan memulai masa konstruksi.
TINJAUAN PUSTAKA
Building Information Modeling atau yang lebih dikenal dengan singkatan BIM merupakan
suatu sistem atau metode yang menggunakan 3D model untuk integrasi berbagai informasi yang
dibutuhkan antar stakeholder, pemantauan proses pekerjaan, dan manajemen asset digital
proyek yang digunakan dalam pekerjaan mulai dari proses desain, proses kontruksi, dan
pemeliharaan. Menurut “United Nations Economic Commisision For Europe” BIM juga
merupakan suatu proses dalam pengembangan desain dan konstruksi dalam bentuk model 3D
untuk konstruksi jalan maupun jembatan sehingga mempermudah dalam visual sebelum
dilakukan proses pekerjaan.

Implementasi BIM mengubah proses konstruksi yang dilakukan secara konvensional di mana
sering terjadi konflik antar stakeholder terkait alur kerja dalam sebuah pekerjaan konstruksi dan
tidak tercatat dengan baik. Hal ini menyebabkan keterlambatan waktu pelaksanaan pekerjaan
karena masalah pelaksanaan baru diketahui setelah proyek berjalan. Secara otomatis biaya
membengkak akibat keterlambatan waktu pengerjaan. Implementasi BIM tidak hanya
membantu dalam proses pemodelan 3D tetapi juga sangat membantu dalam proses manajemen
suatu pekerjaan konstruksi khususnya dalam hal komunikasi antar stakeholder.

Gambar 1 Proses Konstruksi Secara Konvensional (kiri) dan Menggunakan Implementasi


BIM (kanan)

Implementasi BIM berpengaruh dalam setiap alur kerja dalam sebuah pekerjaan konstruksi.
Peran dalam implementasi di pekerjaan konstruksi sebagai berikut :

1. Tahap perencanaan; memudahkan dalam kegiatan koordinasi, peningkatan akurasi


perencanaan, dan mengetahui potensi ketidaksesuaian desain sejak dini sebelum kegiatan
konstruksi di mulai karena sudah membuat 3D model desain yang di superimpose dengan
3D model eksisting. sehingga meminimalisir kesalahan ataupun pekerjaan berulang dalam
proses perencanaan maupun konstruksi.
2. Tahap pelelangan; implementasi BIM dapat dimanfaatkan oleh peserta lelang sebagai alat
bantu untuk mengestimasi harga penawaran dari sebuah paket pekerjaan karena dalam 3D
model mengandung informasi kuantitas material dan metode pekerjaan sehingga
membantu dalam analisa harga satuan dan pembuatan rancangan anggaran biaya
3. Tahap pelaksanaan; implementasi BIM membantu dalam melakukan pemantauan progress
pekerjaan di lapangan dan membantu dalam proses komunikasi antar stakeholder melalui
platform CDE. Selain itu kita mempunyai data digital yang terintegrasi dengan tujuannya
adalah data history dan database tersimpan dengan jelas sehingga memudahkan pencarian
data kedepan, percepatan dalam proses reviu dokumen yang dilakukan secara digital
sehingga efisien dalam penggunaan kertas dan kegiatan asistensi terdokumentasi dengan
baik dan As-Built 3D model sebagai manajemen aset jalan.
4. Tahap operasi dan pemeliharaan; menggunakan as-built model berisi informasi mengenai
data operasional dan pemeliharaan yang bias digunakan oleh pengguna jasa

BIM diklasifikasikan berdasarkan “maturity” dalam beberapa level mulai dari level 0 sampai
level 3 yang dijelaskan sebagai berikut :

