Professional Documents
Culture Documents
De Jure
De Jure
De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020
ABSTRACT
The polemic about whether or not the president has authority to dismissed regional heads reappeared
when the Government was proposing Draft Bill of Job Creation. Previously, it mentions that the
president could dismiss regional head who not perform the National Strategic Programs. After it being
forced into law, that provision not being included at the Job Creation Bill. However, the provision
already exists in the Regional Government Act Number 23 the Year 2014 article 68. The questions that
emerge in this research are the theoretical basis for dismissing regional heads and the procedure to
dismiss regional heads who do not perform the national strategic programs. The research method
used is normative legal research with the statutory approach and conceptual approach. The result of
this study indicates that the theoretical principle for the imposition of administrative sanctions is the
theory of the presidential system and the conception of welfare state adopted by Indonesia. Imposing
sanctions is performed hierarchically by the non-litigation mechanism. It is necessary to regulate
imposing sanctions by court mechanism to provide legal certainty and prevent abuse of power by the
president.
Keywords: national strategic programs; administrative sanction; dismissal; regional heads
ABSTRAK
Polemik tentang Presiden berwenang atau tidak berwenang memberhentikan kepala daerah muncul
kembali saat pemerintah mengusulkan Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja. Disebutkan
sebelumnya di dalam draft Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja bahwa Presiden dapat
memberhentikan kepala daerah yang tidak melaksanakan Program Strategis Nasional. Setelah
disahkannya Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja menjadi undang-undang, rumusan tersebut tidak
dicantumkan. Namun demikian, rumusan Pasal tersebut sudah ada di dalam ketentuan Pasal 68 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Permasalahan yang muncul dalam
penelitian ini adalah apa dasar teoretis Presiden berwenang memberhentikan kepala daerah dan
bagaimana tata cara pemberhentian kepala daerah yang tidak melaksanakan Program Strategis Nasional.
Metode penelitian menggunakan jenis penelitian hukum normatif dengan pendekatan peraturan
perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dasar teori
penjatuhan sanksi adminsitratif adalah berdasarkan teori sistem pemerintahan presidensial dan konsepsi
negara kesejahteraan yang dianut oleh Indonesia. Prosedur pemberian sanksi ini dilakukan secara
hierarkis melalui jalur non-pengadilan. Perlu dibuat aturan pemberian sanksi melalui jalur pengadilan
untuk memberikan kepastian hukum dan mencegah munculnya penyalahgunaan wewenang oleh
Presiden.
Kata Kunci: program strategis nasional; sanksi administratif; pemberhentian; kepala daerah
473
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020
1
Marulak Pardede, “Legitimasi Pemilihan 3
“Tito Bantah Ada Pasal Presiden Bisa Pecat
Kepala/Wakil Kapala Daerah Dalam Sistem Gubernur di Omnibus Law,” Tempo, last
Pemerintahan Otonomi Daerah,” Jurnal modified 2020, accessed July 25, 2020.
Penelitian Hukum De Jure 18, Nomor 2 (2018): https://nasional.tempo.co/read/1298345/tito-
127–148. bantah-ada-Pasal-presiden-bisa-pecat-gubernur-
2
“DPR Cecar Tito Soal Presiden Bisa Pecat di-omnibus-law/full&view=ok
Gubernur di Omnibus Law,” Tempo, last 4
Lihat Pasal 68 Ayat 1, 2, dan 3 Undang-Undang
modified 2020, accessed July 20, 2020. Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
https://nasional.tempo.co/read/1298255/dpr- Daerah (Republik Indonesia, 2014).
cecar-tito-soal-presiden-bisa-pecat-gubernur-di-
omnibus-law/full&view=ok
474
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020
5 8
Lihat Pasal 67 huruf f Undang-Undang Nomor Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Jakarta Timur: Prenada Media Group, 2019).
(Republik Indonesia, 2014). 132.
6 9
Lihat Penjelasan Pasal 67 huruf f Undang- Ibid.
