Professional Documents
Culture Documents
DAN PENGIMPLEMENTASIANNYA
DALAM MODEL PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA
Abstract: A Contrastive Analysis of the Lio and Indonesian Languages and Its
Implementation in a Second Language Learning Method. This study aims to
identify linguistic characteristics of the Lio and Indonesian languages and employ
them in a second language learning model. This study employed an R & D
approach consisting of two stages: linguistic characteristic identification and
implementation in a second language learning model. The data in the first stage
were collected through observations, discussions, and interviews. The contrastive
analysis using the synchronic method was done to analyze them and those from the
focus group discussions were analyzed using the qualitative descriptive technique.
The data from the second stage were analyzed using the quantitative technique.
The results are as follows. First, both languages have similarities in terms of the
phoneme system and phrase and sentence structures. Therefore, the students with
the Lio language and culture background find it easy to learn Indonesian in the
beginner stage. Second, both languages have similarities in phrase structure, i.e. H-
M and M-D, and in sentence structure, i.e. SVO. Third, because of such similarities,
a contrastive learning model is appropriate for the Indonesian language learning in
the beginner stage for the students with the Lio language and culture background.
227
228
Lio sebagai salah satu bahasa daerah di Analisis kontrastif antarbahasa da-
Flores termasuk MP Tengah. Dalam hal pat dilakukan untuk menjembatani ke-
pembelajaran bahasa, berbedaan ciri- sulitan tersebut. Perlu dilakukan per-
ciri kebahasaan, baik antar-bahasa da- bandingan secara sinkronis antarbaha-
erah maupun antara bahasa daerah dan sa, misalnya bahasa Indonesia dengan
bahasa Indonesia menyulitkan guru. bahasa Lio. Dalam kalimat bahasa Lio,
Bahasa Indonesia sebagai bahasa ”Aku seo moko.”, dapat diterjemahkan
pengantar di sekolah perlu dikuasai de- per kata oleh siswa menjadi ” Aku go-
ngan baik oleh siswa. Terganggunya reng pisang.” Analisis kontrastif akan
kondisi tersebut akan menghambat pe- menemukan bahwa penggunaan baha-
nyerapan materi pelajaran di sekolah. sa Indonesia, ”goreng” dalam kalimat
Oleh karena itu, penguasaan bahasa In- tersebut tidak tepat karena dalam ba-
donesia menjadi kunci utama keberha- hasa Indonesia kata kerja yang benar se-
silan pembelajaran. Persoalannya, oleh suai dengan konteks kalimat yang ber-
karena bahasa Indonesia harus diajar- sangkutan adalah ”menggoreng”. Hal
kan dengan bahasa pengantar bahasa ini terjadi, karena dalam bahasa Lio ti-
Indonesia, siswa yang bahasa pertama- dak dikenal afiks untuk membentuk ka-
nya (B1) bahasa daerah harus belajar ta jadian, sedangkan dalam bahasa In-
dua kali, pertama memahami bahasa donesia hal tersebut terjadi. Dengan
pengantarnya dan kedua belajar baha- analisis kontrastif, ciri kebahasaan an-
sanya (B2). Hal itu menyulitkan siswa, tarbahasa yang dibandingkan dapat di-
terutama siswa di daerah pinggiran dan ketahui, dan hal itu akan memudahkan
pedalaman yang belum menguasai ba- guru dalam mengajarkan bahasa kedua
hasa Indonesia (B2). (B2) bagi siswanya.
