You are on page 1of 13

Ijtihad

Volume 38, Nomor 1, Tahun 2022






Pembatalan Peraturan Kepala Daerah: Studi Permendagri Nomor 120 Tahun 2018
Penulis : Desip Trinanda
Sumber : Ijtihad
Diterbitkan Oleh : Rumah Jurnal Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Untuk mengutip artikel ini:


Trinanda, Desip. 2022. “Pembatalan Peraturan Kepala Daerah: Studi
Permendagri Nomor 120 Tahun 2018”. Ijtihad. 38 (1); 15-26

Copyright © 2022
Ijtihad
pISSN 1410-4687
eISSN 2685-5216


Article History
Received : May, 30th 2022
Revised : June, 20th 2022
Accepted : June, 20th 2022
Published : June, 30th 2022
DOI :



Pembatalan Peraturan Kepala Daerah:
Studi Permendagri Nomor 120 Tahun 2018


Desip Trinanda
Universitas Andalas Padang, Indonesia
desipcaniago@gmail.com


ABSTRACT The abolition of governor regulations and regent/mayor regulations is discussed in
this article. In particular, Permendagri No. 120/2018 was issued as an embodiment
of the Constitutional Court Decision Numbers 137/PUU-XIII/2015 and
56/PUUXIV/2016. The cancellation of the two regional head regulations
distinguishes from the cancellation of regional regulations. This study provides a
solution to the questions of how to technically revoke a regional head regulations,
which institution has the ability to do so, and what consequences and sanctions
local governments will face if they continue to implement the canceled Perkada.
This research is normative in design. The strategy employed is a statutory and
intellectual strategy. The study's findings indicate that the Ministry of Home Affairs
has the jurisdiction to revoke a governor regulation, whereas the Governor, who
represents the national government, has the right to revoke a regional head
regulations. This authority is therefore legally problematic because it is held by the
administration, yet the 1945 Constitution mandates that the Supreme Court, as a
judicial institution, conducts a judicial review procedure that may result in an
invalid norm for legislation under the law.

KEYWORDS abolition; regional law; regional autonomy; local government.

PENDAHULUAN Di Provinsi Aceh terdapat 65 Perda yang
dibatalkan, 133 Perda di Sumatera Utara, 60
Anggota Pada tahun 2016, demi Perda di Sumatera Barat, 30 Perda di Provinsi
percepatan investasi, pemerintahan Riau, 36 Perda di Banten, 2 Perda di DKI Jakarta,
membatalkan 3.143 Peraturan Daerah (Perda) serta beberapa perda di Provinsi lainnya.
dan Peraturan Kepala Daerah (Perkada). Mendagri menjelaskan bahwa Perda dan
Pembatalan dilakukan untuk memotong Perkada yang dibatalkan karena menghambat
panjangnya birokrasi di daerah yang dinilai investasi, perizinan yang bertele-tele, dan
telah menghambat investasi. Selain itu, retribusi yang dianggap masih bermasalah
pembatalan dilakukan supaya pemerintah (beritagar.id, 2016). Pembatalan Perda dan
pusat dan pemerintah daerah bersatu Perkada ini telah menuai pro-kontra di tengah
menghadapi persaingan antar negara agar masyarakat dan pemerintahan.
memiliki kesamaan visi terkait dengan Pemerintah mengklaim melalui
kompetisi global (cnnindonesia.com, 2016). Kemendagri bahwa yang berwenang
Peraturan tersebut dengan rincian 1.765 Perda membatalkan Perda dan Perkada sebagai wujud
atau Perkada Kabupaten/Kota, 111 peraturan pengawasan pemerintah pusat terhadap
atau Keputusan Menteri Dalam Negeri, dan pemerintah daerah. Kewenangan itu dirujuk
1.267 Perda atau Perkada Kabupaten/Kota. pada Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar
1945 (UUD 1945) yang menyatakan ‘’Presiden
15
Copyright © 2022 ijtihad
Republik Indonesia memegang kekuasaan Provinsi (Nasrun, Djalil, dan Efendi 2019;
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar’’ Novandra 2019). Ketiga Implikasi putusan
(Lihat juga; Sahbani, 2016). Mahkamah Konstitusi terhadap pembatalan
Perda dan Perkada (Winata, Putri, dan Aditya
Masyarakat menilai sikap yang diambil
2018; Hartomo 2018; Shadiqin 2020).
pemerintah dalam pembatalan Perda dan
Perkada merupakan bentuk pencabutan roh Pasca kedua putusan MK seperti yang
otonomi daerah, meskipun dilegitimasi oleh telah disebutkan, pemerintah melalui
undang-undang (kemendagri.go.id, 2010). Atas Kemendagri mengeluarkan Peraturan Menteri
dasar itu, Forum Kajian Hukum dan Konstitusi Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang
(FKHK) menguji Undang-Undang Nomor 23 Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (UU Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
No. 23/2014) yang menjadi dasar hukum Pembentukan Produk Hukum Daerah
pemberian kewenangan kepada pemerintah (Permendagri No. 120/2018). Permendagri No.
pusat (nasional.kontan.co.id, 2016). Pengujian 120/2018 mengatur tentang pembatalan Perda
itu membuahkan hasil, Mahkamah Konstitusi dan Perkada, baik di tingkat provinsi ataupun
melalui Putusan Nomor 137/PUU-XIII/2015 kabupaten/kota. Belum ditemukan studi yang
menyatakan bahwa Pasal 251 UU No. 23/2014 membahas tentang pembatalan Perkada
terkait dengan kewenangan pembatalan sebagaimana yang diatur dalam Permendagri
peraturan daerah kabupaten/kota tidak lagi No. 120/2018. Maka studi ini dimaksudkan
bisa dibatalkan oleh pemerintah melalui untuk mengisi kekosongan kajian tersebut,
Kemendagri atau gubernur. mengingat Perkada takkalah pentingnya
dibandingkan Perda.
Putusan MK No. 137/PUU-XIII/2015
secara de jure membatalkan kewenangan Studi ini akan menjawab pertanyaan,
Kemendagri untuk melakukan pembatalan pertama, bagaimana teknis pembatalan
terhadap peraturan daerah kabupaten/kota Perkada; kedua, lembaga apa yang berwenang
yang tidak selaras (bermasalah). Namun masih membatalkan Perkada; dan ketiga, apa tindakan
berwenang membatalkan Perda Provinsi, dan sanksi yang diterima oleh pemerintah
karena dalam amar putusan MK hanya daerah jika tetap memberlakukan Perkada yang
menyatakan frase “peraturan daerah dibatalkan? Studi ini diharapkan mampu
kabupaten/kota dan” dalam ketentuan Pasal memberikan sumbangan pemikiran terhadap
251 ayat (2) dan (4), frasa “peraturan daerah proses pembatalan peraturan daerah yang
kabupaten/kota dan/atau” dalam Pasal 251 seirama dengan hubungan pemerintah pusat
ayat (3), dan frasa “penyelenggara dengan pemerintah daerah.
pemerintahan daerah kabupaten/kota tidak

dapat menerima keputusan pembatalan
peraturan daerah kabupaten/kota dan” UU No. METODE

