Professional Documents
Culture Documents
Kel 3 Mutu - Infertilitas
Kel 3 Mutu - Infertilitas
disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mutu Layanan Kesehatan &
Kebijakan Kesehatan
Makalah berjudul:
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Mutu Layanan Kesehatan &
Kebijakan Kesehatan
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena penulisan makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini membahas tentang “Pengelolaan
Masalah Kesehatan Pasangan Usia Subur (Infertilitas)” diharapkan dapat memberi
pengetahuan serta menambah wawasan bagi siapapun yang membaca makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun. Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Nurul Aini, M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Jember.
2. Ibu Sultanah Zahariah, M. Keb. selaku Ka Prodi Akademi Kebidanan
Jember.
3. Ibu Sri Utami, SKM.,MM selaku pengajar mata kuliah Mutu Layanan
Kesehatan & Kebijakan Kesehatan
4. Akademi Kebidanan Jember.
5. Teman-teman tingkat 3 Akademi Kebidanan Jember.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, terutama bagi
penulis sendiri untuk mempermudah pemahaman dan peningkatan
pengetahuan.
Tim Penulis
3
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyebab infertilitas dapat berasal dari pihak istri maupun suami atau
kedua-duanya. Karena keberhasilan kehamilan tak dapat diandalkan hanya
pada satu pihak saja, maka penanganan infertilitas haruslah dalam kesatuan
pasangan. Penyebab infertilitas itu ada yang dengan mudah dapat dijelaskan,
yang umumnya dapat dicari cara pengobatannya yang terarah, tetapi ada pula
yang belum/tak dapat dijelaskan (unexplained/idiopatik), meskipun telah
tersedia cara-cara diagnostik yang canggih dan teknik-teknik pengobatan yang
maju.
5
berbagai cabang Ilmu kedokteran, khususnya dalam bidang reproduksi,
bioteknologi maupun teknologi instrumentasi, telah sangat mempermudah
para ahli untuk memberikan bantuan itu. Kemajuan itu meliputi teknik
penerapan hormon reproduksi, teknik ultrasonografi, histeroskopi,
laparoskopi, maupun biakan jaringan. Kemajuan itu akhirnya telah melahirkan
teknik Fertilisasi In Vitro (FIV) dengan berbagai kelengkapan penunjangnya,
yang kini telah berhasil menolong banyak pasangan infertile yang dengan
cara-cara biasa tak berhasil hamil.
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami bagaimana definisi dari infertilitas.
2. Mahasiswa mampu memahami bagaimana etiologi dari infertilitas.
3. Mahasiswa mampu memahamai pemeiksaan yang dilakukan pada
pasangan infertilitas.
4. Mahasiswa mampu memahami penanggulangan infertilitas
5.
6
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Fertilitas :
2. Pasangan infertil :
3. Infertilitas primer :
4. Infertilitas sekunder :
Jika istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi
walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
6. Ovulasi :
Adalah pecahnya folikel yang matang dan disertai dengan lepasnya ovum
ke luardari permukaan folikel.
7
7. Fertilisasi :
8. Fertilisasi alamiah :
8
jalur transportasi (tuba fallopii), gangguan peritoneum, dan gangguan
imunologik.
a. Volume : 2 – 5 ml
b. Jumlah sperma /ml : Lebih dari 20 juta
c. Motilitas pada 6-8 jam : Lebih dari 50 %
d. Bentuk sperma yang normal : Lebih dari 25 %
e. Kandungan fruktosa : 1.200 – 4.500 mikrogam per ml.
9
6) Kimiawi : obat – obat sitostatika
3. Gangguan ovulasi
10
keadaan yang siap untuk memungkinkan hasil konsepsi tertanam dan
kemudian mengalami tumbuh-kembang. Sekitar 20 % wanita infertil
mengalami kerusakan tuba fallopii. Gangguan pada susunan genetalia
wanita yang dapat mencegah fertilisasi dan implantasi adalah sebagai
berikut :
a. Uterus dan Serviks:
c. Tuba Fallopii
d. Kelainan peritoneum
11
makrofag. Keadaan endometriosis sering kali terjadi seiring dengan
anovulasi atau ovulasi inadekuat. Pada keadaan ini kadar steroid
progesterone rendah di dalam zalir peritoneal,sedangkan kadar
estrogen dapat normal atau tinggi, dan dengan ratio P/E2 < 0,06 dapat
dikatakan bahwa tidak terjadi ovulasi. Selain itu prostaglandin akan
meningkat kadarnya, sedangkan sel makrofag dapat meningkat jumlah
pada lesi ringan atau sedang menyerupai keadaan infeksi kronik. Pada
lesi yang lebih berat, jumlah sel ini bahkan menurun.
