You are on page 1of 12

ANALISIS KONTRASTIF BAHASA LIO-INDONESIA

DAN PENGIMPLEMENTASIANNYA
DALAM MODEL PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA

Suhardi dan Pujiati Suyata


FBS Universitas Negeri Yogyakarta (e-mail: suhardi@uny.ac.id;
HP 08157918974)

Abstract: A Contrastive Analysis of the Lio and Indonesian Languages and Its
Implementation in a Second Language Learning Method. This study aims to
identify linguistic characteristics of the Lio and Indonesian languages and employ
them in a second language learning model. This study employed an R & D
approach consisting of two stages: linguistic characteristic identification and
implementation in a second language learning model. The data in the first stage
were collected through observations, discussions, and interviews. The contrastive
analysis using the synchronic method was done to analyze them and those from the
focus group discussions were analyzed using the qualitative descriptive technique.
The data from the second stage were analyzed using the quantitative technique.
The results are as follows. First, both languages have similarities in terms of the
phoneme system and phrase and sentence structures. Therefore, the students with
the Lio language and culture background find it easy to learn Indonesian in the
beginner stage. Second, both languages have similarities in phrase structure, i.e. H-
M and M-D, and in sentence structure, i.e. SVO. Third, because of such similarities,
a contrastive learning model is appropriate for the Indonesian language learning in
the beginner stage for the students with the Lio language and culture background.

Keywords: contrastive analysis, second language learning model

PENDAHULUAN lah-sekolah (Undang-Undang Pendidik-


Bhineka Tunggal Ika sebagai lam- an, No. 20 Tahun 2003).
bang Negara Kesatuan Republik Indo- Ciri-ciri kebahasaan bahasa Indone-
nesia(NKRI)mengisyaratkan adanya ke- sia dan bahasa daerah dimungkinkan
bervariasian budaya, adat istiadat, dan berbeda, demikian pula antara bahasa
bahasa yang digunakan. Peta Bahasa daerah satu dengan yang lain. Menurut
Nasional melaporkan jumlah bahasa Blust, seorang ahli perbandingan baha-
daerah di Indonesia lebih dari 450 buah, sa Austronesia, bahasa-bahasa di wila-
belum termasuk bahasa-bahasa yang yah Indonesia termasuk dalam kelom-
ada di Papua yang menurut perhitung- pok bahasa Melayu Polinesia (MP). Ber-
an terakhir sekitar 350 buah. Selain ba- dasarkan ciri-ciri kebahasaan, bahasa
hasa daerah, ada bahasa Indonesia yang MP dibedakan atas MP Barat dan MP
digunakan secara nasional dan ditetap- Timur, sementara MP Timur dibedakan
kan sebagai bahasa pengantar di seko- atas MP Tengah dan MP Timur. Bahasa