23/2014 bertentangan dengan UUD 1945 dan
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Artikel Studi ini menggunakan metode
Selanjutnya, melengkapi Putusan MK No. penelitian hukum normatif atau doktrinal
137/PUU-XIII/2015, MK melalui Putusan karena penelitian dilakukan atau ditujukan
Nomor 56/PUUXIV/2016, menyatakan hanya pada peraturan-peraturan tertulis atau
pemerintah pusat tidak lagi memiliki bahan-bahan hukum yang lain (Soekanto dan
kewenangan untuk melakukan pembatalan Mamudji 2015:14). Pendekatan hukum dapat
peraturan daerah Provinsi. dikelompokkan kepada pendekatan undang-
undang (statue approach), pendekatan kasus
Sejauh ini telah banyak studi yang (case approach), pendekatan historis (historical
mengulas tentang kewenangan pemerintah approach), pendekatan perbandingan
pusat dalam membatalkan Perda dan Perkada (comparative approach) dan pendekatan
atau studi yang menganalisis kedua putusan konseptual (conceptual approach) (Marzuki
Mahkamah Konstitusi di atas, setidaknya studi- 2017, 93). Studi ini menggunakan pendekatan
studi yang ada dapat dikelompokkan kepada; perundang-undangan untuk mengurai
pertama, mekanisme pembatalan Perda dan peralihan kewenangan pembatalan Perkada
Perkada (Pattinasarany 2011; Minolah 2011; secara yuridis dan pendekatan konseptual
Prayitno 2017; Sihombing 2017; Yuswanto dan untuk melihat esensi dari pembatalan Perkada.
Arif 2018; ; Suyatna 2019). Kedua, kekuatan Sumber hukum primer yang digunakan adalah
eksekutor dan pengawasan Kemendagri dan
16
Copyright © 2022 ijtihad
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 perjalanan eksekusi pemerintah daerah
Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan (Soeprapto 2007, 202). Perda berfungsi sebagai
Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 instrumen hukum yang mengatur, mengawasi
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah. pelaksanaan wewenang pemerintahan, serta
sebagai alat uji keabsahan tindakan

penyelenggara pemerintahan di daerah (Igir
TEMUAN DAN PEMBAHASAN 2017, 60).

Dalam UU No. 23/2014 Pasal 1 ayat (25)
Otonomi dan Peraturan Daerah dan (26) dinyatakan bahwa Perda atau nama
Berdasarkan UUD (1945) Pasal 1 Ayat (1), lain adalah Perda provinsi dan Perda
Negara Republik Indonesia (NRI) adalah Negara kabupaten/kota. Selain Perda, terdapat
Kesatuan yang berbentuk Republik. NRI dibagi Peraturan Kepala Daerah (Perkada) atau yaitu
atas daerah-daerah provinsi dan daerah peraturan gubernur dan peraturan bupati/wali
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, kota. Pembentukan Perda dan Perkada berguna
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota untuk menampung kondisi khusus daerah
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dan/atau penjabaran lebih lanjut peraturan
dengan undang-undang (Pasal 18 Ayat (1) perundang-undangan yang lebih tinggi (Pasal
sampai (6) UUD 1945). Pembagian wilayah 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tersebut menjelaskan bahwa dalam sistem Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
negara kesatuan terdapat pemerintahan Undangan (UU No. 12/2011)).
daerah. Pemerintah daerah dalam menjalankan Perda menjadi salah satu alat dalam
roda pemerintahan berhak mengatur dan melakukan transformasi sosial dan demokrasi
mengurus sendiri urusan pemerintahan sebagai perwujudan masyarakat daerah yang
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. mampu menjawab perubahan dan tantangan
Otonomi daerah adalah wujud dari pada era otonomi dan globalisasi serta
bentuk keleluasaan pemerintah daerah untuk terciptanya good local governance sebagai
mengatur dan menyelenggarakan sendiri bagian dari pembangunan yang
pemerintahan atas dasar prakarsa, kreativitas, berkesinambungan di daerah. Meskipun daerah
dan peran serta masyarakat dalam rangka diberikan kewenangan seperti itu, Perda dan
mengembangkan dan memajukan daerahnya Perkada harus dilakukan secara taat asas
(Rahman 2004, 103). pembentukan peraturan perundang-undangan
yang diatur dalam Undang-Undang Republik
Sebagai kelengkapan penyelenggaraan Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
pemerintahan dan merupakan unsur
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
pemerintahan daerah, maka dibentuk lembaga
sebagaimana telah diubah dengan Undang-
perwakilan rakyat daerah atau Dewan
Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
umum. Kemudian Gubernur, Bupati, dan
Peraturan Perundang-Undangan (Lihat juga;
Walikota sebagai kepala pemerintah daerah
Sihombing, 2015).
juga dipilih secara demokratis. Dalam
penyelenggaraan pemerintahan, daerah Fungsi Perda dapat dirumuskan kepada
diberikan otonomi seluas-luasnya, kecuali empat bagian, yaitu; pertama, sebagai
urusan pemerintahan ditentukan oleh undang- instrumen kebijakan untuk melaksanakan
undang sebagai urusan pemerintah pusat. otonomi daerah dan tugas pembantuan