Kesulitan berikutnya adalah ketika Berdasarkan latar belakang terse-
guru menggunakan bantuan bahasa but, permasalahan yang dikaji dalam
daerah untuk memasukkan pemaham- tulisan ini adalah (1) perbedaan karak-
an bahasa Indonesia, tidak semua guru terisktik kebahasaan antara bahasa In-
menguasai bahasa daerah yang dikenal donesia dan Lio; (2) pengembangan mo-
siswa, khususnya guru-guru yang da- del pembelajaran bahasa yang berbasis
tang dari luar daerah. Di Flores, keba- perbedaan karakteristik kebahasaan an-
nyakan guru berasal dari luar daerah. tara bahasa Indonesia dan Lio. Atas da-
Guru-guru pendatang tersebut meng- sar masalah tersebut, tujuan kajian ini
alami kesulitan mengajarkan bahasa In- adalah (1) teridentifikasinya perbedaan
donesia dengan bahasa pengantar baha- karakteristik kebahasaan antara bahasa
sa Indonesia, karena siswa belum me- Indonesiadan Lio; (2) ditemukannya mo-
nguasai dengan baik bahasa pengantar del pembelajaran bahasa kedua bagi pe-
tersebut. Di pihak lain, mereka juga su- nutur bahasa dan budaya Lio. Semen-
lit mengajarkan dengan bahasa peng- tara itu, manfaat hasil kajian ini ada
antar bahasa daerah karena mereka ti- beberapa poin. Pertama bagi guru, hasil
dak menguasai bahasa daerah siswa. kajian ini bermanfaat untuk praktik
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai
bahasa kedua (B2) di kelas, terutama kan ahli (FGD II) untuk memantapkan
bagi sekolah yang bahasa pertama (B1) draf model yang dikembangkan. Vali-
siswanya bermacam-macam. Kedua ba- dasi model dilakukan secara terbatas,
gi calon guru, hasil kajian ini menam- dengan melakukan eksperimen pembe-
bah dan memperluas konsep pembe- lajaran di kelas. Hasil validasi dianalisis
lajaran bahasa Indonesia di sekolah. Ke- dengan melibatkan ahli untuk menetap-
tigabagi Depdiknas, penelitian ini mem- kan model yang diinginkan. Indikator
berikan manfaat bagi peningkatan mutu ketercapaian tahap II adalah ditemu-
pendidikan di Indonesia secara keselu- kannya model multikulturalisme dalam
ruhan. Keempat bagi masyarakat Indo- pembelajaran bahasa.
nesia, hasil kajian ini bermanfaat dalam Subjek penelitian pada tahap I ada-
upaya menyatukan dan membangun lah penutur asli bahasa Lio, sedangkan
bangsa, yang berawal dari studi bahasa, subjek penelitian pada tahap II adalah
menuju ke integrasi bangsa dan harmo- guru dan siswa kelas I SD. Dari penutur
ni sosial. asli digali data kebahasaan yang berupa
kosakata, frasa, dan kalimat yang di-
METODE gunakan sebagai alat komunikasi ma-
Pendekatan penelitian ini adalah re- syarakat. Guru dan siswa kelas I SD di-
search and development (R & D). Borg gunakan untuk uji coba model pembe-
dan Gall mengatakan "educational re- lajaran. Teknik pengambilan sampel di-
search and development (R & D) is a pro- lakukan secara bertujuan, yakni SD
cess used to develop and validate educati- yang termasuk kategori ‘sedang’.
onal production". Pendekatan tersebut Informan penelitian ini ada empat
dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap orang, yakni tiga orang sebagai infor-
I dilakukan survei lapangan, yakni wi- man utama dan satu orang sebagai in-
layah Flores Barat, NTT. Dalam survei forman pendamping. Informan tersebut
tersebut dilakukan analisis kontrastif an- adalah penutur asli bahasa Lio di Flores
tara bahasa Indonesia-Lio (Flores). Ha- Barat yang ditentukan atas dasar kri-
sil survei menjadi masukan bagi pe- teria: (1) umur antara 30 – 50 tahun atau
ngembangan model pembelajaran mul- lebih, laki-laki atau perempuan yang
tikultural. Indikator ketercapaian tahap alat ucapnya baik dan dapat berbicara
I adalah teridentifikasinya perbedaan ka- jelas; (2) bekerja sebagai petani, peda-
rakteristik bahasa Lio–Indonesia. gang kecil atau jenis pekerjaan lain
Pada tahap II dilakukan survei ke- yang jarang meninggalkan rumah; (3)
pustakaan, dilanjutkan dengan focus berpendidikan sekolah dasar atau lan-
group discussion ahli (FGD I) untuk me- jutan; (4) lahir dan dibesarkan di daerah
nemukan indikator model kulturalisme itu dan jarang meninggalkan kampung
dalam pembelajaran yang sesuai. Ber- halamannya; dan (5) dapat berbahasa
dasarkan indikator yang ada, dikem- Indonesia.