227
228

Lio sebagai salah satu bahasa daerah di Analisis kontrastif antarbahasa da-
Flores termasuk MP Tengah. Dalam hal pat dilakukan untuk menjembatani ke-
pembelajaran bahasa, berbedaan ciri- sulitan tersebut. Perlu dilakukan per-
ciri kebahasaan, baik antar-bahasa da- bandingan secara sinkronis antarbaha-
erah maupun antara bahasa daerah dan sa, misalnya bahasa Indonesia dengan
bahasa Indonesia menyulitkan guru. bahasa Lio. Dalam kalimat bahasa Lio,
Bahasa Indonesia sebagai bahasa ”Aku seo moko.”, dapat diterjemahkan
pengantar di sekolah perlu dikuasai de- per kata oleh siswa menjadi ” Aku go-
ngan baik oleh siswa. Terganggunya reng pisang.” Analisis kontrastif akan
kondisi tersebut akan menghambat pe- menemukan bahwa penggunaan baha-
nyerapan materi pelajaran di sekolah. sa Indonesia, ”goreng” dalam kalimat
Oleh karena itu, penguasaan bahasa In- tersebut tidak tepat karena dalam ba-
donesia menjadi kunci utama keberha- hasa Indonesia kata kerja yang benar se-
silan pembelajaran. Persoalannya, oleh suai dengan konteks kalimat yang ber-
karena bahasa Indonesia harus diajar- sangkutan adalah ”menggoreng”. Hal
kan dengan bahasa pengantar bahasa ini terjadi, karena dalam bahasa Lio ti-
Indonesia, siswa yang bahasa pertama- dak dikenal afiks untuk membentuk ka-
nya (B1) bahasa daerah harus belajar ta jadian, sedangkan dalam bahasa In-
dua kali, pertama memahami bahasa donesia hal tersebut terjadi. Dengan
pengantarnya dan kedua belajar baha- analisis kontrastif, ciri kebahasaan an-
sanya (B2). Hal itu menyulitkan siswa, tarbahasa yang dibandingkan dapat di-
terutama siswa di daerah pinggiran dan ketahui, dan hal itu akan memudahkan
pedalaman yang belum menguasai ba- guru dalam mengajarkan bahasa kedua
hasa Indonesia (B2). (B2) bagi siswanya.
Kesulitan berikutnya adalah ketika Berdasarkan latar belakang terse-
guru menggunakan bantuan bahasa but, permasalahan yang dikaji dalam
daerah untuk memasukkan pemaham- tulisan ini adalah (1) perbedaan karak-
an bahasa Indonesia, tidak semua guru terisktik kebahasaan antara bahasa In-
menguasai bahasa daerah yang dikenal donesia dan Lio; (2) pengembangan mo-
siswa, khususnya guru-guru yang da- del pembelajaran bahasa yang berbasis
tang dari luar daerah. Di Flores, keba- perbedaan karakteristik kebahasaan an-
nyakan guru berasal dari luar daerah. tara bahasa Indonesia dan Lio. Atas da-
Guru-guru pendatang tersebut meng- sar masalah tersebut, tujuan kajian ini
alami kesulitan mengajarkan bahasa In- adalah (1) teridentifikasinya perbedaan
donesia dengan bahasa pengantar baha- karakteristik kebahasaan antara bahasa
sa Indonesia, karena siswa belum me- Indonesiadan Lio; (2) ditemukannya mo-
nguasai dengan baik bahasa pengantar del pembelajaran bahasa kedua bagi pe-
tersebut. Di pihak lain, mereka juga su- nutur bahasa dan budaya Lio. Semen-
lit mengajarkan dengan bahasa peng- tara itu, manfaat hasil kajian ini ada
antar bahasa daerah karena mereka ti- beberapa poin. Pertama bagi guru, hasil
dak menguasai bahasa daerah siswa. kajian ini bermanfaat untuk praktik
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai

Analisis Kontrastif Bahasa Lio-Indonesia dan Pengimplementasiannya


229

bahasa kedua (B2) di kelas, terutama kan ahli (FGD II) untuk memantapkan
bagi sekolah yang bahasa pertama (B1) draf model yang dikembangkan. Vali-
siswanya bermacam-macam. Kedua ba- dasi model dilakukan secara terbatas,
gi calon guru, hasil kajian ini menam- dengan melakukan eksperimen pembe-
bah dan memperluas konsep pembe- lajaran di kelas. Hasil validasi dianalisis
lajaran bahasa Indonesia di sekolah. Ke- dengan melibatkan ahli untuk menetap-
tigabagi Depdiknas, penelitian ini mem- kan model yang diinginkan. Indikator
berikan manfaat bagi peningkatan mutu ketercapaian tahap II adalah ditemu-
pendidikan di Indonesia secara keselu- kannya model multikulturalisme dalam
ruhan. Keempat bagi masyarakat Indo- pembelajaran bahasa.
nesia, hasil kajian ini bermanfaat dalam Subjek penelitian pada tahap I ada-
upaya menyatukan dan membangun lah penutur asli bahasa Lio, sedangkan
bangsa, yang berawal dari studi bahasa, subjek penelitian pada tahap II adalah
menuju ke integrasi bangsa dan harmo- guru dan siswa kelas I SD. Dari penutur
ni sosial. asli digali data kebahasaan yang berupa
kosakata, frasa, dan kalimat yang di-
METODE gunakan sebagai alat komunikasi ma-
Pendekatan penelitian ini adalah re- syarakat. Guru dan siswa kelas I SD di-
search and development (R & D). Borg gunakan untuk uji coba model pembe-
dan Gall mengatakan "educational re- lajaran. Teknik pengambilan sampel di-
search and development (R & D) is a pro- lakukan secara bertujuan, yakni SD
cess used to develop and validate educati- yang termasuk kategori ‘sedang’.
onal production". Pendekatan tersebut Informan penelitian ini ada empat
dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap orang, yakni tiga orang sebagai infor-
I dilakukan survei lapangan, yakni wi- man utama dan satu orang sebagai in-
layah Flores Barat, NTT. Dalam survei forman pendamping. Informan tersebut
tersebut dilakukan analisis kontrastif an- adalah penutur asli bahasa Lio di Flores
tara bahasa Indonesia-Lio (Flores). Ha- Barat yang ditentukan atas dasar kri-
sil survei menjadi masukan bagi pe- teria: (1) umur antara 30 – 50 tahun atau
ngembangan model pembelajaran mul- lebih, laki-laki atau perempuan yang
tikultural. Indikator ketercapaian tahap alat ucapnya baik dan dapat berbicara
I adalah teridentifikasinya perbedaan ka- jelas; (2) bekerja sebagai petani, peda-
rakteristik bahasa Lio–Indonesia. gang kecil atau jenis pekerjaan lain
Pada tahap II dilakukan survei ke- yang jarang meninggalkan rumah; (3)
pustakaan, dilanjutkan dengan focus berpendidikan sekolah dasar atau lan-
group discussion ahli (FGD I) untuk me- jutan; (4) lahir dan dibesarkan di daerah
nemukan indikator model kulturalisme itu dan jarang meninggalkan kampung
dalam pembelajaran yang sesuai. Ber- halamannya; dan (5) dapat berbahasa
dasarkan indikator yang ada, dikem- Indonesia.
bangkan model hipotetik pembelajaran Instrumen penelitian tahap I adalah
yang dimaksud. Langkah berikutnya daftar tanyaan kosakata, frasa, dan kali-
adalah diskusi model dengan melibat- mat. Daftar tanyaan kosakata terdiri