e. Kelainan imunologik
1. Anamnesa riwayat penyakit
12
pasangan diperiksa bersama-sama, karena dokter yang menanganinya akan
dapat menilai interaksi mereka. Untuk pemeriksaan berikutnya, lebih baik
mereka dinilai sendiri-sendiri. Rincian pokok dari riwayat penyakit yang
perlu diperoleh dari pasangan infertil adalah sebagai berikut :
a. Untuk keduanya:
b. Suami:
c. Istri:
a. Suami
3) Pemeriksaan laboratorik:
13
Apabila perlu, pemeriksaan serologic dan atau biakan terhadap/
toxoplasma,klamidia, mikoplasma dan rubella serta pemeriksaan
inkompabilitas ABO/Rh.
4) Analisa sperma
b. Istri :
1) Pemeriksaan ginekologik :
2) Pemeriksaan laboratorik :
14
jamur, parasit), apabila perlu : pemeriksaan serologi dan atau
biakan terhadap toksoplasma klamidia,rubella serta pemeriksaan
inkompabilitas ABO/Rh.
3) Pemantauan ovulasi
a) Riwayat haid:
b) Uji pakis:
15
menentukan apakah telah terjadi ovulasi.SBB diambil tiap hari
pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur
atau makan minum. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika
wanita itu berovulasi, grafik akan memperlihatkan pola bifasik
yang khas. Suhu pada paro pertama siklus haid adalah lebih
rendah, dan suhu terendah terjadi saat ovulasi, kemudian secara
keseluruhan grafik akan meningkat sepanjang paro kedua
siklus haid. Walaupun grafik bifasik berarti bahwa ovulasi
telah terjadi, suatu grafik monofasik belum membantah bahwa
ovulasi tidak terjadi. Kesalahannya pada penggunaan yang baik
berkisar 20 %. SBB dapat dipakai untuk menentukan
kemungkinan hari ovulasi, sehingga senggama dapat diarahkan
sekitar saat itu.
e) Peneraan hormon:
4) Pencitraan dengan Ultrasonografi
16
layar pantau. Untuk memantau ada tidaknya sel telor yang matang
digunkan USG transvaginal. Pada pemerikasaan dengan USG
transvaginal ini, kandung kemih harus dikosongkan dan
pemeriksaan dilakukan di kamar khusus serta pasien perlu
menanggalkan pakaian dari pinggang kebawah.Untuk menilai
adanya ovulasi, maka pasien akan dipantau secara serial mulai hari
ke 10,12,dan 14 dari haid pertama. Sel telor dikatakan matang bila
dalam pemantauan dengan USG transvaginal dijumpai adanya
folikel yang berpenampang >18 mm. Pada saat ini lapisan
endometrium akan menunjukkan gambaran triple line dengan
diameter sekitar >1 Cm. Dan dikatakan terjadi ovulasi jika folikel
yang matang tadi bentuk dan ukurannya sudah berubah (tidak
teratur dan mengecil ), serta tampak adanya cairan pada cavum
doglasi.
17
campuran yang mengandung antibiotika, deksametasone dan
antispasmodic. Pemeriksaan ini dilakukan pada hari ke 10 – 12 dari
siklus haid. Adanya rasa nyeri di perut bawah menandakan adanya
iritasi peritoneum oleh cairan yang melalui tuba fallopii.Dan ini
menandakan bahwa tuba fallopii itu paten (tidak buntu). Penilaian
dengan histerosalpingogram dilakukan pada paruhpertama siklus
haid untuk menghindari penyinaran terhadap kemungkinan
kehamilan. Disini larutan radio opak disuntikkan melalui kanal
serviks ke dalam uterus dan tuba fallopii. Perjalanan kontras dapat
dipantau melalui layar dengan penguat bayangan sehinga lukisan
rongga uterus dapat dilihat. Spasme tuba,obstruksi tuba dan
perlekatan pelvic dapat dilihat dan pelimpahan peritoneal juga
dapat diamati. Penilaian ini tidak seluruhnya bisa dipercaya, dan
sering kali harus ditunjang dengan laparoskopi.
