Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The implementation of BIM (Building Information Modeling) in road and bridge infrastructure
work is very helpful in efficiency, productivity, decision making, increasing planning accuracy,
mitigating construction risks, project work cycles to completion, and also in terms of
maintenance of completed construction. The implementation of BIM within the Directorate
General of Highways has so far been carried out more often in road and bridge construction
work, while road and bridge preservation work is still a new thing. This makes the Directorate
of Road and Bridge Preservation Region II conduct workshops and training on the ongoing
Package, namely namely Jalan Soe - Kefamenanu - Oelfaub Road Preservation Road
Preservation and the Package in the planning process, namely the Handling of Kebon Kopi
Avalanches to try the use of BIM in preservation work. The results of this study show that the
implementation of BIM is carried out on packages that are already running, namely the use of
the CDE (Common Data Environment) platform. The benefits are that each package has
integrated digital data, accelerates the document review process, and As-Built 3D models as
road asset management. Modeling 3D models will facilitate coordination, increase planning
accuracy, and identify potential design discrepancies early on so as to minimize errors or
repetitive work.
Keywords : Implementation of BIM, CDE (Common Data Environment),
Abstrak
Implementasi BIM (Building Information Modeling) dalam pekerjaan infrastuktur jalan dan
jembatan sangat membantu dalam efisiensi, produktifitas, pengambilan keputusan, akurasi
perencanaan, mitigasi resiko, siklus pekerjaan hingga selesai, dan pemeliharaan konstruksi
yang sudah selesai. Implementasi BIM di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga selama
ini lebih sering dilakukan pada pekerjaan pembangunan jalan dan jembatan sedangkan pada
pekerjaan preservasi jalan dan jembatan masih merupakan hal yang baru. Hal ini membuat
Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II melakukan workshop dan pelatihan pada
paket yang sedang berjalan yaitu Preservasi Jalan Jalan Soe - Kefamenanu - Oelfaub dan paket
dalam proses perencanaan yaitu Penanganan Longsoran Kebon Kopi. Hasil kajian ini
menunjukkan implementasi BIM pada paket yang sudah berjalan dengan penggunaan platform
CDE (Common Data Environment) membantu setiap paket mempunyai data digital yang
terintegrasi, percepatan dalam proses reviu dokumen, dan as-built 3D model sebagai
manajemen aset jalan. Pemodelan 3D model akan memudahkan dalam koordinasi, peningkatan
akurasi perencanaan, dan mengetahui potensi ketidaksesuaian desain sejak dini sehingga
meminimalisir kesalahan ataupun pekerjaan berulang.
Kata Kunci : Implementasi BIM, CDE (Common Data Environment)
PENDAHULUAN
Salah satu inovasi dalam dunia konstruksi di Indonesia saat ini adalah implementasi metode
BIM (Building Information Modeling) dalam pekerjaan infrastuktur jalan dan jembatan. Hal ini
sejalan dengan penerapan industri infrastruktur 4.0 yang gencar dilakukan di seluruh dunia.
BIM adalah proses membuat data set digital yang membentuk 3D dan informasi yang melekat
pada model tersebut dalam sebuah lingkungan kolaborasi yang disebut Common Data
Environment (CDE). Prinsip BIM adalah bukan sekedar proses singular atau pembuatan model
3D dengan bantuan komputer semata, melainkan proses pembuatan model dan data secara
bersamaan dan dikolaborasikan antar para stakeholder sejak proses perencanaan, konstruksi,
dan pemeliharaan jalan dan jembatan. Implementasi BIM pada proyek infrastruktur sangat
membantu dalam efisiensi, produktifitas, dan juga pengambilan keputusan. Selain itu hal ini
terbukti dapat meningkatkan akurasi perencanaan, mitigasi resiko konstruksi, siklus pekerjaan
proyek hingga selesai, dan juga dalam hal pemeliharaan konstruksi yang sudah selesai. Secara
umum implementasi BIM yang dilakukan pada pekerjaan infrastruktur dimulai dari
perencanaan teknis, konstruksi, dan pemeliharaan dan melibatkan banyak stakeholder baik dari
pengguna jasa dan penyedia jasa.