bangkan model hipotetik pembelajaran Instrumen penelitian tahap I adalah
yang dimaksud. Langkah berikutnya daftar tanyaan kosakata, frasa, dan kali-
adalah diskusi model dengan melibat- mat. Daftar tanyaan kosakata terdiri
atas 600 kosakata, terbagi dalam 16 me- melalui observasi, diskusi, dan wawan-
dan, yakni (1) bilangan; (2) waktu dan cara. Data hasil observasi divalidasi de-
musim; (3) ukuran; (4) bagian tubuh; (5) ngan data hasil diskusi dan wawancara
kata ganti orang dan sapaan; (6) istilah yang sekaligus untuk melengkapi data
kekerabatan; (7) pakaian dan perhiasan; yang tidak dapat diungkap dengan ob-
(8) binatang; (9) tumbuhan; (10) alam servasi.
dan benda alam; (11) rumah dan bagi- Analisis data hasil studi tahap I, ya-
annya; (12) alat-lat rumah tangga; (13) itu analisis kontrastif yang dilakukan
arah dan petunjuk; (14) aktivitas sehari- secara deskriptif komparatif dengan
hari; (15) keadaan dan warna; dan (16) menggunakan metode sinkronis. Data-
pekerjaan dan jabatan. Daftar tanyaan data kebahasaan yang diperoleh di-
tersebut diambil dari Dhanawati (2002) amati, dibandingkan satu dengan yang
dengan modifikasi sesuai dengan tuju- lain untuk menemukan perbedaan ka-
an penelitian. Dari penelitian terdahulu, rakteristik bahasa-bahasa yang diteliti.
terbukti bahwa daftar tanyaan tersebut Pada tahap II, data hasil FGD dianalisis
valid untuk penelitian jenis ini. secara deskriptif kualitatif, sementara
Daftar tanyaan frasa berjumlah 100 data hasil validasi model dianalisis de-
yang aplikasinya dikemas dalam ben- ngan teknik kuantitatif.
tuk kalimat atau cerita, sementara daf-
tar tanyaan kalimat berjumlah 100 juga HASIL DAN PEMBAHASAN
yang aplikasinya berupa cerita atau dia- Analisis Kontrastif Bahasa Indonesia -
log-dialog ringan. Untuk mengetahui Lio
bagaimana frasa dan kalimat dalam tu- Secara historis komparatif, bahasa
turan yang lebih luas, informan diminta Lio di Flores Barat termasuk kelompok
untuk bercerita atau bercakap-cakap de- bahasa MP Tengah, sedangkan salah sa-
ngan temannya, atau dipancing dengan tu bahasa yang tergolong MP Timur
pertanyaan-pertanyaan yang jawabnaya adalah bahasa Iha di Papua. Dalam hal
berupa wacana yang cukup luas. ini, bahasa Melayu termasuk kelompok
Pada tahap I, diterapkan metode Austronesia Barat. Sementara itu, baha-
langsung (metode lapangan) karena me- sa Indonesia yang merupakan perkem-
tode ini lebih tinggi derajat keilmiah- bangan dari bahasa Melayu tergolong
annya daripada metode tidak langsung. pula pada kelompok Austronesia Barat.