Dengan begitu, pemerintahan daerah berhak sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945
menetapkan Perda dan peraturan-peraturan dan Undang-Undang tentang Pemerintahan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas Daerah (UU Pemda). Kedua, merupakan
pembantuan. peraturan pelaksanaan dari Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam
Perda adalah salah satu produk peraturan
fungsi ini, Perda tunduk pada ketentuan
perundang-undangan tingkat daerah yang
hierarki Peraturan Perundang-undangan.
dibentuk oleh kepala daerah, baik daerah Ketiga, sebagai penampung kekhususan dan
provinsi maupun daerah kabupaten/kota
keragaman daerah serta penyalur aspirasi
dengan DPRD provinsi maupun
masyarakat di daerah, namun dalam
kabupaten/kota. Perda menjadi legalitas
pengaturannya tetap dalam koridor Negara
17
Copyright © 2022 ijtihad
kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dan tujuan penyusunan; (ii) sasaran yang ingin
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. diwujudkan; (ii) pokok pikiran, lingkup, atau
Keempat, sebagai alat pembangunan dalam objek yang akan diatur; dan (iv) jangkauan dan
meningkatkan kesejahteraan daerah arah pengaturan. Materi Perda harus melalui
(Indonesia, Perundang-undangan, dan Daerah pengkajian dan penyelarasan yang dituangkan
2011, 8). Berdasarkan itu, meskipun terdapat dalam naskah akademik (NA). NA merupakan
beragam budaya di daerah dan tidak menutup naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum
kemungkinan berbeda dengan semangat daerah yang dapat dipertanggungjawabkan secara
lain, namun aturannya tetap selaras dengan ilmiah mengenai pengaturan masalah dalam
konsep NKRI (Akmal 2021, 302). rancangan peraturan daerah provinsi, atau
rancangan peraturan daerah kabupaten/kota
Dalam konteks otonomi daerah,
sebagai solusi terhadap permasalahan dan
keberadaan Perda pada prinsipnya berperan
kebutuhan hukum masyarakat (Lihat Pasal 1
mendorong desentralisasi secara maksimal
ayat (11) UU No. 12/2011).
(Ndaumanu 2018, 40). Sebagai sebuah produk
hukum, Perda masuk dalam hierarki peraturan Kemudian proses pembentukan Perda
perundang-undangan yang merupakan harus tunduk pada asas-asas pembentukan
sokoguru sistem hukum nasional (Trijono 2014, peraturan perundang-undangan yang diatur
48). Maka hierarki merupakan urutan atau dalam Pasal 5 dan Pasal 6 ayat (1) dan (2) UU
penjenjangan setiap jenis peraturan No. 12/2011. Pembentukan Perda mesti tunduk
perundang-undangan yang didasarkan pada pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-
asas bahwa peraturan perundang-undangan undangan yang baik, yaitu:
yang lebih rendah tidak boleh bertentangan
a. Kejelasan tujuan; adalah bahwa setiap
dengan peraturan perundang-undangan yang
Pembentukan Peraturan Perundang-
lebih tinggi (Kenap, Rumimpunu, dan Gerungan
undangan harus mempunyai tujuan yang
2021, 79).
jelas yang hendak dicapai.
Dalam Pasal 7 ayat (1) UU No. 12/2011,
b. Kelembagaan atau pejabat pembentuk
susunan hierarki peraturan perundang-
yang tepat; bahwa setiap jenis Peraturan
undangan adalah:
Perundang-undangan harus dibuat oleh
a. UUD 1945; lembaga negara atau pejabat Pembentuk
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Peraturan Perundang-undangan yang
Rakyat; berwenang. Peraturan Perundang-
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah undangan tersebut dapat dibatalkan atau
Pengganti Undang-Undang; batal demi hukum apabila dibuat oleh
d. Peraturan Pemerintah; lembaga negara atau pejabat yang tidak
e. Peraturan Presiden; berwenang.
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
c. Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
materi muatan; bahwa dalam
Berdasarkan hierarki di atas, Perda
Pembentukan Peraturan Perundang-
menempati urutan peraturan terendah setelah
undangan harus benar-benar
peraturan presiden. Dengan demikian Perda
memerhatikan materi muatan yang tepat
tidak boleh bertolak belakang dengan
sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan
peraturan di atasnya, sehingga dalam muatan
Perundang-undangan.
Perda hanya memuat hal-hal yang belum
tercover oleh peraturan di atasnya. Hal itu d. Dapat dilaksanakan; bahwa setiap
senada dengan pendapat Hans Kelsen dalam Pembentukan Peraturan Perundang-
teori Stefenbau Dest Recht bahwa hukum positif undangan harus memperhitungkan
(peraturan) diberlakukan berjenjang dan efektivitas Peraturan Perundang-undangan
berlapis-lapis, peraturan yang rendah tersebut di dalam masyarakat, baik secara
bersumber dari dan tidak boleh bertentangan filosofis, sosiologis, maupun yuridis.
dengan peraturan yang lebih tinggi (Lex e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan; bahwa
Superior Derogat lex inferior) (Sukanto 2012, setiap Peraturan Perundang-undangan
74). dibuat karena memang benar-benar
Materi yang diatur dalam Rancangan dibutuhkan dan bermanfaat dalam
Peraturan Daerah meliputi: (i) latar belakang