1. BIM Level 0, pada tahap ini masih menggunakan gambar manual (paper based) dan belum
ada kolaborasi yang dilakukan antar stakeholder
2. BIM Level 1, pada level ini sudah mulai dilakukan desain dari gambar 2D dan model 3D
menggunakan berbagai macam platform software dan sudah dilakukan kolaborasi atau
pertukaran informasi
3. BIM Level 2, dilakukan pemodelan 3D disertai dengan berbagai macam informasi
mengenai volume, work schedule, dan cost estimation disertai dengan kolaborasi atau
pertukaran informasi dan manajemen file atau folder
4. BIM Level 3, merupakan lanjutan dari level 2 di mana informasi yang ditampilkan berupa
open BIM dan lifecycle management serta dilakukan koordinasi antar stakeholder atau
pertukaran informasi

Selain itu BIM juga diklasifikasikan menurut tahapan dimensi yang merepresentasikan tingkat
implementasi dalam proses pekerjaan. Tahapan dimensi BIM diklasifikasikan berikut :
1. 1D, pada dimensi ini masih menggunakan gambar manual (paper based) dan belum
dilakukan kolaborasi antar stakeholder
2. 2D, pada dimensi ini sudah membuat gambar secara digitalisasi atau menggunakan
software namun masih dalam bentuk 2D dan sudah dilakukan BIM collaboration antar
stakeholder
3. 3D (Modelling), sudah mulai dilakukan pemodelan dalam bentuk 3D model yang sangat
membantu dalam koordinasi antar stakeholder apabila terjadi clash detection dan dilakukan
BIM collaboration berupa pertukaran informasi, sharing file, dan manajemen file.
4. 4D (Time/Schedulling), pada tahap ini sudah mulai dilakukan penjadwalan proses
pekerjaan dan pemantauan progress pekerjaan dengan kemampuan memvisualisasikan
urutan konstruksi, yaitu mengintegrasikan tahap konstruksi proyek dan urutannya ke dalam
model tiga dimensi. Dalam 4D ini mengandung berbagai tingkat rincian untuk digunakan
dalam berbagai tahapan konstruksi
5. 5D (Cost Estimation), pada tahap ini digunakan untuk pelacakan anggaran dan biaya semua
pekerjaan terkait proyek. 5D dilakukan bersamaan dengan 3D dan 4D memungkinkan
pihak terkait projek untuk memvisualisasikan data kemajuan kegiatan mereka dan biaya
dari waktu ke waktu
6. 6D (Sustainability), pada tahap ini dilakukan pemantauan terhadap keberlanjutan dari
konstruksi yang dibangun
7. 7D (Facility Management Application), digunakan oleh pengguna jasa dalam hal operasi
dan pemeliharaan konstruksi sepanjang siklus hidupnya. Selain itu ada beberapa informasi
yang tertuang dalam 7D :
a. Informasi biaya selama konstruksi beroperasi dan juga selama masa pemeliharaan
siklus hidupnya
b. Sebagai pemantauan aset yang dimiliki oleh pengguna jasa serta informasi detail
mengenai aset tersebut seperti spesifikasi, as-built drawing, manual pemeliharaan dan
operasi, dan data garansi dari aset tersebut.

