Professional Documents
Culture Documents
Acc - 5C - Laporan Resmi Ikp
Acc - 5C - Laporan Resmi Ikp
Disusun oleh:
Kelompok VC
Dessela Takbir Riyanti 23020221130042
Waskito Adi Pamungkas 23020221130061
Adib tamami kamaluddin 23020221140089
Muhammad Abduh Rasyid Ridho 23020221140124
Ilham Aji Pratama 23020221140130
Menyetujui,
i
RINGKASAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Ilmu Kesuburan dan Pemupukan dengan baik. Penulisan Laporan Praktikum Ilmu
Kesuburan dan Pemupukan dilaksanakan guna memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen Ilmu Kesuburan dan Pemupukan pada jurusan
Agroekoteknologi.
Terselesaikannya laporan ini tak lepas dari berbagai pihak yang telah
membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak, terkhusus kepada Dr. Ir. Susilo Budiyanto, M.Si selaku
Koordinator Praktikum Ilmu Kesuburan dan Pemupukan yang telah membimbing
sehingga dapat menyelesaikan Praktikum Ilmu Kesuburan dan Pemupukan dengan
baik. Harapan penulis adalah Laporan Praktikum Ilmu Kesuburan dan Pemupukan
yang telah disusun dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruksif sangat diharapkan oleh
penulis. Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih atas perhatian dan koreksi
dari berbagai pihak.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
iv
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
LAMPIRAN .......................................................................................................... 17
ACARA II. PERAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TEKSTUR DAN
RETENSI AIR ...................................................................................................... 20
2.1. Pendahuluan ................................................................................................... 20
2.1.1. Latar Belakang...................................................................................... 20
2.1.2. Tujuan dan Manfaat .............................................................................. 20
2.2. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 21
2.2.1. Bahan Organik Tanah ........................................................................... 21
2.2.2. Tekstur Tanah ....................................................................................... 22
2.2.3. Retensi Air Tanah ................................................................................. 23
2.2.4. Kadar Air Tanah ................................................................................... 24
2.3. Materi dan Metode ......................................................................................... 24
2.3.1. Materi ................................................................................................... 25
2.3.2. Metode .................................................................................................. 25
2.4. Hasil dan Pembahasan ................................................................................... 26
2.5. Simpulan dan Saran ....................................................................................... 27
2.5.1. Simpulan ............................................................................................... 27
2.5.2. Saran ..................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
LAMPIRAN .......................................................................................................... 31
ACARA III. MENILAI KESUBURAN TANAH BERDASARKAN HARKAT
PENILAIAN TANAH .......................................................................................... 38
3.1. Pendahuluan ................................................................................................... 38
3.2.1. Latar Belakang...................................................................................... 38
3.2.2. Tujuan dan Manfaat .............................................................................. 38
3.2. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 39
3.2.1. Kualitas Fisik Tanah ............................................................................. 39
3.2.2. Kualitas Sifat Biologi Tanah ................................................................ 40
3.2.3. Kualitas Sifat Kimia Tanah .................................................................. 41
3.3. Materi dan Metode ......................................................................................... 42
v
3.3.1. Materi ................................................................................................... 43
3.3.2. Metode .................................................................................................. 43
3.4. Hasil dan Pembahasan ................................................................................... 43
3.4.1. Kualitas Fisik Tanah di Desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok ... 43
3.4.2. Kualitas Biologi Tanah di Desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok 45
3.4.3. Kualitas Kimia Tanah di Desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok . 47
3.5. Simpulan dan Saran ....................................................................................... 48
3.5.1. Simpulan ............................................................................................... 48
3.5.2. Saran ..................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 49
LAMPIRAN .......................................................................................................... 51
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil Perhitungan Kadar Air .................................................................. 26
Tabel 2. Kualitas Fisik Tanah di Desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok .... 44
Tabel 3. Kualitas Biologi Tanah di Desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok 45
Tabel 4. Kualitas Kimia Tanah di Desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok .. 47
vii
DAFTAR ILUSTRASI
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ix
1
ACARA I
1.1. Pendahuluan
Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pokok
pengganti beras dengan kandungan karbohidrat yang tinggi di bawah nasi. Unsur
hara N, P, K dibutuhkan tanaman jagung dalam jumlah banyak, Ca, Mg, S dalam
jumlah sedang, dan Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, Cl dalam jumlah sedikit. Unsur C, H,
dan O diperoleh melalui air dan udara yang tersedia disekitar lingkungan tanaman
tumbuh. Pemupukan tanaman jagung dilakukan sebanyak tiga kali saat masa awal
tanaman, masa remaja, serta menjelang berbunga untuk memenuhi kebutuhan hara
tanaman. Defisiensi unsur hara adalah gejala yang muncul pada tanaman yang
kekurangan unsur hara sehingga nutrisinya tidak tercukupi. Kekurangan unsur N
timbul gejala daun berwarna kuning pada bagian ujung yang melebar menuju
lintang daun. Kekurangan unsur P pinggiran daun berwarna ungu kemerahan.
Kekurangan unsur K pinggiran daun berwarna kuning hingga coklat seperti
terbakar dengan tulang daun tetap hijau.
Jagung adalah salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki banyak
kegunaan dan bernilai ekonomi tinggi ketika dikembangkan. Jagung tidak hanya
dimanfaatkan sebagai tanaman pangan, tetapi juga pakan ternak dan bahan bakar
dengan (Syarifudin et al., 2018). Manfaat tanaman jagung bagi manusia dan ternak
adalah kandungan senyawa karbohidrat, lemak, protein, mineral, air, dan vitamin.
Zat tersebut dapat memberi energi, membentuk jaringan, pengatur fungsi, dan
reaksi biokimia di dalam tubuh. Klasifikasi ilmiah tanaman jagung adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L. (Rahmawati dan Martiana, 2018)
Jagung memiliki daun sejajar, batang beruas-ruas, dan akar serabut. Jagung
memiliki daun berbentuk pita yang terdiri dari helai daun dan tangkai daun, batang
beruas dan berbuku yang diselubungi lapisan parenkim,, sistem perakaran koronal,
seminal, dan akar udara (Andriani dan Isnaini, 2013). Jagung berasal dari daerah
tropis yang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut.
Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah bahkan pada kondisi tanah
yang agak kering. Tanaman jagung akan tumbuh secara optimal pada daerah yang
terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS dengan suhu antara 21-34
derajat Celcius (Julinar dan Elfayetti, 2017). Kondisi pH tanah yang rendah dan
kurangnya kandungan unsur hara mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung.
