You are on page 1of 3

Nama : Made Ika Kusuma Wiguna

NIM : 2113011063
Kelas : 2C Pendidikan Matematika

Soal
1. Pilihlah 2 teori dari beberapa teori yang dikemukakan oleh ahli Behaviorisme. Paparkan
maksud teori-teori tersebut secara ringkas berdasarkan pemahaman Anda dan buatlah contoh
implementasinya dalam pembelajaran matematika!
2. Pilihlah 2 teori dari beberapa teori yang dikemukakan oleh ahli Konstuktivisme. Paparkan
maksud teori-teori tersebut secara ringkas berdasarkan pemahaman Anda dan buatlah contoh
implementasinya dalam pembelajaran matematika!

Jawaban
1. Teori Behaviorisme adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku
siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan tingkah laku siswa ini
diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, teori
belajar behavioristik atau teori behaviorisme ini berorientasi pada perilaku yang lebih
baik. Jika siswa tidak menunjukkan perubahan setelah diberikan pelajaran, maka
menurut teori ini siswa tersebut tidak dapat dikatakan telah belajar dengan baik.
a. Teori Belajar dari Edward L. Thorndike (1974-1949): Hukum Pengaruh
Dalam pandangannya bahwa stimulus-stimulus dapat mengeluarkan
respons-respons. Teori Thorndike ini adalah asal mula teori stimulus response
(SR) yang dikenal saat ini. Thorndike menjelaskan bahwa ada hubungan atau
keterkaitan antara kesan yang ditangkap oleh panca indera dan rangsangan (S)
dengan tindakan dan reaksi (R). Thorndike mengajukan tiga hukum dasar
tentang perilaku belajar, yaitu: Law of Readiness yang menggambarkan
tentang adanya hubungan antara kesiapan seseorang dalam merespons,
menerima atau menolak stimulus yang diberikan. Pembelajaran dapat efektif
dan efisien bila siswa memiliki kesiapan melakukannya. Law of Exercise, ini
menjelaskan bahwa ketika hubungan antara stimulus (S) dan respons (R)
menjadi lebih kuat jika dilakukan secara berulang – ulang, hubungan tersebut
akan melemah seiring jika hal ini jarang terjadi. Dalam hal ini, pentingnya
latihan atau pengulangan dalam menggunakan materi yang dipelajari untuk
meningkatkan penguasaan subjek siswa. Law of Effect, hubungan stimulus-
respons semakin kuat ketika menghasilkan efek yang lebih memuaskan. Di
sisi lain, semakin kurang efektif respon, semakin lemah hubungan antara
stimulus respon. Penerapan teori ini pada pembelajaran adalah dengan
menerapkan prinsip reward atau reward dan sanksi atau punishment pada
pembelajaran.
Contoh implementasinya dalam pembelajaran matematika, yaitu misal
saat pembelajaran sedang berlangsung adalah materi bangun datar, maka guru
dapat memberikan stimulus terhadap siswa berupa pertanyaan mengenai
bangun datar contohnya sifat – sifat bangun datar persegi, dll. Sehingga, ada
kesiapan dari siswa untuk lanjut membahas topik selanjutnya. Lalu guru juga
dapat memberikan latihan soal secara bertahap di masing – masing topiknya
dengan rentang soal mudah hingga sulit, sehingga ketika ada jenis soal atau
variasi yang berbeda dengan soal – soal sebelumnya siswa tetap bisa
menyelesaikannya dengan pemahaman yang telah dimiliki. Kemudian guru
juga dapat memberikan sistem reward dan punishment untuk menanggapi
respon belajar siswa terhadap stimulus yang telah diberikan sebelumnya.
b. Teori Belajar dari Burrhus F. Skinner (1904-1990): Operant Conditioning
Skinner ini menjelaskan bahwa terdapat dua macam respons yang
berbeda, yaitu respondent response (reflexive response) dan operant response
(instrumental response). Respondent response, yaitu respons tertentu yang
ditimbulkan oleh stimulus tertentu, sedangkan operant response yaitu respons
yang timbulnya diikuti oleh munculnya perangsang – perangsang lain. Teori
Skinner menyatakan penguatan terdiri atas penguatan positif dan penguatan
negatif. Penguatan dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan
tersebut seiring dengan meningkatnya perilaku siswa dalam melakukan
pengulangan perilakunya itu dan akan berbekas pada diri siswa. Dalam hal ini
penguatan yang diberikan kepada siswa memperkuat tindakan siswa, sehingga
siswa semakin sering melakukannya. Contoh implementasinya dalam
pembelajaran matematika yaitu guru dapat melakukan pembahasan atau
melakukan diskusi terhadap soal latihan yang telah dikerjakan oleh siswa.