Gambar 2 Klasifikasi BIM Berdasarkan “Maturity” Level dan Dimensi


Dalam implementasi BIM salah satu hal yang penting adalah bim collaboration berupa
pertukaran informasi (exchange information) karena dengan pertukaran informasi yang mudah
sangat membantu dalam efektifitas waktu pekerjaan dan juga produktivitas. Beberapa hal yang
sangat terbantu dengan adanya pertukaran informasi dalam implementasi BIM mulai dari
proses pelelangan sampai pemeliharaan adalah sebagai berikut :
1. Pertukaran data antar stakeholder baik gambar, model 3D, jadwal pekerjaan, cost
estimation, dan semua dokumen yang berkaitan dengan proyek
2. Pengambilan keputusan dalam waktu yang singkat apabila terjadi permasalahan baik dalam
desain maupun pada saat proses pelaksanaan pekerjaan.
3. Melakukan pemeriksaan dan persetujuan terhadap semua dokumen yang berkaitan dengan
proyek baik dari proses pelelangan, pelaksanaan pekerjaan, dan pemeliharaan
4. Mengurangi kesalahan dalam proses pekerjaan konstruksi sehingga dapat meningkatkan
kualitas pekerjaan baik dari segi mutu maupun waktu pelaksanaan seperti mempermudah
dalam pemeriksaan clash detection yang terjadi di lapangan
5. Membantu pengguna jasa dalam pemantauan progress pekerjaan di lapangan sehingga
lebih mudah untuk mencari penyebab apabila terjadi keterlambatan pekerjaan
PEMBAHASAN
Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II mulai melakukan implementasi BIM
untuk pekerjaan preservasi jalan. Implementasi BIM pada pekerjaan preservasi jalan
merupakan suatu hal yang masih baru karena secara umum biasa dilakukan untuk pekerjaan
pembangunan jalan dan jembatan di bidang infrastruktur. Direktorat Preservasi Jalan dan
Jembatan Wilayah II melakukan implementasi BIM dengan tujuan merealisasikan salah satu
fungsi dari BIM yaitu melakukan manajemen aset dan pertukaran informasi untuk pekerjaan
yang sudah selesai dan dalam hal pemeliharaan konstruksi tersebut.
Dengan implementasi BIM pada paket pekerjaan yang berada di bawah Direktorat Preservasi
Jalan dan Jembatan Wilayah II, hal ini sangat membantu dalam memenuhi tugas dan fungsi
sesuai dengan Permen PUPR No.13 Tahun 2020. Beberapa fungsi dari Direktorat yang sangat
terbantu dengan adanya implementasi BIM yaitu :
1. Pembinaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan tanggap darurat dan penanggulangan
bencana alam serta perbaikan kerusakan jalan akibat bencana alam. Dengan dilakukan
implementasi BIM pada paket pekerjaan kerusakan jalan akibat bencana alam sangat
membantu karena dengan cepat bisa dilakukan koordinasi, pemantauan, dan evaluasi.
Beberapa hal yang bisa diimplementasikan dari BIM paket pekerjaan kerusakan jalan
akibat bencana alam :
a. Melakukan survey digital pada kerusakan jalan akibat bencana alam melalui berbagai
macam metode seperti pemetaan topografi dan metode pemetaan aerial. Melalui
survey digital ini kita dapat memantau kondisi kerusakan jalan dan juga bisa
melakukan pemantauan progress pekerjaan perbaikan jalan rusak.
Gambar 3. Contoh Survey Menggunakan Metode Aerial (Fotogrametri)

b. Melakukan koordinasi dan pertukaran informasi melalui platform CDE (Common


Data Environment). Dengan adanya platform CDE dalam implementas BIM sangat
membantu dalam melakukan koordinasi antar stakeholder seperti melakukan
pengumpulan, pemeriksaan, dan persetujuan dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan pekerjaan tersebut. Selain itu juga melalui platform ini antar stakeholder bisa
lebih mudah melakukan pertukaran informasi seperti masalah yang terjadi di lapangan
maupun masalah-masalah yang berhubungan selama proses pelaksanaan pekerjaan.

