You are on page 1of 18

Pengurus Besar

IKATAN DOKTER INDONESIA

Polemik RUU Kesehatan


(Omnibus Law)
Prosedur Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(UU12/2011 jo No.15/2019 jo UU No.13/2022)

PROLEGNAS
Jangka Menengah/
Jangka Pendek

Presiden
1. Perencanaan 2. Penyusunan
DPR
Naskah Akademik
DPD & Draft RUU
Penyebarluasan
oleh DPR &
Pemerintah pada setiap
tahapan (Psl 88 ayat (1)
UU12/2011 jo
5. Pengundangan No.15/2019) 3. Pembahasan

Undang-Undang 4. Pengesahan

Kemunculan RUU Kesehatan (Omnibus Law)

RUU Kesehatan RUU ini baru termuat dalam


RUU ini baru ditetapkan oleh
(Omnibus Law) tidak berita “Baleg DPR Bahas Baleg DPR dalam daftar
ada dalam daftar Daftar Usulan Prioritas Prolegnas Prioritas tahun 2022
Prolegnas RUU Prioritas Prolegnas Prioritas 2023” pada tanggal 20 September
pada tanggal 29 Agustus 2022 (Link berita: https://
th 2022 2022 www.hukumonline.com/berita/
(Link: https://www.dpr.go.id/ (Link berita : https://www.dpr.go.id/ a/melihat-daftar-prolegnas-
dokakd/dokumen/BALEG-SK- berita/detail/id/40358/t/ prioritas-2022-perubahan-
PROLEGNAS-RUU-PRIORITAS- Baleg+DPR+Bahas+Daftar+Usulan+Prol lt632af956cd2a7)
egnas+Prioritas+2023)
TAHUN-2022-1642658467.pdf
Tuduhan Fakta
Ketum PB IDI menerima draft RUU
sejak Mei 2022 Ketum PB IDI menerima informasi ada
draf RUU Pradok di tgl 9 Juni 2022
Menyikapi adanya upaya mengajukan revisi UU
Pradok, dibentuk Tim AdHoc Penggantian UU Pradok.

PB IDI dan PDGI diundang oleh Pusat Pemantau Pelaksanaan


UU, pd 26 Juli 2022, diskusi terkait evaluasi UU Praktik
Kedokteran. Rekomendasi PB IDI untuk tidak melakukan
perubahan dulu dari UU Praktik Kedokteran
Melakukan audiensi untuk mengadvokasi pemahaman tentang IDI, pentingnya satu
organisasi profesi, dan hal lain berkaitan dengan perbaikan sistem kesehatan
Karena wacana RUU merupakan proses
politik, tidak semua aktivitas lobi diekspos
untuk menjaga komunikasi dengan
sumber-sumber informasi terpercaya
Beredar Naskah Akademik
dan Draft RUU Kesehatan
dengan 400 pasal lebih
yang menimbulkan
kontroversi di pertengahan
September 2022
Telah ada Putusan Mahkamah Konstitusi
terkait pasal-pasal dalam RUU Kesehatan
(Omnibus Law)
- UU No.36 tahun 2009
mengamanahkan pengaturan
tentang tenaga kesehatan
dengan UU (Pasal 21 ayat 3).
Dalam penjelasan pasal ini,
disebutkan Pengaturan tenaga
kesehatan di dalam undang-
undang adalah tenaga
kesehatan di luar tenaga medis.

- Putusan MK No.82/PUU-XII/
2015 mengeluarkan kalimat
tenaga medis dalam UU No.36
tahun 2014
• Ketentuan umum pasal 1 angka 12 UU No 29/2004 eksplisit IDI
adalah organisasi profesi yang mencakup Pendidikan, pelayanan,
etik dan memiliki kewenangan medis sebagai kompetensi yang
terikat ddan patuh dengan 3 (tiga) norma yakni norma hukum,
norma disiplin dan norma etik. Pakem itu berasal dari
pertimbangan dalam putusan MK dalam perkara Nomor 14/PUU-
XII/2014, angka 3.14 yang membuat profesi dokter menjadi
istimewa sebab kewenangan medis (medical authority) dan
kompetensi kedokteran (medical competency) yang melekat pada
sosok profesi dokter.

• Ketentuan yang menegaskan IDI dan PDGI-lah yang merupakan


satu-satunya Organisasi Profesi untuk dokter dan dokter gigi yang
diakui Pemerintah melalui undang-undang. Tujuannya untuk
memudahkan Pemerintah melakukan pembinaan, pengawasan,
pengenaan sanksi, serta peningkatan mutu profesi dokter dan
dokter gigi dalam kerangka melindungi kepentingan masyarakat.

