You are on page 1of 13

UAS STUDI QUR’AN DAN HADITS

MAKALAH

PEMBIASAAN MENGAJI PADA DESA KARANG TENGAH PRANDON


KABUPATEN NGAWI.

Dosen Pengampu:

Sugeng Ali Mansur, M.Pd

Nama : Mohammad Azhar Almanfaluti

NIM : 1810215

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2021
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………… 3

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………… 4


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….... 6
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………….... 6

BAB II Pembahasan ………………………………………………………………… 7

BAB III Metode Penelitian

3.1 Pendekatan Penelitian ………………………………………………………… 11


3.2 Dokumentasi ………………………………………………………………… 11

Bab IV Penutup

3.3 Kesimpulan ………………………………………………………………… 12


3.4 Saran ………………………………………………………………………… 12
3.5 Kata Penutup ……………………………………………………………….... 13

Halaman 2
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam yang tiada tempat
untuk memohon kecuali kepada-Nya atas ridho serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyusun dan menyelasaikan skripsi yang berjudul: Pembiasaan Mengaji Pada Desa
Karang Tengah Prandon Kabupaten Ngawi. Shalawat serta salam tak luput pula penulis
haturkan kepada junjungan umat Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam
kegelapan yang penuh dengan kebodohan menuju alam yang terang benderang yang penuh
dengan ilmu pengetahuan sehingga kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk semoga safaat beliau selalu tercurahkan kepada kita didunia dan diakhirat kelak. Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan
saran ilmiah yang dapat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah.

Malang, 18 Desember 2021

Penulis,

Mohammad Azhar Almanfaluti

Halaman 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alquran adalah adalah sebuah kitab suci utama dalam agama Islam, yang
umat Muslim percaya bahwa kitab ini diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi perjalanan hidup manusia dari awal sampai akhir
kehidupannya atau petunjuk untuk dijadikan pegangan bagi manusia di muka bumi.
Ilmu pendidikan Islam adalah akumulasi pengetahuan yag bersumber dari Alquran dan
Hadits yang diajarkan kepada manusia yang bertujuan membentuk berkepribadian Muslim.
Pembiasaan dinilai efektif jika penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang
berusia kecil, karena memiliki rekaman ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang
belum matang sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan yang mereka lakukan
sehari-hari. Oleh karena itu, awal dalam proses pendidikan atau pembiasaan merupakan
cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-
nilai yang tertanam ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia
mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa. Pembiasaan membaca alquran menjadikan
kebiasaan sebagai salah satu metode pendidikan. Lalu mengubah seluruh sifat-sifat baik
menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah,
tanpa kehilangan banyak tenaga dan tanpa menemukan banyak kesulitan. Proses
pembiasaan harus dimulai dan ditanamkan kepada anak sejak dini. Potensi ruh keimanan
manusia yang berada dalam pribadi bisa berubah-rubah, sehingga potensi ruh yang
diberikan oleh Allah harus senantiasa dipupuk dan dipelihara dengan memberikan
pelatihan-pelatihan dalam ibadah. Pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting,
khususnya dalam pembentukan pribadi dan akhlak. Pembiasaan agama akan memasukkan
unsur-unsur positif pada pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang
didapat anak melalui pembiasaan, maka semakin banyak unsur agama dalam pribadinya
dan semakin mudahlah anak memahami ajaran agama. Jika pembiasaan sudah ditanamkan,
maka anak tidak akan merasa berat lagi untuk beribadah, bahkan ibadah akan menjadi
bingkai amal dan sumber kenikmatan dalam hidupnya karena mereka bisa berkomunikasi
langsung dengan Allah dan sesama manusia. Agar anak dapat melaksanakan shalat secara
benar dan rutin maka mereka perlu dibiasakan shalat sejak masih kecil, dari waktu ke
waktu.

