You are on page 1of 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh


pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Penderita gangguan skizifrenia di
seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka kejadian 7 per 1000 penduduk
(pada wanita dan pria sama). Diperkirakan terdapat 4 – 10 % resiko kejadian
bunuh diri sepanjang rentang kehidupan penderita skizofrenia dan 40 %
angka percobaan bunuh diri. Studi yang dilakukan WHO melaporkan bahwa
angka kematian tertinggi pada kasus skizofrenia disebabkan karena bunuh
diri. Faktor resiko bunuh diri pada pasien skizofrenia terdapat gejala- gejala
positif terdapat ko – morbilitas depresi, kurangnya terapi, penurunantingkat
perawatan, sakit kronis, tingkat pendidikan tinggi dan pengharapan akan
tampilan kerja yang tinggi biasanya terjadi pada fase awal dari perjalanan
penyakitnya (Widiodiningrat , 2009).
Diperkirakan penduduk Indonesia yang menderita gangguan jiwa
sebesar 2-3% jiwa setiap tahun. Zaman dahulu penanganan pasien gangguan
jiwa adalah dengan dipasung, dirantai, atau diikat, lalu ditempatkan di rumah
atau hutan jika gangguan jiwa berat. Tetapi bila pasien tersebut tidak
berbahaya, dibiarkan berkeliaran di desa, sambil mencari makanan dan
menjadi tontonan masyarakat.
Bunuh diri dewasa ini banyak terjadi di kalangan remaja Indonesia.
Bunuh diri berawal dan/ atau beresiko terjadi ketika mekanisme koping
dalam setiap pribadi terhadap masalah atau tingkat stressor tidak efektif atau
lemah. Oleh karena itu sangatlah perlu suatu pengupayaan pendampingan
terhadap individu yang memiliki stressor berat, guna meminimalisir
terjadinya bunuh diri, mengingat semakin meningkatnya stressor yang ada,
melemahnya mekanisme koping akan meningkatkan resiko bunuh diri.
Untuk menanggapi uraian masalah yang dipaparkan di atas, kita
kelompok 12 berusaha menyajikan konsep bunuh diri yang kami harapkjan
dapat menjadi pemahaman dini untuk semua elemen kemanusiaan yang kita
sajikan dalam bentuk makalah kecil ini.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian bunuh diri ?

2. Apa penyebab klien resiko bunuh diri ?

3. Apa gejala klien dengan resiko bunuh diri?

4. Apa rentang respon klien dengan resiko bunuh diri ?

5. Apa saja mitos dan fakta tentang bunuh diri?

6. Bagaimana pohon masalah pada klien dengan resiko bunuh diri?

7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan resiko bunuh diri?

1.3 Tujuan Penulisan

Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan :

1. Pengertian dari bunuh diri

2. Penyebab-penyebab dari resiko bunuh diri

3. Gejala dari klien dengan resiko bunuh diri

4. Bagaimana rentang respon klien dengan resiko bunuh diri.

5. Bagaiman mitos dan fakta tentang bunuh diri

6. Pohon masalah dari resiko bunuh diri

7. Asuhan keperawatan pada klien dengan resiko bunuh diri


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak pada
seseorang disebabkan karena stress yang tinggi dan kegagalan
mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah
(Damayanti & Iskandar, 2014)

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami


resiko untuk menyakiti diri sendiri untuk melakukan tindakan yang
dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh
diri sebagai perilaku, deskrutif terhadap dir sendiri yang jika tidak
dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang
mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, misalnya adalah
kematian dan individi menyadari hal ini sebagai sesuatu yang
diinginkan (Damaiyanti & Iskandar, 2014)

Bunuh diri adallah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian. Resiko bunuh diri adalah rentan terhadap
menyakiti diri sendiri dan cedera yang mengancam jiwa (Keliat &
dkk, 2015)