Data diambil dengan cara (1) cakap de- Lio adalah salah satu bahasa daerah
ngan teknik cakap semuka (wawancara), di Flores Barat, tepatnya bahasa Lio ber-
(2) simak dengan teknik simak lebat cakap ada di Kabupaten Ende. Di Kabupaten
dan simak bebas libat cakap. Data yang di- Ende terdapat dua etnik, yakni Etnik
peroleh dengan metode simak diguna- Lio dan Etnik Ende. Etnik Lio menggu-
kan untuk validasi data yang diperoleh nakan bahasa Lio, sedangkan Etnik
dengan metode cakap, sekaligus me- Ende menggunakan bahasa Lio-Ende.
lengkapi data yang tidak dapat diung- Pemakai bahasa antara kedua etnik ter-
kap lewat daftar tanyaan. Sementara sebut saling memahami karena kedua
itu, pada tahap II, data dikumpulkan dialek tersebut serumpun dan kedua-
nya merupakan keturunan Proto Austro- tang kedua bahasa tersebut. Berikut di-
nesia. paparkan perbedaan dan kemiripan an-
Korespondensi bunyi di antara dia- tara bahasa Indonesia dan Lio, baik da-
lek Lio dan dialek Lio-Ende bersifat ter- lam hal fonem-kosakata, kelompok kata
atur (Mbete dkk., 2006:143). Namun, di (frasa), maupun struktur aklimat.
antara kedua dialek tersebut juga me-
miliki perbedaan, baik pada tataran fo- Tataran Fonem-Kosakata
netik maupun leksikon. Perhatikan per- Berdasarkan data yang diperoleh,
bandingan berikut. dapat dibandingkan fonem bahasa In-
Dialek Lio Dialek Lio-Ende
donesia dan Lio yang dapat dilihat pa-
aku ja’o ‘saya, aku’ da Tabel 1 berikut.
mera tazo ‘merah’
Tabel 1: Perbandingan Fonem Bahasa
roke nonde ‘tidur’
dowa peka ‘sudah’ Indonesia-Lio
gha ndia ‘sini’ Bhs. Induk Bahasa Bahasa
ria meze ‘besar’ Austronesia Indonesia Lio
Bahasa Lio seperti halnya bahasa *a a a
*b b b-; mb-; bh-
Lio-Ende memiliki 5 vokal (i, e/E, o, u,
*c c -
a) dan 22 konsonan (p, t, k, b, d, g, mb,
*d d-; -d- d-; nd-; dh-
nd, ngg, bh, dh, gh, m, n, ng, l, r/z, s, j, f, *ə ə - ə -; e-
h, dan w). Bahasa Lio ini tergolong ba-
*g g-; -g-; -k g-; gh-; ngg-
hasa vokalis, yakni semua vokal dapat *h (h)- (h)-
berposisi akhir sebagai penutup kata, *i i i-; -E-
kecuali pepet yang hanya muncul pada *j j- j-
posisi awal dan tengah kata. Dengan *k k k
kata lain, tidak ada konsonan yang ver- *l l l
posisi pada akhir kata. *m m m
Bahasa Lio memiliki pola persuku- *n n n; ng-
*o o o
an terbuka. Kata-kata bahasa Lio di-
*p p p
bangun atas dua pola suku kata, yakni
*q h -
pola V dan KV. Kata-kata pada bahasa *R r; -r r- / -z; -*R
Lio dapat terdiri atas satu sampai de- *r r -
ngan lima suku kata. Pola kata dwisuku
merupakan pola kata yang sangat do- *s s s
*T t; -t -
minan. Selain itu, bahasa Lio memiliki
*t t t-
pola-pola pemajemukan, perulangan,
*u u u
kalimat dasar, kalimat turunan, kalimat *w w w
tunggal, dan kalimat majemuk. * ay ai -
Bahasa dalam satu kelompok tentu * au au aw
banyak kemiripan, selain perbedaan, se- * uy u -
perti bahasa Indonesia dan Lio. Hal ter-
sebut terungkap dari hasil survei ten-
Model Pembelajaran Bahasa Indonesia pada mereka yang berbeda secara kul-
Berbasis Kultur tural dengan titik berat pada kompen-
Menurut Suyata (2006), bentuk pem- sasi agar terjadi perubahan secara kul-