Halaman 4
Ada beberapa metode atau cara yang bisa diterapkan dalam mengajari anak untuk
menghafal Alquran. Anak lebih suka mendapatkan pujian, sanjungan, reward, hadiah, dan
sebagainya. Mereka sangat menyukai hadiah atau memperoleh sesuatu bila selesai
mengerjakan tugas. Hal tersebut jauh lebih baik bila dibandingkan dengan pendekatan
ancaman atau pukulan bila si anak tidak mau atau tidak mencapai target tertentu dalam
menghafal Alquran. Sebagai guru dan orang tua jangan sampai berlaku tidak adil kepada
anak. Ketika mereka melakukan kesalahan atau tidak mencapai target kita selalu
menyalahkannya, membuatnya berputus asa dan akhirnya sang anak tidak mau lagi
menghafal. Jadi, harus lebih diperhatikan bagaimana anak tersebut selalu senang dalam
proses menghafal yang menjadi utama adalah bentuk perhatian dan kasih sayang guru dan
orang tuanya.
Pembiasaan sebagai salah satu cara yang efektif untuk menumbuhkan kemampuan
membaca Alquran terhadap anak di Karang Tengah Prandon Kabupaten Ngawi karena
dilatih dan dibiasakan untuk melakukannya setiap hari. Kebiasaan yang dilakukan setiap
hari serta diulang-ulang ulang senantiasa akan tertanam dan diingat oleh anak sehingga
mudah untuk melakukannya tanpa harus diperingatkan.
Karang Tengah Prandon Kabupaten Ngawi merupakan salah satu Desa yang
membiasakan mengaji ba’da ashar, kebiasaan inilah yang selalu dilakukan oleh anak-anak
desa tersebut membiasakan mengaji setelah ashar, Desa ini terletak tidak jauh dari alun-
alun Kabupaten Ngawi.
Pada awalnya melihat anak-anak yan mengikuti pengajian di Desa tersebut banyak yang
mengobrol, bermain-main dengan temannya sehingga proses pelaksanakan pengajian
tersebut kurang kondusif. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi,
diantaranya:
1. Masih banyak anak-anak yang terbata-terbata (kurang lancar) dalam membaca
Alquran
2. Masih kurangnya pengetahuan dan keinginan anak-anak tersebut seberapa
pentingnya mengaji Alquran di Masjid ataupun di Langgar, sehingga Masjid tempat
diadakan ngaji malam terlihat sepi dan hanya ada beberapa orang anak-anak saja
yang mengikuti pembiasaan mengaji ba’da ashar tersebut.
Selain faktor pelaksanaan ngajinya, guru juga sangat berperan penting dalam
meningkatkan proses pembelajaran, karena guru memiliki peran penting dalam
membentuk kepribadian anak, guna untuk mengembangkan sumber daya manusia serta
mensejahterakan masyarakat dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan sejak usia dini.

Halaman 5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka peneliti menarik beberapa rumusan masalah
yaitu:
1.2.1 Bagaimana pembiasaan mengaji ba’da ashar dalam meningkatkan kemampuan
membaca Alquran terhadap anak Desa Karang Tengah Prandon Kabupaten Ngawi?
1.2.2 Apa kendala pembiasaan mengaji ba’da ashar dalam meningkatkan kemampuan
membaca Alquran terhadap anak ?
1.2.3. Bagaimana upaya mengatasi kendala-kendala dalam pembiasaan mengaji ba’da
ashar dalam meningkatkan kemampuan membaca Alquran terhadap anak?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1.3.1 Ingin mengetahui pembiasaan mengaji ba’da ashar dalam meningkatkan kemampuan
membaca Alquran terhadap anak Karang Tengah Prandon Kabupaten Ngawi
1.3.2 Ingin mengetahui kendala dalam pembiasaan mengaji ba’da ashar dalam
meningkatkan kemampuan membaca Alquran terhadap anak
1.3.3 Ingin mengetahui upaya mengatasi kendala-kendala dalam pembiasaan mengaji ba’da
ashar dalam meningkatkan kemampuan membaca Alquran terhadap anak

Halaman 6
BAB II
PEMBAHASAN

Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap
dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang, sikap atau perilaku
yang menjadi kebiasaan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perilaku relatif menetap
2. Pembiasaan umumnya tidak memerlukan fungsi berfikir yang cukup tinggi,
misalnya untuk dapat mengucapkan salam cukup fungsi berfikir berupa
mengingat atau meniru saja
3. Kebiasaan bukan sebagai hasil dari proses kematagan, tetapi sebagai akibat atau
hasil pengalaman atau belajar
4. Perilaku tersebut tampil secara berulang-ulang sebagai respon terhadap stimulus
yang sama.
Pembiasaan berasal dari kata biasa dilakukan yang berarti lazim, umum, seperti sedia
kala, sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari atau sudah
sering kali. Menurut Tafsir pembiasaan adalah pengulangan. Jika guru setiap masuk kelas
mengucapkan salam, itu telah diartikan sebagai usaha membiasakan. Bila murid masuk
kelas tidak mengucapkan salam, maka guru mengingatkan agar ketika masuk ruangan
hendaklah mengucapkan salam (Ahmad Tafsir, 2010, hlm. 144).
Pembiasaan merupakan upaya praktis dalam pendidikan dan pembinaan anak. Hasil
dari pembiasaan yang dilakukan seorang pendidik ialah terciptanya suatu kebiasaan bagi
anak didiknya atau murid. Seorang anak yang terbiasa mengamalkan nilai-nilai ajaran islam
lebih dapat diharapkan dalam kehidupannya nanti, murid akan menjadi seorang muslim
yang saleh. Pembiasaan yang dilakukan sejak dini akan membawa kegemaran dan kebiasaan
yang menjadi semacam kebiasaan sehingga menjadi bagian tidak terpisahkan dari
kepribadiannya. Ciri khas dari pada metode pembiasaan yaitu kegiatan yang berupa
pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama. Pengulangan tersebut sengaja
dilakukan berkali-kali supaya asosiasi antara srimulus dengan respon menjadi sangat kuat.
Dengan kata lain, tidak mudah di lupakan. Dengan demikian, terbentuklah pengetahuan siap
atau keterampilan yang siap setiap saat, siap untuk dipergunakan oleh yang bersangkutan.
Pembiasaan mengaji ba’da ashar merupakan suatu pembiasaan yang dilakukan oleh
anak-anak Karang Tengah Prandon Kabupaten Ngawi setiap setelah Ashar selalu
melaksanakan pembiasaan tersebut, kecuali pada malam jum’at atau hari kamis, pembiasaan

