Professional Documents
Culture Documents
123 295 1 PB
123 295 1 PB
Copyright © 2022
Ijtihad
pISSN 1410-4687
eISSN 2685-5216
Article History
Received : May, 30th 2022
Revised : June, 20th 2022
Accepted : June, 20th 2022
Published : June, 30th 2022
DOI :
Pembatalan Peraturan Kepala Daerah:
Studi Permendagri Nomor 120 Tahun 2018
Desip Trinanda
Universitas Andalas Padang, Indonesia
desipcaniago@gmail.com
ABSTRACT The abolition of governor regulations and regent/mayor regulations is discussed in
this article. In particular, Permendagri No. 120/2018 was issued as an embodiment
of the Constitutional Court Decision Numbers 137/PUU-XIII/2015 and
56/PUUXIV/2016. The cancellation of the two regional head regulations
distinguishes from the cancellation of regional regulations. This study provides a
solution to the questions of how to technically revoke a regional head regulations,
which institution has the ability to do so, and what consequences and sanctions
local governments will face if they continue to implement the canceled Perkada.
This research is normative in design. The strategy employed is a statutory and
intellectual strategy. The study's findings indicate that the Ministry of Home Affairs
has the jurisdiction to revoke a governor regulation, whereas the Governor, who
represents the national government, has the right to revoke a regional head
regulations. This authority is therefore legally problematic because it is held by the
administration, yet the 1945 Constitution mandates that the Supreme Court, as a
judicial institution, conducts a judicial review procedure that may result in an
invalid norm for legislation under the law.
KEYWORDS abolition; regional law; regional autonomy; local government.
PENDAHULUAN Di Provinsi Aceh terdapat 65 Perda yang
dibatalkan, 133 Perda di Sumatera Utara, 60
Anggota Pada tahun 2016, demi Perda di Sumatera Barat, 30 Perda di Provinsi
percepatan investasi, pemerintahan Riau, 36 Perda di Banten, 2 Perda di DKI Jakarta,
membatalkan 3.143 Peraturan Daerah (Perda) serta beberapa perda di Provinsi lainnya.
dan Peraturan Kepala Daerah (Perkada). Mendagri menjelaskan bahwa Perda dan
Pembatalan dilakukan untuk memotong Perkada yang dibatalkan karena menghambat
panjangnya birokrasi di daerah yang dinilai investasi, perizinan yang bertele-tele, dan
telah menghambat investasi. Selain itu, retribusi yang dianggap masih bermasalah
pembatalan dilakukan supaya pemerintah (beritagar.id, 2016). Pembatalan Perda dan
pusat dan pemerintah daerah bersatu Perkada ini telah menuai pro-kontra di tengah
menghadapi persaingan antar negara agar masyarakat dan pemerintahan.
memiliki kesamaan visi terkait dengan Pemerintah mengklaim melalui
kompetisi global (cnnindonesia.com, 2016). Kemendagri bahwa yang berwenang
Peraturan tersebut dengan rincian 1.765 Perda membatalkan Perda dan Perkada sebagai wujud
atau Perkada Kabupaten/Kota, 111 peraturan pengawasan pemerintah pusat terhadap
atau Keputusan Menteri Dalam Negeri, dan pemerintah daerah. Kewenangan itu dirujuk
1.267 Perda atau Perkada Kabupaten/Kota. pada Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar
1945 (UUD 1945) yang menyatakan ‘’Presiden
15
Copyright © 2022 ijtihad
Republik Indonesia memegang kekuasaan Provinsi (Nasrun, Djalil, dan Efendi 2019;
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar’’ Novandra 2019). Ketiga Implikasi putusan
(Lihat juga; Sahbani, 2016). Mahkamah Konstitusi terhadap pembatalan
Perda dan Perkada (Winata, Putri, dan Aditya
Masyarakat menilai sikap yang diambil
2018; Hartomo 2018; Shadiqin 2020).