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


230

atas 600 kosakata, terbagi dalam 16 me- melalui observasi, diskusi, dan wawan-
dan, yakni (1) bilangan; (2) waktu dan cara. Data hasil observasi divalidasi de-
musim; (3) ukuran; (4) bagian tubuh; (5) ngan data hasil diskusi dan wawancara
kata ganti orang dan sapaan; (6) istilah yang sekaligus untuk melengkapi data
kekerabatan; (7) pakaian dan perhiasan; yang tidak dapat diungkap dengan ob-
(8) binatang; (9) tumbuhan; (10) alam servasi.
dan benda alam; (11) rumah dan bagi- Analisis data hasil studi tahap I, ya-
annya; (12) alat-lat rumah tangga; (13) itu analisis kontrastif yang dilakukan
arah dan petunjuk; (14) aktivitas sehari- secara deskriptif komparatif dengan
hari; (15) keadaan dan warna; dan (16) menggunakan metode sinkronis. Data-
pekerjaan dan jabatan. Daftar tanyaan data kebahasaan yang diperoleh di-
tersebut diambil dari Dhanawati (2002) amati, dibandingkan satu dengan yang
dengan modifikasi sesuai dengan tuju- lain untuk menemukan perbedaan ka-
an penelitian. Dari penelitian terdahulu, rakteristik bahasa-bahasa yang diteliti.
terbukti bahwa daftar tanyaan tersebut Pada tahap II, data hasil FGD dianalisis
valid untuk penelitian jenis ini. secara deskriptif kualitatif, sementara
Daftar tanyaan frasa berjumlah 100 data hasil validasi model dianalisis de-
yang aplikasinya dikemas dalam ben- ngan teknik kuantitatif.
tuk kalimat atau cerita, sementara daf-
tar tanyaan kalimat berjumlah 100 juga HASIL DAN PEMBAHASAN
yang aplikasinya berupa cerita atau dia- Analisis Kontrastif Bahasa Indonesia -
log-dialog ringan. Untuk mengetahui Lio
bagaimana frasa dan kalimat dalam tu- Secara historis komparatif, bahasa
turan yang lebih luas, informan diminta Lio di Flores Barat termasuk kelompok
untuk bercerita atau bercakap-cakap de- bahasa MP Tengah, sedangkan salah sa-
ngan temannya, atau dipancing dengan tu bahasa yang tergolong MP Timur
pertanyaan-pertanyaan yang jawabnaya adalah bahasa Iha di Papua. Dalam hal
berupa wacana yang cukup luas. ini, bahasa Melayu termasuk kelompok
Pada tahap I, diterapkan metode Austronesia Barat. Sementara itu, baha-
langsung (metode lapangan) karena me- sa Indonesia yang merupakan perkem-
tode ini lebih tinggi derajat keilmiah- bangan dari bahasa Melayu tergolong
annya daripada metode tidak langsung. pula pada kelompok Austronesia Barat.
Data diambil dengan cara (1) cakap de- Lio adalah salah satu bahasa daerah
ngan teknik cakap semuka (wawancara), di Flores Barat, tepatnya bahasa Lio ber-
(2) simak dengan teknik simak lebat cakap ada di Kabupaten Ende. Di Kabupaten
dan simak bebas libat cakap. Data yang di- Ende terdapat dua etnik, yakni Etnik
peroleh dengan metode simak diguna- Lio dan Etnik Ende. Etnik Lio menggu-
kan untuk validasi data yang diperoleh nakan bahasa Lio, sedangkan Etnik
dengan metode cakap, sekaligus me- Ende menggunakan bahasa Lio-Ende.
lengkapi data yang tidak dapat diung- Pemakai bahasa antara kedua etnik ter-
kap lewat daftar tanyaan. Sementara sebut saling memahami karena kedua
itu, pada tahap II, data dikumpulkan dialek tersebut serumpun dan kedua-

Analisis Kontrastif Bahasa Lio-Indonesia dan Pengimplementasiannya


231

nya merupakan keturunan Proto Austro- tang kedua bahasa tersebut. Berikut di-
nesia. paparkan perbedaan dan kemiripan an-
Korespondensi bunyi di antara dia- tara bahasa Indonesia dan Lio, baik da-
lek Lio dan dialek Lio-Ende bersifat ter- lam hal fonem-kosakata, kelompok kata
atur (Mbete dkk., 2006:143). Namun, di (frasa), maupun struktur aklimat.
antara kedua dialek tersebut juga me-
miliki perbedaan, baik pada tataran fo- Tataran Fonem-Kosakata
netik maupun leksikon. Perhatikan per- Berdasarkan data yang diperoleh,
bandingan berikut. dapat dibandingkan fonem bahasa In-
Dialek Lio Dialek Lio-Ende
donesia dan Lio yang dapat dilihat pa-
aku ja’o ‘saya, aku’ da Tabel 1 berikut.
mera tazo ‘merah’
Tabel 1: Perbandingan Fonem Bahasa
roke nonde ‘tidur’
dowa peka ‘sudah’ Indonesia-Lio
gha ndia ‘sini’ Bhs. Induk Bahasa Bahasa
ria meze ‘besar’ Austronesia Indonesia Lio
Bahasa Lio seperti halnya bahasa *a a a
*b b b-; mb-; bh-
Lio-Ende memiliki 5 vokal (i, e/E, o, u,
*c c -
a) dan 22 konsonan (p, t, k, b, d, g, mb,
*d d-; -d- d-; nd-; dh-
nd, ngg, bh, dh, gh, m, n, ng, l, r/z, s, j, f, *ə ə - ə -; e-
h, dan w). Bahasa Lio ini tergolong ba-
*g g-; -g-; -k g-; gh-; ngg-
hasa vokalis, yakni semua vokal dapat *h (h)- (h)-
berposisi akhir sebagai penutup kata, *i i i-; -E-
kecuali pepet yang hanya muncul pada *j j- j-
posisi awal dan tengah kata. Dengan *k k k
kata lain, tidak ada konsonan yang ver- *l l l
posisi pada akhir kata. *m m m
Bahasa Lio memiliki pola persuku- *n n n; ng-
*o o o
an terbuka. Kata-kata bahasa Lio di-
*p p p
bangun atas dua pola suku kata, yakni
*q h -
pola V dan KV. Kata-kata pada bahasa *R r; -r r- / -z; -*R
Lio dapat terdiri atas satu sampai de- *r r -
ngan lima suku kata. Pola kata dwisuku
merupakan pola kata yang sangat do- *s s s
*T t; -t -
minan. Selain itu, bahasa Lio memiliki
*t t t-
pola-pola pemajemukan, perulangan,
*u u u
kalimat dasar, kalimat turunan, kalimat *w w w
tunggal, dan kalimat majemuk. * ay ai -
Bahasa dalam satu kelompok tentu * au au aw
banyak kemiripan, selain perbedaan, se- * uy u -
perti bahasa Indonesia dan Lio. Hal ter-
sebut terungkap dari hasil survei ten-