10
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Soerjono Soekanto and Sri Mamudji, Penelitian
Pemerintahan Daerah (Republik Indonesia, Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat
2014). (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006). 12-13
7
H. Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum
(Jakarta: SinarGrafika, 2011). 105.
475
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020
atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah
itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap- berasal dari kekuasaan Presiden sebagai
tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu pemegang kekuasaan pemerintahan. Presiden
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur Republik Indonesia memegang kekuasaan
dengan undang-undang.11 Istilah “dibagi atas” pemerintahan menurut Undang-Undang
menunjukkan bahwa struktur organisasi dan Dasar15. Selanjutnya, kekuasaan pemerintahan
urusan pemerintahan daerah dibentuk dan tersebut diuraikan di dalam UU Nomor 23
bersumber dari pemerintah pusat. Daerah Tahun 2014 menjadi 3 klasifikasi urusan
diberikan kewenangan menyelenggarakan pemerintahan, yaitu: urusan pemerintahan
pemerintahan untuk mengatur dan mengurus absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan
sendiri urusan pemerintahan menurut asas urusan pemerintahan umum. Urusan
otonomi dan tugas pembantuan serta diberikan pemerintahan absolut adalah urusan
otonomi yang seluas-luasnya. pemerintahan yang sepenuhnya menjadi
Pemberian otonomi yang seluas- kewenangan pemerintah pusat16. Urusan
seluasnya kepada daerah dilaksanakan pemerintahan konkuren adalah urusan
berdasarkan prinsip negara kesatuan. Dalam pemerintahan yang dibagi antara pemerintah
negara kesatuan, kedaulatan hanya terletak pada pusat dan daerah provinsi dan daerah
pemerintahan pusat yang berarti tidak ada kabupaten/kota17. Urusan pemerintahan
kedaulatan pada daerah. Oleh karena itu, seluas konkuren yang diserahkan ke daerah menjadi
apa pun otonomi yang diberikan kepada daerah, dasar pelaksanaan otonomi daerah18.
tanggung jawab akhir penyelenggaraan Sedangkan yang terakhir, urusan pemerintahan
pemerintahan daerah akan tetap ada di tangan umum adalah urusan pemerintahan yang
pemerintah pusat. Asas otonomi adalah prinsip menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala
dasar penyelenggaraan pemerintahan daerah pemerintahan19. Ketiga urusan pemerintahan
berdasarkan otonomi daerah12. Selanjutnya, tersebut dilaksanakan di daerah berdasarkan
otonomi daerah lahir dari adanya desentralisasi asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
yang mendelegasikan kewenangan untuk pembantuan.
mengurus rumah tangga daerahnya sendiri dari Selain menyelenggarakan urusan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. pemerintahan, kepala daerah juga mempunyai
Desentralisasi adalah penyerahan urusan kewajiban melaksanakan Program Strategis
pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada Nasional20. Seperti yang telah disebutkan dalam
daerah otonom berdasarkan asas otonomi13. pendahuluan, ketika tidak melaksanakan
Karena negara kesatuan Republik Program Strategis Nasional, kepala daerah
Indonesia menganut asas desentralisasi, maka diberi sanksi administratif teguran tertulis oleh
ada tugas-tugas tertentu yang diurus sendiri, Mendagri untuk gubernur serta oleh gubernur
sehingga menimbulkan hubungan timbal balik
yang melahirkan adanya hubungan
kewenangan, keuangan, pengawasan, dan antar
satuan organisasi pemerintahan14. Semua
11 16
Lihat Pasal 18 Ayat (1) Undang Undang Dasar Lihat Pasal 9 Ayat (2) Undang-Undang Nomor
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
(Republik Indonesia, 2002). (Republik Indonesia, 2014)
12 17
Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor Lihat Pasal 9 Ayat (3) Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
(Republik Indonesia, 2014). (Republik Indonesia, 2014).
13 18
Lihat Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor Lihat Pasal 9 Ayat (4) Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
(Republik Indonesia, 2014). (Republik Indonesia, 2014).