Keasaman tanah yang optimal sebagai syarat tumbuh tanaman jagung berkisar
3
antara 5,5 - 6,5 (Kristino et al., 2017). Semua bagian dari tanaman jagung dapat
dimanfaatkan. Batang dan daun jagung muda dimanfaatkan untuk pakan ternak dan
pupuk hijau; klobot (kulit jagung) dan tongkol jagung digunakan sebagai pakan
ternak dan juga bahan bakar; serta rambut jagung digunakan sebagai obat kencing
manis dan darah tinggi (Panikkai, et al., 2017).
1.2.2. Kahat N
Dampak lain defisiensi nitrogen yaitu laju fotosintesis dan pertumbuhan tanaman
akan terhambat. Kerja fotosintesis yang terganggu akan berpengaruh juga terhadap
perbesaran luas daun (Subandi et al. 2015).
Kekurangan unsur hara nitrogen disebabkan oleh beberapa kondisi baik
dalam tanah maupun penambahan dari luar. Penyebab kahat nitrogen adalah
rendahnya daya pasok nitrogen tanah, pupuk nitrogen anorganik yang diberikan
tidak cukup, efisiensi pemakaian pupuk nitrogen rendah (kehilangan akibat
volatilisasi, denitrifikasi, waktu pemberian dan penempatan pupuk yang salah,
pencucian, dan aliran permukaan (Tando, 2018). Kelebihan dan kekurangan
nitrogen akan berdampak pada pertumbuhan tanaman. Hal tersebut akan
mempengaruhi hasil produksi dan tingkat efisiensi, serta dapat membahayakan
tanaman dan lingkungan, sehingga ketersediaannya dalam tanah perlu diperhatikan
agar produksi tanaman dapat maksimal (Cahyono, 2019).
Kandungan nitrogen dapat ditingkatkan dengan melakukan beberapa cara.
Pemberian pupuk dengan kadar nitrogen tinggi seperti urea, pemberian pupuk
kompos (Yusmayani dan Asmara, 2019). Pemberian pupuk ZA dan zeolit juga
dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara nitrogen. Zeolit dapat digunakan untuk
memperbaiki kesuburan tanah, bahan pembenah tanah, dan meningkatkan efisiensi
pupuk nitrogen karena KTK zeolit tinggi dan ukuran rongga yang bisa menjerap
ion amonium sebelum menjadi nitrat (Irawan, 2015). Cara meningkatkan
kandungan nitrogen dalam tanah bisa dengan menambahkan pupuk organik yang
lebih ramah lingkungan. Ganggang Azolla pinnata salah satu bahan organik yang
bisa dijadikan pupuk karena mampu mengikat nitrogen bebas dengan bantuan
Anabaena azollae yang akan diubah menjadi bentuk yang bisa diserap oleh
tumbuhan (Sudjana, 2014). Efisiensi penggunaan nitrogen dalam tanah bisa
ditingkatkan dengan bantuan bakteri penambat nitrogen. Bakteri Azotobacter sp.
mampu memfiksasi nitrogen di udara yang dikombinasikan dengan media serbuk
kayu untuk pembentukan pupuk hayati (Rohmah, 2016). Bakteri lain penyedia
unsur hara tanaman yaitu Rhizobium yang bersimbiosis dengan tanaman legum.
Bakteri ini menginfeksi akar dan membentuk bintil lalu memfiksasi nitrogen
5
atmosfer untuk diubah menjadi amonia, asam amino, sampai nitrogen yang bisa
diserap tanaman.
1.2.3. Kahat P
Fosfor (P) merupakan salah satu unsur hara makro dan dapat diperoleh dari
pupuk TSP/SP-36. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah banyak antara lain, Fosfor (P), Kalium (K), Nitrogen (N),
belerang (S), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg) (Tando, 2018). Fosfor berperan
sebagai sumber energi dan dapat meningkatkan kandungan nitrogen. Salah satu
peranan fosfor adalah mendorong pertumbuhan tunas, akar tanaman, meningkatkan
aktivitas unsur hara lain seperti nitrogen dan kalium yang seimbang bagi kebutuhan
tanaman (Barus, 2014).
Defisiensi unsur P dalam tanaman merupakan keadaan dimana tanaman
kekurangan fosfor. Defisiensi P dapat terjadi akibat rendahnya kadar P dalam tanah
atau tingginya daya jerap tanah terhadap unsur P (Widha et al.,2018) gejala Gejala
tanaman mengalami kahat P yaitu adanya perubahan warna daun menjadi kuning
dan bercak kecoklatan. Gejala defisiensi Fosfor (P) terjadi pada daun tua, tulang
daun berwarna kuning terang, muncul bercak kecoklatan tanda matinya sel jaringan
daun yang dapat melebar (Eka dan Anggraini, 2017).
Dampak yang dapat terjadi pada tanaman yang mengalami defisiensi unsur
hara fosfor (P) adalah terhambatnya pertumbuhan akar. Tanaman yang kekurangan
fosfor maka hasil fotosintesis yaitu glukosa tidak dapat disintesis menjadi sukrosa
dan diedarkan ke seluruh tubuh tanaman melalui floem sehingga pertumbuhan
terhambat (Setyanti, 2013). Dampak lain yang ditimbulkan akibat kahat p yaitu
kerusakan daun dan terhambatnya transpor elektron. Kahat P menimbulkan
kerusakan mesin fotosintesis (photosynthetic machinery) dan rantai transpor
elektron melalui serangkaian tahapan (Indrawan et al., 2018).
Kekurangan unsur hara fosfor atau kahat P dapat diatasi dengan melakukan
pemupukan yang seimbang dan memanfaatkan dekomposisi bahan organik. Asam
organik yang berasal dari dekomposisi bahan organik dapat melarutkan unsur P
6
yang terikat dalam tanah (Syofiani, 2019). Pemupukan dengan menggunakan pupuk
NPK merupakan salah satu cara dalam mengatasi kahat P selain dekomposisi bahan
organik. Pemupukan NPK merupakan salah satu upaya penambahan unsur hara
makro NPK ke dalam tanah dengan harapan unsur hara lainnya sudah tersedia di
dalam tanah,
1.2.4. Kahat K
Kalium (K) merupakan salah satu unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman dalam jumlah yang banyak. Kebutuhan K oleh tanaman
cukup tinggi dan apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka proses
metabolisme tanaman terganggu sehingga produktivitas tanaman dan mutu hasil
menjadi rendah (Syakir dan Gusmaini, 2012). Kalium berfungsi dalam
mempercepat metabolisme unsur nitrogen dan juga berperan dalam proses
fotosintesis. Kalium merupakan unsur hara dalam tanah yang banyak berperan
dalam pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke organ reproduktif dan
penyimpanan, diantaranya buah, biji, umbi (Atmaja, 2017).