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


232

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasa Lio cenderung berstruktur M-D.


ada persamaan fonem antara bahasa In- Dengan demikian, pembelajaran frasa
donesia dan bahasa Lio. Di samping itu, bahasa Indonesia lebih mudah karena
ada beberapa fonem yang berbeda an- kesamaan struktur tersebut. Perhatikan
tara kedua bahasa tersebut, seperti tam- contoh perbandingan berikut.
pak pada Tabel 2 berikut.
Bahasa Bahasa
Tabel 2: Analisis Kontrastif Fonem
Lio Indonesia
Bahasa Indonesia-Lio pu’u nio (DM) pohon nyiur/kelapa (DM)
Bhs. Induk Bahasa Bahasa tui are (DM) kulit padi (DM)
Austronesia Indonesia Lio jara suka (DM) kuda tunggang (DM)
*b b b; mb, bh uma rua (DM) dua kebun (MD)
*d d-; -d- d-; nd-; dh- ika esa (DM) satu ikan (MD)
*ə ə; a (suku ultima) ə/E
*g g- g- ; gh-; ngg- Tataran Kalimat
-k - Bahasa Lio tergolong jenis bahasa
*h (h)- - yang berstruktur SVO. Artinya, kalimat
*q h ?
bahasa Lio berstruktur SPO, seperti hal-
*R r; r- / z-
nya struktur kalimat bahasa Indonesia.
-r -
* ay ai -e
Hanya saja, bahasa Lio tidak mengenal
* au au -a afiksasi dalam pembentukan kata jadi-
* uy u - an. Oleh sebab itu, struktur pada bahasa
Lio memegang peranan penting untuk
Dalam Tabel 2 tersebut, terlihat bah- menentukan kata yang mengisi fungsi
wa bahasa Lio tidak memiliki konsonan predikat kalimat. Dengan demikian,
yang berposisi pada akhir kata. Misal- pembelajaran kalimat bahasa Indonesia
nya, kata akar dalam bahasa Indonesia akan lebih terbantu karena adanya ke-
jika diadaptasikan ke dalam bahasa Lio samaan antara struktur bahasa Lio dan
menjadi kata aka. Demikian pula, ba- Indonesia. Perhatikan contoh perban-
hasa Lio tidak mengenal bunyi diftong dingan struktur kalimat berikut.
sehingga diftong /ai/ dan /au/ dalam Bahasa Lio Bahasa Indonesia
bahasa Indonesia cenderung menjadi /- Aku seo moko. Aku/Saya menggoreng
e/ dan /-a/ dalam bahasa Lio, misalnya (SPO) pisang. (SPO)
kata sampai (bahasa Indonesia) menjadi Yuliana lae sekola. Yuliana belum sekolah.
kata sampe (bahasa Lio) (SP) (SP)
Aku ka’o di nua. Saya lahir di desa.
Tataran Kelompok Kata (Frasa) (SPK) (SPK)
Adik saya laki-laki. Aji aku atakaki. (SP)
Berdasarkan data yang diperoleh,
(SP)
bahasa Lio mengenal frasa yang ber-
Aku ana sepususu. Aku anak bungsu (SP)
struktur D-M atau M-D dalam frasa (SP)
benda, frasa kerja, dan frasa sifat. Se- Ne aku teka Ibu saya menjual
mentara itu, frasa bilangan dalam ba- utameta. (SPO) sayuran. (SPO)