pemerintah dalam pembatalan Perda dan
Perkada merupakan bentuk pencabutan roh Pasca kedua putusan MK seperti yang
otonomi daerah, meskipun dilegitimasi oleh telah disebutkan, pemerintah melalui
undang-undang (kemendagri.go.id, 2010). Atas Kemendagri mengeluarkan Peraturan Menteri
dasar itu, Forum Kajian Hukum dan Konstitusi Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang
(FKHK) menguji Undang-Undang Nomor 23 Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (UU Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
No. 23/2014) yang menjadi dasar hukum Pembentukan Produk Hukum Daerah
pemberian kewenangan kepada pemerintah (Permendagri No. 120/2018). Permendagri No.
pusat (nasional.kontan.co.id, 2016). Pengujian 120/2018 mengatur tentang pembatalan Perda
itu membuahkan hasil, Mahkamah Konstitusi dan Perkada, baik di tingkat provinsi ataupun
melalui Putusan Nomor 137/PUU-XIII/2015 kabupaten/kota. Belum ditemukan studi yang
menyatakan bahwa Pasal 251 UU No. 23/2014 membahas tentang pembatalan Perkada
terkait dengan kewenangan pembatalan sebagaimana yang diatur dalam Permendagri
peraturan daerah kabupaten/kota tidak lagi No. 120/2018. Maka studi ini dimaksudkan
bisa dibatalkan oleh pemerintah melalui untuk mengisi kekosongan kajian tersebut,
Kemendagri atau gubernur. mengingat Perkada takkalah pentingnya
dibandingkan Perda.
Putusan MK No. 137/PUU-XIII/2015
secara de jure membatalkan kewenangan Studi ini akan menjawab pertanyaan,
Kemendagri untuk melakukan pembatalan pertama, bagaimana teknis pembatalan
terhadap peraturan daerah kabupaten/kota Perkada; kedua, lembaga apa yang berwenang
yang tidak selaras (bermasalah). Namun masih membatalkan Perkada; dan ketiga, apa tindakan
berwenang membatalkan Perda Provinsi, dan sanksi yang diterima oleh pemerintah
karena dalam amar putusan MK hanya daerah jika tetap memberlakukan Perkada yang
menyatakan frase “peraturan daerah dibatalkan? Studi ini diharapkan mampu
kabupaten/kota dan” dalam ketentuan Pasal memberikan sumbangan pemikiran terhadap
251 ayat (2) dan (4), frasa “peraturan daerah proses pembatalan peraturan daerah yang
kabupaten/kota dan/atau” dalam Pasal 251 seirama dengan hubungan pemerintah pusat
ayat (3), dan frasa “penyelenggara dengan pemerintah daerah.
pemerintahan daerah kabupaten/kota tidak
dapat menerima keputusan pembatalan
peraturan daerah kabupaten/kota dan” UU No. METODE
23/2014 bertentangan dengan UUD 1945 dan
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Artikel Studi ini menggunakan metode
Selanjutnya, melengkapi Putusan MK No. penelitian hukum normatif atau doktrinal
137/PUU-XIII/2015, MK melalui Putusan karena penelitian dilakukan atau ditujukan
Nomor 56/PUUXIV/2016, menyatakan hanya pada peraturan-peraturan tertulis atau
pemerintah pusat tidak lagi memiliki bahan-bahan hukum yang lain (Soekanto dan
kewenangan untuk melakukan pembatalan Mamudji 2015:14). Pendekatan hukum dapat
peraturan daerah Provinsi. dikelompokkan kepada pendekatan undang-
undang (statue approach), pendekatan kasus
Sejauh ini telah banyak studi yang (case approach), pendekatan historis (historical
mengulas tentang kewenangan pemerintah approach), pendekatan perbandingan
pusat dalam membatalkan Perda dan Perkada (comparative approach) dan pendekatan
atau studi yang menganalisis kedua putusan konseptual (conceptual approach) (Marzuki
Mahkamah Konstitusi di atas, setidaknya studi- 2017, 93). Studi ini menggunakan pendekatan
studi yang ada dapat dikelompokkan kepada; perundang-undangan untuk mengurai
pertama, mekanisme pembatalan Perda dan peralihan kewenangan pembatalan Perkada
Perkada (Pattinasarany 2011; Minolah 2011; secara yuridis dan pendekatan konseptual
Prayitno 2017; Sihombing 2017; Yuswanto dan untuk melihat esensi dari pembatalan Perkada.