Defisiensi unsur K atau kahat K adalah kondisi dimana tanaman mengalami
kekurangan kalium dengan gejala daun yang menguning, muncul bercak coklat, dan
tepi daun mengalami kecoklatan. Gejala defisiensi K terjadi pada daun tua dengan
bagian tepi daun yang awalnya menguning diikuti dengan munculnya bintik coklat
tanda sel jaringan mati (Eka dan Anggraini, 2017). Tanaman kahat K akan
mengalami kerusakan tinggi dan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Defisiensi K
menyebabkan jaringan batang lemah dan meningkatkan kerusakan tanaman oleh
bakteri, jamur, serangga, nematoda dan virus (Nugroho, 2015).
Defisiensi unsur K biasanya terjadi pada tanah yang bersifat basa rendah.
Kahat K umumnya terjadi pada tanah Oxisol, Ultisol dengan kejenuhan basa rendah
atau pada tanah bertekstur pasir (Hamdani, 2015). Kahat K dapat mengakibatkan
klorosis pada daun. Kahat unsur K pada tanaman akan pertama kali berdampak pada
daun tua mengalami klorosis, kemudian menjadi bercak nekrosis berwarna gelap
yang segera meluas (Indrawan et al., 2018).
7
1.3.1. Materi
1.3.2. Metode
perlakuan pada P1 Kontrol, P2 urea, TSP, KCl, P3 tanpa KCl, P4 tanpa TSP, dan
P5 tanpa urea. Setelah itu, melakukan pengamatan, pemeliharaan tanaman, dan
gejala defisiensi unsur hara. Setiap kegiatan didokumentasikan dan di catat
hasilnya.
unsur N P K yaitu akarnya pendek. Hal ini sesuai pendapat Syofiani (2019) yang
menyatakan bahwa panjang akar tanaman yang diberi pupuk NPK meningkat lebih
pesat dibandingkan tanaman tanpa diberi pupuk. Tanaman dengan akar yang
pendek akan lebih sedikit menyerap unsur haranya sehingga pertumbuhannya akan
lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang berakar panjang. Hal ini sesuai
pendapat Andriani dan Isnaini (2013) yang menyatakan bahwa panjang akar
merupakan variabel yang mempengaruhi serapan nutrisi oleh akar, semakin
panjang ukuran akar maka semakin besar kemungkinan hara diserap.
Unsur hara N, P, dan K memiliki manfaat berbeda bagi pertumbuhan
tanaman. Hal ini sesuai pendapat Syaiful (2019) yang menyatakan bahwa unsur
hara memiliki manfaat berbeda serta kadar yang berbeda bagi masing-masing
tumbuhan. Nitrogen memiliki fungsi merangsang pertumbuhan tanaman terutama
pada pertumbuhan vegetatif. Hal ini sesuai pendapat Patti et al. (2018) yang
menyatakan bahwa unsur nitrogen termasuk dalam unsur makro dengan fungsi
merangsang pertumbuhan batang dan daun. Fosfor berperan sebagai sumber energi
dan dapat meningkatkan kandungan nitrogen. Hal ini didukung Barus (2014) yang
menyatakan bahwa salah satu peranan fosfor adalah mendorong pertumbuhan tunas
dan akar tanaman. Kalium berfungsi dalam mempercepat metabolisme unsur
nitrogen Hal ini sesuai pendapat Atmaja (2017) yang menyatakan bahwa
pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh organ tanaman dibantu oleh
kalium.
10
dapat meningkatkan kandungan nitrogen. Hal ini sesuai pendapat Barus (2014)
yang menyatakan bahwa salah satu peranan fosfor adalah mendorong pertumbuhan
tunas, akar tanaman, meningkatkan aktivitas unsur hara lain seperti nitrogen dan
kalium yang seimbang bagi kebutuhan tanaman.
1.5.1. Simpulan
1.5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum Ilmu Kesuburan Tanah acara
Defisiensi Unsur Hara Tanaman adalah lebih memperhatikan perkembangan
tanaman setiap harinya sehingga mudah untuk membedakan ciri tanaman yang
kekurangan unsur hara.
14
DAFTAR PUSTAKA
Asroh, A dan N. Novriani. 2020. Pemanfaatan keong mas sebagai pupuk organik
cair yang dikombinasikan dengan pupuk nitrogen dalam mendukung
pertumbuhan dan produksi tanaman selada (Lactuca sativa L.). J. Penelitian
Ilmu-Ilmu Pertanian, 14 (2) : 83 – 89.
Atmaja, I. S. W. 2017. Pengaruh uji minus one test pada pertumbuhan vegetatif
tanaman mentimun. J. Logika, 19 (1) : 63 – 68.
Cahyono, Y., Y. Wijayanto, dan B. Hermiyanto. 2019. Prediksi hasil tanaman padi
berdasarkan input nitrogen dengan simulasi model cropsyst di Kecamatan
Mayang. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan, 21 (2) : 58-65.
Eka, M dan N. Anggraini. 2017. Sistem pakar identifikasi defisiensi unsur hara pada
tanaman kopi menggunakan metode certainty factor berbasis web. J. Sains
Komputer dan Informatika, 1 (2) : 223 – 236.
Irawan, D., I. Irsal, dan H. Haryati. 2015. Respons pertumbuhan tembakau deli
(Nicotiana tabacum L.) terhadap pemberian pupuk nitrogen dan zeolit. J.
Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 3 (3) : 904 – 914.
Kristino, D., D. Suswati, dan R. Manurung. 2017. Peranan kombinasi lumpur merah
dan pupuk kandang sapi terhadap ketersediaan hara N, P, K, dan pertumbuhan
tanaman jagung pada tanah gambut. J. Sains Mahasiswa Pertanian, 11 (2) : 1
– 16.