Resiko bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung


dan disengaja untuk mengakhiri kehidupan (Herdman, 2012). Bunuh
diri merupakan salah satu 20 penyebab utama kematian secara global
untuk semua umur dan hmpir satu juta orang meninggal karena bunuh
diri setiap tahunya (schwartz-Lifshitz, dkk, 2013)
Menurut kelompok kami Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari
dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar dan
berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati.
Bunuh diri ialah perbuatan untuk menamatkan atau menghilangkan
nyawa diri sendiri.
2.2 Penyebab

a. Faktor predisposisi

Menurut Stuart dan Sundeen(2014) faktor predisposisi bunuh diri antara


lain:
1) Diagnostik: 90 % orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga
gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh
diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2) Sifat kepribadian

Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko


bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
3) Lingkungan psikososial

Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,


kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
4) Riwayat keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan


faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.
5) Faktor biokimia

Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan


depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan
prilaku destrukif diri.
b. Faktor presipitasi

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri :

1) Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan


intrapersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti
2) Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress

3) Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman


pada diri sendiri
4) Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

2.3 Rentang Resiko bunuh diri

Yusuf, Firyasari & Nihayati, 2015)

mengemukakan rentang harapan putus harapan merupakan rentang adaptif-


maladaptif.

Adaptif Maladaptif

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku destruktif Pencederaan Bunuh


diri Peningkatan Diri tak langsung Diri Diri
Beresikoresiko

pertumbuhan langsung
2.4 Tanda dan gejala

Menurut(Damaiyanti&Iskandar,2014) tanda dan gejala pada resiko bunuh diri


adalah :

a. Mempunyai ide untuk bunuh diri

b. Mengungkapkan keinginan untuk mati

c. Mengungkapakan rasa bersalah dan keputusasaan

d. Implusif

e. Menunjukan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat


patuh)

f. Memiliki riwayat pencobaan bunuh diri

g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang


obat dan dosis kematian

h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik,


marah dan mengasihkan diri)

i. Keadaan mental (secara klinis klien terlihat seperti orang yang


depresi, psikosis dan menyalagunakan alkohol)

j. Kesehatan fisik biasanya pada klien dengan penyakit kronik atau


terminal
k. Pengangguran (tidak berkerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karir)

l. Umur 15-19 atau diatas 45 tahun

m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan)

n. Pekerjaan

o. Konflik interpersonal

p. Latar belakang keluarga

q. Orientasi seksual

r. Sumber-sumber personal
2.5 Mitos dan Fakta tentang Bunuh Diri

Mitos Fakta
1. Individu yang berbicara tentang 1. Individu yang bunuh diri
bunuh diri tidak pernah seringkali mengirimkan pesan
melaksanakannya samar-samar atau tidak terlalu
smar-samar yang menyampaikan
pikiran internal tentang
keputusasaan dan destruktif-diri.
Baik pesan samar (isyarat tertutup)
dan pesan langsung ( isyarat
terbuka) tentang bunuh diri harus
ditanggapi secara serius, dengan
pengkajian dan
intervensi yang tepat.
2. Individu yang bunuh diri hanya 2. Ketika bunuh diri dalam bentuk
ingin menyakiti diri mereka bunuh diri memperlihatkan
sendiri, bukan orang lain kemarahan terhadap diri sendiri,
kemarahan tersebut dapat
diarahkan kepada orang lain
dalam bentuk tindakan yang
direncanakan secara intensif.
 Bahaya fisik : Individu
psikotik

dapat berespon terhadap suara-


suara dari dalam diri yang
menyuruhnya untuk
membunuh orang lain sebelum
membunuh dirinya sendiri.
Individu depresi yang
memutuskan untuk bunuh diri
dengan menggunakan
senapan dapat secara implusif
menembak individu yang
mencoba merampas
senapannya
untuk
menghalangi bunuh diri
tersebut.
 Bahaya Emosional : Sering