Arif 2018; ; Suyatna 2019). Kedua, kekuatan Sumber hukum primer yang digunakan adalah
eksekutor dan pengawasan Kemendagri dan
16
Copyright © 2022 ijtihad
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 perjalanan eksekusi pemerintah daerah
Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan (Soeprapto 2007, 202). Perda berfungsi sebagai
Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 instrumen hukum yang mengatur, mengawasi
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah. pelaksanaan wewenang pemerintahan, serta
sebagai alat uji keabsahan tindakan
penyelenggara pemerintahan di daerah (Igir
TEMUAN DAN PEMBAHASAN 2017, 60).
Dalam UU No. 23/2014 Pasal 1 ayat (25)
Otonomi dan Peraturan Daerah dan (26) dinyatakan bahwa Perda atau nama
Berdasarkan UUD (1945) Pasal 1 Ayat (1), lain adalah Perda provinsi dan Perda
Negara Republik Indonesia (NRI) adalah Negara kabupaten/kota. Selain Perda, terdapat
Kesatuan yang berbentuk Republik. NRI dibagi Peraturan Kepala Daerah (Perkada) atau yaitu
atas daerah-daerah provinsi dan daerah peraturan gubernur dan peraturan bupati/wali
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, kota. Pembentukan Perda dan Perkada berguna
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota untuk menampung kondisi khusus daerah
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dan/atau penjabaran lebih lanjut peraturan
dengan undang-undang (Pasal 18 Ayat (1) perundang-undangan yang lebih tinggi (Pasal
sampai (6) UUD 1945). Pembagian wilayah 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tersebut menjelaskan bahwa dalam sistem Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
negara kesatuan terdapat pemerintahan Undangan (UU No. 12/2011)).
daerah. Pemerintah daerah dalam menjalankan Perda menjadi salah satu alat dalam
roda pemerintahan berhak mengatur dan melakukan transformasi sosial dan demokrasi
mengurus sendiri urusan pemerintahan sebagai perwujudan masyarakat daerah yang
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. mampu menjawab perubahan dan tantangan
Otonomi daerah adalah wujud dari pada era otonomi dan globalisasi serta
bentuk keleluasaan pemerintah daerah untuk terciptanya good local governance sebagai
mengatur dan menyelenggarakan sendiri bagian dari pembangunan yang
pemerintahan atas dasar prakarsa, kreativitas, berkesinambungan di daerah. Meskipun daerah
dan peran serta masyarakat dalam rangka diberikan kewenangan seperti itu, Perda dan
mengembangkan dan memajukan daerahnya Perkada harus dilakukan secara taat asas
(Rahman 2004, 103). pembentukan peraturan perundang-undangan
yang diatur dalam Undang-Undang Republik
Sebagai kelengkapan penyelenggaraan Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
pemerintahan dan merupakan unsur
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
pemerintahan daerah, maka dibentuk lembaga
sebagaimana telah diubah dengan Undang-
perwakilan rakyat daerah atau Dewan
Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
umum. Kemudian Gubernur, Bupati, dan
Peraturan Perundang-Undangan (Lihat juga;
Walikota sebagai kepala pemerintah daerah
Sihombing, 2015).