Muas, I., Jumjunidang, Hendri, D. Emilda, dan D. Fatria. 2019. Efek aplikasi fungi
mikoriza arbuskula dan pupuk kalium terhadap pertumbuhan dan produksi
pisang ketan. J. Hortikultura, 29 (1) : 61 – 68.
15
Patti, P. S., E. Kaya, dan C. Silahooy. 2018. Analisis status nitrogen tanah dalam
kaitannya dengan serapan N oleh tanaman padi sawah di Desa Waimital,
Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. J. Ilmu Budidaya
Tanaman. 2 (1) : 51 – 58.
Rahmawati, L dan Martiana, E. 2018. Sistem pola tanam tumpang sari pada
tanaman karet (Hevea brasilliensis) fase tanaman belum menghasilkan di pt
citra putra kebun asri (CPKA). J. sains dan terapan Politeknik Hasnur, 6 (1) :
1 – 5.
Subandi, S. 2015. Role and management of potassium nutrient for food production
in Indonesia. J. Pengembangan inovasi pertanian, 6 (1) : 1 – 10
Syaiful, J. 2019. Pengaruh kombinasi dosis pupuk organik hayati (poh) petrobio
dan pupuk NPK mutiara (16-16-16) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
mentimun (Cucumis sativus L.) varietas ethana FI. J. Agrorektan, 6 (2) : 22 –
36.
16
Syarifudin, A., N. Hidayat, dan L. Fanani. 2018. Sistem pakar diagnosis penyakit
pada tanaman jagung menggunakan metode naive bayes berbasis android. J.
Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, 1 (1) : 2738-2744.
Tando, E. 2019. Upaya efisiensi dan peningkatan ketersediaan nitrogen dalam tanah
serta serapan nitrogen pada tanaman padi sawah (Oryza sativa L.). J. Buana
Sains, 18 (2) : 171 – 180.
Yusmayani, M. 2019. Analisis kadar nitrogen pada pupuk urea, pupuk cair dan
pupuk kompos dengan metode kjeldahl. J. Amina, 1 (1), 2 – 34.
17
LAMPIRAN
Gambar Keterangan
Polybag
Tanah
Pupuk Kandang
Benih jagung
Pupuk NPK
18
Air
Gambar Keterangan
Pengamatan benih
Pemanenan Jagung
20
ACARA II
2.1. Pendahuluan
Tanah adalah kumpulan dari benda alam yang berasal dari pelapukan batuan
dan sisa-sisa bahan organik yang tersusun dalam horizon-horizon, air, dan unsur
hara. Tanah memiliki sifat fisik (tekstur tanah), sifat kimia (pH dan kandungan
unsur hara), dan sifat bologi (bahan organik tanah). Tekstur tanah dengan
kandungan bahan organik tanah tinggi dapat dikatakan subur karena banyak
menyediakan unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme dalam tanah akan meningkatkan
jumlah kadar air di dalam tanah. Bahan organik merupakan kumpulan bahan yang
kompleks, berasal dari sisa tumbuhan, hewan, dan manusia yang sedang atau telah
mengalami dekomposisi. Peran bahan organik adalah meningkatkan kesuburan
tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah memegang
air, meningkatkan pori-pori tanah, dan memperbaiki media perkembangan mikroba
tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik yaitu sifat
bahan tanaman, iklim, aerasi tanah, temperatur, kemasaman, dan kelembaban.
Bahan organik tanah adalah sisa tumbuhan maupun hewan yang berperan
sebagai sumber utama bagi makrofauna tanah. Bahan organik tanah merupakan
sumber makanan utama bagi makrofauna tanah dan menyediakan unsur hara tanah,
dan dapat memperbaiki sifat fisik tanah (Wibowo dan Slamet, 2017). Bahan organik
tidak hanya dapat memperbaiki sifat fisik tanah, tetapi juga dapat memperbaiki sifat
kimia serta biologi tanah. Bahan organik tanah adalah komponen tanah yang sangat
penting dalam perbaikan dan peningkatan sifat tanah yang meliputi sifat fisik, sifat
kimia, dan biologi tanah (Surya et al., 2017).
Bahan organik tanah yang mengalami pelapukan mempunyai kemampuan
menyerap air yang tinggi. Bahan organik tanah apabila telah mengalami pelapukan
akan memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk menyimpan air karena bersifat
hidrofilik (Hasibuan, 2015). Tinggi rendahnya bahan organik akan berpengaruh
terhadap tanaman. Bahan organik memiliki luas permukaan penyerapan yang lebih
banyak sehingga makin tinggi kadar bahan organik maka makin tinggi pula kadar
dan ketersediaan air tanah (Nariatih et al., 2013). Kandungan bahan organik pada
tanah mempunyai kontribusi nyata terhadap kapasitas tukar kation sehingga koloid
mineral organik mempunyai luas permukaan dan daya jerap hara yang lebih tinggi
(Saptiningsih dan Haryanti, 2015). Bahan organik tanah yang rendah akan
mempengaruhi serta mengurangi produktivitas tanaman. Bahan organik tanah
apabila menurun maka kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman
pun akan menurun (Nurmegawati et al., 2014).
Bahan organik tanah memiliki banyak manfaat dalam penyediaan unsur hara
tanah. Bahan organik tanah dapat menyediakan hara makro dan mikro, menarik
unsur logam yang bersifat racun, meningkatkan kapasitas menyangga air dan nilai
KTK (Nariatih et al., 2013). Faktor yang mempengaruhi bahan organik di antaranya
yaitu iklim mikro, tipe penggunaan lahan serta pemupukan. Bahan organik tanah
dipengaruhi oleh iklim mikro meliputi kelembaban udara dan tanah, suhu udara,
22
intensitas cahaya matahari, dan suhu tanah, juga tipe penggunaan lahan dan sistem
pemupukan yang digunakan (Dwiastuti et al., 2016).
Tekstur tanah dapat dipengaruhi oleh banyaknya fraksi dalam tanah itu
sendiri. Faktor yang mempengaruhi tekstur tanah ialah banyaknya fraksi pasir,
debu, dan liat dalam tanah yang akan membuat tekstur tanah pun berbeda antar satu
dengan yang lain (Prasayu et al., 2016). Tekstur tanah yang baik yaitu tanah yang
terdapat penyebaran ruang pori-pori yang baik. Tekstur tanah dapat dikatakan baik
atau optimal apabila terdapat penyebaran ruang pori yang baik, yaitu ruang pori di
dalam dan di antara agregat tanah (Mustawa et al., 2017). Tanah yang mengandung
bahan organik tinggi adalah tanah dengan tekstur liat. Tanah dengan kadar liat
tinggi umumnya memiliki kadar bahan organik lebih tinggi dibandingkan tanah
yang kandungan liatnya rendah (Surya et al., 2017).