14
Ni’matul Huda, Perkembangan Hukum Tata 19
Lihat Pasal 9 Ayat (5) Undang-Undang Nomor
Negara Perdebatan Dan Gagasan 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Penyempurnaan (Yogyakarta: FH UII Press, (Republik Indonesia, 2014)
20
2014). 241. Lihat Pasal 67 huruf f Undang-Undang Nomor
15
Lihat Pasal 4 Ayat (1) Undang Undang Dasar 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (Republik Indonesia, 2014).
(Republik Indonesia, 2002).
476
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020
21
Lihat Pasal 68 Ayat (1) Undang-Undang Nomor Peraturan Perundang-Undangan,” Jurnal
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Legislasi Indonesia 6, Nomor 4 (2009): 603–
(Republik Indonesia, 2014). 614.
22 25
Lihat Pasal 68 Ayat (2) Undang-Undang Nomor Lihat Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
(Republik Indonesia, 2014). Pembangunan Nasional (Republik Indonesia,
23
Lihat Pasal 68 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 2004).
26
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Lihat Pasal 3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun
(Republik Indonesia, 2014). 2007 Tentang Rencana Pembangunan Nasional
24
Wicipto Setiadi, “Sanksi Administratif Sebagai Jangka Panjang 2005-2025 (Republik
Salah Satu Instrumen Penegakan Hukum Dalam Indonesia, 2007).
477
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020
27
“Pukul 10.00 WIB, Jokowi-JK Dilantik Jadi Proyek Strategis Nasional (Republik Indonesia,
Presiden-Wakil Presiden,” Kompas, last 2016).
31
modified 2014, accessed August 17, 2020. Lihat Pasal 21 Peraturan Presiden Nomor 3
https://nasional.kompas.com/read/2014/10/20/0 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan
6541351/Pukul.10.00.WIB.JokowiJK.Dilantik.J Proyek Strategis Nasional (Republik Indonesia,
adi.Presiden-Wakil.Presiden 2016).
28 32
Lihat Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Nomor Lihat Pasal 27 Peraturan Presiden Nomor 3
3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional (Republik Indonesia, Proyek Strategis Nasional (Republik Indonesia,
2016). 2016).
29 33
Lihat Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 3 Lihat Pasal 28 Peraturan Presiden Nomor 3
Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional (Republik Indonesia, Proyek Strategis Nasional (Republik Indonesia,
2016). 2016).
30 34
Lihat Pasal 20 Peraturan Presiden Nomor 3 Lihat Pasal 31 Peraturan Presiden Nomor 3
Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan
478
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020
37
Proyek Strategis Nasional (Republik Indonesia, Lihat Pasal 12 Ayat (1) dan (2) Peraturan
2016). Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang
35
Suparjo Sujadi, “Kajian Tentang Pembangunan Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Proyek Strategis Nasional (PSN) Dan Keadilan Nasional (Republik Indonesia, 2016).
Sosial (Perspektif Hukum Pancasila),” Jurnal 38
Irwan Soejito, Hubungan Pemerintah Pusat Dan
Hukum Lingkungan Indonesia 4, Nomor 2 Pemerintah Daerah (Jakarta: Rineka Cipta,
(2018): 1–24. 1990). 29.
36 39
Lihat Pasal 21 Ayat (4) Peraturan Presiden No Lihat Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor
58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Presiden No 3 Tahun 2016 Tentang (Republik Indonesia, 2014).
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strateglis
Nasional (Republik Indonesia, 2017).