18
Copyright © 2022 ijtihad
mengatur kehidupan bermasyarakat, dari sistem hukum nasional yang
berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
f. Kejelasan rumusan; bahwa setiap
Tahun 1945.
Peraturan Perundang-undangan harus
memenuhi persyaratan teknis penyusunan f. Bhinneka tunggal ika; bahwa Materi
Peraturan Perundang-undangan, Muatan Peraturan Perundang-undangan
sistematika, pilihan kata atau istilah, serta harus memerhatikan keragaman
bahasa hukum yang jelas dan mudah penduduk, agama, suku dan golongan,
dimengerti sehingga tidak menimbulkan kondisi khusus daerah serta budaya dalam
berbagai macam interpretasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
pelaksanaannya. bernegara.
g. Keterbukaan; bahwa dalam Pembentukan g. Keadilan; bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan mulai dari Peraturan Perundang-undangan harus
perencanaan, penyusunan, pembahasan, mencerminkan keadilan secara
pengesahan atau penetapan, dan proporsional bagi setiap warga negara.
pengundangan bersifat transparan dan
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan
terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan
pemerintahan; bahwa setiap Materi
masyarakat mempunyai kesempatan yang
Muatan Peraturan Perundang-undangan
seluas-luasnya untuk memberikan
tidak boleh memuat hal yang bersifat
masukan dalam Pembentukan Peraturan
membedakan berdasarkan latar belakang,
Perundang-undangan.
antara lain, agama, suku, ras, golongan,
Kemudian Materi muatan Peraturan gender, atau status sosial.
Perundang-undangan harus mencerminkan
i. Ketertiban dan kepastian hukum; bahwa
asas:
setiap Materi Muatan Peraturan
a. Pengayoman; bahwa setiap Materi Muatan Perundang-undangan harus dapat
Peraturan Perundang-undangan harus mewujudkan ketertiban dalam masyarakat
berfungsi memberikan perlindungan untuk melalui jaminan kepastian hukum.
menciptakan ketenteraman masyarakat.
j. Keseimbangan, keserasian, dan
b. Kemanusiaan; bahwa setiap Materi Muatan keselarasan; bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus Peraturan Perundang-undangan harus
mencerminkan perlindungan dan mencerminkan keseimbangan, keserasian,
penghormatan hak asasi manusia serta dan keselarasan, antara kepentingan
harkat dan martabat setiap warga negara individu, masyarakat dan kepentingan
dan penduduk Indonesia secara bangsa dan negara.
proporsional
Selain mencerminkan asas di atas,
c. Kebangsaan; bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat
Peraturan Perundang-undangan harus berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum
mencerminkan sifat dan watak bangsa Peraturan Perundang-undangan yang
Indonesia yang majemuk dengan tetap bersangkutan. Dalam Perda, hal itu
menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik terimplementasi dalam amanat Pasal 237 ayat
Indonesia. (1) UU No. 23/2014 yang menyatakan bahwa
asas pembentukan dan materi muatan Perda
d. Kekeluargaan; bahwa setiap Materi Muatan
berpedoman pada ketentuan peraturan
Peraturan Perundang-undangan harus
perundang-undangan dan asas hukum yang
mencerminkan musyawarah untuk
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
mencapai mufakat dalam setiap
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
pengambilan keputusan.
NKRI.
e. Kenusantaraan; bahwa setiap Materi
Semua parameter atau asas yang di atas
Muatan Peraturan Perundang-undangan
bertujuan agar konsep otonomi daerah berjalan
senantiasa memerhatikan kepentingan
pada jalur yang telah ditetapkan, semakin
seluruh wilayah Indonesia dan Materi
mendekatkan pelayanan pemerintah daerah
Muatan Peraturan Perundang-undangan
kepada masyarakat dan tidak mengancam
yang dibuat di daerah merupakan bagian
NKRI. Hal ini cukup problematik, karena tidak
19
Copyright © 2022 ijtihad
dapat dipungkiri bahwa semangat masing- 2. Bertentangan dengan kepentingan umum
masing daerah acapkali bertabrakan dengan meliputi: terganggunya kerukunan antar
kepentingan pusat. Dalam penyelenggaraan warga masyarakat, terganggunya akses
pemerintahan daerah banyak muncul Perda terhadap pelayanan publik, terganggunya
baik di tingkat provinsi maupun tingkat ketenteraman dan ketertiban umum,
kabupaten/kota yang bermasalah, pasalnya terganggunya kegiatan ekonomi untuk
Perda tersebut bertentangan dengan peraturan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
perundang-undangan yang lebih tinggi dan dan diskriminasi terhadap suku, agama dan
kepentingan umum (Ostaki, Harjiyatni, dan kepercayaan, ras, antar golongan, dan
Wardani 2018, 309). gender.
Mengingat banyaknya Perda yang Aturan di atas menjadi batal melalui
bermasalah, disiapkan mekanisme pembatalan putusan MK Nomor 137/PUU-XIII/2015
Perda dan perkada dalam UU No. 23/2014 menyatakan Pasal 251 UU No. 23/2014 tidak
sebelum putusan MK. Kewenangan pembatalan lagi mengikat. Selanjutnya, melengkapi Putusan
tersebut diberikan kepada Kemendagri untuk MK Nomor 137/PUU-XIII/2015, MK melalui
Perda Provinsi dan Gubernur untuk Perda Putusan Nomor 56/PUU-XIV/2016 menyatakan
Kabupaten/Kota. Hal itu diatur dalam Pasal 251 pemerintah pusat tidak lagi memiliki
ayat (1) dan ayat (2) UU No. 23/2014. kewenangan untuk melakukan pembatalan
peraturan daerah provinsi. Melalui putusan
Pasal 251 ayat (1) UU No. 23/2014
Nomor 137/PUU-XIII/2015 dan Putusan
Perda Provinsi dan peraturan gubernur Nomor 56/PUU-XIV/2016, MK menyatakan
yang bertentangan dengan ketentuan bahwa kewenangan Mendagri dan Gubernur
peraturan perundang-undangan yang selaku wakil pemerintah pusat dalam
lebih tinggi, kepentingan umum, membatalkan Perda provinsi dan perda
dan/atau kesusilaan dibatalkan oleh kabupaten/kota inkonstitusional atau
Menteri. bertentangan dengan Pasal 18 ayat (6), Pasal
Pasal 251 ayat (2) UU No. 23/2014 28D ayat (1), dan Pasal 24A ayat (1) UUD 1945.