Retensi air tanah merupakan daya tanah dalam menyerap dan mengikat air
pada pori-pori tanah. Retensi air tanah adalah kemampuan tanah dalam mengikat
air dan menampungnya dalam pori tanah (Wahyuni et al. 2012). Kemampuan
retensi air tanah dinilai berdasarkan pada tekstur dan struktur suatu tanah. Faktor
yang mempengaruhi retensi air tanah adalah tekstur tanah, struktur tanah, pori-pori,
drainase, iklim, hujan, dan suhu (Oktarini, 2021).
Tekstur dan struktur tanah merupakan faktor penting terhadap kemampuan
serap dan daya ikat air oleh tanah. Tanah yang memiliki tekstur dan struktur pasir
akan mudah menyerap dan kehilangan air dibanding tanah dengan tekstur dan
struktur lempung (Puspika et al. 2016). Keadaan pori-pori di suatu tanah akan
mempengaruhi daya serap air. Kemampuan tanah dalam menyerap air akan
dipengaruhi oleh rongga tanah atau pori-pori tanah (Agviolita et al., 2021). Dainase
tanah merupakan kemampuan tanah dalam menyerap air yang berada di permukaan
tanah. Kemampuan drainase tanah juga tidak lepas dari faktor keadaan pori-pori
tanah (Lubis et al., 2015). Iklim juga dapat mempengaruhi retensi air tanah. Iklim
yang sering mengguyur air pada tanah membuat tanah yang mudah menyerap air
akan kelebihan air dan membuatnya hanyut oleh air dan sebaliknya akan membuat
air menggenang di atas tanah (Iman et al. 2017). Tanah dapat mempertahankan air
24
secara optimal pada suhu normal, jika suhu panas akan membuat air menguap dan
menyebabkan tanah kering. Besar kecilnya suhu akan berpengaruh pada kadar air
yang terkandung dalam tanah (Ariyani, 2018).
Kadar air tanah merupakan banyak atau persentase jumlah air yang tersedia
atau terkandung pada tanah. Konsentrasi air yang berada dalam tanah atau disebut
kadar air tanah dinyatakan dengan berat kering (Khoirunisa et al., 2021). Kadar air
tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi kadar air tanah
seperti rasio curah hujan, air irigasi, kemampuan tanah memepertahankan air, dan
intensitas evapotranspirasi (Yunus et al., 2015). Kadar air tanah memiliki acuan
dalam pendugaan kategori normal atau tidak. Dikatakan normal apabila kadar air
tanah berada pada kisaran 45 % - 55 %, jika dibawah 45% dianggap kurang dan
dikatakan tinggi apabila lebih dari persentase normal (Bintoro et al., 2017).
Kadar air yang rendah menyebabkan tanah menjadi kering dan lebih keras.
Rendahnya kadar air tanah membuat tanah akan sulit dipenetrasi dan ditembus oleh
akar sehingga menghambat pertumbuhan akar (Wahyunie et al. 2012). Pemberian
bahan organik di tanah dapat meningkatkan kadar air tanah. Kadar bahan organik
dapat membantu tanah menjaga kadar air (Ratna et al. 2017). Cepat lambatnya
bahan organik yang terombak pada tanah juga berpengaruh terhadap kadar air.
Pengaruh perombakan bahan organik tanah dapat berpengaruh terhadap kadar air
melalui aktivitas mikroorganisme (Hasibuan, 2015).
2.3.1. Materi
2.3.2. Metode
Kontrol 45,56
Tinggi rendahnya kadar air tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal ini sesuai
pendapat Yunus et al. (2015) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
kadar air tanah adalah rasio curah hujan, air irigasi, kemampuan tanah dalam
mempertahankan air, dan intensitas evapotranspirasi. Kadar air tanah dipengaruhi
oleh retensi air tanah. Hal ini sesuai pendapat Agviolita et al. (2021) yang
menyatakan bahwa keadaan pori-pori di suatu tanah akan mempengaruhi daya
serap air sehingga akan mempengaruhi daya ikat dan tampung air oleh tanah.
Pemberian bahan organik tanah akan mempengaruhi pertumbuhan serta
produktivitas tanaman. Hal ini sesuai pendapat Nurmegawati et al. (2014) yang
menyatakan bahwa pemberian bahan organik tanah yang sedikit akan menurunkan
kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman. Pertumbuhan
tanaman dipengaruhi oleh tekstur tanah sebagai tempat pertukaran udara dan
aktivitas mikroorganisme. Hal ini sesuai pendapat Mustawa et al. 2017) yang
menyatakan bahwa tekstur tanah merupakan sifat fisik yang penting karena dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan secara tidak langsung dapat
memperbaiki peredaran air, udara dan panas, aktivitas jasad hidup tanah,
tersedianya unsur hara bagi tanaman, serta perombakan bahan organik.
2.5.1. Simpulan
2.5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum acara Peran Bahan Organik
Terhadap Tekstur dan Retensi Air yaitu menyiram polybag berisi media dan
tanaman secara berkala, supaya tanaman tumbuh dengan baik.
29
DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, D. 2018. Variabilitas curah hujan dan suhu udara serta pengaruhnya
terhadap neraca air irigasi di daerah aliran Sungai Ciliwung. J. Irigasi, 12 (2)
: 97-108.
Bintoro, A., D. Widjajanto, dan I. Isrun. 2017. Karakteristik fisik tanah pada
beberapa penggunaan lahan di Desa Beka Kecamatan Marawola Kabupaten
Sigi. J. Ilmu Pertanian, 5 (4) : 423-430.
Oktarini, Y. 2021. Estimasi kurva retensi air pada batuan penutup tambang
batubara. J. Hadron, 3 (2) : 44-49.