belajaran multikultur dapat diawali de- tural; (2) pengajaran yang mendorong
ngan penggunaan strategi budaya da- pentingnya hubungan manusia, mendo-
lam pembelajaran, pengenalan bahasa- rong siswa memiliki perasaan positif,
bahasa majemuk, dan kajian-kajian toleransi, dan menerima orang lain; (3)
yang bernuansa lokal. Dengan demiki- pengajaran yang mendorong studi ane-
an, dalam hal pembelajaran bahasa, pe- ka budaya sebagai upaya mendorong
ngenalan bahasa Indonesia bagi yang persamaan kultural sosial; (4) pengajar-
berbahasa pertama bahasa daerah dan an yang mengacu pada persamaan
bahasa daerah bagi mereka yang berba- struktural sosial dan pluralisme kultu-
hasa pertama bahasa Indonesia, beserta ral; dan (5) pendidikan multikultural
kultur yang menyertainya merupakan yang sekalgus rekonstruksi sosial. De-
langkah awal bagi pembelajaran multi- ngan demikian, pendidikan multikultu-
kultur tersebut. Selanjutnya dikatakan, ral merupakan salah satu alternatif da-
pada saat ini memahami pembelajaran lam membangun integrasi bangsa.
sebagai suatu proses kultural dan ber- Bertitik tolak dari hasil FGD dipadu
basis kultur sangat direkomendasikan dengan studi kepustakaan yang dilaku-
mengingat basis kultural diyakini mam- kan, disusun model pembelajaran baha-
pu mencegah disintegrasi bangsa. sa Indonesia berbasis kultur. Model di-
Pendekatan pendidikan multikultu- susun berdasarkan kurikulum KTSP
ral bermacam-macam. Gibson (1998) yang berlaku di tempat masing-masing.
mengemukakan empat pendekatan, ya- Berpijak dari kurikulum yang ada, di-
itu (1) pendidikan yang berbeda secara kembangkan RPP, kemudian disusun
kultural; (2) pendidikan tentang perbe- model pembelajaran tersebut.
daan-perbedaan budaya untuk saling Model disusun dalam bentuk CD.
memahami antar-budaya; (3) pendidik- Pada CD diberikan gambar-gambar ber-
an demi pluralisme budaya; dan (4) warna yang menarik sekaligus dileng-
pendidikan bikultural. Jadi, semua pen- kapi suara. Ada enam RPP yang diajar-
didikan sesungguhnya suatu proses kul- kan dalam enam pertemuan. Setiap per-
tural. Paham inilah yang menjadfi ins- temuan diawali dengan pretes dan di-
pirasi bagi ide untuk mengembangkan akhiri dengan postes. Pada akhir pem-
model pembelajaran multikultural di In- belajaran diberikan tes untuk materi 1-
donesia dengan kondisi yang multi- 6. Berikut disampaikan berturut-turut
etnik, multikultur, dan multibahasa. model tersebut.
Konsep pendidikan multukultural
yang lain adalah pendekatan yang me- Model Pembelajaran Kosakata
ngaitkan dengan konsep struktur sosial. Bahasa Lio sudah dikenal siswa se-
Clark dalam Suyata (2006) menyebut- jak mereka lahir. Kontras antara bahasa
kan lima jenis pendekatan pendidikan Lio yang sudah mereka kenal dengan
multikultural, yaitu (1) pengajaran ke- bahasa Indonesia akan memudahkan
Pada tabel hasil uji model pembe- Pola struktur frasa antara bahasa
lajaran di SD Ndona 5 Flores tersebut Lio-Indonesia memiliki banyak kemi-
dapat diketahui bahwa indeks sensitivi- ripan, yakni struktur D-M dan M-D.