Analisis Kontrastif Bahasa Lio-Indonesia dan Pengimplementasiannya


233

Analisis Hasil Focus Group Disscuss- an disesuaikan dengan kultur dan


ion (FGD) bahasa setempat. Dengan demikian,
FGD diadakan dalam rangka meru- pelajaran akan lebih bermakna dan
muskan model pembelajaran bahasa mudah dipahami siswa.
berbasis kultur berdasarkan adanya Contoh: Selama ini buku pelajaran
persamaan dan perbedaan antara baha- bahasa Indonesia untuk kelas 1 SD
sa yang satu dan yang lain. Peserta FGD menggunakan gambar dengan tulis-
adalah para ahli di bidang terkait, yaitu an di bawahnya, ’Ini Budi’, ’Ini ayah
ahli linguistik perbandingan, pembela- Budi’, Ini ibu Budi’ dan seterusnya.
jaran, dan evaluasi pembelajaran. Hasil Hal itu tidak sesuai dengan kultur la-
diskusi tersebut dapat dirumuskan se- in, mereka mengatakan itu buku pe-
bagai berikut. lajaran untuk orang Jawa, bahasa In-
 Dapat dilakukan pembelajaran baha- donesia Jawa.
sa Indonesia berbasis bahasa dan kul-  Pembelajaran B2 (bahasa Indonesia)
tur yang sudah dikenal para siswa. dengan berpijak dari B1 (bahasa lo-
Jadi, siswa akan belajar B2 berdasar kal) memungkinkan untuk dilakukan
B1 yang sudah dikenalnya. dengan pertimbangan, siswa belajar
Contoh: Untuk siswa dengan bahasa bahasa tidak perlu dua kali, yaitu
dan kultur Lio, gambar wanita me- pertama belajar bahasa pengantar-
ngenakan sarung dan baju atas mo- nya, yaitu bahasa Indonesia, dan ke-
del baju bodo (Makasar), dia akan dua, belajar materi bahasa Indonesia.
menamakan hal itu sebagai gambar Contoh: Selama ini guru meng-
ibu. ajarkan bahasa Indonesia dengan
 Belajar bahasa tidak terlepas dari be- menggunakan bahasa pengantar ba-
lajar kultur di tempat bahasa itu di- hasa Indonesia. Hal itu dilakukan se-
gunakan. Dengan demikian, materi suai dengan peraturan bahwa bahasa
pembelajaran bahasa Indonesia, ber- resmi yang digunakan di sekolah-se-
beda-beda antara kultur satu dengan kolah adalah bahasa Indonesia. Na-
yang lain, meskipun pada dasarnya mun, dalam praktik pembelajaran,
RPP-nya sama, SK dan KD yang di- sebenarnya tidak demikian sebab gu-
tuju sama. ru biasanya mengulang materi yang
Contoh: Untuk siswa dengan bahasa dijelaskan dengan bahasa lokal, ba-
dan kultur Lio, kalau ada gambar hasa yang sudah dikenal siswa. De-
anak laki-laki, dia akan membaca tu- ngan demikian, sebenarnya guru me-
lisan di bawahnya, ’Ini Siberu’ kare- lakukan dua kali kerja, demikian pu-
na di Flores dengan kultur dan ba- la siswa. Hal semacam itu tidak efek-
hasa Lio tidak ada nama Budi, yang tif, penguasaan siswa akan bahasa
ada nama Siberu atau Michael. Indonesia menjadi lamban. Padahal,
 Buku pelajaran bahasa Indonesia di- penguasaan bahasa Indonesia secara
sarankan tidak sama untuk seluruh cepat itu penting mengingat semua
Indonesia. Hendaknya, buku pelajar- mata pelajaran disampaikan dalam
bahasa Indonesia.

