You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS CA LARING


DI RUANG NILAM III RSUD DR H. MOCH. ANSARI SALEH
BANJARMASIN

DISUSUN OLEH :
NAMA : Muhammad Ramdani
NIM : 11409719064
TINGKAT : II (DUA)
SEMESTER : III (TIGA)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Muhammad Ramdani


NIM : 11409719064
Ruangan : Niam III

Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah menyelesaikan laporan


pendahuluan dengan kasus Ca Laring di ruangan Nilam III, RSUD dr. H.Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin

Banjarmasin, Februari 2021

Muhammad Ramdani
NIM : 11409719064

Mengetahui

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit

1. Definisi
Carsinoma laring adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel
skuamosa laring yang tidak normal/abnormal yang terbatas pada pita suara
yang bertumbuh perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar
jaringan seperti epiglotis, pita suara palsu dan sinus-sinus piriformis yang
banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan
segera bermetastase kekelenjar limfe leher bagian dalam.
Karsinoma laring adalah karsinoma ( keganasan sel skuamosa pita suara
dan jaringan sekitarnya ( C. Long Barbara : 408 ).
Ca laring merupakan tumor yang ketiga menurut jumlah tumor ganas
dibidang THT dan lebih bannyak terjadi pada pria berusia 50-70 tahun. Yang
sering adalah jenis karsinoma sel skuamosa (Kapita Selekta Kedokteran,
edisi 3. Hal : 136).

2. Etiologi
Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti.Dikatakan oleh para
ahli bahwa perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang –
orang dengan resiko tinggi terhadap terjadinya kanker laring.Penelitian
epidemiologic menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan
terjadinya kanker laring yang kuat ialah rokok , alkohol, dan oleh sinar
radioaktif. Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko
terjadinya kanker, sebagai berikut :

a. Faktor Lingkungan
Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru – paru, mulut,
laring (pita suara), dan kandung kemih darah, seperti Leukemia.

b. Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia.


Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker,
terutama kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang
dapat menyebabkan kanker adalah Makanan yang diasap dan diasamkan
(dalam bentuk acar) meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung.
Minuman yang mengandung alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi
terhadap kanker kerongkongan. Zat pewarna makanan. Logam berat
seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan laut yang tercemar
seperti: kerang dan ikan. Berbagai makanan (manis,tepung) yang diproses
secara berlebihan.

c. Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain
Virus Epstein-Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di
China virus ini menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi
karena faktor lingkungan dan genetik.
Menurut Bunner dan Suddart, Barbara C. Long, Robbin dan Kumar serta
D. Thone R. Cody.
Faktor-faktor predisposisi yang memicu munculnya Ca laring meliputi :

1. Tembakau ( berasap / tidak )


2. Alkohol serta efek kombinasinya
3. Penajaman terhadap obseton
4. Kayu, kulit dan logam
5. Pekerjaan yang menggunakan suara berlebihan
6. Defisiensi nutrisi ( Riboflavin )
7. Riwayat keluarga ca laring
8. Asap debu pada daerah industry
9. Laringitis kronis
10. Perokok diatas 40 tahun atau lebih
11. Lebih sering pada laki-laki daripada wanita
12. Epiglotis

3. Manefestasi Klinis
 Nyeri tenggorok
 Sulit menelan
 Suara Serak
 Hemoptisis dan batuk
 Sesak nafas
 Berat Badan turun

4. Patifisiologi

Kanker laring yang terbatas pada pita suara tumbuh perlahan karena suplai
limfatik yang jarang. Di tempat manapun yang kering ( epiglottis, pita suara
palsu, dan sinus-sinus piriformis ). Banyak mengandung pembuluh limfe, dan
kanker pada jaringan ini biasanya meluas dengan cepat dan segera
bermefastase ke kelenjar limfe leher bagian dalam. Orang-orang yang
mengalami serak yang bertambah berat atau suara serak lebih dari 2 minggu
harus segera memeriksakan dirinya. Suara serak merupakan tanda awal
kanker pita suara, jika pengobatan dilakukan pada saat serak timbul ( yang
disebabkan tumor sebelum mengenai seluruh pita suara ) pengobatan
biasanya masih memungkinkan.
Tanda-tanda metastase kanker pada bagian laring biasanya berupa
pembengkakan pada leher, nyeri pada jakun yang menyebar ke telinga,
dispread, disfagia, pembesaran kelenjar limfe dan batuk. Diagnosa kanker
laring dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik terhadap laring
dengan laringoskopi langsung dan dari biopsy dan dari pemeriksaan
mikroskopi terhadap laring ( C. Long Barbara. 1996 : 408-409 ).
5. Komplikasi
Berdasarkan pada data pengkajian. potensial komplikasi yang mungkin terjadi
termasuk:
a. Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
b. HemoragiInfeksi

6. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignasi.
Pengobatan pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan
gigi dilakukan untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah
yang berkaitan dengan gigi diatasi jika mungkin dan dilakukan sebelum
pembedahan.
a. Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada
pasien yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya
dapat digerakkan ( yaitu bergerak saat fonasi )
Selain itu pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa
mungkin mengalami kondriti ( inflamasi kartilagi ) atau stenosis, sejumlah
kecil dari mereka yang mengalami stenosis nantinya membutuhkan
laringotomi. Terapi radiasi juga dapt digerakkan secara pra operatif untuk
mengurangi ukuran tumor
b. Pembedahan Parsial
 Laringektomi parsial ( laringotomi –tirotomi ): Laringektomi parsial
direkomendasikan pada kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu
pita suara yang kena. Tindakan ini mempunyai angka penyembuhan
yang sangat tinggi . Dalam operasi ini, satu pita suara diangkat dan
semua struktur lainnya teteap utuh. Suara pasien kemungkinan menjadi
parau, jalan nafas akan tetap utuh dan pasien seharusnya tidak
memiliki kesulitan menelan.
 Laringektomi supraglotis ( Horizontal ): Laringektomi supraglotis
digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis. Tulang hyoid,
glottis dan pita suara palsu diangkat. Pita suara kartilogi krikoid dan
trakea tetap utuh. Selama operasi dilakukan di seksi leher radikal pada
tempat yang sakit. Selang traketomi dipasang dalam trakea sampai
jalan nafas glottis pulih. Selang traketomi ini biasanya diangkat setelah
beberapa hari dan stoma dibiarkan menutup. Nutrisi diberikan melalui
selang nasograstik sampai terdapat penyembuhan dan tidak ada lagi
resiko aspirasi.Pasca operatif, klien kemungkinan akan mengalami
kesulitan untuk menelan selama 2 minggu pertama. Keuntungan utama
dari operasi ini adalah bahwa suara akan kembali pulih seperti biasa.
 Laringektomi Hemivertikal; Dilakukan jika tumor meluas di luar pita
suara, tetapi perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada
area subglotis. Dalam prosedur ini, kartilago tiroid laring dipisahkan
dalam garis tengah leher dan bagian pita suara ( satu pita suara sejati
dan satu pita suara palsu ) dengan pertumbuhan tumor diangkat.
Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Pasien akan
mempunyai selang trakeostomi dan selang nasogastrik selama operasi.
Pasien beresiko mengalami operasi pasca operatif. Beberapa
perubahan dapat terjadi pada kualitas suara ( sakit tenggorokan ) dan
proyeksi. Namun demikian fungsi nafas dan jalan menelan tetap utuh.
 Langektomi Total: Dilakukan ketika kanker meluas di luar pita suara.
Lebih jauh ketulang hyoid, epiglottis, kartilago krikoid dan dua atau tiga
cincin trakea diangkat. Lidah, dinding faringeal, dan trakea ditinggalkan.
Laringektomi total membutuhkan stoma trakeal permanen. Stoma ini
mencegah aspirasi makanan dan cairan ke dalam saluran pernapasan
bawah, karena laring yang memberikan perlindungan spingter tidak ada
lagi. Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan
akan normal. Laringektomi total merubah cara dimana aliran udara
digunakan untuk bernafas dan berbicara. ( Brunner & Suddarth, 2002 :
557-558 )
c. Kemoterapi
Penggunaan obat untuk menangani kanker disebut kemoterapi atau agen
antineoplastik. Obat ini digunakan untuk membunuh sel kanker dan
menghambat perkembangannya. Semua sel baik normal maupun sel
kanker berjalan mengikuti siklus sel. Agen kemoterapi bekerja pada fase
siklus sel berbeda disebut siklus non spesifik, kebanyakan agen
kemoterapeutik paling efektif ketika sel-sel secara aktif sedang membelah.

Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistematik


daripada lesi setempat dan dapat diatasi dengan pembedahan atau
radiasi. Kemoterapi mungkin di kombinasi dengan pembedahan atau
terapi radiasi, atau kedua-duanya untuk menurunkan ukuran tumor
sebelum operasi, untuk merusak sel-sel tumor yang masih tertinggal pasca
operasi. Tujuan dari kemoterapi ( penyembuhan , pengontrolan, paliatif )
harus realistic, karena tujuan tersebut akan menetapkan medikasi yang
digunakan dan keagresifan dari rencana pengobatan.

