You are on page 1of 8

Versi online:

Moch. Agus Krisno Budiyanto http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420

TIPOLOGI PENDAYAGUNAAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA


MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK DI DESA SUMBERSARI
KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG
Moch. Agus Krisno Budiyanto

Staf Pengajar Jurusan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang
Alamat Korespondensi : Jl. Cengger Ayam Dalam I/38 Malang
Email: aguskrisno@yahoo.co.id

ABSTRACT

Organic farming is an alternative to the development of eco-friendly farming and sustainable.


Organic farming is one attempt to win the competition in the market seized on post-Asean free
trade. This research addresses the concept of “Typology Administrative Cow Manure in Organic
Farming Support Efforts in the Sumbersari District Poncokusumo Village Malang Regency.” This
concept is expected to enrich the lecture material of General Microbiology, Introduction to
Microbiology Subject Agriculture and Industry.
The research approach used in this study is a qualitative research design with phenomenology
research. Research informants are cattle breeders, farmers, and Owners / Investors Cow in the
Sumbersari District Poncokusumo Village Malang Regency. Sampling technique used was purposive
sampling. Data collection methods used are indepth interviews and questionnaires. The research
data were analyzed with qualitative analysis (Content Analysis) with Interactive Models by Milles
and Hubermen (1994).
Based on research results can be stated that the majority of farmers utilize manure as organic
fertilizer (cow dung by piling soil or put holes) and some small farmers dispose of cow manure that
pollute the environment just a place to stay, even some farmers who let the dirt at times cow barn
became so bad environmental sanitation that can affect the health of cattle. The use of organic
manure fertilizer is also increasing with the reason it easier to find, cheap, and better fertilization
results

Key Word: administrative, cow manure, organic farming, organic fertilizer, fertilization results

PENDAHULUAN maju, seperti Eropa, Jepang, dan Amerika sangat


tertarik akan pangan organik dikarenakan motivasi
Pertanian organik merupakan salah satu alternatif kesehatan, produknya lebih segar, rasanya enak, bagus
menuju pembangunan pertanian yang ramah lingkungan teksturnya dan memiliki sifat spesifik yang dapat
dan berkelanjutan. Tujuan utama dari sistem pertanian memberikan kepuasan serta kenikmatan tersendiri. Di
organik adalah untuk menghasilkan produk bahan beberapa negara maju, pertanian organik telah
pangan yang aman bagi kesehatan produsen maupun menunjukkan porsi yang cukup baik dalam sistem
konsumen dan tidak merusak lingkungan. Pengertian produksi pangan. Misalnya di Austria, 10% dari pangan
organik menurut FAO adalah ” a holistic production berasal dari pertanian organik, di Swiss pangan
management system which promotes and enhances organik mencapai 7,8%, dan di beberapa negara
agroecosistern healyh, including biodiversity, biological lainnya seperti Amerika Serikat, Perancis, Jepang dan
cycles, and soil biological activity. Pertanian organik Singapura, kemajuan dalam pertanian organik
merupakan suatu sistem pertanian berkelanjutan yang mencapai lebih dari 20% setiap tahunnya.
diakui oleh Komisi Eropa (European Commission) Menurut survey tahun 2005, Ceko telah
dan Agricultural Council pada Konferensi menghabiskan US $ 15,9 juta (Rp 133,878 milyar)
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1992 (Jolly, untuk membeli produk organik. Nilai tersebut
2000). Menurut Winarno dalam Bahar (2008) diperkirakan akan mencapai US $ 59 juta (Rp 496,78
konsumen dalam dan luar negeri, khususnya di negara milyar) pada tahun 2011. 50% dari nilai tersebut berasal

42 GAMMA, Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49


GAMMAVersi online: Versi online:
Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420