• Berdasarkan pertimbangan Putusan MK Nomor 82/PUU-XIII/2015,


yang dalam petimbangan angka 3.11.1 dalam Putusan MK aquo
antara lain menyatakan “Dengan hanya satu wadah
Organisasi Profesi untuk satu jenis tenaga kesehatan,
akan lebih memudahkan Pemerintah untuk melaksanakan
pegawasan terhadap profesi tenaga Kesehatan
dimaksud”.
- (Dasar menimbang 3.14 hal.219 putusan MK No.82/PUU-XII/2015)
“Menimbang bahwa berbagai upaya hukum telah dilakukan oleh negara
dalam memberikan perlindungan menyeluruh kepada masyarakat
sebagai penerima pelayanan kesehatan….Perangkat hukum yang
mengatur penyelenggaraan praktik kedokteran dan kedokteran gigi
dirasakan selama ini belum memadai karena masih didominasi oleh
kebutuhan formal dan kepentingan pemerintah, sedangkan porsi
profesi masih sangat kurang. Oleh karenanya untuk menjembatani
kepentingan kedua belah pihak (profesi kedokteran dengan
pemerintah) serta untuk melakuakn penilaian terhadap kemampuan
objektif dokter dan dokter gigi dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat dibentuk Konsil Kedokteran Indonesia…”

- Putusan MK No.82/PUU-XII/2015 mengeluarkan pengaturan Konsil


Kedokteran dalam UU Tenaga Kesehatan
Pernyataan Sikap 5 OP Kesehatan (IDI - PDGI - PPNI - IBI - IAI) bersama
YLKI terhadap RUU Kesehatan (Omnibus Law)
25 September 2022

Menolak penghapusan UU yang mengatur tentang Profesi Kesehatan


yang sudah ada dan mendorong penguatan UU tersebut
Organisasi Profesi Kesehatan diundang
Rapat Dengar Pendapat di BALEG DPR RI

2-4 Oktober 2022


Dibentuk Tim Advokasi RUU Kes (Obl)

Audiensi ke Legislatif
maupun ke Eksekutif
untuk menindaklanjuti
sikap terhadap RUU
Kesehatan (Omnibus
Law) serta hal-hal lain
berkaitan dengan
kepentingan
masyarakat dan profesi
Analisa Isu Lahirnya RUU Kes (Omnibus)
1. Kekurangan dokter dan dokter spesialis menghambat target pengentasan beberapa penyakit
(jantung, stroke, kanker) : Kolegium mempersulit pembukaan prodi, dokter WNI lulusan LN
dipersulit OP untuk berpraktik di Indonesia, merubah university based menjadi hospital based.
2. Penyederhanaan perizinan : pengurusan STR mahal dan lama, pengumpulan SKP dipersulit
OP, rekomendasi izin dipersulit OP
3. Perbaikan pembiayaan kesehatan
4. Penyederhanaan pengelolaan lembaga —> kembalikan ke kewenangan pemerintah/
Kemenkes (izin, penerbitan STR, penengakkan disiplin, dll) —> BPJS, BPOM, KKI, MKDKI
dibawah Menteri
5. Teknologi kesehatan —> fasyankes virtual ?

Diskursus
1. Apakah sudah ada ada kajian evaluasi UU yang akan dicabut/tidak
diberlakukan?
2. Apakah semua isu harus diatur dengan UU? Efekti kah?
3. Apakah memang OP menjadi penghambat perbaikan sistem kesehatan?
Pandemi OP sdh terbukti membantu program pemerintah (edukasi publik,
pencapaian vaksinasi, dll)
4. Mengembalikan semua kewenangan dibawah menteri, apakah akan
mengembalikan sistem ke era sebelum UU Pradok?

• IDI berdiri 72 th lalu dari penyatuan 2 organisasi


dokter terbesar saat itu. Memiliki tujuan
membantu negara menunaikan amanah
konstitusi “melindungi segenap tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa”

• Seluruh komponen IDI berupaya menjaga


profesionalisme dokter, berkolaborasi bersama
stakeholder kesehatan mengatasi permasalahan
kesehatan

• Upaya DISINTEGRASI RUMAH BESAR IDI


merupakan ancaman bagi keselamatan seluruh
rakyat Indonesia.

You might also like