Halaman 7
ini dilakukan secara berulang-ulang dengan adanya pembiasaan ini maka anak-anak akan
terbiasa setiap ba’da ashar selalu melaksanakan ashar mengaji. Agar terbiasa dari sejak dini
hingga menginjak usia yang tak terbatas waktunya.
Di dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata “mampu” yang
berarti kuasa (biasa, sanggup, melakukan sesuatu). Kemampuan merupakan suatu
kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia biasa
melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Ahmad Fathoni dalam bukunya “petunjuk Praktis
Tahsin Tartil Alquran” mengatakan bahwa ketika adanya pembelajaran Alquran, maka
seseorang akan memperoleh setidaknya empat pokok dari hasil pembelajaran tersebut:
1) Kefasihan dalam membaca Alquran
Fasih berasal dari kata fashoha-yafshohu yang berarti bicara dengan terang,
jelas, petah lidah. Fasih dalam membaca Alquran maksudnya terang atau
jelas dalam pengucapan lisan ketika membaca Alquran. Membaca Alquran
berbeda dengan membaca bacaan yang lainnya, karena Alquran adalah
kalamullah yang ayat-ayat-Nya tersusun dengan rapi dan dijelaskan secara
terperinci, yang berasal dari Zat Yang Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui. (Ahmad Fathoni, 2016, hlm. 228)

2) Ketepatan pada tajwidnya


Tajwid secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah
atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata jawwada yang secara
bahasa artinya memperbaiki (Muhammad Zulifan, 2016, hlm. 19). Dalam
ilmu qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan
memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu
yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-
huruf yang terdapat dalam kitab suci Alquran maupun bukan. Sebagian
besar ulama mengatakan bahwa tajwid adalah suatu cabang ilmu yang
sangat penting untuk dipelajari sebelum mempelajari ilmu qira’at Alquran.
Ilmu tajwid ialah ilmu untuk membaguskan bacaan Alquran dengan
mengetahui hukum-hukumnya, bagaimana sebenarnya membunyikan
huruf-huruf dengan betul, baik huruf yang berdiri sendiri maupun huruf
dalam rangkaian.
3) Ketepatan pada makhrajnya

Halaman 8
Sebelum membaca Alquran, sebaiknya seseorang terlebih dahulu
mengetahui makhraj dan sifat-sifat huruf. Sebagaimana yang dijelaskan
dalam ilmu tajwid. Makharijul huruf artinya tempat keluar huruf. Dengan
mengetahui makharijul huruf maka seseorang akan membaca huru-huruf
Alquran sesuai dengan tempat keluarnya seperti di tenggorokan, ditengah
lidah, antara dua bibir dan lain-lain.
4) Kelancaran membaca Alquran
Lancar adalah cepat tak ada hambatan, tidak tersendat-sendat. Kelancaran
membaca Alquran anak berarti anak mampu membaca Alquran dengan
lancar, cepat, tepat dan benar. Kemampuan belajar membaca Alquran secara
umum dipengaruhi oleh adanya oleh dua faktor diantaranya:
a. Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri anak. Faktor
ini besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak khususnya
pula penguasaan membaca Alquran anak. Adapun yang termasuk
faktor internal adalah sebagai berikut:
1. Bakat
2. Minat
3. Inteligensis
b. Faktor Eksternal yaitu adalah faktor yang timbul dari luar diri anak.
Alquran adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW Melalui malaikat Jibril, untuk diteruskan
penyampaiannya kepada seluruh umat manusia di muka bumi sampai akhir zaman nanti.
Dalam ajaran Islam bahwa Alquran adalah membaca sesuatu yang bermanfaat baik dunia
maupun akhirat dan membaca yang sangat dianjurkan diperintahkan oleh Allah yaitu
membaca Alquran. Sebagai manusia yang beragama, selalu berupaya untuk senantiasa
membaca ayat-ayat atau tanda-tanda kebesaran Allah dimuka bumi ini. alah perintah untuk
membaca.
Untuk pandai baca Alquran perlu lembaga pendidikan termasuk lembaga masjid.
Pendidikan dapat terlaksana dengan baik apabila ada yang mendidik dan ada yang di didik,
ada tujuan yang akan dicapai tersedia sarana dan prasarana baik melalui pendidikan formal
maupun informal. Memilih tempat yang tepat merupakan sebuah keharusan sebagaimana
pengelolaan pendidikan yang telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW, dimana beliau
tidak membatasi penyampaian olmu di tempat tertentu saja, bahkan beliau mengajar para
sahabat dimanapun selama ada kesempatan yang mendukung.