juga dipilih secara demokratis. Dalam
penyelenggaraan pemerintahan, daerah Fungsi Perda dapat dirumuskan kepada
diberikan otonomi seluas-luasnya, kecuali empat bagian, yaitu; pertama, sebagai
urusan pemerintahan ditentukan oleh undang- instrumen kebijakan untuk melaksanakan
undang sebagai urusan pemerintah pusat. otonomi daerah dan tugas pembantuan
Dengan begitu, pemerintahan daerah berhak sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945
menetapkan Perda dan peraturan-peraturan dan Undang-Undang tentang Pemerintahan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas Daerah (UU Pemda). Kedua, merupakan
pembantuan. peraturan pelaksanaan dari Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam
Perda adalah salah satu produk peraturan
fungsi ini, Perda tunduk pada ketentuan
perundang-undangan tingkat daerah yang
hierarki Peraturan Perundang-undangan.
dibentuk oleh kepala daerah, baik daerah Ketiga, sebagai penampung kekhususan dan
provinsi maupun daerah kabupaten/kota
keragaman daerah serta penyalur aspirasi
dengan DPRD provinsi maupun
masyarakat di daerah, namun dalam
kabupaten/kota. Perda menjadi legalitas
pengaturannya tetap dalam koridor Negara
17
Copyright © 2022 ijtihad
kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dan tujuan penyusunan; (ii) sasaran yang ingin
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. diwujudkan; (ii) pokok pikiran, lingkup, atau
Keempat, sebagai alat pembangunan dalam objek yang akan diatur; dan (iv) jangkauan dan
meningkatkan kesejahteraan daerah arah pengaturan. Materi Perda harus melalui
(Indonesia, Perundang-undangan, dan Daerah pengkajian dan penyelarasan yang dituangkan
2011, 8). Berdasarkan itu, meskipun terdapat dalam naskah akademik (NA). NA merupakan
beragam budaya di daerah dan tidak menutup naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum
kemungkinan berbeda dengan semangat daerah yang dapat dipertanggungjawabkan secara
lain, namun aturannya tetap selaras dengan ilmiah mengenai pengaturan masalah dalam
konsep NKRI (Akmal 2021, 302). rancangan peraturan daerah provinsi, atau
rancangan peraturan daerah kabupaten/kota
Dalam konteks otonomi daerah,
sebagai solusi terhadap permasalahan dan
keberadaan Perda pada prinsipnya berperan
kebutuhan hukum masyarakat (Lihat Pasal 1
mendorong desentralisasi secara maksimal
ayat (11) UU No. 12/2011).
(Ndaumanu 2018, 40). Sebagai sebuah produk
hukum, Perda masuk dalam hierarki peraturan Kemudian proses pembentukan Perda
perundang-undangan yang merupakan harus tunduk pada asas-asas pembentukan
sokoguru sistem hukum nasional (Trijono 2014, peraturan perundang-undangan yang diatur
48). Maka hierarki merupakan urutan atau dalam Pasal 5 dan Pasal 6 ayat (1) dan (2) UU
penjenjangan setiap jenis peraturan No. 12/2011. Pembentukan Perda mesti tunduk
perundang-undangan yang didasarkan pada pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-
asas bahwa peraturan perundang-undangan undangan yang baik, yaitu:
yang lebih rendah tidak boleh bertentangan
a. Kejelasan tujuan; adalah bahwa setiap
dengan peraturan perundang-undangan yang
Pembentukan Peraturan Perundang-
lebih tinggi (Kenap, Rumimpunu, dan Gerungan
undangan harus mempunyai tujuan yang
2021, 79).
jelas yang hendak dicapai.
Dalam Pasal 7 ayat (1) UU No. 12/2011,
b. Kelembagaan atau pejabat pembentuk
susunan hierarki peraturan perundang-
yang tepat; bahwa setiap jenis Peraturan
undangan adalah:
Perundang-undangan harus dibuat oleh
a. UUD 1945; lembaga negara atau pejabat Pembentuk
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Peraturan Perundang-undangan yang
Rakyat; berwenang. Peraturan Perundang-
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah undangan tersebut dapat dibatalkan atau
Pengganti Undang-Undang; batal demi hukum apabila dibuat oleh
d. Peraturan Pemerintah; lembaga negara atau pejabat yang tidak
e. Peraturan Presiden; berwenang.