dari masyarakat Ceko yang sama sekali tidak terkontaminasi, kandungan listeria di dalam es krim
mengenal produk organik dan hanya 3% saja berasal dan residu pestisida yang tinggi pada sayuran.
dari konsumen Ceko yang secara teratur membeli Supermarket Wal-Mart dan Carrefour adalah dua
produk berlabel ramah lingkungan. Survei pusat perbelanjaan yang mendapatkan keuntungan dari
menyebutkan bahwa umumnya masyarakat Ceko peningkatan permintaan produk organik tersebut.
cenderung membeli produk organik oleh karena Supermarket Wal-Mart di Beijing menyatakan
harganya yang tinggi dan kandungan nilai tradisionalnya penjualan sayur organik meningkat tajam menjadi 88%
(Yusmaini,2009). dalam kurun waktu 12 bulan sejak bulan November
Saat ini sekitar 10% – 15% rumah tangga di 2006 dari penjualan terakhir tahun 2005-2006 sebesar
Swiss membeli produk organik secara teratur. Swiss 13.6% (Yusmaini,2009).
merupakan pembeli produk organik terbesar di dunia Disisi lain menurut Dinas Pertanian Sumut
dengan menghabiskan SFr 160 (Rp 1,185,600,-) per (2010), pertanian organik merupakan salah satu upaya
orang setiap tahunnya untuk produk-produk organik untuk bisa memenangkan persaingan dalam merebut
tertentu. Di antara produk-produk tersebut, produk pasar pada pascaperdagangan bebas Asean.
pangan organik menguasai 3% dari penjualan produk Peningkatan kemampuan penetrasi pasar dan daya
organik. Migros, penjual makanan terbesar di Swiss, saing produk pertanian organik yang perlu mendapat
mampu menjual produk organik bersertifikasi sebesar perhatian yang lebih serius untuk lebih ditingkatkan
SFr 300 juta (Rp 2.223 trilyun) pada tahun 2005. lagi adalah penetapan produk hortikultura unggulan dan
Fenomena ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi wilayah andalan untuk produk hortikultura, produk
petani, khususnya bagi petani organik, karena harus hortikultura organik, SDM berbudaya industri, teknologi,
bersaing dalam hal mutu produk organik dengan manajemen, harga yang bersaing, permodalan, promosi
supermarket produkproduk organik yang dijualnya dan pemasaran, infrastruktur, dan penyediaan pupuk
seperti Aldi (Jerman) dan Carrefour (Perancis). organik. Salah satu bahan potensial untuk pupuk
Banyak ahli memprediksikan bahwa tak lama lagi organik adalah kotoran sapi.
petani organik akan dapat menjual produknya dengan Disisi lain potensi jumlah kotoran sapi dapat dilihat
dengan harga supermarket yang tinggi jika petani dari populasi sapi. Populasi sapi potong di Indonesia
mampu membuktikan rasa produk organiknya lebih sekitar 10,8 juta ekor dan akan bertambah dengan
enak dan bergizi secara ilmiah (Yusmaini,2009). kebijakan pembatasan impor daging. Menteri Pertanian
Di Kanada, promosi konsumen ternyata dapat tahun 2010 akan memperketat pemberlakuan
berpengaruh pada permintaan pangan organik di peraturan tentang pembatasan impor daging walaupun
pasaran. Pertumbuhan permintaan pangan organik di Peraturan Menteri Pertanian Nomor 20 Tahun 2009
pasar diprediksikan mencapai 17.41% pada periode yang mengizinkan dan mengatur tentang impor daging
2007 – 2011. Padahal permintaan tahun sebelumnya masih berlaku. Pembatasan impor daging tersebut
hanyalah sebesar 3% – 4%. Pertumbuhan permintaan secara bertahap akan mengarah kepada penutupan
tersebut menyebabkan total penjualan pangan ijin impor daging. Hal memberi peluang baru tumbuhnya
bersertifikat organik sepanjang tahun 2006 mencapai usaha peternakan sapi potong. (Dinas Peternakan
US $ 412 juta (Rp 3.72 trilyun) dari total penjualan Provinsi Jambi, 2010). Sedangkan jumlah sapi perah
pangan di Kanada sebesar US $ 46 milyar (Rp 415.01 di Indonesia hanya 350.000-400.000 ekor, dengan rata-
trilyun). Dari total penjualan tahun 2006 tersebut, pasar rata kepemilikan tiga ekor per peternak. Satu ekor sapi
pangan organik di Kanada mendapatkan keuntungan rata-rata setiap hari menghasilkan 7 kilogram kotoran
sebesar US $ 1.4 juta atau 12.63 milyar rupaih kering, sehingga kotoran sapi kering yang dihasilkan
(Yusmaini,2009). di Indonesia sebanyak 78,4 juta kilogram kotoran
Media Organik Inggris memberitakan bahwa kering/hari. Di Bantul misalnya, dengan populasi sapi
pedagang yang menjual makanan organik di Asia potong 49.957 ekor sehingga setiap hari produksi
meningkat 20% setiap tahunnya. Angka ini tidaklah kotoran kering sapi mencapai 349,7 ton sudah dapat
mengejutkan mengingat begitu banyaknya tulisan mencukupi bahan baku pabrik pupuk organik
tentang krisis keamanan pangan yang menyerang Petroganik dengan kapasitas 7,5 ton per hari. Sapi
konsumen setiap harinya, termasuk tentang ikan dengan bobot 450 kg menghasilkan limbah berupa