Perda Kabupaten/Kota dan peraturan Putusan MK di atas tidak bulat, karena


bupati/wali kota yang bertentangan diwarnai dengan pendapat berbeda (dissenting
dengan ketentuan peraturan opinion) dari empat hakim konstitusi yang
perundang-undangan yang lebih tinggi, menolak mencabut kewenangan Mendagri
kepentingan umum, dan/atau dalam membatalkan Perda. Alasannya, dalam
kesusilaan dibatalkan oleh gubernur otonomi daerah, tanggung jawab
sebagai wakil Pemerintah Pusat. penyelenggaraan pemerintah berakhir di
presiden. Kemudian kedua Putusan MK
Ketentuan UU No. 23/2014 secara tersebut tidak serta merta menyelesaikan
eksplisit memberikan kewenangan bagi persoalan, karena putusan MK hanya berlaku
Mendagri dan gubernur secara berjenjang bagi Perda Provinsi dan kabupaten/kota,
untuk membatalkan Perda dan Perkada yang sedangkan Perkada tidak disentuk. Artinya
bertentangan dengan peraturan perundang- Mendagri masih berwenang membatalkan
undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum Perkada dan Gubernur berwenang
dan/atau kesusilaan. Pembatalan itu dilakukan membatalkan Perkada Kabupaten/kota. MK
dalam rangka kewenangan pemerintah dalam berpendapat dalam pertimbangannya bahwa:
melaksanakan proses pengawasan kepada
daerah. Masih dalam UU No. 23/2014, Perda “...oleh karena peraturan kepala daerah
yang dianggap bermasalah atau bertentangan merupakan salah satu jenis peraturan
dan mengganggu kepentingan umum, maka perundang-undangan berdasarkan Pasal
perlu dilakukan klarifikasi. Klarifikasi berupa 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12
pengujian terhadap Perda yang memenuhi Tahun 2011, akan tetapi oleh karena
kriteria pembatalan. Berdasarkan ketentuan dibentuk oleh kepala daerah sebagai
perundang-undangan, alasan pembatalan satuan bestuur yang lebih tinggi memiliki
terhadap Perda dan Perkada antara lain: kewenangan untuk membatalkan
peraturan kepala daerah. Pembatalan dan
1. Bertentangan dengan ketentuan peraturan mekanisme pengajuan keberatan
perundang-undangan yang lebih tinggi, pembatalan peraturan kepala daerah
kepentingan umum, dan/atau kesusilaan. dalam Undang-Undang Pemerintah
20
Copyright © 2022 ijtihad
Daerah merupakan bagian dari perda yang telah dibuat. Dengan pengertian
mekanisme pengajuan keberatan tersebut membuat Perda lebih tinggi daripada
pembatalan peraturan kepala daerah Perkada. Sebagai konsekuensinya maka
dalam Undang-Undang Pemerintah substansi yang ada pada Perkada tidak boleh
Daerah merupakan bagian dari bertentangan dengan Perda. Perkada yang
mekanisme pengawasan dari presiden dibuat berdasarkan kewenangan harus dilihat
atau menteri dan gubernur sebagai wakil dalam konteks kewenangan yang dimiliki oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah Kepala Daerah. Kepala Daerah memang dilekati
daerah atau dengan kata lain sebagai kewenangan untuk membuat Perkada
suatu bentuk pengawasan, bukan meskipun tidak diperintahkan oleh Perda.
pengujian peraturan perundang-
Berdasarkan konstruksi di atas, dapat
undangan dalam lingkungan bestuur yang
dikatakan bahwa Perkada masuk ke dalam
lebih tinggi terhadap satuan bestuur yang
rezim perundang-undangan yang diatur dalam
lebih rendah (Lihat; Putusan MK Nomor
Pasal 8 ayat (1). Dalam Permendagri No. 120
137/PUU-XIII/2015, hlm. 287-288 dan
Tahun 2018 Pasal 1 ayat (5) dinyatakan bahwa
Putusan MK Nomor 56/PUU-XIV/2016,
Perkada adalah peraturan gubernur dan/atau
hlm. 98).
peraturan bupati/wali kota. proses
Kedua Putusan MK tersebut telah pembentukan Perkada terbagi kepada tiga
memberikan kepastian hukum terhadap bagian, yaitu; pertama, Perkada ditetapkan atas
kewenangan pembatalan Perda. Kedua putusan perintah peraturan perundang-undangan yang
MK tersebut menyatukan dari yang sebelumnya lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan
terdapat dualisme kewenangan pengujian kewenangan; kedua, pimpinan perangkat
Perda, yaitu antara pemerintah dalam hal ini daerah pemrakarsa menyusun rancangan
Kemendagri dan Gubernur melalui (exsecutive Perkada; dan ketiga, Rancangan Perkada
review) yang diberikan wewenang oleh UU No. setelah disusun, disampaikan kepada biro
23 Tahun 2014, Mahkamah Agung (MA), dan hukum provinsi atau nama lainnya dan bagian
UUD 1945 Dengan adanya kedua putusan MK hukum kabupaten/kota atau nama lainnya
tersebut pengendalian norma hukum terhadap untuk dilakukan pembahasan (Pasal 42
Perda tidak dapat dilakukan lagi oleh Permendagri No. 120 Tahun 2018).
pemerintah.
Proses pembentukan Perkada dimulai
dengan permohonan. Permohoann dilakukan
Pembentukan Perkada oleh Kepala Biro Hukum provinsi atau nama lain
atau Kepala Bagian Hukum kabupaten/kota
Pengakuan eksistensi Perkada diatur
atau nama lain. Permohonan dengan
dalam Pasal 8 ayat (2) UU No. 12/2011, yaitu
mencantumkan berupa pengaturan
jenis Peraturan Perundang-undangan selain
menggunakan nomor bulat dan penetapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
menggunakan nomor kode klasifikasi (Pasal 1,
mencakup peraturan yang ditetapkan oleh
2, dan 3 Permendagri No. 120 Tahun 2018).
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perkada yang telah ditetapkan diundangkan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dalam berita daerah dan mulai berlaku dan
Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi,
mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal
Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial,
diundangkan kecuali ditentukan lain di dalam
Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau
peraturan perundang-undangan yang
komisi yang setingkat yang dibentuk dengan
bersangkutan (Pasal 123 ayat (1) dan (2)
Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah
Permendagri No. 120 Tahun 2018).
Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Pengawasan dan Pembatalan
Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang
Dalam rangka pengawasan Perda dan
setingkat.
Perkada, terdapat dua model pengawasan,
Pengakuan tersebut mensyaratkan dua yakni pengawasan preventif dan pengawasan
hal, yaitu sepanjang diperintahkan oleh represi. Pengawasan preventif berbentuk
peraturan perundang-undangan yang lebih pemberlakuan tiap Perda dan Perkada yang
tinggi dan berdasarkan kewenangan. Lazimnya, telah mendapatkan pengesahan dari Mendagri
Perkada dibuat sebagai aturan pelaksana dari atau Gubernur. Pengawasan preventif
21
Copyright © 2022 ijtihad
berbentuk memberi pengesahan atau itu, Pasal 20 ayat (2) huruf b Undang-Undang
penolakan pengesahan. Sesuai dengan sifatnya, Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
pengawasan preventif dilakukan sebelum Perda Kehakiman (UU No. 48/2009) menyatakan
diundangkan, artinya masih dalam bentuk bahwa MA berwenang menguji peraturan
Rancangan Peraturan Daerah (Raperda). perundang-undangan di bawah undang-undang