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
c. Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
materi muatan; bahwa dalam
Berdasarkan hierarki di atas, Perda
Pembentukan Peraturan Perundang-
menempati urutan peraturan terendah setelah
undangan harus benar-benar
peraturan presiden. Dengan demikian Perda
memerhatikan materi muatan yang tepat
tidak boleh bertolak belakang dengan
sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan
peraturan di atasnya, sehingga dalam muatan
Perundang-undangan.
Perda hanya memuat hal-hal yang belum
tercover oleh peraturan di atasnya. Hal itu d. Dapat dilaksanakan; bahwa setiap
senada dengan pendapat Hans Kelsen dalam Pembentukan Peraturan Perundang-
teori Stefenbau Dest Recht bahwa hukum positif undangan harus memperhitungkan
(peraturan) diberlakukan berjenjang dan efektivitas Peraturan Perundang-undangan
berlapis-lapis, peraturan yang rendah tersebut di dalam masyarakat, baik secara
bersumber dari dan tidak boleh bertentangan filosofis, sosiologis, maupun yuridis.
dengan peraturan yang lebih tinggi (Lex e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan; bahwa
Superior Derogat lex inferior) (Sukanto 2012, setiap Peraturan Perundang-undangan
74). dibuat karena memang benar-benar
Materi yang diatur dalam Rancangan dibutuhkan dan bermanfaat dalam
Peraturan Daerah meliputi: (i) latar belakang
18
Copyright © 2022 ijtihad
mengatur kehidupan bermasyarakat, dari sistem hukum nasional yang
berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
f. Kejelasan rumusan; bahwa setiap
Tahun 1945.
Peraturan Perundang-undangan harus
memenuhi persyaratan teknis penyusunan f. Bhinneka tunggal ika; bahwa Materi
Peraturan Perundang-undangan, Muatan Peraturan Perundang-undangan
sistematika, pilihan kata atau istilah, serta harus memerhatikan keragaman
bahasa hukum yang jelas dan mudah penduduk, agama, suku dan golongan,
dimengerti sehingga tidak menimbulkan kondisi khusus daerah serta budaya dalam
berbagai macam interpretasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
pelaksanaannya. bernegara.
g. Keterbukaan; bahwa dalam Pembentukan g. Keadilan; bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan mulai dari Peraturan Perundang-undangan harus
perencanaan, penyusunan, pembahasan, mencerminkan keadilan secara
pengesahan atau penetapan, dan proporsional bagi setiap warga negara.
pengundangan bersifat transparan dan
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan
terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan
pemerintahan; bahwa setiap Materi
masyarakat mempunyai kesempatan yang
Muatan Peraturan Perundang-undangan
seluas-luasnya untuk memberikan
tidak boleh memuat hal yang bersifat
masukan dalam Pembentukan Peraturan
membedakan berdasarkan latar belakang,
Perundang-undangan.
antara lain, agama, suku, ras, golongan,
Kemudian Materi muatan Peraturan gender, atau status sosial.
Perundang-undangan harus mencerminkan
i. Ketertiban dan kepastian hukum; bahwa
asas:
setiap Materi Muatan Peraturan
a. Pengayoman; bahwa setiap Materi Muatan Perundang-undangan harus dapat
Peraturan Perundang-undangan harus mewujudkan ketertiban dalam masyarakat
berfungsi memberikan perlindungan untuk melalui jaminan kepastian hukum.
menciptakan ketenteraman masyarakat.
j. Keseimbangan, keserasian, dan
b. Kemanusiaan; bahwa setiap Materi Muatan keselarasan; bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan harus Peraturan Perundang-undangan harus
mencerminkan perlindungan dan mencerminkan keseimbangan, keserasian,
penghormatan hak asasi manusia serta dan keselarasan, antara kepentingan
harkat dan martabat setiap warga negara individu, masyarakat dan kepentingan
dan penduduk Indonesia secara bangsa dan negara.