Sesuai dengan Surat Edaran Nomor : 11/SE/Db/2021 tentang “Penerapan Building Information
Modelling Pada Perencanaan Teknis, Konstruksi dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Di
Direktorat Jenderal Bina Marga” implementasi BIM harus bersifat “mandatory” pada jenis
pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan yang bersifat pembangunan berupa jalan yang bersifat
kompleks, jalan bebas hambaran, jalan tol, terowongan, dan jembatan khusus. Walaupun
demikian, Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II turut mencoba
mengimplementasikan BIM pada pekerjaan preservasi melalui beberapa project untuk
mempermudah dalam manajemen aset. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
implementasi BIM infrastruktur di Indonesia seperti kebijakan dan standar, skill dan
pengetahuan terhadap metode BIM dari berbagai stakeholder, dan standar penggunaan
hardware yang mendukung.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan
dalam implementasi BIM di lingkungan Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II
dengan mengimplementasikan BIM yang di mulai dari dua pilot project dengan kasus yang
berbeda, yang pertama BIM di mulai dari perencanaan dan BIM di mulai dari project yang
sudah selesai proses tender dan akan memulai masa konstruksi.
TINJAUAN PUSTAKA
Building Information Modeling atau yang lebih dikenal dengan singkatan BIM merupakan
suatu sistem atau metode yang menggunakan 3D model untuk integrasi berbagai informasi yang
dibutuhkan antar stakeholder, pemantauan proses pekerjaan, dan manajemen asset digital
proyek yang digunakan dalam pekerjaan mulai dari proses desain, proses kontruksi, dan
pemeliharaan. Menurut “United Nations Economic Commisision For Europe” BIM juga
merupakan suatu proses dalam pengembangan desain dan konstruksi dalam bentuk model 3D
untuk konstruksi jalan maupun jembatan sehingga mempermudah dalam visual sebelum
dilakukan proses pekerjaan.
Implementasi BIM mengubah proses konstruksi yang dilakukan secara konvensional di mana
sering terjadi konflik antar stakeholder terkait alur kerja dalam sebuah pekerjaan konstruksi dan
tidak tercatat dengan baik. Hal ini menyebabkan keterlambatan waktu pelaksanaan pekerjaan
karena masalah pelaksanaan baru diketahui setelah proyek berjalan. Secara otomatis biaya
membengkak akibat keterlambatan waktu pengerjaan. Implementasi BIM tidak hanya
membantu dalam proses pemodelan 3D tetapi juga sangat membantu dalam proses manajemen
suatu pekerjaan konstruksi khususnya dalam hal komunikasi antar stakeholder.
Implementasi BIM berpengaruh dalam setiap alur kerja dalam sebuah pekerjaan konstruksi.
Peran dalam implementasi di pekerjaan konstruksi sebagai berikut :
BIM diklasifikasikan berdasarkan “maturity” dalam beberapa level mulai dari level 0 sampai
level 3 yang dijelaskan sebagai berikut :
1. BIM Level 0, pada tahap ini masih menggunakan gambar manual (paper based) dan belum
ada kolaborasi yang dilakukan antar stakeholder
2. BIM Level 1, pada level ini sudah mulai dilakukan desain dari gambar 2D dan model 3D
menggunakan berbagai macam platform software dan sudah dilakukan kolaborasi atau
pertukaran informasi
3. BIM Level 2, dilakukan pemodelan 3D disertai dengan berbagai macam informasi
mengenai volume, work schedule, dan cost estimation disertai dengan kolaborasi atau
pertukaran informasi dan manajemen file atau folder
4. BIM Level 3, merupakan lanjutan dari level 2 di mana informasi yang ditampilkan berupa
open BIM dan lifecycle management serta dilakukan koordinasi antar stakeholder atau
pertukaran informasi
Selain itu BIM juga diklasifikasikan menurut tahapan dimensi yang merepresentasikan tingkat
implementasi dalam proses pekerjaan. Tahapan dimensi BIM diklasifikasikan berikut :
1. 1D, pada dimensi ini masih menggunakan gambar manual (paper based) dan belum
dilakukan kolaborasi antar stakeholder
2. 2D, pada dimensi ini sudah membuat gambar secara digitalisasi atau menggunakan
software namun masih dalam bentuk 2D dan sudah dilakukan BIM collaboration antar
stakeholder
3. 3D (Modelling), sudah mulai dilakukan pemodelan dalam bentuk 3D model yang sangat
membantu dalam koordinasi antar stakeholder apabila terjadi clash detection dan dilakukan
BIM collaboration berupa pertukaran informasi, sharing file, dan manajemen file.