18
1) Tindakan pembedahan / operasi varikokel. Tindakan yang saat ini
dianggap paling tepat adalah dengan operasi berupa pengikatan
pembuluh darah yang melebar (varikokel) tersebut. Suatu penelitian
dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan pada 66%
penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan,
dibandingkan dengan hanya 10% pada kelompok yang tidak
dioperasi.
2) Memberikan suplemen vitamin. Infertilitas yang tidak diketahui
penyebabnya merupakan masalah bermakna karena meliputi 20%
penderita. Penanggulangannya berupa pemberian beberapa macam
obat, yang dari pengalaman berhasil menaikkan jumlah dan kualitas
sperma. Usaha menemukan penyebab di tingka kromosom dan
keberhasian manipulasi genetik tampaknya menjadi titik harapan di
masa datang.
3) Tindakan operasi pada penyumbatan di saluran sperma. Bila
sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat
diusahakan koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga
dipastikan ada atau tidaknya produksi sperma di testis.
4) Menghentikan obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan
sperma.
5) Menjalani teknik reproduksi bantuan. Termasuk dalam hal ini adalah
inseminasi intra uterin dan progra bayi tabung. Tindakan inseminasi
dilakukan apabila ada masalah jumlah sperma yang sangat sedikit
atau akibat masalah antibodi pada serviks. Pria dengan jumlah
sperma hanya 5- 10 juta/cc dapat mencoba inseminasi buatan.
Sedagkan bayi tabung umumya membutuhkan sperma hanya
beberapa buahdapat dilakukan dengan teknologi terbaru dengan
menyuntikkan langsung sel sperma ke dalam sel telur yang dikenal
sebagai ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection)
b. Penanggulangan infertilitas wanita
Penanganan pada wanita dapat dibagi dalam 7 langkah yang digambarkan
sebagai berikut:
19
1) Langkah I
Cara yang terbaik untuk mencari penyebab infetilitas pada wanita.
Banyak faktor penting yang berkaitan dengan infertilitas dapat
ditanyakan pada pasien. Anamnesis meliputi hal-hal berikut :
1. Lama fertilitas
2. Riwayat menstruasi, ovulasi dan dismenore
3. Riwayat koitus, frekuensi koitus, dispareunia.
4. Riwayat komplikasi pascapartum, abortus, kehamilan ektopik,
kehamilan terakhir.
5. Kontrasespsi yang pernah digunakan.
6. Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya.
7. Riwayat penyakit sistematik (tuberculosis, diabetes melitus,
tiroid)
8. Pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme)
9. Riwayat bedah perut/hipofisis/ginekologi
10. Riwayat keluar ASI
11. Pengetahuan kesuburan.
2) Langkah II (Analisis Abnormal)
Dilakukan jika hasil anamnesis ditemukan riwayat atau sedang
mengalami gangguan menstruasi, atau dari pemeriksaan dengan suhu
basal badan (SBB) ditemukan anovulasi. Hiperprolaktinemia
menyebabkan gangguan sekresi GnRH yang akibatnya terjadi
anovulasi. Kadar normal prolaktin adalah 525 ng/ml. Jika ditemukan
kadar prolaktin >50 ng/ml dosertai gangguan menstruasi, perlu
dipikirkan ada tumor di hipofisis. Pemeriksaan gonadotropin dapat
memberi informasi tentang penyebab tidak terjadinya menstruasi.
3) Langkah III (Uji Pasca-Koitus)
Tes ini dapat emberi informasi tentang interaksi antara sperma
dan getah serviks. Jika hasilnya negatif, perlu dilakukan evaluasi
kembali terhadap sperma.