Pengawasam preventif dilakukan pada Raperda terhadap undang-undang, dan Pasal 9 ayat (2)
yang berisi atau mengatur materi-materi UU No. 12/2011 dimana kewenangan pengujian
tertentu yang menyangkut kepentingan- peraturan perundang-undangan di bawah
kepentingan besar, terutama bagi daerah dan Undang-Undang dilakukan oleh MA.
penduduknya. Pengawasan preventif dilakukan
Pengawasan dalam bentuk pembatalan
agar tidak timbul kerugian atau hal-hal yang
terhadap Perda sudah selesai dengan kedua
tidak diinginkan bagi daerah. Kemudian
putusan MK yang telah dijelaskan, namun
pengawasan represif, yaitu berwujud
persoalan muncul terkait Perkada. Sebagai
penangguhan atau pembatalan oleh pejabat
tindak lanjut dari kedua putusan MK tersebut,
yang berwenang (Mendagri atau Gubernur)
pada tahun 2018 Mendagri mengeluarkan
(Sulaiman 2014, 5; Layuck, Watulingas, dan
Permendagri No. 120/2018. Permendagri ini
Rondonuwu 2020).
dalam konsiderannya menyatakan bahwa demi
Pengawasan dimaknai sebagai proses menjamin kepastian hukum pembentukan
kegiatan yang membandingkan apa yang produk hukum daerah dan melaksanakan
dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan Putusan MK Nomor 137/PUU-XIII/2015 dan
dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, Putusan MK Nomor 56/PUU-XIV/2016
atau diperintahkan. Hasil pengawasan harus terhadap pengujian Pasal 251 ayat (1), ayat (2),
dapat menunjukkan sampai dimana terdapat ayat (3), ayat (4) dan ayat (8) UU No. 23/2014
kecocokan atau ketidakcocokan, serta yang berimplikasi hukum terhadap pembinaan
penyebabnya (Atmosudirdjo 1983, 83; Sujamto produk hukum daerah oleh Mendagri dan
1986, 19). Gubernur, dengan begitu mengubah beberapa
ketentuan dalam Permendagri No. 80/2015.
Menurut Bagi Manan prinsip pengawasan
Artinya Permendagri No. 12/2018 merupakan
yang terkandung dalam negara kesatuan
sebagai salah satu bentuk pengejawantahan
dilakukan oleh pemerintah pusat yang
dari amanat putusan MK.
berwenang untuk campur tangan lebih intensif
terhadap persoalan-persoalan di daerah. Dalam Permendagri No. 80/2015 Pasal 2
Pemerintah Pusat memiliki tanggung jawab dinyatakan bahwa produk hukum daerah
untuk menjamin keutuhan negara kesatuan, terdiri dari peraturan dan penetapan.
menjamin pelayanan yang sama untuk seluruh Permendagri No. 120/2018 mengubah
rakyat, menjamin keseragaman tindakan dan ketentuan yang terdapat dalam Peraturan
pengaturan dalam bidang-bidang tertentu. Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
Pengawasan terhadap segala kegiatan tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
pemerintahan daerah termasuk Keputusan (Permendagri No. 80/2015) tentang peraturan.
Kepala Daerah dan Perda oleh Pemerintah Dalam Permendagri No. 80/2015 peraturan
Pusat, merupakan suatu akibat dari adanya daerah dibagi menjadi empat, yaitu; (i) perda;
negara kesatuan (Sukrino 2013, 139–40). (ii) perkada; (iii) PB KDH; dan (iv) peraturan
DPRD. Sedangkan dalam Permendagri No.
Jika berpedoman kepada UUD 1945,
120/2018 Pasal 3 ayat (1) disebutkan Produk
pembatalan sebuah Perda sebagai produk
Hukum Daerah berbentuk peraturan hanya
hukum dibatalkan oleh Mahkamah Agung (MA)
terdiri dari tiga bagian, yaitu; (i) Perda; (ii)
melalui judicial review. Pasal 24A Ayat (1) UUD
Perkada; dan (iii) peraturan DPRD. PB KDH
1945 menegaskan bahwa MA berwenang
yang dihapus adalah peraturan bersama
mengadili pada tingkat kasasi, menguji
gubernur dan peraturan bersama
peraturan perundang-undangan di bawah
bupati/walikota (Pasal 7 Permendagri No.
undang-undang terhadap undang-undang, dan
80/2015).
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan
oleh undang-undang. Ketentuan ini PB KDH sama derajatnya dengan Perkada,
menegaskan bahwa apabila Perda dan Perkada karena hadirnya Perkada dan PK KDH adalah
dinilai bertentangan dengan peraturan yang untuk melaksanakan perda atau atas kuasa
lebih tinggi, maka proses pembatalannya peraturan perundang-undangan (Permendagri
berdasarkan hasil judicial review di MA. Selain No. 80/2015 Pasal 42 ayat (1)). PB KDH dulunya
22
Copyright © 2022 ijtihad
merupakan produk peraturan daerah, maka merangkum keinginan masyarakat. Sehingga
pembuatannya dan pembatalannya sama Perkada yang dlahirkan dapat merefleksikan
dengan produk peraturan yang lain yang diatur pandangan masyarakat (Riskiyono 2016, x).
dalam Permendagri No. 80/2015. Kemudian
Secara teknis, pembatalan Perkada
produk hukum yang tergolong kepada
(Perkada oleh Kemendagri dan Perkada
penetapan terdiri atas: (i) keputusan kepala
Kabupten/Kota oleh Gubernur) dilakukan
daerah; (ii) keputusan DPRD; (iii) keputusan
berdasarkan usulan dari setiap orang,
pimpinan DPRD; dan (iv) keputusan badan
kelompok orang, pemerintah daerah, badan
kehormatan DPRD (Pasal 9 Permendagri No.
hukum, dan/atau instansi lainnya, dan/atau
80/2015).
temuan dari tim pengkajian. Usulan pembatalan
ditindaklanjuti oleh tim pengkajian dengan
Pembatalan Perkada: Gubernur dan melakukan kajian sesuai dengan tolok ukur
Bupati/Wali Kota peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi, kepentingan umum dan/atau kesusilaan.
Dalam BAB XI Permendagri No. 120/2018
Pembatalan dilakukan setelah mendapatkan
diatur tentang pembatalan Perkada Gubernur
rekomendasi dari tim pengkajian yang
dan Bupati/Wali Kota. Pembatalan Perkada
ditetapkan. Keanggotaan tim pengkajian terdiri
Gubernur sedikit berbeda dengan pembatalan
atas komponen lingkup Kemendagri untuk
Perkada bupati/wali kota, dimana pembatalan
Perkada Gubernur, dan
Perkada Gubernur dibatalkan oleh Mendagri,
kementerian/lembaga/instansi terkait sesuai
sedangkan pembatalan Perkada Bupaten/Wali
dengan kebutuhan, serta ahli atau pakar yang
Kota dibatalkan oleh Gubernur dan Mendagri
berlaku sama untuk Perkada kabupaten/kota
jika bertentangan dengan ketentuan peraturan
kecuali komponen Kemendagri.
perundang-undangan yang lebih tinggi,
kepentingan umum, dan/atau kesusilaan. Jika hasil kajian dinyatakan bertentangan
Namun, bentuk dan akibat pembatalan berlaku dengan hasil fasilitasi atau peraturan
sama berdasarkan jenjang pemerintahan serta perundang-undangan yang lebih tinggi,
berlaku secara mutatis mutandis terhadap kepentingan umum dan/atau kesusilaan, maka
pembatalan peraturan DPRD provinsi dan ditetapkan keputusan pembatalan Perkada. Jika
Kabupaten/Kota. yang dibatalkan adalah keseluruhan materi
muatan Perkada, gubernur/bupati/wali kota
Pembatalan Perkada dilakukan dengan
harus menghentikan pelaksanaan Perkada
alasan jika bertentangan dengan peraturan
tersebut dengan mengeluarkan surat kepada
perundang-undangan yang lebih tinggi atau
perangkat daerah dan mencabutnya. Jika yang
harus tunduk terhadap Pasal 7 ayat (1) UU No.
dibatalkan sebagian materi muatan Perkada,
12/2011. Pembatalan Perkada juga dilakukan
gubernur/bupati/wali kota harus
jika bertentangan dengan kepentingan umum
