You are on page 1of 3

ORANG AKAN TAHU”

Yoh 13:31-33a.34-35 berkatalah Yesus kepada murid-

muridNya: "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah

dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam

Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan

akan mempermuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku, hanya

seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku,

dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke

tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang,  demikian pula Aku

mengatakannya sekarang juga kepada kamu. Aku memberikan

perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling

mengasihi  ; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula

kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan

tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku  2 , yaitu jikalau kamu

saling mengasihi.

Pimpinan tertinggi sebuah organisasi berkunjung ke rumah salah satu

anggotanya dan ikut makan bersama keluarganya. Sesudah makan, pimpinan

itu tiba-tiba membereskan peralatan makan yang dipakainya dan

mencucinya sendiri. Tuan rumah dan keluarganya merasa tidak enak, lalu

turut mencuci sendiri peralatan makan mereka. Hal-hal yang mengejutkan

namun sesungguhnya baik seperti itu jarang kita jumpai. Kini orang

terlalu lama berpikir apakah akan bertindak dengan memberi keteladanan

atau untuk secara spontan memudahkan orang lain. Inisiatif untuk


melakukan kebiasaan-kebiasaan baik malah ditahan, sedangkan

reaksi-reaksi negatif cenderung diungkapkan begitu saja tanpa

dipertimbangkan dampaknya.

Pernahkah kita membayangkan apa kira-kira pandangan orang lain tentang

diri kita sebagai pengikut Kristus? Mungkin orang punya kesan yang

baik, tetapi mungkin juga kesan yang buruk tentang kita. Dan apapun

kesan itu, selalu berasal dari perilaku kita yang mereka lihat,

khususnya reaksi-reaksi yang kita munculkan secara spontan.

Kata-kata ‘dipermuliakan’ yang diucapkan Yesus dalam Injil Yohanes

merujuk pada saat ketika Ia disalibkan. Di kayu salib, Yesus

‘ditinggikan’ agar semua orang memandang-Nya sebagai ungkapan kasih

tertinggi Allah kepada dunia. Sabda perpisahan yang kita dengar dalam

Injil hari ini mengantisipasi keadaan Yesus ketika dibangkitkan, yakni

kemuliaan yang hanya terjadi setelah kematian-Nya. Namun, kematian

Yesus di kayu salib adalah tindakan kasih, seperti yang akan

dikatakan-Nya, “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih

seseorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh.

15:13). Bagi Yesus, tindakan kasih mesti dilakukan tanpa rasa malu,

sebab pasti akan mendatangkan kebaikan pada orang lain.

Kalau diperhatikan dengan lebih saksama, di sekeliling kita lebih

cepat ditemukan kesan dan reaksi yang buruk ketimbang yang baik dan

mengungkapkan kasih. Bahkan, di tempat-tempat umum sebagian orang


merasa malu untuk berinisiatif menolong atau memberi perhatian

terhadap yang lain. Mengapa orang merasa malu melakukan tindakan kasih

di muka umum? Citra diri. Keinginan untuk menampilkan diri sebagai

sosok yang punya status lebih tinggi dibanding kebanyakan orang

menggagalkan inisiatif untuk melayani dan memperhatikan yang lain.

Seakan-akan ungkapan kasih yang berupa tindakan melayani hanya pantas

dilakukan oleh mereka yang sudah ‘biasa’ menjadi pelayan. Jadi,

bagaimana kalau tindakan kasih kristiani memang berarti melayani?

Apakah kita tetap akan merasa malu untuk melakukannya di tempat-tempat

umum? Perwujudan panggilan kita sebagai murid-murid Kristus tidak bisa

dilakukan dengan mempertahankan citra diri, yang sebetulnya kita

ciptakan sendiri. Mungkin di zaman ini tindakan kasih kita harus lebih spontan dan

tidak kita tahan-tahan hanya karena rasa malu. Ketika para murid Kristus

berani menomorduakan citra diri mereka, kekuatan kesaksian iman akan

muncul kembali dan memengaruhi dunia. Dorongan untuk saling mengasihi

tidak perlu dipertimbangkan terlalu panjang, sebab Yesus sudah

menunjukkan kasih terbesar, yakni memberikan nyawa-Nya kepada para

sahabat-Nya, kapanpun dan di manapun mereka berada. Tindakan kasih

kita adalah kesaksian iman, yang akan dipergunakan Allah untuk membawa

semua orang pada keselamatan-Nya. Semoga kita berani membebaskan diri untuk

berinisiatif dalam perilaku sehari-hari bersama orang lain. Tuhan bekerja melalui

kasih yang kita ungkapkan dengan apa adanya.

You might also like