Moch. Agus Krisno Budiyanto, Tipologi Pendayagunaan Kotoran Sapi dalam Upaya Mendukung Pertanian 43
Organik di Desa Sumbersari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
Versi online:
Moch. Agus Krisno Budiyanto http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420

feses dan urin lebih kurang 25 kg per hari (Prihandarini, Pemodal Pengemukan Sapi (untuk mendapatkan
2008). informasi tentang peran serta dalam mendukung
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pendayagunaan kotoran sapi dalam budidaya pertanian
penelitian ini dirancang untuk menjawab masalah organik).
(fokus) penelitian bagaimanakah tipologi Untuk menjamin kepercayaan data yang
pendayagunaan kotoran sapi dalam upaya mendukung diperoleh, maka kriteria yang digunakan untuk
pertanian organik di Desa Sumbersari Kecamatan pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini
Poncokusumo Kabupaten Malang? meliputi: 1) derajat kepercayaan (credibility) dengan
menggunakan triangulasi metode (metode
METODELOGI PENELITIAN pengumpulan data) dan triangulasi sumber (informan),
2) keteralihan (transferabiliy) dengan menyediakan
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam data deskriptif secukupnya untuk membuat keputusan
penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain tentang pengalihan, 3) kriteria keberbantungan
penelitian Fenomenologi yaitu suatu penelitian yang (dependability), yang dilakukan dengan meninjau dan
ingin menjelaskan fenomena yang berupa memperhitungkan semua faktor yang bersangkutan
pengalamanpengalaman yang dialami seseorang dalam dengan data penelitian. Hal ini dilakukan dengan
kehidupan (dalam hal ini adalah pengalaman peternak menjaga kehati-hatian, sehingga terhindar dari
sapi, petani, dan pemilik/pemodal pengemukan sapi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
tentang pendayagunaan kotoran sapi dalam upaya pengumpulan dan penginterpretasian data, dan 4)
mendukung pertanian organik) Informan penelitian kepastian (Confirmability), yang dilakukan dengan
dalam penelitian ini adalah peternak sapi, petani, dan mengadakan kesepakatan atau pengecekan berulang
pemilik/pemodal pengemukan sapi di Desa Sumbersari dengan sumber data agar data yang diperoleh bersifat
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Teknik obyektif.
sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Analisis data yang digunakan dalam penelitian
Jumlah subyek penelitian dianggap cukup apabila ini adalah analisis kualitatif dengan cara analisis isi
informasi telah jenuh (variasi informasi sudah tidak (content analysis). Analisis isi adalah suatu teknik
mencolok). yang sistematik untuk menganalisis makna pesan dan
Fokus yang diteliti dalam penelitian ini adalah cara mengungkapkan pesan. Langkah yang dilakukan
tipologi pendayagunaan kotoran sapi dalam upaya pada analisis isi dalam penelitian ini menggunakan
mendukung pertanian organik di Desa Sumbersari interactive model dari Miles dan Huberman (Miles
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang, dengan & Huberman, 1994). Model ini mengandung 4
subfokus: 1) keragaman tipe pendayagunaan kotoran komponen yang saling berkaitan, yaitu (1) pengumpulan
sapi dalam upaya mendukung pertanian organik di data, (2) penyederhanaan atau reduksi data, (3)
Desa Sumbersari Kecamatan Poncokusumo penyajian data, (4) penarikan dan pengujian atau
Kabupaten Malang, dan 2) faktor-faktor yang verifikasi simpulan.
mempegaruhi tipologi pendayagunaan kotoran sapi
dalam upaya mendukung pertanian organik di Desa
Sumbersari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten
Malang.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara mendalam dan angket terbuka.
Wawancara mendalam (Indepth Interview) dilakukan
kepada peternak sapi (untuk mendapat informasi
berbagai cara pembuangan kotoran sapi dalam upaya
menjaga kebersihan lingkungan kandang) dan petani
(untuk mendapatkan informasi berbagai cara
pendayagunaan kotoran sapi dalam budidaya pertanian Gambar 1. Analisis Isi Model Interaktif
organik). Angket terbuka diberikan kepada Pemilik/ (Sumber: Miles & Huberman, 1994)