479
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020
negara kesatuan. Menurut C.F. Strong, hakikat Jimly Asshiddiqie mencirikan sistem
negara kesatuan adalah negara yang pemerintahan presidensial apabila (a)
kedaulatannya tak terbagi, atau dengan kata kedudukan kepala negara tidak terpisah dari
lain, negara yang kekuasaan pemerintah jabatan kepala pemerintahan; (b) kepala negara
pusatnya tak terbatas40. Negara yang menjadi tidak bertanggung jawab kepada parlemen,
sumber kekuasaan, kekuasaan daerah adalah melainkan langsung bertangggung jawab
kekuasaan pusat yang didesentralisasikan kepada rakyat yang memilihnya; (c) Presiden
kepada daerah otonom41. Jika kekuasaan pusat sebaliknya juga tidak berwenang membubarkan
berpendapat, ada baiknya mendelegasikan parlemen; (d) kabinet sepenuhnya bertanggung
kekusaan itu pada badan-badan tambahan- jawab kepada Presiden sebagai pemegang
apakah badan-badan tersebut berupa otoritas kekuasaan pemerintahan negara atau sebagai
daerah atau otoritas kolonial-maka hal itu bisa administrator tertinggi45. Berdasarkan uraian
saja dilakukan mengingat otoritas pusat Jimly di atas, ciri sistem pemerintahan
memiliki kekusaan penuh, bukan karena Indonesia yang terdapat dalam UUD NRI 1945
konstitusi menetapkan demikian42. Daerah tidak adalah menganut sistem pemerintahan
mempunyai kedaulatan karena keberadaan presidensial. Selain itu, gagasan mempertegas
daerah otonom dibentuk oleh pemerintah pusat sistem pemerintahan presidensial adalah salah
berdasarkan proses desentralisasi, sedangkan satu bagian kesepakatan dasar Panitia Ad Hoc I
wilayah administratif dibentuk berdasarkan pada saat pembahasan perubahan UUD 194546.
proses dekonsentrasi. Berbeda halnya dengan Jadi, berdasarkan sistem pemerintahan
bentuk negara kesatuan, pada umumnya presidensial, presiden merupakan pemegang
dipahami bahwa dalam sistem federal, konsep kekuasaan pemerintahan negara dan
kekuasaan asli atau kekuasaan sisa (residual penanggung jawab akhir urusan pemerintahan.
power) berada di daerah atau bagian, sedangkan Urusan pemerintahan yang sebagian telah
dalam sistem negara kesatuan (unitary), diserahkan kepada Daerah itu pada hakikatnya
kekuasaan asli atau kekuasaan sisa itu berada di merupakan urusan pemerintahan yang dimiliki
pusat43. Konsekuensi logis dari pemerintah oleh Presiden47. Dalam hal ini Presiden berhak
daerah yang dibentuk dan berada di bawah untuk mengawasi dan melakukan pembinaan
Pemerintah Pusat, maka pemerintah daerah terhadap urusan pemerintahan yang telah
harus tunduk kepada pemerintah pusat. Dengan diserahkan kepada Daerah. Proses pengawasan
demikian, pemerintah pusat juga dapat memberi dilakukan agar kepala daerah mematuhi
sanksi administratif kepada Pemerintah Daerah. kewajiban dalam melaksanakan urusan
Selanjutnya, dalam ilmu negara umum pemerintahan. Presiden juga dapat melakukan
(algemeine staatslehre) yang dimaksud dengan proses pembinaan dengan memberikan sanksi
sistem pemerintahan ialah sistem hukum administratif terhadap bawahannya karena tidak
ketatanegaraan, baik yang berbentuk monarki melaksanakan Program Strategis Nasional.
maupun republik, yaitu mengenai hubungan Berdasarkan teori negara kesejahteraan
antar pemerintah dan badan yang mewakili (welfare state) oleh Kranenburg yang
rakyat.44 Oleh para ahli hukum tata negara, menyatakan bahwa negara harus secara aktif
sistem pemerintahan secara umum dapat mengupayakan kesejahteraan, bertindak adil
diklasifiksasikan menjadi sistem pemerintahan yang dapat dirasakan seluruh masyarakat secara
presidensial, sistem pemerintahan parlementer, merata dan seimbang, bukan mensejahterakan
dan sistem pemerintahan campuran.
40
C. F. Strong, Konstitusi Konstitusi Politik dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI,
Modern: Studi Perbandingan Tentang Sejarah & 2006). 220.
Bentuk (Bandung: Nusa Media, 2008). 115. 44
Harun Alrasyid, “Kajian Sistem Pemerintahan
41
Leon P. Baradat, Political Ideologies: Their Dan Ruang Lingkupnya,” Majalah Mahasiswa
Origin and Impact (New Jersey: Prentice Hall Universitas Pasundan (Bandung, 2002). 1.