kali anggota keluarga, teman,


professional perawatan
kesehatan, dan bahkan polisi
yang terlibat dalam upaya
menghalangi bunuh diri, atau
mereka yang tidak menyadari
deprasi dan rencana individu
untuk melaksanakan bunuh
diri, merasa sangat bersalah
dan malu karena mereka gagal
untuk membantu, dan
“terus-menerus” berada dalam
keputusasaan dan duka cita
tanpa akhir.Beberapa individu
yang depresi setelah orang
yang dicintai bunuh diri, akan
merasionalisasikan bunuh diri
tersebut sebagai:“cara yang
baik untuk menghindari
penderitaan” dan
merencanakan upaya bunuh
diri mereka sendiri untuk
bebas dari penderitaan.
Beberapa tindakan bunuh diri
direncanakan untuk menim-
bulkan rasa bersalah dan
penderitaan pada individu
yang bertahan hidup;
misalnya, seseorang yang
ingin menghukum orang lain
karena menolak atau tidak
membalas cintanya.
3. Individu yang bunuh diri
memiliki perasaan yang
bercampur aduk (ambivalen)
tentang keinginan mereka untuk
mati, keinginan untuk membunuh
orang lainatau terbunu.
Ambivalensi ini sering
mencetuskan petunjuk untuk
memperoleh bantuan yang
3. Tidak ada cara untuk menolong terlihat dari isyarat yang tertutup
seseorang yang ingin membunuh atau terbuka. Intervensi dapat
dirinya. membantu individu yang bunuh
diri untuk memperoleh bantuan
dari dukungan situasional,
memilih untuk hidup,
mempelajari cara koping yang
baru dan
melanjutkan hidupnya.
4. Jangan menyebut kata bunuh diri
4. Individu yang bunuh diri telah
kepada individu yang anda curigai
memikirkan gagasan bunuh diri
akan bunuh diri karena hal ini
atau mungkin mulai menyusun
dapat memberinya gagasan untuk
rencana.
melaksanakan bunuh diri.
5. Mengabaikan ancaman verbal
bunuh diri atau menentang 5. Gestur bunuh diri merupakan
individu untuk melaksanakan sebuah cara yang letal
rencana bunuh diri akan (mematikan) untuk melaksanakan
mengurangi pelaksanaan perilaku bunuh diri. Jangan pernah
tersebut oleh mengabaikan atau melewatkan
individu bersangkutan. ancaman dan jangan pernah
menantang individu untuk
melaksanakan ancaman bunuh
diri. Semua rencana ancaman,
gesture atau isyarat harus
ditanggapi secara serius dan
segera berikan bantuan yang
berfokus pada masalah penyebab
individu bunuh diri. Ketika
ditanyai tentang bunuh diri,
sering kali klien akan merasa lega
jika mengetahui bahwa
tangisannya untuk memperoleh
bantuan didengar dan bantuan
segera datang.
6. Sekali ada resiko bunuh diri, 6. Ketika benar bahwa kebanyakan
selalu ada resiko bunuh diri.
individu yang berhasil melakukan
bunuh diri telah melakukan upaya
bunuh diri minimal 1 kali
sebelumnya, sebagian besar
individu dengan gagasan bunuh
diri dapat memiliki resulisi positi
terhadap krisi bunuh diri. Dengan
dukungan yang tepat,

menemukan cara baru untuk


menyelesaikan masalah akan
membantu individu tersebut
memperoleh rasa aman secara
emosional dan tidak memerlukan
bunuh diri lebih lanjut sebagai
cara menyelesaikan masalah.

2.6 Pohon Masalah


Resiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
Bunuh diri

Resiko bunuh diri

Kopping tak efektif

Harga diri rendah

Faktor predisposisi Faktor presipitasi


Diagnostik kejiwaan Perasaan terisolasi
Sifat kepribadian Kegagalan beradaptasi
Lingkungan psikososial Perasaan marah/bermusuhan
Riwayat keluarga Cara untuk mengakhiri kepu-
Faktor biokimia tusasaan

You might also like