44 GAMMA, Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49


GAMMAVersi online: Versi online:
Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan observasi di kawasan pertanian
Observasi di kawasan ternak sapi brahman didapatkan bahwa penggunaan pupuk organik kotoran
menunjukkan bahwa sebagain besar peternak sapi cenderung semakin meningkat. Pak Samingun
mendayagunakan kotoran sapi sebagai pupuk organik misalnya, petani sayur yang tinggal di Desa Ketintang
(dengan cara menumpuk kotoran sapi tersebut atau Poncokusumo ini senantiasa menggunakan pupuk
dimasukkan dalam tanah berlubang), sebagian kecil organik kotoran sapi dengan alasan lebih mudah
peternak membuang kotoran sapi begitu saja sehingga mencarinya, harganya murah, dan hasil pemupukan
mencemari lingkungan tempat tinggal, bahkan ada lebih baik. Dia mengatakan “ menawi wonten pupuk
peternak yang membiarkan kotoran tersebut di kadang kandang saking kotoran lembu meniko luweh sae
sapi sehingga sanitasi lingkungan kandang menjadi keranten mes sameniko larang tur ewet
jelek yang dapat berdampak kepada kesehatan sapi. padosanipun, (bhs jawa)”. Sedangkan Pak Senari,
Peternak yang belum mendayagunakan kotoran sapi peternak dan petani yang tinggal di Desa Jambesari
pada umumnya mempunyai pendidikan yang relatif Poncokusumo telah lama menggunakan pupuk organik
rendah, tidak tergabung dalam kelompok peternak, dan kotoran sapi untuk pertanian padinya. Di area
belum begitu lama menjadi peternak sapi. pertanian terbanyak cukup banyak tumpukan pupuk
organik kotoran sapi yang berada di tepi jalan dan akan
digunakan untuk pemupukan pertanian hortikultura
organik. Menurut informasi petani, satu truk diesel
pupuk organik kotoran sapi dibeli di peternak seharga
Rp. 30.000 (tiga puluh ribu rupiah). Harga ini sangat
murah jika dibandingkan dengan harga pupuk sintetis.

Gambar 2 . Pembuatan pupuk organik dari


kotoran sapi dengan cara memasukkan
kotoran sapi dalam tanah berlubang

Gambar 4. tumpukan pupuk organik kotoran


sapi banyak ditemukan di jalan, menunjukan
adanya trend penggunaaan pupuk organik

Gambar 3. Sapi agak kotor akibat kotoran


dibuang begitu saja di lingkungan sekitar
kandang Gambar Aktivitas bongkar muat pupuk
organik kotoran sapi

Moch. Agus Krisno Budiyanto, Tipologi Pendayagunaan Kotoran Sapi dalam Upaya Mendukung Pertanian 45
Organik di Desa Sumbersari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
Versi online:
Moch. Agus Krisno Budiyanto http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420