4) Langkah IV (Penilaian Ovulasi)
20
Penilaian ovulasi dapat diukur dengan pengukuran suhu basal
badan (SBB). Sbb dikerjakan setiap hari pada saat bangun pagi hari,
sebelum bangkit dari tempat tidur, atau sebelum makan dan minum.
Jika wanita memilki siklus haid berovulasi, grafik akan
memperlihatkan gambaran bifasik, sedangkan yang tidak berovulasi
gambaran grafiknya monofasik. Pada gangguan ovulasi idiopatik
yang penyebabnya tidak diketahui, induksi ovulasi dapat dicoba
dengan pemberian estrogen (umpan balik positif) atau antiestrogen
(umpan balik negatif). Cara lain untuk menilai ovulasi adalah dengan
USG. Jika diameter folikel mencapai 18 – 25 mm, berarti
menunjukkan folikel yang matang dan tidak lama lagi akan terjadi
ovulasi.
5) Langkah V (Pemeriksaan Bakteriologi)
Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi dari vagina dan
porsio. Infeksi akibat Clamydia Trachomatis dan Gonokokus sering
menyebabkan sumbatan tuba.
6) Langkah VI (Analisis Fase Luteal)
Kadar estradiol yang tinggi pada fase luteal dapat menghambat
implantasi. Pengobatan insufisiensi korpus luteum dengan pemberian
sediaan progesteron alamiah.
7) Langkah VII (Diagnosis Tuba Fallopi)
Karena makin meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual,
pemeriksaan tuba menjadi sangat penting. Tuba yang tersumbat,
gangguan hormon, dan anovulasi merupakan penyebab tersering
infertilitas. Penanganan pada prediposisi infertilitas bergantung pada
penyebabnya, termasuk pemberian antibiotik untuk infertilitas akibat
infeksi.
BAB 3
PENUTUP
21
4.1 Kesimpulan
1. Infertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil oleh dan
melahirkan bayi hidup dari suami yang mampu menghamilinya.
2. Etiologi infertilitas dapat disebabkan oleh: Gangguan pada hubungan
seksual, gangguan produksi dan transportasi sperma, gangguan ovulasi
dan hormonal yang lain termasuk gangguan pada tingkat reseptor
hormon reproduksi, kelainan tempat implantasi (endometrium) dan
uterus, kelainan jalur transportasi (tuba fallopii), gangguan peritoneum,
dan gangguan imunologik.
3. Sekitar 4 dari 5 pasangan akan hamil dalam satu tahun pernikahan
dengan senggama yang normal dan teratur. Setiap pasangan yang belum
berhasil hamil dalam kurun waktu ini patut diperiksa dengan tuntas.
Sebenarnya cukup bijaksana untuk memulai pemeriksaan pendahuluan
yang sederhana sebelum masa ini,jika pasangan tersebut khawatir tidak
akan mempunyai keturunan
4. Penanggulangan terbaik adalah dengan menangani penyebabnya.
Namun tidak semua penyebab diketahui dan sebaliknya cukup banyak
penderita yang diketahui penyebabnya, namun tidak dapat tuntas
ditanggulangi.
4.2 Saran
Makalah ini dapat digunakan oleh pembaca sebagai referensi untuk
menambah referensi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Semoga
makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi kita semua yang
membacanya. Dan dapat menambah pengetahuan pembaca tentang
pengelolaan masalah kesehatan pasangan usia subur (Infertilitas). Dan dalam
pembuatan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang
perlu di perbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
22
Daniel, 2018. Benarkah Infertilitas Disebabkan Gaya Hidup. Bandung :
PT. Refika Aditama.
Elizabeth, 2015. Panduan kesehatan Bagi Wanita. Jakarta : PT. Prestasi
Pustaka.
Herlianto, Harijati. 2014. Fertilitas (Kelahiran) dalam Pengantar
Demogarf. Jakarta: PT Lembaga Demografi UI.
Manuaba, IBG.2012. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan.
Jakarta.
Permadi, 2018. Mengatasi Infertilitas. Bandung: PT Grafindo
Yatim, Wildan. 2014. Reproduksi Dan Embryologi.Bandung: Tarsito.
Ida Bagus Yuda. 2019. Evaluasi Kesehatan Reproduksi pada Pasangan
Infertil. RSD Mangusada. Badung, Bali.
23