Agen kemoterapi yang digunakan pada Ca laring atau anti metabolik


membunuh sel-sel kanker dengan memblok sintesis DNA dan RNA.
Mereka melakukan ini dengan meniru struktur metabolik esensial secara
kimiawi, yaitu : Nutrien esensial untuk metabolisme sel normal, Agen
umum meliputi : Cytarabine ( ARA-C ), Floxuridine ( FUDR ), 5-
Fluorourasial ( 5-FU ), Hydroxyurea ( Hydrea ), 6-Merkaptopurine ( 6-MP ),
Methotrexate ( mexate ) dan 6-Thieguanin. Efek samping yang paling
umum adalah meliputi stomatitis supresi sum-sum tulang dan diare.
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Data awal yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah suara
serak yang tidak sembuh-sembuh yang disertai dengan adanya pembesaran
dan perubahan pada daerah leher. Menurut Cody D. Thaher, C. Long
Barbara, Harrison, Sjmsuhidayat dan Suddart Bunner pada pengkajian akan
didapatkan data sebagai berikut :
a. Biografi
Keluhan utama pada klien Ca. Laring meliputi nyeri tenggorok. sulit
menelan,sulit bernapas,suara serak,hemoptisis dan batuk, penurunan
berat badan, nyeri tenggorok, lemah
b. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
 Tanda-tanda vital
-Suhu
-Tekanan Darah
-Respirasi
-Nadi
-Pengukuran BB
-Kepala
-Pembengkakan kelenjar limfe post dan pre aurikel-Leher
c. Pemeriksaan Penunjang
 Laringoskopi : Cara memeriksa laring dengan melakukan inspeksi
terhadap sisi luar laring pada leher dan gerakan-gerakan pada saat
menelan. Pada kanker laring gerakan menelan akan bergerak ke
bawah saat inspirasi atau tidak bergerak. Pada palpasi ditemukan
adanya pembesaran dan nyeri.
 Pemeriksaan sinar x jaringan lunak : terdapat penonjolan pada
tenggorokan.
 Pemeriksaan poto kontras : dengan penelanan borium menunjukkan
adanya lesi-lesi loca
 Pemeriksaan MRI : identifikasi adanya metastasis dan evaluasi respon
pengobatan.

2. Riwayat penyakit sekarang


Biasanya suara serak adalah hal yang akan Nampak pada pasien dengan
kanker pada daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan nyeri dan rasa
terbakar pada tenggorokan, suatu gumpalan mungkin teraba di belakang
leher. Gejala lanjut meiputi disfagia, dispnoe, penurunan berat badan.

3. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat kesehatan dahulu : adanya riwayat laryngitis kronis, riwayat sakit
tenggorokan, riwayat epiglottis.

4. Riwayat penyakit keluarga


Riwayat kesehatan keluarga :Riwayat anggota keluarga yang terdiagnosa
positif kanker laring.
5. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan


sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas,
batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi
(pengangkatan batang suara).
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut
syaraf oleh sel-sel tumor.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan saluran pencernaan.(disfagia)
e. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan
anatomi wajah dan leher.

6. Intervensi Keperawatan

Dx 1
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan
sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk
dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.

Tujuan : Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.


Kriteria hasil : Bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak
sianosis,frekwensi napas normal.

Intervensi

 Awasi frekwensi atau kedalaman pernapasan. Auskultasi bunyi napas.


 Selidiki kegelisahan, dispnea, dan sianosis.
 Tinggikan kepala 30-45 derajat
 Dorong menelan bila pasien mampu.
 Berikan humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen dan
peningkatan masukan cairan.
 Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada.

Rasional

 perubahan pada pernapasan, adanya ronki,mengi,diduga adanya retensi


sekret.
 memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru.
 mencegah pengumpulan sekret oral menurunkan resiko aspirasi.
 Catatan : menelan terganggu bila epiglotis diangkat atau edema
paskaoperasi bermakna dan nyeri terjadi
 fisiologi normal ( hidung) berarti menyaring atau melembabkan udara
yang lewat.Tambahan kelembaban menurunkan mengerasnya mukosa
dan memudahkan batuk atau penghisapan sekret melalui stoma.
 pengumpulan sekret atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan
pneumonia yang memerlukan tindakan terapi lebih agresif.
Dx 2 
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi
(pengangkatan batang suara) dan hambatan fisik (selang trakeostomi).

Tujuan : Komunikasi klien akan efektif .


Kriteria hasil : Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode berbicara
yang tepat setelah sembuh

Intervensi

 Kaji atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas


terganggu,gunakan gambaran anatomik atau model untuk membantu
penjelasan.
 Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain seperti
pendengaran dan penglihatan
 Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien
misalnya papan dan pensil, papan alfabet atau gambar, dan bahasa
isyarat.
 Konsul dengan anggota tim kesehatan yang tepat atau terapis atau agen
rehabilitasi (contoh patologis wicara, pelayanan sosial, kelompok
laringektomi) selama rehabilitasi dasar dirumah sakit sesuai sumber
komunikasi (bila ada).