LAMPIRAN
0,059
Kadar Air Kontrol U1 = x 100%
0,113
= 52,21%
0,06
Kadar Air Kontrol U2 = x 100%
0,124
= 48,38%
0,055
Kadar Air Kontrol U3 = x 100%
0,168
= 32,73%
0,052
Kadar Air Kontrol U4 = x 100%
0,1055
= 49,28%
0,0695
Kadar Air Kontrol U5 = x 100%
0,1515
= 45,87%
0,0586
Kadar Air Kontrol U6 = x 100%
0,142
= 41,26%
0,0405
Kadar Air Kontrol U7 = x 100%
0,059
= 68,64%
0,0455
Kadar Air Kontrol U8 = x 100%
0,111
= 40,99%
0,041
Kadar Air Kontrol U9 = x 100%
0,1405
= 29,18%
0,0515
Kadar Air Kontrol U10 = x 100%
0,1095
= 47,03%
∑ kadar air kontrol U1+U2+U3+…+Un
Rata – rata Kontrol =
jumlah ulangan
33
0,0405
KA Pupuk kandang U10 = x 100%
0,0765
= 52,94%
Gambar Keterangan
Polybag
Tanah
Benih jagung
Pupuk kandang
Air
36
Ring sampel
Timbangan analitik
37
Gambar Keterangan
ACARA III
PENILAIAN TANAH
3.1. Pendahuluan
Tanah merupakan bagian terluar yang tersusun atas mineral dan bahan
organik sisa pelapukan dan penguraian tumbuhan, hewan, dan bahan organik lain.
Identifikasi sifat dan kesuburan tanah bertujuan untuk memaksimalkan
produktivitas tanaman. Kesuburan tanah adalah mutu tanah yang ditentukan oleh
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Usaha pertanian yang dilakukan oleh manusia
sangat bergantung pada tingkat kesuburan tanah. Tanah dengan tingkat kesuburan
yang rendah membutuhkan pengelolaan yang lebih besar dari pada tanah dengan
kesuburan tinggi. Penilaian status kesuburan tanah sangat penting untuk
mengetahui unsur hara yang terkandung dalam tanah, mengetahui cara pengelolaan
yang tepat dan efektif bagi tanaman.
tingkat porositasnya tinggi. Kerapatan massa tanah merupakan salah satu sifat fisik
yang diperhatikan berdasarkan ruang pori yang berada di dalam tanah, dimana
semakin besar ruang pori di dalam tanah maka kerapatan massa di dalam tanah akan
semakin kecil (Harahap et al., 2021). Kerapatan massa dipengaruhi oleh faktor
tertentu. Faktor yang mempengaruhi tingkat kerapatan massa adalah banyaknya
fraksi penyusun dan agresi tanah (Anggriawan dan Tripama, 2015). Tanah yang
diketahui kerapatan partikel dan kerapatan massanya dapat dianalisis porositasnya.
Porositas tanah yaitu bagian yang diisi oleh udara dan air yang dipengaruhi
oleh keberadaan bahan organik tanah (Rahmawati dan Widyasunu, 2013). Tingkat
porositas tanah diukur dengan membandingkan kerapatan massa dan kerapatan
partikel tanah. Kerapatan massa berbanding terbalik dengan porositas tanah, bila
kerapatan massa tanah rendah porositas tinggi dan sebaliknya apabila kerapatan
massa tanah tinggi, maka porositas tanah rendah (Monde, 2015). Infiltrasi tanah
merupakan proses masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak mesti)
melalui permukaan tanah dan secara vertikal. Besaran ruang pori pada tanah
mempengaruhi infiltrasi dan permeabilitas (Ardiansyah et al., 2015). Besarnya
infiltrasi sangat mempengaruhi ketersediaan air dalam tanah dan tentunya infiltrasi
sangat dipengaruhi oleh sifat fisik tanah itu sendiri, sehingga ketersediaan air dalam
tanah juga tergantung dari sifat fisik tanah yang berhubungan dengan kemampuan
tanah dalam menyerap air dan kemampuannya dalam menghantarkan air.
Kimia tanah merupakan salah satu indikator dari penentuan kemampuan pada
suatu lahan. Penentuan kemampuan tanah, unsur hara dan aktivitas ion digunakan
untuk mengukur kualitas pada suatu tanah (Triharto et al., 2014). Kualitas kimia
tanah merupakan gambaran dari berbagai nilai kandungan unsur kimia yang
terkandung pada tanah. Sifat kimia tanah meliputi berbagai macam hal seperti
bagaimana keasaman tanah yang diukur dari pH, kandungan C-organik, dan
berbagai bahan organik lain seperti N, P, dan K (Gunawan et al., 2019). Sifat kimia
42
tanah meliputi berbagai hal seperti kemasaman yang diukur dari pH, serta
kandungan unsur seperti c-organik, N, P, K (Bakri et al., 2016).
pH tanah merupakan parameter keaktifan ion H+ dalam suatu larutan yang
setimbang dengan H- dari senyawa terlarut dan tidak terlarut (Gunawan et al.,
2019). Nitrogen adalah unsur hara makro yang dapat mempengaruhi kualitas kimia
tanah. Nitrogen termasuk unsur hara esensial yang bersifat sangat mobil baik di
dalam tanah maupun di luar tanah (Mawardiana et al., 2013). Unsur fosfor (P)
merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Fosfor (P)
termasuk unsur esensial tanaman yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan dan
produksi tanaman serta mendorong perkembangan akar (Rachman et al., 2020).
Kandungan kalium dalam tanah memengaruhi kondisi tanah, menentukan jenis
serta tekstur tanah. Tanah dengan tekstur yang kasar K – total lebih rendah terdiri
dari batuan dan pasir, sedangkan tekstur tanah halus K – total lebih tinggi karena
terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral K yang tinggi (Nugroho, 2015). C-
organik merupakan karbon yang terkandung dalam tanah untuk meningkatkan
produktivitas tanaman dan meningkatkan kesuburan tanah. C-Organik akan
menentukan tinggi rendahnya kandungan bahan organik dalam tanah (Elisabeth et
al., 2013).
Perhitungan nilai menggunakan parameter berupa pH, C-organik, N, P, K
dalam % digunakan untuk menentukan kualitas kimia suatu tanah. Berbagai
parameter selain N, P, K, pH, C-organik, ion digunakan untuk menentukan kualitas
tanah (Pujarawan et al., 2016). Kondisi nilai kualitas kimia tanah bersifat dinamis
yang berarti dapat berubah tergantung perlakuan yang diberikan pada tanah.
Kualitas kimia tanah dapat berubah tergantung kondisi dan juga perlakuan yang
diberikan (Nurmasita et al., 2013).