Halaman 9
Keutamaan membaca Alquran
Alquran memerintahkan umat Islam untuk belajar, sejak ayat pertama kali diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, Disebutkan dalam Alquran Surah Al-Alaq yang berbunyi:

Artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Rabbmu Yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah yang Paling
Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S Al-Alaq: 1-5).

Metode penyampaian wahyu yang pertama dari malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad ini merupakan metode pembelajaran Al-Qur’an yang pertama. Maka setiap
diturunkannya Al-Qur’an, Nabi langsung menyampaikan kepada para sahabat, dimana
sahabat pada waktu itu masih banyak yang belum bisa membaca apalagi menulis namun
sahabat dapat menerima bacaan Al-Qur’an dengan baik.

Halaman 10
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebagai upaya untuk memberikan


jawaban atas permasalahan yang telah dibentangkan, karena sifatnya menggunakan
wawancara di desa Karang Tengah Prandon Kabupaten Ngawi. Desa tersebut kurangnya
peningkatan membaca Alquran pada anak-anak yang mengikuti pengajian ba’da ashar di
Karang Tengah Prandon Kabupaten Ngawi. Baik secara langsung maupun secara tidak
langsung serta disaat saya berkomunikasi dan mendengarkan secara langsung bacaan
Alquran salah seorang anak yang saya temui. Hal tersebut juga permasalahan yang belum
pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya.

3.2 Dokumentasi

Halaman 11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pembiasaan mengaji ba’da ashar dalam meningkatkan kemampuan membaca Alquran
terhadap anak Desa Karang Tengah Prandon Kabupaten Ngawi berjalan dengan baik
hanya saja proses pelaksanaannya tidak kondusif. Sistem mengajinya yaitu dengan cara
maju satu persatu untuk membaca Alquran ataupun juzz ammanya sekaligus guru ngaji
sambil menyimak dan memperhatikan bacaan serta hukum tajwidnya, jika ada
bacaannya yang salah ataupun tajwidnya maka guru ngaji akan membenarkannnya agar
tidak keliru sampai murid benar-benar faham bagaimana cara membaca Alquran sesuai
dengan kaidah ilmu tajwid.
2. Kendala yang dihadapi dalam pembiasaan mengaji ba’da ashar di Karang Tengah
Prandon Kabupaten Ngawi adalah dalam hal Kurangnya minat anak dalam
meningkatkan kemampuan membaca Alquran, Kurangnya pengetahuan dan keinginan
anak menerapkan tajwid dalam membaca Alquran dan juga anak yang malas dalam
mengikuti kegiatan mengaji tersebut.
3. Upaya yang dilakukan guru ngaji dalam mengatasi kendala tersebut adalah memotivasi
anak agar memiliki keinginan yang kuat untuk mempelajari Alquran dan mengajarkan
tajwid kepada anak, melakukan evaluasi penerapan membaca Alquran sesuai tajwid
sebagai tolak ukur keberhasilan dalam mengajar.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis ajukan adalah
1. Kepada ketua dan Kepala desa Karang Tengah Prandon Kabupaten Ngawi agar lebih
memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan sarana dan prasarana bagi guru maupun
anak-anak yang mengaji
2. Kepada guru agar lebih kreatif dan selalu memberikan motivasi supaya anak-anak
tersebut tidak merasa bosan ataupun jenuh dengan pembelajaran yang diberikan
3. Kepada khusus anak-anak agar selalu menjaga adab kepada guru dan selalu istiqomah
untuk mengikuti kegiatan mengaji ba’da ashar agar nantinya bisa memahami dan

Halaman 12
menerapkan bacaan Alquran dengan baik dan benar menurut hukum tajwid, kemudian
bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4.3 Kata Penutup


Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
karunia dan nikmat yang sangat besar kepada penulis, penulis menyadari bahwa penulisan
makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran ilmiah yang dapat
membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah. Dengan harapan,
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi penulis sendiri khususnya. Sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas akhir mata kuliah studi quran dan Hadits.

Halaman 13

You might also like