Gambar 4. Contoh Penggunaan Platform CDE

2. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja preservasi jalan dan jembatan. Melalui
implementasi BIM dengan adanya BIM collaboration akan lebih memudahkan dalam hal
pemantauan dan evaluasi kinerja karena semua dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
paket pekerjaan dikumpulkan dalam satu platform CDE. Hal ini bertujuan untuk membantu
dalam pemantauan dokumen-dokumen yang sudah disubmit oleh penyedia jasa ke
pengguna jasa dan juga memudahkan pengguna jasa lebih mudah untuk melakukan
pemeriksaan dan evaluasi terhadap dokumen-dokumen tersebut.
Untuk mewujudkan implementasi BIM diselarasakan dengan tugas dan fungsi Direktorat
Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II sehingga mulai dilakukan untuk implementasi BIM
pada 2 paket pekerjaan preservasi yaitu pada paket pekerjaan “Paket Preservasi Jalan Soe -
Kefamenanu - Oelfaub” dan “Penanganan Longsoran Kebon Kopi” dengan klasifikasi level
BIM yang berbeda untuk masing-masing paket pekerjaan. Alasan pemilihan kedua paket
tersebut karena Direktorat Preservasi Wilayah II mau mencoba mengimplementasikan BIM
pada paket pekerjaan yang sementara berlangsung dan paket pekerjaan yang dimulai dari proses
pelelangan. Hal ini bertujuan untuk menemukan implementasi BIM sesuai klasifikasi level
yang sangat membantu dalam proses pekerjaan preservasi jalan dan jembatan.

Implementasi BIM Paket Preservasi Jalan Soe - Kefamenanu - Oelfaub


Paket Preservasi Jalan Oesapa-Batas Kota Soe merupakan paket preservasi jalan yang terletak
di provinsi NTT dan merupakan paket yang sedang berjalan. Paket pekerjaan ini merupakan
paket dengan kontrak multi years (MYC). Sesuai dengan Surat Edaran Nomor :
11/SE/Db/2021. Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II merencanakan
implementasi pada paket sedang berjalan yang menggunakan metode konvensional, penerapan
metode BIM adalah pemodelan 3D model dari gambar as built drawing dan pengunaan sharing
informasi Common Data Environment (CDE). CDE yang digunakan untuk paket pekerjaan ini
adalah Autodesk BIM 360 dan software yang digunakan untuk pemodelan 3D menggunakan
Autodesk Civil 3D.
Dalam rangka Implementasi yang dilakukan pada paket ini dimulai dengan melakukan
workshop atau pelatihan kepada semua stakeholder yang bertanggung jawab pada proses
pekerjaan paket ini dan dilaksanakan di BPJN NTT mulai tanggal 22 - 25 Agustus 2022.
Pelatihan ini dimulai dengan tahapan sebagai berikut :
1. Pengenalan secara umum mulai dari pemahaman mengenai BIM, keuntungan dalam
implementasi, dan tahapan-tahapan pengerjaan hingga menjadi model dan berisi mengenai
informasi-informasi yang diperlukan seperti volume dan jadwal pekerjaan.
2. Pengenalan mengenai platform yang digunakan sebagai sarana untuk implementasi BIM
collaboration berupa pertukaran informasi menggunakan CDE. pada tahapan ini selain
pengenalan dilakukan juga pembuatan akun dan cara mengoperasikan platform CDE
tersebut.
3. Pengenalan BIM 3D, 4D, dan 5D dalam pemodelan sebuah ruas jalan. Pada proses ini
selain mengenalkan juga dilakukan pelatihan terhadap stakeholder yang bertanggung
jawab langsung dalam implementasi tersebut.