3.3.1. Materi
3.3.2. Metode
0,1-0,9 gram/cm3. Bulk density dipengaruhi oleh faktor seperti struktur tanah dan
kandungan bahan organik. Hal ini sesuai pendapat Fitra et al. (2021) yang
menyatakan bahwa bahan organik membantu dalam membuat keberadaan rongga
pada tanah, semakin ideal rongga tanah semakin menguntungkan mikroorganisme
dan akar tanaman untuk melakukan aktivitasnya.
Kesimpulan kualitas fisik tanah di Desa Timbang Lawan, Kecamatan
Bahorok memiliki tekstur tanah ideal atau baik. Jenis tanahnya lempung berdebu
yang memiliki komposisi seimbang antara fraksi kasar dan halus serta kapasitas
menjerap hara yang baik.
pendapat Arthagama dan Dana (2020) yang menyatakan bahwa kategori ideal
kemampuan respirasi tanah berada pada nilai 3,2-6,4. Tanah pada Desa Timbang
memiliki jumlah mikroorganisme dengan nilai 1,03 dengan populasi cacing tanah
13,07 individu/m2. Hal itu sesuai pendapat Wibowo (2015) yang menyatakan
bahwa porositas tanah yang baik dipengaruhi oleh jumlah cacing tanah yang
seimbang, tidak kurang dan tidak lebih.
Respirasi tanah adalah proses keluarnya CO2 dalam tanah yang terjadi karena
aktivitas mikroorganisme. Hal ini sesuai pendapat Muis et al. (2013) yang
menyatakan bahwa aktivitas mikroorganisme membuat aliran CO2 dalam tanah
lancar. Respirasi tanah dipengaruhi oleh mikroorganisme, vegetasi, suhu dan pH.
Hal ini sesuai pendapat Dwi dan Hanum (2014) yang menyatakan faktor biologi
yang mempengaruhi respirasi tanah meliputi vegetasi dan mikroorganisme
sedangkan lingkungan meliputi suhu kelembaban dan pH.
Populasi cacing tanah dan jumlah mikroorganisme yang terdapat pada tanah
menjadi faktor penentu kualitas sifat biologi pada suatu tanah. Hal ini sesuai
pendapat Supriadi et al. (2015) yang menyatakan bahwa sifat biologi tanah meliputi
jumlah mikroorganisme dan juga cacing. Cacing dan mikroorganisme pada tanah
membantu dalam penguraian bahan organik dan akan menjadi nutrisi bagi tanaman.
Hal ini sesuai pendapat Afandi et al. (2015) yang menyatakan bahwa beberapa
bahan organik yang terdapat pada tanah tidak semua siap untuk diserap akar
tanaman dan membutuhkan bantuan mikroorganisme agar dapat diserap tanaman.
Kesimpulan kualitas biologi tanah di Desa imbang Lawan Kecamatan
Bahorok, Tanah pada daerah tersebut memiliki kemampuan respirasi tanah
tergolong ideal atau baik, sehingga populasi cacing tanah dan jumlah
mikroorganisme yang terdapat pada tanah bisa sangat membantu pertumbuhan
tanaman.
47
tanah tersebut. Hal ini sesuai pendapat Nurmasyitah et al. (2013) yang menyatakan
bahwa sifat kimia pada tanah dipengaruhi oleh mikroorganisme sebagai pembantu
dalam menguraikan bahan organik tanah. Tanah yang memiliki kondisi mendukung
untuk mikroorganisme akan memiliki pH yang netral dikarenakan kebanyakan
mikroorganisme hidup pada pH netral dan kandungan unsur hara yang melimpah.
Hal ini sesuai pendapat Gunawan et al. (2019) yang menyatakan bahwa tanah yang
baik sifat kimianya akan memiliki unsur hara yang melimpah juga memiliki pH
yang netral.
Kesimpulan kualitas kimia tanah di Desa Timbang Lawan Kecamatan
Bahorok, yaitu tanahnya memiliki tingkat keasaman yang tergolong rendah dengan
tingkat kekayaan unsur hara yang juga tergolong rendah, jadi kualitas kimia tanah
di Desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok kurang baik untuk menunjang
pertumbuhan tanaman.
3.5.1. Simpulan
3.5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum Ilmu Kesuburan dan Pemupukan
acara Kesuburan Tanah berdasarkan Harkat Penilaian Tanah adalah melakukan
pengumpulan data dengan benar dan tepat sehingga hasil analisis akan lebih akurat.
49
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, R., I. S. Banuwa, dan M. Utomo. 2015. Pengaruh sistem olah tanah
dan residu pemupukan nitrogen jangka panjang terhadap struktur tanah, bobot
isi, ruang pori total dan kekerasan tanah pada pertanaman kacang hijau (Vigna
radiata L.). J. Agrotek Tropika. 3 (2) : 20 – 30
Arthagama, I. D. M., dan I. M. Dana. 2020. Evaluasi kualitas tanah sawah intensif
dan sawah yang dikonversikan untuk Kebun di Subak Kesiut Kerambitan
Tabanan. Agrotrop: J. on Agriculture Science. 10 (1) : 1 – 10.
Delsiyanti, D., D. Widjajanto, dan U. A. Rajamuddin. 2016. Sifat fisik tanah pada
beberapa penggunaan lahan di Desa Oloboju Kabupaten Sigi. Agrotekbis: J.
Ilmu Pertanian. 4 (3) : 227 – 234.
Fitra, S. H., O. Roswita, F. Wizni, dan P. N. Ade. 2021. Penentuan bulk density
ultisol di lahan praktek terbuka Unviversitas Labuhanbatu. J. Agrovital. 6 (2)
: 56 – 59.
Gunawan, G., N. Wijayanto, dan S. W. Budi. 2019. Karakteristik sifat kimia tanah
dan status kesuburan tanah pada agroforestri tanaman sayuran berbasis
Eucalyptus Sp. J. Silvikultur Tropika. 10 (2) : 63 – 69.
Hanifa, A dan L. Lutojo. 2014. Penggunaan pupuk organik berbahan urine sapi
terhadap kualitas kimia tanah di Lereng Merapi. J. Buana Sains. 14 (2) : 157
– 163.
Mawardiana, M., S. Sufardi, dan E. Husen. 2013. Pengaruh residu biochar dan
pemupukan NPK terhadap dinamika nitrogen, sifat kimia tanah dan hasil
tanaman padi (Oryza sativa L.) musim tanam ketiga. J. Manajemen
Sumberdaya Lahan, 2 (3) : 255 - 260.