menghentikan pelaksanaan Perkada dengan
dan/atau kesusilaan atau Perkada dapat dapat
mengeluarkan surat kepada perangkat daerah
menyebabkan terganggunya kerukunan antar
dan merubah Perkada tersebut.
warga masyarakat, akses terhadap pelayanan
publik, ketenteraman dan ketertiban umum, Jika gubernur/bupati/wali koya tidak
kegiatan ekonomi untuk meningkatkan sepakat dengan usulan pembatalan dengan
kesejahteraan masyarakat dan/atau alasan yang dapat dibenarkan, maka dapat
diskriminasi terhadap suku, agama dan mengajukan keberatan kepada Presiden
kepercayaan, ras, antar golongan, dan gender melalui Menteri Sekretaris Negara sejak
(Pasal 250 ayat (2) UU No. 23/2014 jo Pasal 1 keputusan pembatalan Perkada untuk
ayat (24) Permendagri No. 120/2018). Gubernur, sedangkan untuk bupati/wali kota
dapat mengajukan keberatan kepada Menteri.
Indikator bertentangan dengan peraturan
Hal itu dilakukan dengan asalan yang sama atas
perundang-undangan yang lebih tinggi dan
alasan pembatalan, yaitu tolok ukur peraturan
kepentingan umum dan/atau kesusilaan cukup
perundang-undangan yang lebih tinggi,
problematik karena Perkada yang dilahirkan di
kepentingan umum dan/atau kesusilaan. Dalam
daerah jelas merangkup apa yang dibutuhkan
konteks ini semakin memperjelas bahwa
oleh pemerintah dan masyarakat setempat.
terbuka peluang untuk perbedaan penafsiran
Hakikat pembentukan Perkada, bukan hanya
antara pemerintah pusat dengan pemerintah
berunding mengenai pembuatan aturan dari
daerah terhadap kepentingan umum atau
perspektif tindakan individu, melebihi itu juga
23
Copyright © 2022 ijtihad
kesusilaan yang dianut oleh masyarakat superior derogate legi inferiori bahwa sesuatu
masing-masing daerah. yang sudah diatur di dalam perundang-
undangan yang lebih tinggi derajatnya (lex
Tidak menutup kemungkinan bahwa
superior) kemudian diatur lagi di dalam
terhadap suatu persoalan bagi masyarakat
peraturan perundang-undangan yang lebih
daerah mesti diatur dengan jelas melalui
rendah derajatnya (legi inferiori) secara
Perkada, sedangkan bagi pemerintah pusat
berbeda, maka yang berlaku adalah peraturan
justru tidak perlu diatur, bahkan dapat
perundang-undangan yang lebih tinggi
digolongkan bertentangan dengan peraturan
derajatnya (lex superiori), sementara peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Jika
perundang-undangan yang lebih rendah
Perkada yang dibatalkan tetap diberlakukan
derajatnya (legi inferiori) dikesampingkan
oleh gubernur/bupati/wali kota, maka akan
(derogate).
dikenai sanksi administratif, dan/atau sanksi
penundaan evaluasi rancangan Perkada. Sanksi Berdasarkan konstruksi asas hukum di
administratif berupa tidak dibayarkan hak atas mempertegas bahwa wewenang uji
keuangan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berada di
peraturan perundang-undangan selama 3 (tiga) bawah undang-undang dilakukan oleh MA
bulan. Jika gangguan pelayanan publik akibat berdasarkan Pasal 24A ayat (1) UUD 1945
pembatalan Perkada gubernur/bupati/wali selaku norma hukum tertinggi, dengan begitu
kota, penyelenggara pemerintahan dikenakan secara langsung mengenyampingkan
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan wewenang yang diberikan oleh UU No. 23/2014
perundang-undangan. jo Permendagri No. 120/2018.
Memosisikan executive review terhadap
Menyalahi Kewenangan pembatalan Perkada tidak terikat dengan
prinsip kekuasaan kehakiman dan negara
Terjadi kekeliruan dimana Perkada
hukum, hakim MK telah memperlihatkan
sebagai produk hukum yang berbentuk
ketidakonsistenan dalam menggunakan
peraturan (regeling) dapat dibatalkan dengan
prinsip-prinsip konstitusional. Terlebih dalam
keputusan gubernur sebagai produk hukum
peraturan perundang-undangan MA tidak
yang berbentuk keputusan (beschikking)
pernah mendelegasikan wewenang uji material
(Sulaeman, Dewa, dan Sinapoy 2021).
kepada lembaga lain atau dalam konteks ini
Kewenangan executive review yang diberikan
adalah Mendagri dan Gubernur. Dengan begitu
kepada pemerintah dalam pembatalan Perkda
dapat dikatakan bahwa putusan MK dan
merupakan bentuk penyimpangan terhadap
Permendagri No. 120/2018 yang membatasi
logika dan bangunan negara hukum, karena
wewenang MA sebagai kekuasaan yudikatif
executive review melangkahi kewenangan
dalam pengujian peraturan perundang-
judicial review MA. Mestinya hal itu tidak
undangan di bawah undang-undang.
dilakukan oleh MK melalui amar putusannya,
mengingat pembatalan Perda ataupun Perkada
mesti dilakukan melalui pengujian ke MA.
SIMPULAN
Penempatan pengujian pada lembaga
yudikatif merupakan implementasi dari bentuk Berdasarkan uraian di atas dapat
trias politica, dimana adanya pemisahan disimpulkan bahwa Peraturan Menteri Dalam
kekuasaan yang tegas, yaitu eksekutif, legislatif Negeri Republik Indonesia Nomor 120 Tahun
dan yudikatif berdasarkan prinsip checks and 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan
balances yang tertuang dalam UUD 1945, Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
terutama pengaturan atas pembatasan tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
kekuasaan dan wewenang yang jelas antara merupakan pedoman dalam pembentukan
ketiga lembaga negara tersebut (Yani 2018, 55). peraturan daerah dan peraturan kepala daerah
Jika pengujian itu dilimpahkan pada lembaga dan sekaligus mengatur mekanisme
eksekutif (executive review) tidak menutup pembatalannya. Proses pembatalan Perkada
kemungkinan pembatalan Perkada akan sarat yang diatur, sejatinya tidak bertentangan
politik kekuasaan yang menjabat di unsur dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
pemerintahan. 137/PUU-XIII/2015 dan Putusan Mahkamah
Kewenangan executive review tersebut Konstitusi Nomor 56/PUUXIV/2016.
sejatinya bertentang dengan asas hukum lex
24
Copyright © 2022 ijtihad
Pembatalan Perkada diatur secara rinci Peraturan Daerah.”
dalam Permendagri No. 120 Tahun 2018, selain Https://Www.Cnnindonesia.Com. 2016.
itu juga dilengkapi dengan sanksi bagi https://www.cnnindonesia.com/nasional
pemerintah daerah yang tidak taat atas /20160613184515-32-
keputusan pembatalan Perkada. Namun 137842/pemerintah-jokowi-batalkan-
terdapat ketidakpastian hukum dalam proses 3143-peraturan-daerah.
pembatalnnya karena terdapat ketentuan
Https://www.kemendagri.go.id. 2010. “Proses
norma yang kabur, hal ini diperparah karena
Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
kewenangan pembatalan Perkada diberikan
Menjadi Peraturan Daerah.”
kepada lembaga eksekutif, bukan yudikatif. Hal
Https://Www.Kemendagri.Go.Id. 2010.
ini menunjukkan bahwa tengah terjadi
https://www.kemendagri.go.id/berita/ba
pelencengan dari prinsip negara hukum yang
ca/9940/pro-kontra-pembatalan-
demokratis yang sekaligus memperlemah
peraturan-daerah.
prinsip checks and balances.
Igir, Angreime. 2017. “Pembatalan Terhadap