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


234

Model Pembelajaran Bahasa Indonesia pada mereka yang berbeda secara kul-
Berbasis Kultur tural dengan titik berat pada kompen-
Menurut Suyata (2006), bentuk pem- sasi agar terjadi perubahan secara kul-
belajaran multikultur dapat diawali de- tural; (2) pengajaran yang mendorong
ngan penggunaan strategi budaya da- pentingnya hubungan manusia, mendo-
lam pembelajaran, pengenalan bahasa- rong siswa memiliki perasaan positif,
bahasa majemuk, dan kajian-kajian toleransi, dan menerima orang lain; (3)
yang bernuansa lokal. Dengan demiki- pengajaran yang mendorong studi ane-
an, dalam hal pembelajaran bahasa, pe- ka budaya sebagai upaya mendorong
ngenalan bahasa Indonesia bagi yang persamaan kultural sosial; (4) pengajar-
berbahasa pertama bahasa daerah dan an yang mengacu pada persamaan
bahasa daerah bagi mereka yang berba- struktural sosial dan pluralisme kultu-
hasa pertama bahasa Indonesia, beserta ral; dan (5) pendidikan multikultural
kultur yang menyertainya merupakan yang sekalgus rekonstruksi sosial. De-
langkah awal bagi pembelajaran multi- ngan demikian, pendidikan multikultu-
kultur tersebut. Selanjutnya dikatakan, ral merupakan salah satu alternatif da-
pada saat ini memahami pembelajaran lam membangun integrasi bangsa.
sebagai suatu proses kultural dan ber- Bertitik tolak dari hasil FGD dipadu
basis kultur sangat direkomendasikan dengan studi kepustakaan yang dilaku-
mengingat basis kultural diyakini mam- kan, disusun model pembelajaran baha-
pu mencegah disintegrasi bangsa. sa Indonesia berbasis kultur. Model di-
Pendekatan pendidikan multikultu- susun berdasarkan kurikulum KTSP
ral bermacam-macam. Gibson (1998) yang berlaku di tempat masing-masing.
mengemukakan empat pendekatan, ya- Berpijak dari kurikulum yang ada, di-
itu (1) pendidikan yang berbeda secara kembangkan RPP, kemudian disusun
kultural; (2) pendidikan tentang perbe- model pembelajaran tersebut.
daan-perbedaan budaya untuk saling Model disusun dalam bentuk CD.
memahami antar-budaya; (3) pendidik- Pada CD diberikan gambar-gambar ber-
an demi pluralisme budaya; dan (4) warna yang menarik sekaligus dileng-
pendidikan bikultural. Jadi, semua pen- kapi suara. Ada enam RPP yang diajar-
didikan sesungguhnya suatu proses kul- kan dalam enam pertemuan. Setiap per-
tural. Paham inilah yang menjadfi ins- temuan diawali dengan pretes dan di-
pirasi bagi ide untuk mengembangkan akhiri dengan postes. Pada akhir pem-
model pembelajaran multikultural di In- belajaran diberikan tes untuk materi 1-
donesia dengan kondisi yang multi- 6. Berikut disampaikan berturut-turut
etnik, multikultur, dan multibahasa. model tersebut.
Konsep pendidikan multukultural
yang lain adalah pendekatan yang me- Model Pembelajaran Kosakata
ngaitkan dengan konsep struktur sosial. Bahasa Lio sudah dikenal siswa se-
Clark dalam Suyata (2006) menyebut- jak mereka lahir. Kontras antara bahasa
kan lima jenis pendekatan pendidikan Lio yang sudah mereka kenal dengan
multikultural, yaitu (1) pengajaran ke- bahasa Indonesia akan memudahkan