45
Inc, 1979). 111. Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata
42
Strong, Konstitusi Konstitusi Politik Modern: Negara (Jakarta: Rajawali Pers, 2013). 323.
46
Studi Perbandingan Tentang Sejarah & Bentuk. MPR, No Title (Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR
115. RI, 2014). 13.
43 47
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Dan Lihat Pasal 7 Ayat (2) UU Nomor 23 Tahun 2014
Konstitusionalisme (Jakarta: Sekretariat Jenderal Tentang Pemerintahan Daerah.
480
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020
golongan tertentu tapi seluruh rakyat48. Maka B. Proses Pemberhentian Kepala Daerah
menghendaki negara melakukan intervensi yang Tidak Melaksanakan Program
dalam aktivitas ekonomi sebagai bentuk Strategis Nasional
kewajiban negara untuk mewujudkan keadilan
Dalam rezim UU Nomor 23 Tahun 2014
sosial dan kesejahteraan umum bagi
tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah
rakyatnya49. Menurut Bagir Manan, negara
yang tidak melaksanakan Program Strategis
kesejahteraan menempatkan tugas negara atau
Nasional dapat diberhentikan oleh Presiden.
pemerintah tidak semata-mata sebagai penjaga
Pemberhentian kepala daerah karena
keamanan atau ketertiban masyarakat, tetapi
pelanggaran administratif merupakan terobosan
pemikul utama tanggung jawab mewujudkan
baik karena berangkat dari kenyataan banyak
keadilan sosial, kesejahteraan umum, dan
kepala daerah yang tidak patuh dalam
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat50. Istilah
menjalankan program yang ditetapkan oleh
“kesejahteraan umum” dan “keadilan sosial”
Pemerintah Pusat di Daerah. Pasal 68 UU
tertuang dalam alinea keempat pembukaan
Nomor 23 Tahun 2014 mengatur tentang
UUD NRI 1945 merupakan tujuan yang harus
penjatuhan sanksi administratif berupa teguran
dilaksanakan oleh pemerintah Negara
tertulis pertama, teguran tertulis kedua,
Indonesia. Oleh karena itu, selain menganut
pemberhentian sementara, dan pemberhentian
negara hukum, negara Indonesia juga dapat
terhadap kepala daerah yang tidak
disebut sebagai negara kesejahteraan.
melaksanakan Program Strategis Nasional.
Pelaksanaan Program Strategis Nasional
Konsep sanksi administratif adalah gagasan
merupakan upaya negara untuk memberi
doktrinal dan tidak didefinisikan secara
pelayanan dan memajukan kesejahteraan
normatif di dalam undang-undang. Doktrin
masyarakat. Kehadiran Program Strategis
dalam hukum administrasi menunjukkan
Nasional bukan merupakan kehendak pribadi
banyak definisi yang berbeda dari istilah ini.
Presiden, tetapi satu kesatuan program
Ciri umum yang ditekankan oleh sebagian besar
pembangunan nasional dalam bentuk RPJMN
penulis adalah keadaan bahwa sanksi
yang mengacu pada RPJPN dan SPPN.
administrasi merupakan konsekuensi negatif
Sedangkan SPPN itu sendiri merupakan
dari pelanggaran terhadap kewajiban dan tugas
penjabaran dari tujuan dibentuknya
yang bersifat administrasi dan legal 52.
pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum
Penjatuhan sanksi administratif berupa
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
teguran tertulis terhadap kepala daerah
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
dilakukan secara hirarkis. Mendagri selaku
Karenanya, melaksanakan Program Strategis
pembantu Presiden menjatuhkan sanksi
Nasional adalah suatu upaya untuk
administratif kepada gubernur dan sebagai
mewujudkan cita negara kesejahteraan
wakil pemerintah pusat di daerah, gubernur
Indonesia. Pihak yang bertanggung jawab atas
menjatuhkan sanksi administratif teguran
terselenggaranya perencanaan pembangunan
tertulis kepada bupati/wali kota. Sanksi
nasional adalah Presiden51. Atas dasar itulah
administratif teguran tertulis yang telah
Presiden berwenang memberi sanksi
disampaikan dua kali berturut-turut dan tetap
administratif terhadap kepala daerah yang tidak
tidak dilaksanakan, kepala daerah yang
melaksanakan kewajiban Program Strategis
bersangkutan diberhentikan sementara selama
Nasional. tiga bulan. Dalam hal kepala daerah telah
selesai menjalani pemberhentian sementara,
tetap tidak melaksanakan Program Strategis
48
R. Kranenburg and Tk. B. Sabaroedin, Ilmu Perekonomian (Bandar Lampung: FH UNLA,
Negara Umum, 12th ed. (Jakarta: Pradnya 1996).
51
Paramita, 1989). 16. Lihat Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang Nomor
49
Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha: 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Filosofi, Teori, Implikasi Dan Peranannya Di Pembangunan Nasional (Republik Indonesia,
Indonesia (Malang: Bayu Media Publishing, 2004).
2007). 52
Sri Nur Hari Susanto, “Karakter Yuridis Sanksi
50
Bagir Manan, Politik Perundang-Undangan Hukum Administrasi : Suatu Pendekatan
Dalam Rangka Mengantisipasi Liberalisme Komparasi,” Adminitrative Law & Governance
Journal 2, Nomor 1 (2019): 126–142.
481
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020
Nasional, yang bersangkutan diberhentikan lambat 21 (dua puluh satu) hari sejak
sebagai kepala daerah. Sanksi administratif penjatuhan teguran tertulis kedua55. Sanksi
dapat diterapkan baik melalui jalur pengadilan pemberhentian sementara bagi kepala daerah
maupun jalur non pengadilan, yakni oleh dijatuhkan oleh Presiden kepada gubernur
pejabat administrasi53. Sanksi administratif dan/atau wakil gubernur atas usulan Menteri
teguran tertulis terhadap kepala daerah serta oleh Menteri kepada Bupati/Walikota
merupakan praktik penerapan sanksi dan/atau Wakil Bupati/Wakil Walikota56.
administratif melalui jalur non pengadilan. Usulan pemberhentian sementara ditindak
Sedangkan, penerapan sanksi administratif lanjuti paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
pemberhentian sementara dan pemberhentian usulan diterima57. Penjatuhan sanksi
terhadap kepala daerah yang terdapat dalam pemberhentian sementara didasarkan atas hasil
Pasal 68 UU Nomor 23 Tahun 2014 belum jelas pemeriksaan secara teliti, objektif dan didukung
jenisnya apakah diberikan melalui jalur dengan data, informasi, dan/atau dokumen
pengadilan atau jalur non pengadilan. lainnya yang berkaitan dengan tidak ditaatinya
Untuk menjalankan ketentuan tata cara sanksi teguran tertulis kedua58. Selama
penjatuhan sanksi administratif sebagaimana menjalani pemberhentian sementara, kepala
diatur dalam Pasal 353 UU Nomor 23 Tahun daerah tidak mendapatkan hak protokoler,
2014, Presiden menetapkan Peraturan tetapi diberikan hak keuangan berupa gaji
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang pokok, tunjangan anak, dan tunjangan
Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaran isteri/suami59.
Pemerintahan Daerah. Tata cara penjatuhan Sanksi pemberhentian sementara
sanksi administratif terhadap kepala daerah merupakan tahap lanjutan setelah kepala daerah
yang tidak melaksanakan Program Sterategis mengabaikan dua kali sanksi teguran tertulis
Nasional diatur dalam Pasal 38 PP Nomor 12 yang diberikan oleh Pemerintah Pusat.
Tahun 2017. Penjatuhan sanksi administratif Penjatuhan sanksi pemberhentian sementara
teguran tertulis dilakukan secara hirarkis oleh juga dilakukan secara hirarkis oleh Presiden
Mendagri untuk Gubernur dan oleh Gubernur kepada Gubernur atas usulan Mendagri serta
sebagai wakil pemerintah pusat untuk Bupati/Wali Kota diberhentikan oleh Mendagri.