Misalnya, minta siswa dengan jawaban benar menuliskan jawabannya di
papan tulis. Dengan cara ini, guru dapat secara proaktif meningkatkan
pemecahan masalah yang benar. Kemudian memberikan perhatian terhadap
langkah – langkah yang kurang tepat dimana siswa melakukan kesalahan dan
menjelaskannya. Dengan demikian, pembentukan perilaku siswa dalam
memecahkan masalah dilaksanakan untuk mengatasi kegagalan siswa dalam
belajar matematika.
2. Belajar menurut konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan dan
mengaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah
dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan. Teori Konstruktivisme
didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta
sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beberapa teori belajar yang dikemukakan
oleh ahli konstruktivisme, yaitu sebagai berikut:
a. Teori Belajar Konstruktivisme Menurut Lev S. Vygotsky
Teori ini didasarkan pada dua ide utama, yaitu perkembangan intelektual
dapat dipahami hanya jika ditinjau dari konteks historis dan budaya
pengalaman anak. Dan juga perkembangan bergantung pada sistem-sistem
isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk
membantu orang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah. Dengan
demikian, perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem komunikasi
budaya dan belajar menggunakan sistem-sistem ini untuk menyesuaikan
proses-proses berpikir diri sendiri. Ada dua implikasi utama dari teori belajar
Vygotsky dalam pendidikan. pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk
pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan
yang berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-
tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah
yang efektif di dalam daerah pengembangan terdekat/proksimal masing-
masing. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan
perancahan (scaffolding). Dengan scaffolding, semakin lama siswa semakin
dapat mengambil tanggung jawab untuk pembelajarannya sendiri. Contoh
implementasinya dalam pembelajaran matematika adalah guru dapat
membentuk beberapa kelompok belajar dengan pembagian kelompok secara
merata dengan kemampuan dan keterampilannya masing – masing. Sehingga
dengan kelompok belajar tersebut para siswa dapat mengajari siswa lain dalam
kelompok tentang materi yang dipahami. Kemudian guru juga melakukan
monitoring serta menerapkan scaffolding dengan cara masalah kepada siswa
untuk dipecahkan kemudian memberikan petunjuk, dorongan, dll. Misalkan
dalam pembelajaran sistem persamaan linier dua variabel dengan masalah soal
cerita. Jadi guru dapat memberikan petunjuk misalnya dengan memisalkan dua
benda tersebut dengan variabel. Sehingga siswa dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut.
b. Teori Belajar Menurut Jean Piaget
Piaget menegaskan bahwa penekanan teori konstruktivisme adalah pada
proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realita.
Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran anak
dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai skemata yang dimilikinya.
Proses mengkontruksi pengetahuan menurut Piaget, meliputi skemata,
asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan. Skemata adalah sekumpulan konsep
yang digunakan ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Asimilasi
merupakan proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi,
konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada
dalam pikirannya. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang
cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada,
sehingga cocok dengan rangsangan tersebut. Sedangkan keseimbangan atau
ekuilibrasi terjadi antara asimilasi dan akomodasi. Keseimbangan dapat
membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya.
Contoh implementasinya dalam pembelajaran matematika adalah misalnya
terdapat bangun balok, kemudian guru meminta siswa untuk menghitung
volume dari balok tersebut jadi siswa dapat menggunakan konsep yang
didapatkan, lalu ketika siswa diminta menghitung dua buah prisma yang
menempelkan, jadi siswa dapat memodifikasi skema baru yang cocok dengan
pertanyaan tersebut sesuai dengan proses akomodasi.

You might also like