Kearifan peternak sapi dalam memanfaatkan


kotoran sapi sebagai bahan pembuatan pupuk organik
perlu mendapatkan apresiasi yang baik jika dikaitkan
dengan cukup banyaknya masalah tidak tercukupinya
kebutuhan pupuk sintesis. Menurut Dinas Komunikasi
dan Informatika Provinsi Jatim (2009) dan Nugroho
(2009), alokasi pupuk bersubsidi di Jatim pada tahun
2010, meliputi Urea sebanyak 1.325.000 ton, SP 36
sebanyak 200.000 ton, ZA sebanyak 421.994 ton,
NPK sebanyak 466.667 ton, dan pupuk organik
sebanyak 206.267 ton. Jatah alokasi tersebut
sebenarnya masih kurang jika dibandingkan dengan
kebutuhan. Adapun kebutuhan pupuk berdasarkan luas
areal di Jawa Timur, meliputi Urea sebanyak 1,524.000
Gambar 7 Contoh tanaman hortikultura yang ton, SP 36 sebanyak 423.234 ton, ZA sebanyak
menggunakan pupuk organik kotoran sapi 553.668 ton, NPK sebanyak 793.422 ton. Tahun 2009,
(lebih subur dan tahan penyakit) jumlah alokasi pupuk bersubsidi yang dialokasikan
pemerintah pada tahun 2009 masih kurang dari jumlah
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik/ kebutuhan. Alokasi Pupuk Urea misalnya, dari
pemodal pengemukan sapi dapat dinyatakan bahwa 1.403.943 ton yang dibutuhkan, yang dipenuhi hanya
pemilik/ pemodal belum menjadikan kotoran sapi 1.083.419 ton atau kurang 320.524 ton. Menurut
sebagai bentuk kapital usahanya, tetapi sudah banyak Achiyar (2008), secara nasional pada tahun 2008
pemilik/pemodal yang mempunyai wawasan/ wacana kebutuhan Urea sebesar 1.363.184 ton namun
mengoptimalkan pemanfaatan kotoran sapi sebagai mendapat alokasi 1.171.000 ton, SP 36 kebutuhannya
bahan baku pupuk organik dan biogas sebagai bentuk 491.004 ton mendapat alokasi 176.000 ton, ZA
added value (nilai tambah) ekonomi/penghasilan kebutuhannya 468.864 ton mendapat 369.127 ton, dan
peternak binaannya. NPK kebutuhannya 348.207 ton mendapat alokasi
304.680 ton. Jika petani memilih untuk bertani secara
organik, mereka tidak akan tergantung kepada pupuk
kimiawi (pupuk pabrik). Membuat pupuk sendiri
membuat petani lebih mandiri sehingga pemerintah
tidak perlu memberi subsidi pembelian pupuk kimiawi.
Disisi lain penggunaan pupuk organik dalam
upaya mendukung pertanian organik perlu
dikembangkan untuk mendukung pembangunan
pertanian berkelanjutan. Beberapa penelitian telah
membuktikan efektivitas penggunaan pupuk organik.
Indriati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Effective
Microorganisms: EM-7 dan EM Komersial terhadap
Pertumbuhan Tanaman Nilam menyatakan bahwa
Pak Abdul Wahid mengatakan: “Saya belum hasil terbaik pertumbuhan tanaman nilam dengan tinggi
menjadikan kotoran sapi sebagai bentuk tanaman sebesar 40,93 cm, jumlah daun 206,67 helai
usaha, tapi saya punya rencana memanfaatan dan berat segar daun 54,50 g/tanaman dihasilkan dari
kotoran sapi sebagai bahan baku pupuk perlakuan menggunakan pupuk mineral growmore
organik dan biogas untuk nambah penghasilan sebesar 0,5 g/minggu/tanaman dengan penambahan
peternak saya” pupuk organik EM-7 dengan pengenceran 75 kali.
Analisis jumlah minyak tertinggi yaitu 6,67% dihasilkan

46 GAMMA, Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49


GAMMAVersi online: Versi online:
Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420