Gambar 5. Dokumentasi Kegiatan Pelatihan Implementasi BIM


Dalam penggunaan platform CDE beberapa hal yang diharapkan maksimal dalam
penggunaannya seperti :
1. Pengumpulan, pemeriksaan, dan persetujuan untuk dokumen-dokumen yang berkaitan
selama proses pelaksanaan pekerjaan seperti :
a. Laporan harian, mingguan, dan bulanan
b. Gambar kerja (shop drawing)
c. Request for works
d. Dokumen mutu
e. Laporan quantity
f. Dokumen penagihan (monthly certificate)
g. As-built drawing
Selain itu apabila terjadi revisi pada dokumen tersebut, dokumen yang lama masih
tersimpan sebagai arsip untuk melakukan pemeriksaan terhadap perubahan apa saja yang
sudah dilakukan.
2. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja pekerjaan preservasi jalan dan jembatan
yang berkaitan dengan proses dari mulai pekerjaan sampai selesai pekerjaan seperti :
a. Revisi desain
b. Perubahan kontrak dengan berbagai kondisi dan sesuai dengan kewenangan mulai dari
PPK, Satker, dan Balai
c. Kontrak kritis
d. Pemutusan kontrak
e. PHO (Provisional Hand Over)
3. Sebagai sarana atau media komunikasi antar stakeholder dan media untuk melakukan
pemeriksaan terhadap suatu masalah yang terjadi di lapangan
4. Sebagai sarana dalam pertukaran informasi berupa hasil pemodelan 3D yang dibuat oleh
stalkeholder yang terkait untuk membantu dalam hasil visual pekerjaan dan juga untuk
membantu monitoring progress di lapangan
Sebelum pelatihan dilakukan, Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II membuat
rancangan SOP (Standar Operating Procedure) alur kerja dan modul dalam penggunaan
platform CDE yang mengacu terhadap peraturan yang berlaku di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Marga. Pada saat pelatihan penggunaan platform CDE semua stakeholder sangat
mudah untuk memahami dan antusias karena sangat memudahkan dalam melakukan
pengumpulan, pemeriksaan, dan persetujuan untuk semua dokumen yang berkaitan dengan
selama pelaksanaan pekerjaan dan sebagai monitoring progress pekerjaan.

Gambar 6. Rancangan SOP dan Modul Alur Kerja Laporan Bulanan


Setelah dilakukan workshop dan pelatihan implementasi BIM di paket pekerjaan ini, dari pihak
PPK 2.1 Provinsi NTT selaku penanggung jawab dari paket pekerjaan ini segera membuat
dokumen EIR (Exchange Information Requirement) kepada kontraktor selaku penyedia jasa.
Dokumen EIR yang dibuat berisi tentang persyaratan yang wajib dipenuhi oleh penyedia jasa
dalam implementasi BIM pada paket ini.

Gambar 7. Dokumen EIR Paket Preservasi Jalan Soe - Kefamenanu - Oelfaub


Dengan adanya dokumen EIR ini, kontraktor selaku penyedia jasa juga membuat balasan
berupa dokumen BEP (BIM Execution Plan). Dokumen ini berisi beberapa hal yaitu :
1. Informasi Proyek
2. Struktur Organisasi yang terlibat dalam pekerjaan ini mulai dari pengguna jasa, konsultan
supervisi, dan penyedia jasa.
3. Anggota tim yang bertanggung jawab dalam proses implementasi BIM pada paket ini dan
peran serta tanggung jawab dari masing-masing pihak yang terlibat
4. Hardware dan software yang digunakan dalam mendukung implementasi BIM
5. Rencana teknis implementasi BIM yang berisi tentang alur kerja dalam implementasi ini
6. Penyampaian informasi aset yang akan digunakan dalam BIM collaboration yaitu format
data apa saja yang akan digunakan
7. Tingkat kedetailan dalam implementasi BIM (Level of Development)
8. Jadwal dalam pelaksanaan implementasi BIM

Gambar 8. Dokumen BEP Paket Preservasi Jalan Soe - Kefamenanu - Oelfaub


Dengan memanfaatkan CDE benefitnya adalah mempunyai data digital yang terintegrasi
dengan tujuannya adalah data history dan database tersimpan dengan jelas sehingga
memudahkan pencarian data kedepan, percepatan dalam proses reviu dokumen yang dilakukan
secara digital sehingga efisien dalam penggunaan kertas dan kegiatan asistensi terdokumentasi
dengan baik dan As-Built 3D model sebagai manajemen aset jalan.
Implementasi BIM Paket Penanganan Longsoran Kebon Kopi
Selain melaksanakan implementasi BIM pada Paket Preservasi Jalan Oesapa-Batas Kota Soe,
Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II juga mau menerapkan pada Paket
Penanganan Longsoran Kebon Kopi. Hal ini dimaksudkan karena paket ini merupakan rencana
paket yang akan dilelangkan pada akhir tahun 2022 sehingga implementasi bisa dilakukan
mulai dari pelelangan paket pekerjaan hingga pekerjaan selesai. Dalam mewujudkan hal ini
Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II membuat jadwal rencana kegiatan dalam
mewujudkan implementasi ini sehingga semua dokumen-dokumen yang dibutuhkan siap
menjelang dilakukan pelelangan paket pekerjaan ini.
Tabel 1. Project Timeline BIM Longsoran Ruas Jalan Toboli - Kebon Kopi - Nupabomba

Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II bekerja sama dengan Direktorat Bina
Teknik Jalan dan Jembatan melakukan workshop dan pelatihan yang dilakukan pada tanggal
11-12 Oktober 2022 pada stakeholder terkait seperti P2JN, kontraktor, dan konsultan dengan
tujuan implementasi BIM dalam persiapan semua dokumen lelang. Pada workshop ini dimulai
dengan pengenalan secara umum mulai dari pemahaman mengenai BIM, keuntungan dalam
implementasi, dan tahapan-tahapan pengerjaan hingga menjadi model 3D dan berisi mengenai
informasi-informasi yang diperlukan seperti volume dan jadwal pekerjaan. Selain itu juga
dikenalkan mengenai penggunaan platform CDE sebagai sarana BIM collaboration.

Gambar 9. Dokumentasi Pelaksanaan Workshop Implementasi BIM


Pelatihan dan workshop ini dilakukan juga pelatihan mengenai software yang akan digunakan
dalam implementasi BIM dalam tahapan :
1. Survey menggunakan metode aerial atau yang lebih diketahui menggunakan drone dan
pengolahan data survey tersebut
2. Preliminary design
3. Melakukan pemodelan 3D sesuai dengan gambar kerja
4. Kolaborasi 3D model dengan jadwal pekerjaan dalam bentuk visual dan juga sebagai
tools untuk memabantu dalam monitoring progress pekerjaan
5. Mengeluarkan volume atau quantity take off dari model 3D yang sudah dibuat kemudian
digunakan sebagai dasaar dalam menghitung cost estimation dari pekerjaan tersebut.
Setelah melakukan pelatihan implementasi BIM ternyata masih tetap perlu diadakan
pendampingan dan pelatihan lagi karena keterbatasan waktu dan masih belum memahami
software yang akan digunakan. Selain itu metode yang digunakan dalam melakukan workshop
dan pelatihan kurang efektif karena beberapa hal :
1. Pelatihan dan workshop seharusnya dilakukan terpisah antara implementasi BIM untuk
manajerial dan operator.
2. Penjelasan alur kerja dan output yang diharapkan dari penggunaan software masih terlalu
singkat sehingga masih banyak yang belum paham. Materi pelatihan harus lebih mendetail
lagi sehingga pada saat penggunaan software lebih paham maksud dan tujuan setiap alur
kerjanya.
3. Pelatihan dan workshop yang dilaksanakan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dari
paket pekerjaan sehingga tepat sasaran. Software yang digunakan sebaiknya sesuai dengan
kebutuhan implementasi BIM dalam paket tersebut sehingga lebih efektif dalam
pengerjaannya.
Penerapan BIM yang di mulai dari tahap perencnaan membuat 3D model akan memudahkan
dalam kegiatan koordinasi, peningkatan akurasi perencanaan, dan mengetahui potensi
ketidaksesuaian desain sejak dini sebelum kegiatan konstruksi di mulai karena sudah membuat
3D model desain yang di superimpose dengan 3D model eksisting. sehingga meminimalisir
kesalahan ataupun pekerjaan berulang / rework dalam proses perencanaan maupun konstruksi.
KESIMPULAN
Setelah melakukan kegiatan workshop dan pelatihan implementasi BIM pada Paket Preservasi
Jalan Oesapa-Batas Kota Soe dan Paket Penanganan Longsoran Kebon Kopi dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Implementasi BIM pada paket pekerjaan preservasi jalan dan jembatan sangat membantu
dalam melaksanakan tugas dan fungsi Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah
II dalam lingkup menghadapi industri infrastruktur 4.0.
2. Dalam melakukan implementasi BIM pada level 1 dan 2 (BIM 3D, 4D, dan 5D) tetap perlu
dilakukan pendampingan lebih lanjut mengenai penggunaan dan pemahaman software
karena keterbatasan waktu pada saat pelatihan dan juga pemahaman dari stakeholder yang
terkait langsung dengan hal tersebut.
3. Dalam melakukan workshop atau pelatihan harus terpisah antara implementasi BIM secara
manajerial dan operator.
4. Pelatihan dan workshop yang dilaksanakan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dari
paket pekerjaan sehingga tepat sasaran dan efektif baik dalam alur kerja dan juga
penggunaan software.
5. Salah satu implementasi BIM yang sudah bisa dilaksanakan yaitu penggunaan platform
CDE karena semua stakeholder yang terkait sangat mudah memahami dan sudah dimulai
dilakukan penggunaan platform pada paket pekerjaan tersebut.
6. Memulai penerapan BIM pada paket yang sudah berjalan dapat di mulai dengan
memanfaatkan CDE dan membuat as-built drawing, benefitnya adalah mempunyai data
digital yang terintegrasi dengan tujuannya adalah data history dan database tersimpan
dengan jelas sehingga memudahkan pencarian data kedepan, percepatan dalam proses
reviu dokumen yang dilakukan secara digital sehingga efisien dalam penggunaan kertas
dan kegiatan asistensi terdokumentasi dengan baik dan As-Built 3D model sebagai
manajemen aset jalan.
7. Penerapan BIM yang di mulai dari tahap perencanaan membuat 3D model akan
memudahkan dalam kegiatan koordinasi, peningkatan akurasi perencanaan, dan
mengetahui potensi ketidaksesuaian desain sejak dini sebelum kegiatan konstruksi di mulai
karena sudah membuat 3D model desain yang di superimpose dengan 3D model eksisting.
sehingga meminimalisir kesalahan ataupun pekerjaan berulang / rework dalam proses
perencanaan maupun konstruksi.

DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2020, Permen PUPR No.13 Tahun
2020, Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2021, Surat Edaran No 11/SE/Db/2021 Tentang Penerapan
Building Information Modelling
Pantiga, Januar dan Soekiman, Anton, 2021, Kajian Implementasi Building Information
Modeling (BIM) di Dunia Konstruksi Indonesia
Hutama, Handika Rizky dan Sekarsari, Jane, 2018, Analisa Faktor Penghambat Penerapan
Building Information Modeling Dalam Proyek Konstruksi
Zhabrinna; Davies, Richard J.; Prataman Abdillah; dan Yusuf, Muhammad, 2018, BIM
Adoption Towards The Sustainability Of Construction Industry In Indonesia
Zhabrina; Hatmoko, Jati Utomo Dwi; Fundra, Yulian; dan Wibowo, Mochamad Agung, 2019,
Investigating Building Information Modelling (BIM) Adoption in Indonesia Construction
Industry
Glema, A., 2017, Building Information Modeling (BIM) - Level Of Digital Construction
Biancardo, Salvatore Antonio; Capano, Alessandra; dan de Oliveira, Sara Guerra, 2020,
Integration of BIM and Procedural Modeling Tools for Road Design
Shamraeva, Victoria dan Savinov, Evgeniy, 2021, Infra-BIM For Business Processes
Management In Road Construction And Operation
Oreto, C.; Biancardo, S.A.; Viscione, N.; Veropalumbo, R.; Russo, F., 2021, Road Pavement
Information Modeling through Maintenance Scenario Evaluation

You might also like