tas dalam posisi positif semua. Hal ini Bahkan, struktur kalimat pada kedua
berarti pembelajaran yang dilakukan bahasatersebut memiliki kesamaan, yak-
memiliki dampak yang baik bagi siswa ni struktur kalimat SVO. Hanya, dalam
yang belajar bahasa Indonesia permula- bahasa Indonesia, frasa yang menun-
an di SD Ndona 5 Flores. Dengan demi- jukkan jumlah benda, kata bilangan ber-
kian, model pembelajaran yang diujikan posisi di depan benda, sedangkan da-
cukup baik dan dapat digunakan guru lam bahasa Lio, kata bilangan berposisi
dalam pembelajaran bahasa Indonesia setelah kata benda. Seperti, ‘dua anak’
permulaan. (Indonesia) - ana rua (Lio).
Oleh karena banyak kemiripan dan
KESIMPULAN kesamaan antara bahasa Lio-Indonesia,
Bahasa Lio dan bahasa Indonesia baik dalam sistem fonem-kata, pola fra-
memiliki banyak kemiripan, baik dalam sa,maupun struktur kalimat/klausa, mo-
sistem fonem, kelompok kata, maupun del pembelajaran kontrastif Lio-Indo-
struktur kalimat. Oleh sebab itu, siswa nesia cocok digunakan untuk pembe-
yang berlatar belakang bahasa dan bu- lajaran bahasa Indonesia permulaan ba-
daya Lio lebih banyak terbantu ketika gi siswa yang berlatar belakang bahasa
mereka belajar bahasa Indonedsia ting- dan budaya Lio.
kat awal. Meskipun demikian, guru per-
lu memahami bahwa selain ada kemi- UCAPAN TERIMA KASIH
ripan, antara bahasa Lio dan Indondesia Pelaksanaan penelitian ini dibantu
terdapat perbedaan, yakni pola suku oleh berbagai pihak, khususnya dalam
kata bahasa Lio hanya V dan KV se- pemerolehan data kebahasaan dan pe-
hingga tidak ada konsonan di akhir su- laksanaan ujicoba model. Untuk itu, pe-
ku atau akhir kata, sedangkan pola su- nulis menyampaikan rasa terima kasih
ku kata dalam bahasa Indonesia ada de- kepada Bapak Simon Simo, Bapak
lapan jenis (V, KV, VK, KVK. KKV, Michael Weru, Ibu Maria Martakia
VKK, KKKV, KKKVK). Nika, Ibu Sisilia Tanga, dan Ibu Anas-
tasia Mary sebagai informan pemakai
bahasa Lio. Rasa terima kasih disampai- Mbete, Aron Meko dkk. 2006. Khazanah
kan pula kepada Ibu Grasiana Wunu, Budaya Lio-Ende. Ende: Pustaka
Ibu Yulita Eme, dan Ibu Emiliana Momi Larasan.
yang telah membantu peneliti dalam
pelaksanaan ujicoba model di SD Mbete, Aron Meko dan Petrus Wake.
Ndona 5 Ende, Flores Barat. 2006. Bahan Pembelajaran Muatan
Lokal Berbasis Kompetensi: Kelas III
DAFTAR PUSTAKA SD/MI Kabupaten Ende. Ende:
Pustaka Larasan.
Crowley, Terry. 1997. An Introduction to
Historical Linguistics. Suva Univer-
Parera, Yos Daniel. 1998. Linguistik Edu-
sity of Papua, New Guinea.
kational: Metode Pembelajaran Baha-
sa, Analisis Kontrastif Antar-bahasa,
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Pendi-
Analisis Kelasalahan Berbahsa. Ja-
dikan.No. 20 Tahun 2003. Jakarta:
karta: Erlangga.
Depdiknas.