dari daun tanaman nilam yang diberi penambahan mendayagunakan kotoran sapi sebagai pupuk organik
pupuk organik EM-7 maupun EM-Komersial untuk (dengan cara menumpuk kotoran sapi atau dimasukkan
pemberian pupuk mineral growmore sebanyak 0,5 g/ tanah berlubang) dan sebagian kecil petani membuang
minggu/tanaman sedangkan analisis kandungan minyak kotoran sapi begitu saja sehingga mencemari
tanaman kontrol yaitu 5%. Hasil ini tidak terlalu lingkungan tempat tinggal, bahkan ada peternak yang
berbeda secara signifikan. Penggunaan pupuk organic membiarkan kotoran tersebut di kadang sapi sehingga
EM-7 dan EM-Komersial dengan berbagai sanitasi lingkungan kandang menjadi jelek yang dapat
pengenceran terbukti berpengaruh terhadap berdampak kepada kesehatan sapi. Penggunaan pupuk
pertumbuhan tanaman nilam. organik kotoran sapi juga semakin meningkat dengan
Iqbal (2008) dalam penelitiannya yang berjudul alasan lebih mudah mencarinya, harganya murah, dan
Potensi Kompos dan Pupuk Kandang untuk Produksi hasil pemupukan lebih baik.
Padi Organik menyatakan bahwa pupuk organik yang
berupa kompos jerami dan pupuk kandang dapat DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan serapan hara N, kandungan klorofil a
dan klorofil b. Peningkatan takaran pupuk N sampai Abdurahman, A., N. Suharta, D. Santoso, dan A.B.
dengan 50% anjuran dengan pemberian limbah organik Siswanto. 2002. Potensi Lahan Untuk
dapat meningkatkan komponen fisiologi dan hasil Pertanian Organik Berdasarkan Peta
tanaman. Pemberian pupuk organik pada tahap awal Pewilayahan Komoditas Di Indonesia.
sebaiknya diimbangi dengan pupuk N buatan sampai
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik,
Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
dengan 50% dosis anjuran. Pemberian pupuk organik
Obat.
dan pupuk buatan menghasilkan gabah dengan mutu
gizi ditunjukkan dengan kandungan protein dan pati
Achiyar, 2008. Pupuk Langka, Pemerintah
yang sama.
Tingkatkan Pengawasan. Http://www.
Sumanto (2007) dalam penelitiannya yang
indonesia.go.id, Diakses 12 Januarui 2010.
berjudul Pengaruh Komposisis Media Tumbuh (Tanah:
Pupuk Kandang) dan EM4 terhadap Pertumbuhan Stek Bahar YH, 2008; Pertanian Organik, ataukah
Panili menyatakan bahwa interaksi antara komposisis Pertanian Berkelanjutan, ht tp://
media tumbuh (tanah: pupuk kandang) dan EM4 www.hortikultura.deptan.go.id, Diakses 14
berpengaruh terhadap bobot tanaman dan jumlah akar. Januari 2010.
Kombinasi media tanah: pupuk kandang (1:0,75) dan
inokulasi EM4 7,4 g/pot dan 2,6 g.pot menghasilkan Bahar YH, 2009. Penerapan GAP sebagai
hasil yang paling baik. Terobosan Peningkatan Daya Saing
Nurmawati (2007) dalam penelitiannya yang Hortikultura. 2009 ht tp://
berjudul Studi Perbandingan Penggunaan Pupuk www.hortikultura.deptan.go.id, Diakses tanggal
Kotoran Sapi dengan Pupuk Casting terhadap 16 Januari 2010.
Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa)
menyatakan bahwa penggunaan pupuk kotoran sapi Budiyanto MAK. 2002. Metodologi Penelitian.
dengan pupuk casting (cacing tanah) dengan dosis Malang: Universitas Muhammadiyah. Malang.
yang berbeda berpengaruh terhadap produksi tanaman
selada. Pada penggunaan pupuk kotoran sapi produksi Departemen Pertanian. 2006. Pengembangan
yang tertinggi dicapai pada dosis 700 g/pot, sedangkan Biogas Ternak Bersama Masyarakat
pada penggunaan pupuk casting produksi yang optimal (BATAMAS). Jakarta: Direktorat Budidaya
dicapai pada dosis 300g/pot. Ternak Ruminansia.

KESIMPULAN DAN SARAN Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jatim,


2009. Atasi Kelangkaan Pupuk,
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik Optimalkan Kelompok Tani. Surabaya:
kesimpulan penelitian yaitu sebagain besar peternak Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim

Moch. Agus Krisno Budiyanto, Tipologi Pendayagunaan Kotoran Sapi dalam Upaya Mendukung Pertanian 47
Organik di Desa Sumbersari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
Versi online:
Moch. Agus Krisno Budiyanto http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420

Jolly, D. 2000. From Cottage Industry to


Dinas Pertanian Jambi, 2010, Pemkab Bungo Conglomerates: The Transformation of the US
Galakkan Pertanian Organik. http:// Organis Food Industry. New York: Original
www.jambi-independent.co.id/, Diakses 14 Press.
Januari 2010.
Kaderi H, 2004. Teknik Pengolahan Pupuk Pelet
Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010, Sumut dari Gulma sebagai Pupuk Majemuk dan
Fokuskan Hortikultura Organik Untuk Pengaruhnya terhadap Tanaman Padi. Buletin
Merebut Pasar. http://waspada.co.id, Diakses Teknik Pertanian Vol. 9 No. 2 tahun 2004, hal
14 Januari 2010. 47-49.