Peraturan Daerah Menurut Undang-
DAFTAR BACAAN Undang Nomor 23 Tahun 2014.” Lex

Privatum V, no. 3: 60–67.
Akmal, Diya Ul. 2021. “Penataan Peraturan
Perundang-Undangan Sebagai Upaya Indonesia, Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Penguatan Sistem Hukum Di Indonesia.” Manusia Republik, Direktorat Jenderal
Jurnal Legislasi Indonesia 18, no. 3. Peraturan Perundang-undangan, and
Direktorat Fasilitasi Perancangan
Atmosudirdjo, Prajudi. 1983. Hukum Peraturan Daerah. 2011. Panduan Praktis
Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia Memahami Perancangan Peraturan
Indonesia. Daerah. Jakarta: Direktorat Jenderal
Hartomo, Wahyu Tri. 2018. “Implikasi Putusan Peraturan Perundang-undangan.
Mahkamah Konstitusi Nomor 137/PUU- Kenap, Amira, Dientje Rumimpunu, and Carlo A.
XIII/2015 dan Putusan NOMOR 56/PUU- Gerungan. 2021. “Proses Penyusunan
XIV/2016 Tentang Pembatalan Perda Rancangan Peraturan Daerah Menjadi
Provinsi, Perda Kabupaten/Kota, Peraturan Daerah.” Lex Administratum IX,
Peraturan Gubernur, dan Peraturan no. 3: 78–88.
Bupati/Peraturan Walikota.” Jurnal
Legislasi Indonesia 15, no. 2: 27–39. Layuck, Kezia M., Rudy R. Watulingas, and Diana
E. Rondonuwu. 2020. “Pengawasan
Holle, Eric Stenly, and Reny Heronia Nendissa. Pembentukan Peraturan Daerah Oleh
2021. “Pembentukan Peraturan Negeri Pemerintah Pusat Menurut Uu Nomor 9
Yang Partisipatif Dalam Pelaksanaan Tahun 2015.” Lex Administratum VIII, no.
Pemerintah Negeri Hutumuri Kecamatan 3: 125–36.
Leitimur Selatan Kota Ambon.” Aiwadthu:
Jurnal Pengabdian Hukum 1, no. 2: 106–17. Marzuki, Peter Mahmud. 2017. Penelitian
Hukum. 13th ed. Jakarta: Kencana.
Https://beritagar.id. 2016. “Daftar Perda
Bermasalah Yang Dibatalkan Pemerintah.” Minolah. 2011. “Tinjauan Yuridis Terhadap
Https://Beritagar.Id. 2016. Pembatalan Peraturan Daerah Provinsi Di
https://beritagar.id/artikel/berita/daftar Indonesia.” FH. Unisba 13, no. 1: 1–17.
-perda-bermasalah-yang-dibatalkan- Nasrun, Rahmat Qadri, Husni Djalil, and Efendi.
pemerintah. 2019. “Kedudukan Peraturan Daerah Yang
https://nasional.kontan.co.id. 2016. Dibatalkan Oleh Keputusan Menteri Dalam
“Kewenangan Pemerintah Batalkan Perda Negeri Setelah Putusan Mahkamah
Digugat.” Https://Nasional.Kontan.Co.Id. Konstitusi Nomor 137/PUU-XIII/2015.”
2016. Syiah Kuala Law Journal 3, no. 1: 95–113.
https://nasional.kontan.co.id/news/kewe Ndaumanu, Frichy. 2018. “Kebijakan
nangan-pemerintah-batalkan-perda- Pemerintah Daerah Terhadap Upaya
digugat. Perlindungan Dan Penghormatan
https://www.cnnindonesia.com. 2016. Masyarakat Hukum Adat Di Kabupaten
“Pemerintah Jokowi Batalkan 3.143 Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur.”
25
Copyright © 2022 ijtihad
Jurnal HAM 9, no. 1: 37–49. daerah-urgensi-dan-problematikanya.
Novandra, Riza. 2019. “Pengawasan Peraturan Sihombing, Eka NAM. 2017. “Perkembangan
Daerah Setelah Putusan Mahkamah Kewenangan Pembatalan Peraturan
Konstitusi Nomor 137/PUU-XIII/2015 Daerah Dan Peraturan Kepala Daerah.”
DAN 56/PUU-XIV/2016.” Jurnal RechtIdee Jurnal Yudisial 10, no. 2: 217–34.
14, no. 2: 186–206.
Soekanto, Soerjono, and Sri Mamudji. 2015.
Ostaki, Ziko, Francisca Romana Harjiyatni, and Penelitian Hukum Normatif : Suatu
Sri Handayani Retna Wardani. 2018. Tinjauan Singkat. 17th ed. Jakarta:
“Tinjauan Yuridis Pembatalan Peraturan Rajawali Pers.
Daerah Kota Yogyakarta Dengan
Soeprapto, Maria Farida Indrati. 2007. Ilmu
Keputusan Gubernur Daerah Istimewa
Perundang-Undangan : (Jenis, Fungsi, Dan
Yogyakarta.” Jurnal Kajian Hasil Penelitian
Materi Muatan). Jakarta: Kanisius.
Hukum 2, no. 1: 306–32.
Sujamto. 1986. Beberapa Pengertian Di Bidang
Pattinasarany, Yohanes. 2011. “Kewenangan
Pengawasan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pembatalan Peraturan Daerah.” Jurnal Sasi
17, no. 4: 73–84. Sukanto, Sarjono. 2012. Pokok-Pokok Sosiologi
Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Prayitno, Suko. 2017. “Mekanisme Pembatalan
Peraturan Daerah Dan Akibat Hukumnya Sukrino, Didik. 2013. Hukum, Konstitusi, Dan
Berdasarkan Asas Lex Superiori Derogat Konsep Otonomi. Malang: Setara Press.
Legi Inferiori.” Jurnal Surya Kencana Satu : Sulaeman, Usman, Muhammad Jufri Dewa, and
Dinamika Masalah Hukum Dan Keadilan 8, Muhammad Sabaruddin Sinapoy. 2021.
no. 2: 109–20. “Analisis Hukum Pembatalan Peraturan
Rahman, Syaiful. 2004. Pembangunan Dan Kepala Daerah Kabupaten/Kota Dengan
Otonomi Daerah. Jakarta: Yayasan Pancur Keputusan Gubernur.” Halu Oleo Law
Siwah. Review 5, no. 1: 97–108.
Riskiyono, Djoko. 2016. Pengaruh Partisipasi Sulaiman, King Faisal. 2014. Dialetika Pengujian
Publik Dalam Pembentukan Undang- Peraturan Daerah Pasca Otonomi Daerah.
Undang: Telaah Atas Pembentukan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Undang-Undang Penyelenggara Pemilu. Suyatna, I Nyoman. 2019. “Penyelenggaraan
Jakarta: Perkumpulan Untuk Pemilu dan Pemerintahan Dalam Konteks Negara
Demokrasi (Perludem). Hukum Indonesia : Menyoal Signifikansi
Sahbani, Agus. 2016. “Ini Argumentasi Pembatalan Peraturan Daerah.” Jurnal
Pemerintah Mengenai Pembatalan Perda.” Kertha Patrika 41, no. 1: 67–81.
Https://Www.Hukumonline.Com. 2016. Trijono, Rachmat. 2014. Dasar-Dasar
https://www.hukumonline.com/berita/b Pengetahuan Ilmu Perundang-Udangan.
aca/lt57cf4fb3b79b1/ini-argumentasi- Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
pemerintah-mengenai-pembatalan-
perda/. Winata, Muhammad Reza, Mery Christian Putri,
and Zaka Firma Aditya. 2018. “Legal
Shadiqin, Moch Thariq. 2020. “Implikasi Historis Kewenangan Pengujian Dan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor Pembatalan Peraturan Daerah Serta
Nomor 137/PUU- XIII/2015 Dan No . Implikasinya Terhadap Kemudahan
56/PUU-XIV/2016 Terhadap Mekanisme Berusaha.” Rechtsvinding 7, no. 3: 335–52.
Pengawasan Perda.” Al-Hakam Islamic Law
& Contemporary Issues 1, no. 1: 19–36. Yani, Ahmad. 2018. “Sistem Pemerintahan
Indonesia: Pendekatan Teori Dan Praktek
Sihombing, Eka N.A.M. 2015. “Penyusunan Konstitusi Undang-Undang Dasar 1945.”
Program Pembentukan Peraturan Daerah Jurnal Legislasi Indonesia 15, no. 2: 55–68.
(Urgensi Dan Problematikanya).”
Https://Sumut.Kemenkumham.Go.Id. Yuswanto, and M. Yasin Al Arif. 2018.
2015. “Diskursus Pembatalan Peraturan Daerah
https://sumut.kemenkumham.go.id/berit Pasca Putusan MK No. 137/PUU-XIII/2015
a-kanwil/berita-utama/penyusunan- Dan No. 56/PUU-XIV/2016.” Jurnal
program-pembentukan-peraturan- Konstitusi 15, no. 4.
26
Copyright © 2022 ijtihad

You might also like