4. 4D (Time/Schedulling), pada tahap ini sudah mulai dilakukan penjadwalan proses
pekerjaan dan pemantauan progress pekerjaan dengan kemampuan memvisualisasikan
urutan konstruksi, yaitu mengintegrasikan tahap konstruksi proyek dan urutannya ke dalam
model tiga dimensi. Dalam 4D ini mengandung berbagai tingkat rincian untuk digunakan
dalam berbagai tahapan konstruksi
5. 5D (Cost Estimation), pada tahap ini digunakan untuk pelacakan anggaran dan biaya semua
pekerjaan terkait proyek. 5D dilakukan bersamaan dengan 3D dan 4D memungkinkan
pihak terkait projek untuk memvisualisasikan data kemajuan kegiatan mereka dan biaya
dari waktu ke waktu
6. 6D (Sustainability), pada tahap ini dilakukan pemantauan terhadap keberlanjutan dari
konstruksi yang dibangun
7. 7D (Facility Management Application), digunakan oleh pengguna jasa dalam hal operasi
dan pemeliharaan konstruksi sepanjang siklus hidupnya. Selain itu ada beberapa informasi
yang tertuang dalam 7D :
a. Informasi biaya selama konstruksi beroperasi dan juga selama masa pemeliharaan
siklus hidupnya
b. Sebagai pemantauan aset yang dimiliki oleh pengguna jasa serta informasi detail
mengenai aset tersebut seperti spesifikasi, as-built drawing, manual pemeliharaan dan
operasi, dan data garansi dari aset tersebut.
2. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja preservasi jalan dan jembatan. Melalui
implementasi BIM dengan adanya BIM collaboration akan lebih memudahkan dalam hal
pemantauan dan evaluasi kinerja karena semua dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
paket pekerjaan dikumpulkan dalam satu platform CDE. Hal ini bertujuan untuk membantu
dalam pemantauan dokumen-dokumen yang sudah disubmit oleh penyedia jasa ke
pengguna jasa dan juga memudahkan pengguna jasa lebih mudah untuk melakukan
pemeriksaan dan evaluasi terhadap dokumen-dokumen tersebut.
Untuk mewujudkan implementasi BIM diselarasakan dengan tugas dan fungsi Direktorat
Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II sehingga mulai dilakukan untuk implementasi BIM
pada 2 paket pekerjaan preservasi yaitu pada paket pekerjaan “Paket Preservasi Jalan Soe -
Kefamenanu - Oelfaub” dan “Penanganan Longsoran Kebon Kopi” dengan klasifikasi level
BIM yang berbeda untuk masing-masing paket pekerjaan. Alasan pemilihan kedua paket
tersebut karena Direktorat Preservasi Wilayah II mau mencoba mengimplementasikan BIM
pada paket pekerjaan yang sementara berlangsung dan paket pekerjaan yang dimulai dari proses
pelelangan. Hal ini bertujuan untuk menemukan implementasi BIM sesuai klasifikasi level
yang sangat membantu dalam proses pekerjaan preservasi jalan dan jembatan.
Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II bekerja sama dengan Direktorat Bina
Teknik Jalan dan Jembatan melakukan workshop dan pelatihan yang dilakukan pada tanggal
11-12 Oktober 2022 pada stakeholder terkait seperti P2JN, kontraktor, dan konsultan dengan
tujuan implementasi BIM dalam persiapan semua dokumen lelang. Pada workshop ini dimulai
dengan pengenalan secara umum mulai dari pemahaman mengenai BIM, keuntungan dalam
implementasi, dan tahapan-tahapan pengerjaan hingga menjadi model 3D dan berisi mengenai
informasi-informasi yang diperlukan seperti volume dan jadwal pekerjaan. Selain itu juga
dikenalkan mengenai penggunaan platform CDE sebagai sarana BIM collaboration.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2020, Permen PUPR No.13 Tahun
2020, Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2021, Surat Edaran No 11/SE/Db/2021 Tentang Penerapan
Building Information Modelling
Pantiga, Januar dan Soekiman, Anton, 2021, Kajian Implementasi Building Information
Modeling (BIM) di Dunia Konstruksi Indonesia
Hutama, Handika Rizky dan Sekarsari, Jane, 2018, Analisa Faktor Penghambat Penerapan
Building Information Modeling Dalam Proyek Konstruksi
Zhabrinna; Davies, Richard J.; Prataman Abdillah; dan Yusuf, Muhammad, 2018, BIM
Adoption Towards The Sustainability Of Construction Industry In Indonesia
Zhabrina; Hatmoko, Jati Utomo Dwi; Fundra, Yulian; dan Wibowo, Mochamad Agung, 2019,
Investigating Building Information Modelling (BIM) Adoption in Indonesia Construction
Industry
Glema, A., 2017, Building Information Modeling (BIM) - Level Of Digital Construction
Biancardo, Salvatore Antonio; Capano, Alessandra; dan de Oliveira, Sara Guerra, 2020,
Integration of BIM and Procedural Modeling Tools for Road Design
Shamraeva, Victoria dan Savinov, Evgeniy, 2021, Infra-BIM For Business Processes
Management In Road Construction And Operation
Oreto, C.; Biancardo, S.A.; Viscione, N.; Veropalumbo, R.; Russo, F., 2021, Road Pavement
Information Modeling through Maintenance Scenario Evaluation