Bupati/Walikota. Sanksi administratif teguran Selanjutnya, penjatuhan pemberhentian
tertulis diberikan setelah mendapatkan hasil (permanen) terhadap kepala daerah apabila
verifikasi secara teliti, objektif, dan didukung tetap tidak menjalankan program strategis
dengan data, informasi, dan/atau dokumen nasional setelah selesai menjalani
lainnya yang berkaitan dengan dugaan pemberhentian sementara selama 3 (tiga)
pelanggaran54. Penjatuhan sanksi bulan60. Sanksi pemberhentian dijatuhkan oleh
pemberhentian sementara selama tiga bulan Presiden kepada Gubernur dan/atau Wakil
bagi kepala daerah apabila tetap tidak Gubernur atas usulan Menteri serta oleh
menjalankan program strategis nasional setelah Menteri kepada Bupati/Walikota dan/atau
paling cepat 14 (empat belas) hari dan paling Wakil Bupati/Wakil Walikota61. Sama halnya
53
Wicipto Setiadi, “Sanksi Administratif Sebagai Pengawasan Penyelenggaran Pemerintahan
Salah Satu Instrumen Penegakan Hukum Dalam Daerah (Republik Indonesia, 2017).
58
Peraturan Perundang-Undangan.” Lihat Pasal 38 Ayat (11) Peraturan Pemerintah
54
Lihat Pasal 38 Ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan Dan
Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaran Pemerintahan
Pengawasan Penyelenggaran Pemerintahan Daerah (Republik Indonesia, 2017).
59
Daerah (Republik Indonesia, 2017). Lihat Pasal 38 Ayat (12) Peraturan Pemerintah
55
Lihat Pasal 38 Ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan Dan
Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaran Pemerintahan
Pengawasan Penyelenggaran Pemerintahan Daerah (Republik Indonesia, 2017).
60
Daerah (Republik Indonesia, 2017). Lihat Pasal 38 Ayat (13) Peraturan Pemerintah
56
Lihat Pasal 38 Ayat (9) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan Dan
Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaran Pemerintahan
Pengawasan Penyelenggaran Pemerintahan Daerah (Republik Indonesia, 2017).
61
Daerah (Republik Indonesia, 2017). Lihat Pasal 38 Ayat (14) Peraturan Pemerintah
57
Lihat Pasal 38 Ayat (10) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan Dan
Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan Dan
482
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020
64
Pengawasan Penyelenggaran Pemerintahan Lihat Pasal 38 Ayat (20 PP 12 Tahun 2017.
65
Daerah (Republik Indonesia, 2017). Lihat Pasal 38 Ayat (18) Peraturan Pemerintah
62
Lihat Pasal 38 Ayat (19) huruf a Peraturan Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan Dan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pengawasan Penyelenggaran Pemerintahan
Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaran Daerah (Republik Indonesia, 2017).
Pemerintahan Daerah (Republik Indonesia, 66
“Siasat Resentralisasi Pemerintah Pusat,”
2017). Lentera Timur, last modified 2014, accessed
63
Lihat Pasal 38 Ayat (19) huruf b dan c Peraturan August 20, 2020.
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 Tentang http://archive.lenteratimur.com/2014/09/siasat-
Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaran resentralisasi-pemerintah-pusat/
Pemerintahan Daerah (Republik Indonesia,
2017).
483
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020
67
Arasy Pradana A Azis, “Kekosongan Hukum 68
Lihat Pasal 83 Undang-Undang Nomor 23
Acara Dan Krisis Access To Justice Dalam Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Kasus-Kasus Pemberhentian Kepala (Republik Indonesia, 2014).
Daerah/Wakil Kepala Daerah Di Indonesia,” 69
Lihat Pasal 80 Undang-Undang Nomor 23
Jurnal Hukum & Pembangunan 49, Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
(2019): 1–43. (Republik Indonesia, 2014).
484
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020
485
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020
486