Rasional

 untuk mengurangi rasa takut pada klien.


 adanya masalah lain mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi
 memungkingkan pasien untuk menyatakan kebutuhan atau masalah.
Catatan : posisi IV pada tangan atau pergelangan dapat membatasi
kemampuan untuk menulis atau membuat tanda.
 Kemampuan untuk menggunakan pilihan suara dan metode bicara
(contoh bicara esofageal) sangat bervariasi, tergantung pada luasnya
prosedur pembedahan, usia pasien, dan motivasi untuk kembali ke hidup
aktif. Waktu rehabilitasi memerlukan waktu panjang dan memerlukan
sumber dukungan untuk proses belajar.

Dx 3
Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya
selang nasogastrik atau orogastrik.

Tujuan : Nyeri klien akan berkurang atau hilang.


Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekpresi
wajah ceria

Intervensi

 Sokong kepala dan leher dengan bantal.Tunjukkan pada


pasienbagaimana menyokong leher selama aktivitas
 Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan
hati-hati bila tidak mampu menelan
 Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri. Evaluasi
efek analgesik.
 Kolaborasi dengan pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan
Darvon sesuai indikasi

Rasional

 kelemahan otot diakibatkan oleh reseksi otot dan saraf pada struktur leher
dan atau bahu. Kurang sokongan meningkatkan ketidaknyamanan dan
mengakibatkan cedera pada area jahitan.
 menelan menyebabkan aktivitas otot yang dapat menimbulkan nyeri
karena edema atau regangan jahitan
 alat menentukan adanya nyeri dan keefektifan obat
 derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi
pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh.Diharapkan dapat menurunkan
atau menghilangkan nyeri

Dx 4
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
jenis masukan makanan sementara atau permanen, gangguan mekanisme
umpan balik keinginan makan, rasa, dan bau karena perubahan pembedahan
atau struktur, radiasi atau kemoterapi.

Tujuan : Klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.


Kriteria hasil : Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam
situasi individu, menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan atau
insisi sesuai waktunya

Intervensi

 Auskultasi bunyi usus


 Pertahankan selang makan, contoh periksa letak selang : dengan
mendorongkan air hangat sesuai indikasi
 Ajarkan pasien atau orang terdekat teknik makan sendiri, contoh ujung
spuit, kantong dan metode corong, menghancurkan makanan bila pasien
akan pulang dengan selang makanan. Yakinkan pasien dan orang
terdekat mampu melakukan prosedur ini sebelum pulang dan bahwa
makanan tepat dan alat tersedia di rumah
 Berikan diet nutrisi seimbang (misalnya semikental atau makanan halus)
atau makanan selang (contoh makanan dihancurkan atau sediaan yang
dijual) sesuai indikasi

Rasional

 makan dimulai hanya setelah bunyi usus membik setelah operasi


 selang dimasukan pada pembedahan dan biasanya dijahit.Awalnya
selang digabungkan dengan penghisap untuk menurunkan mual dan
muntah. Dorongan air untuk mempertahankan kepatenan selang
 membantu meningkatkan keberhasilan nutrisi dan mempertahankan
martabat orang dewasa yang saat ini terpaksa tergantung pada orang lain
untuk kebutuhan sangat mendasar pada penyediaan makanan
 macam-macam jenis makanan dapat dibuat untuk tambahan atau
batasan faktor tertentu, seperti lemak dan gula atau memberikan
makanan yang disediakan pasien

Dx 5 
Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi
wajah dan leher

Tujuan : Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif


pada diri sendiri
Kriteria hasil : menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai
bukti dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positip dengan
orang lain.Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang
telah terjadi.Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup.
Berpartisipasi dalam tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi

Intervensi

 Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi


persepsi situasi atau harapan yang akan dating
 Catat bahasa tubuh non verbal, perilaku negatif atau bicara sendiri. Kaji
pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri
 Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah
 Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber
pendukung, contoh ahli terapi

Rasional

 alat dalam mengidentifikasi atau mengartikan masalah untuk


memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif
 dapat menunjukkan depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk
pengkajian lanjut atau intervensi lebih intensif
 pasien dapat mengalami depresi cepat setelah pembedahan atau reaksi
syok dan menyangkal. Penerimaan perubahan tidak dapat dipaksakan
dan proses kehilangan membutuhkan waktu untuk membaik
DAFTAR PUSTAKA

 Bites Barbara dkk, 1998. Buku Saku Pemeriksaan dan Riwayat


Kesehatan. Edisi 2. Jakarta : EGC
 Carpenito Lynda Juall. 1999. Rencana suhanA Keperawatan dan
Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC
 C. Long Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung:IAPK
Pajajaran
 Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahren. Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Edisi 9. Jakarta:
EGC, 2011
 Doenges. E. Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : EGC
 Sjamsuhidayat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
 Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol 2. Edisi 8.
Jakarta : EGC

You might also like