50
Monde, A. 2015. Pengendalian aliran permukaan dan erosi pada lahan berbasis
kakao di Das Gumbasa, Sulawesi Tengah. J. Media Litbang Sulteng. 3 (2) :
131 – 136.
Nurmasyitah, N., S. Syafruddin, dan M. Sayuthi. 2013. Pengaruh jenis tanah dan
dosis fungi mikoriza arbuskular pada tanaman kedelai terhadap sifat kimia
tanah. J. Agristan. 17 (3) : 103 – 110.
Pujiyati, S., S. Hartati , dan W. Priyono. 2013. Efek ukuran butiran, kekasaran, dan
kekerasan dasar perairan terhadap nilai hambur balik hasil deteksi
hydroakustik. J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 2 (1) : 59 – 67.
Rachman, L. M., F. Hazra, dan R. Anisa. 2020. Penilaian terhadap sifat-sifat fisika
dan kimia tanah serta kualitasnya pada lahan sawah marjinal. J. Tanah dan
Sumberdaya Lahan, 7 (2) : 225 – 236.
Triharto, S., L. Musa, dan G. Sitanggang. Survei dan pemetaan unsur hara NPK dan
pH tanah pada lahan sawah tadah hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai
Labu. J. Agroekoteknologi. 2 (3) : 1195 – 1204.
LAMPIRAN
Fungsi
Rangking Berdasar Para Pakar Tempo
No Keterangan Guna
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X (Wt) (Ut)
INDIKATOR TANAH
A Fisika 1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 1.4 1 0.38
B Kimia 3 2 3 3 1 1 2 1 1 1 1.8 0.78 0.3
C Biologi 1 2 1 1 1 1 3 1 3 3 1.7 0.82 0.32
2.6
A SUB INDIKATOR FISIKA
Tekstur 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.47
BD 4 2 3 4 3 3 2 3 2 3 2.9 0.34 0.16
Porositas 2 3 2 2 3 2 3 3 3 1 2.4 0.42 0.2
Permeabilitas 2 4 3 2 2 3 3 2 3 3 2.7 0.37 0.17
2.13
B SUB INDIKATOR KIMIA
pH 3 1 1 1 3 3 3 6 1 1 2.3 0.61 0.17
KTK 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1.4 1 0.28
KB 1 3 3 2 1 2 1 1 1 1 1.6 0.88 0.24
N 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3.7 0.38 0.1
P 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3.7 0.38 0.1
K 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3.7 0.38 0.1
3.63
C SUB INDIKATOR BIOLOGI
BO 3 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1.7 0.94 0.33
Respirasi 1 3 1 2 2 2 2 1 1 1 1.6 1 0.35
Populasi MO 1 1 1 3 1 3 1 2 3 1 1.7 0.94 0.33
2.88
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Kesuburan dan Pemupukan, 2022.
52
1+1+1+1+1+1+1+3+2+2
X Fisika = = 1,4
10
3+2+3+3+1+1+2+1+1+1
X Kimia = = 1,8
10
1+2+1+1+1+1+3+1+3+3
X Biologi = = 1,7
10
1+1+1+1+1+1+1+1+1+1
X Testur Tanah = =1
10
4+2+3+4+3+3+2+3+2+3
X BD = = 2,9
10
2+3+2+2+3+2+3+3+3+1
X Porositas = = 2,4
10
2+4+3+2+2+3+3+2+3+3
X Permeabilitas = = 2,7
10
3+1+1+1+3+3+3+6+1+1
X pH = = 2,3
10
1+2+1+2+1+1+2+2+1+1
X KTK = = 1,4
10
1+3+3+2+1+2+1+1+1+1
X KB = = 1,6
10
4+4+4+4+4+3+3+3+4+4
XN = = 3,7
10
4+4+4+4+4+3+3+3+4+4
XP = = 3,7
10
53
4+4+4+4+4+3+3+3+4+4
XK = = 3,7
10
3+2+1+1+2+1+2+2+2+1
X BO = = 1,7
10
1+3+1+2+2+2+2+1+1+1
X Respirasi = = 1,6
10
1+1+1+3+1+3+1+2+3+1
X Populasi MO = = 1,7
10
XMin
Wt =
X
1,4
Wt Fisika = =1
1,4
1,4
Wt Kimia = = 0,78
1,8
1,4
Wt Biologi = = 0,82
1,7
Perhitungan tempo (Wt) subindikator fisika tanah:
1
Wt Tekstur tanah = =1
1
1
Wt BD = = 0,34
2,9
1
Wt Porositas = = 0,42
2,4
1
Wt Permeabilitas = = 0,37
2,7
Perhitungan tempo (Wt) subindikator Kimia tanah:
54
1,4
Wt pH = = 0,61
2,3
1,4
Wt KTK = =1
1,4
1,4
Wt KB = = 0,88
1,6
1,4
Wt N = = 0,38
3,7
1,4
Wt P = = 0,38
3,7
1,4
Wt K = = 0,38
3,7
Perhitungan tempo (Wt) subindikator biologi tanah:
1,6
Wt BO = = 0,94
1,7
1,6
Wt Respirasi = =1
1,6
1,6
Wt Populasi MO = = 0,94
1,7
Perhitungan fungsiguna (Ut) indikator tanah:
Wt
Ut =
∑ Wt
1
Ut Fisika = = 0,38
2,6
0,78
Ut Kimia = = 0,3
2,6
0,82
Ut Biologi = = 0,32
2,6
Perhitungan fungsiguna (Ut) subindikator fisika tanah:
1
Ut Tekstur tanah = = 0,47
2,13
55
0,34
Ut BD = = 0,16
2,13
0,42
Ut Porositas = = 0,2
2,13
0,37
Ut Permeabilitas = = 0,17
2,13
Perhitungan fungsiguna (Ut) subindikator Kimia tanah:
0,61
Ut pH = = 0,17
3,63
1
Ut KTK = = 0,28
3,63
0,88
Ut KB = = 0,24
3,63
0,38
Ut N = = 0,1
3,63
0,38
Ut P = = 0,1
3,63
0,38
Ut K = = 0,1
3,63
Perhitungan fungsi guna (Ut) subindikator biologi tanah:
0,94
Ut BO = = 0,33
2,88
1
Ut Respirasi = = 0,35
2,88
0,94
Ut Populasi MO = = 0,33
2,88
56
Lampiran 8. Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi di Desa Timbang Lawan, Kecamatan
Bohorok, Kabupaten Langkat
Kimia Biologi
Gambar Keterangan
Laptop
Kalkulator