proporsional
Selain mencerminkan asas di atas,
c. Kebangsaan; bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat
Peraturan Perundang-undangan harus berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum
mencerminkan sifat dan watak bangsa Peraturan Perundang-undangan yang
Indonesia yang majemuk dengan tetap bersangkutan. Dalam Perda, hal itu
menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik terimplementasi dalam amanat Pasal 237 ayat
Indonesia. (1) UU No. 23/2014 yang menyatakan bahwa
asas pembentukan dan materi muatan Perda
d. Kekeluargaan; bahwa setiap Materi Muatan
berpedoman pada ketentuan peraturan
Peraturan Perundang-undangan harus
perundang-undangan dan asas hukum yang
mencerminkan musyawarah untuk
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
mencapai mufakat dalam setiap
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
pengambilan keputusan.
NKRI.
e. Kenusantaraan; bahwa setiap Materi
Semua parameter atau asas yang di atas
Muatan Peraturan Perundang-undangan
bertujuan agar konsep otonomi daerah berjalan
senantiasa memerhatikan kepentingan
pada jalur yang telah ditetapkan, semakin
seluruh wilayah Indonesia dan Materi
mendekatkan pelayanan pemerintah daerah
Muatan Peraturan Perundang-undangan
kepada masyarakat dan tidak mengancam
yang dibuat di daerah merupakan bagian
NKRI. Hal ini cukup problematik, karena tidak
19
Copyright © 2022 ijtihad
dapat dipungkiri bahwa semangat masing- 2. Bertentangan dengan kepentingan umum
masing daerah acapkali bertabrakan dengan meliputi: terganggunya kerukunan antar
kepentingan pusat. Dalam penyelenggaraan warga masyarakat, terganggunya akses
pemerintahan daerah banyak muncul Perda terhadap pelayanan publik, terganggunya
baik di tingkat provinsi maupun tingkat ketenteraman dan ketertiban umum,
kabupaten/kota yang bermasalah, pasalnya terganggunya kegiatan ekonomi untuk
Perda tersebut bertentangan dengan peraturan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
perundang-undangan yang lebih tinggi dan dan diskriminasi terhadap suku, agama dan
kepentingan umum (Ostaki, Harjiyatni, dan kepercayaan, ras, antar golongan, dan
Wardani 2018, 309). gender.
Mengingat banyaknya Perda yang Aturan di atas menjadi batal melalui
bermasalah, disiapkan mekanisme pembatalan putusan MK Nomor 137/PUU-XIII/2015
Perda dan perkada dalam UU No. 23/2014 menyatakan Pasal 251 UU No. 23/2014 tidak
sebelum putusan MK. Kewenangan pembatalan lagi mengikat. Selanjutnya, melengkapi Putusan
tersebut diberikan kepada Kemendagri untuk MK Nomor 137/PUU-XIII/2015, MK melalui
Perda Provinsi dan Gubernur untuk Perda Putusan Nomor 56/PUU-XIV/2016 menyatakan
Kabupaten/Kota. Hal itu diatur dalam Pasal 251 pemerintah pusat tidak lagi memiliki
ayat (1) dan ayat (2) UU No. 23/2014. kewenangan untuk melakukan pembatalan
peraturan daerah provinsi. Melalui putusan
Pasal 251 ayat (1) UU No. 23/2014
Nomor 137/PUU-XIII/2015 dan Putusan
Perda Provinsi dan peraturan gubernur Nomor 56/PUU-XIV/2016, MK menyatakan
yang bertentangan dengan ketentuan bahwa kewenangan Mendagri dan Gubernur
peraturan perundang-undangan yang selaku wakil pemerintah pusat dalam
lebih tinggi, kepentingan umum, membatalkan Perda provinsi dan perda
dan/atau kesusilaan dibatalkan oleh kabupaten/kota inkonstitusional atau
Menteri. bertentangan dengan Pasal 18 ayat (6), Pasal
Pasal 251 ayat (2) UU No. 23/2014 28D ayat (1), dan Pasal 24A ayat (1) UUD 1945.