Dinas Peternakan Provinsi Jambi, 2010. Selamatkan Nugroho, 2009. Kurangi Kelangkaan, Pupuk
Sapi Betina Produktif- Cegah Organik Digencarkan. htt p://www.
Pemotongannya, perumperhutani.com, Diakses 12 Januarui
http:/ disnakjambi@deptan.go.id, Diakses 2010.
tanggal 15 Januari 2010.
Nurmawati S, Suhardianto A, 2007. Studi
Direktorat Jenderal Hortikultura, 2007. Buku Perbandingan Penggunaan Pupuk Kotoran Sapi
Pedoman Penerapan Usaha Tani Non Kimia dengan Pupuk Casting terhadap Produksi
Sintefik pada Tanaman Hortikultura.. Hhtp:// Tanaman Selada (Lactuca sativa). Laporan
www.deptan. go.id/ Diakses 26 September Penelitian, Jakarta: FMIPA-UT.
2009.
Prihandarini R, 2009. Potensi Pengembangan
Indriati Y, 2009. Pengaruh Penggunaan Pupuk Pertanian Organik. Jakarta: Departemen
Organik Effective Microorganisms: EM-7 dan Pertanian, Sekjen Maporina.
EMKomersial terhadap Pertumbuhan Tanaman
Nilam Sidikalang (Pogostemon cablin Prihandarini, R. Salam. Ghani, Sudiarso,. 2008.
Benth.). Bogor: Progam Studi Sarjana Biologi Kajian Perpupukan Nasional. Laporan hasil
SITH IPB. Kajian Tim Kantor Menko Perekonomian
Republik Indonesia.
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi
Pertanian Mataram, 2000. Pupuk Kompos Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,
Super. Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) 2007. Petunjuk Teknis. Pembuatan Kompos
IPPTP Mataram, Mataram: Instalasi Penelitian Berbahan Kotoran Sapi. Jakarta: Pusat
dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram Penelitian dan Pengembangan Peternakan
NTB Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian.
Iqbal A, 2008. Potensi Kompos dan Pupuk
Kandang untuk Produksi Padi Organik. Jurnal Setyowati N, Nurjanah U, haryanti D, 2008. Gulma
Akta Agrosia Vol. 11 No. 1 Januari-Juni 2008. Tusuk Konde (Wedelia trilobata) dan Kirinyu
hal 13-18. (Chlomolaena odorata) sebagai Pupuk
Organik pada Sawi (Bracissia Chinensis).
Isroi, 2010. Keunggulan Pupuk Organik Pelet Jurnal Akta Agrosia Vol. 11 No. 1 Januari-Juni
(POP). Http:/ Biodecomposer, Diakses 16 2008. hal 47-56.
Januari 2010.
Sudirja R, Solihin Ma, dan Rosniawaty S, 2005.
Iwantoro, S. 2004. Peran Pemerintah untuk Pengaruh Kompos Kulit Buah Kakao dan
Mendorong dan Melindungi Pertumbuhan Kascing terhadap Perbaikan Beberapa Sifat
Pertanian Organik di Indonesia. Bogor:. Kimia Fluventic Eutrudepts. Bandung:
Balitro. Universitas Padjadjaran

48 GAMMA, Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49


GAMMAVersi online: Versi online:
Volume 7, Nomor 1, September 2011: 42 - 49 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1420

Sulaefi, 2000. Peluang, Kendala dan Strategi


Pengembangan Ekspor Agrobisnis-
Agroindustri Hortikultura Indonesia di Era
Millenium III. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia Vol.2, No.3, hal. 25-32.

Suleman A, Prihandarini, R dan Sudjais, Z. 2006.


Menghantarkan Indonesia Menjadi
Produsen Organik Terkemuka. Proceeding
MAPORINA

Sumanto, Taryono, Purwani, 2007. Pengaruh


Komposisis Media Tumbuh (Tanah: Pupuk
Kandang) dan EM4 terhadap Pertumbuhan
Stek Panili. Jurnal Penelitian Pertanian
Indonesia, Volume XX1 No. 1, hal 4.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik:


Pemasyarakatan dan Pengembangannya.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Suwartini S, 2003, Kajian Perilaku Konsumen dan


Positioning Produk Hortikultura Organik di
Jawa Timur, Tesis, Bandung: Program
Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB.

Yusmaini, 2009. Kesiapan Teknologi Mendukung


Pertanian Organik Tanaman Obat. Laporan
Penelitian. Bogor: IPB.

Moch. Agus Krisno Budiyanto, Tipologi Pendayagunaan Kotoran Sapi dalam Upaya Mendukung Pertanian 49
Organik di Desa Sumbersari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang

You might also like