Analisis Kontrastif Bahasa Lio-Indonesia dan Pengimplementasiannya


235

mereka belajar bahasa Indonesia, khu- Bahasa Lio Bahasa Indonesia


kira doi (D-M) penghitungan uang (D-M)
susnya pada SD permulaan. Dalam
wesa jala (D-M) penebaran jala (D-M)
pembelajaran kosakata, misalnya akan leja lo’o (D-M) selamat sore (D-M)
dapat diperkenalkan kosakata bahasa manu co aku(D-M) ayam (milik) saya (D-M)
Lio dan padanannya dalam bahasa In- ina toja (M-D) tidak menarik (M-D)
sena raka (M-D) sangat menyenangkan (M-D)
donesia.
Belajar bahasa tidak lepas dari be- Selain kemiripan tersebut, pada je-
lajar budaya. Belajar bahasa Lio dan In- nis frasa tertentu terdapat perbedaan
donesia juga tidak lepas dari budaya antara struktur frasa bahasa Lio dan In-
Lio dan Indonesia. Dengan demikian, donesia. Hal ini terjadi pada frasa atri-
belajar bahasa Indonesia dapat dilaku- butif yang unsur pusatnya berupa kata
kan dengan titik tolak bahasa dan bu- benda dan unsur atributnya berupa bi-
daya Lio. Contoh berikut akan menje- langan. Misalnya, frasa ’dua bulan’ da-
laskan hal tersebut. lam bahasa Indonesia berstruktur M-D,
sedangkan dalam bahasa Lio menjadi
Bhs. Lio- Bahasa Lio Bahasa Indonesia
Indo ’wula rua’ berstruktur D-M.
E - i-(r) ae, sape, wange air, sapi, wangi
r-d rua dua Model Pembelajaran Kalimat
w-b seriwu, tewu, seribu, tebu, ubi,
Seperti halnya pembelajaran kelom-
uwi, awu-awu abu-abu
Φ- ana, tana, jala, anak, tanah, jalan,
pok kata, pembelajaran kalimat meng-
konsonan sabi, lau sabit, laut gunakan terjemahan kata per kata kare-
j-y kaju kayu na struktur kalimat bahasa Lio dan In-
a - au pisa pisau
donesia tidak berbeda. Oleh karena itu-
e - ai take tangkai
?- h uja, ulu, pa’a hujan, hulu, paha
lah, siswa yang berlatar bahasa dan bu-
daya Lio sangat terbantu ketika belajar
bahasa Indonedsia permulaan. Hal ini
Model Pembelajaran Kelompok Kata
dapat diberikan contoh berbandingan
(Frasa)
struktur kalimat antara bahasa Lio dan
Bahasa Indonesia dan Lio memiliki
bahasa Indonesia seperti berikut.
kemiripan dalam struktur frasa. Struk-
tur frasa bahasa Lio pada umumnya Bahasa Lio Bahasa Indonesia
Kau deo sura aku. Kau membawa suratku.
berpola D-M yang sama dengan struk- Kai mera leka sa’o ghea. Dia tinggal di rumah itu.
tur frasa bahasa Indonesia pada umum- Aku ana sepususu. Aku anak bungsu.
nya. Hal tersebut dapat memperlancar Yuliana belum sekolah. Yuliana lae sekola.
dan mempermudah para siswa yang Aji aku atakaki. Adik saya laki-laki.

berlatar bahasa dan budaya Lio untuk


belajar bahasa Indonesia permulaan. Perlu ditambahkan di sini bahwa
Kesamaan atau kemiripan struktur fra- bahasa Lio tidak mengenal imbuhan,
sa antara bahasa Lio dan Indonesia da- baik awalan, sisipan, maupun akhiran,
pat diberikan contoh sebagai berikut. seperti yang terjadi dalam bahasa In-
donesia. Oleh sebab itu, urutan kata
memiliki peran penting dalam pener-
jemahan kalimat bahasa Lio ke dalam

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


236

kalimat bahasa Indonesia. Perhatikan Validasi Model oleh Pengguna


contoh berikut. Validasi model dilakukan oleh
Bahasa Lio Bahasa Indonesia
pengguna (oleh guru dan siswa) di SD 5
seo moko menggoreng pisang Ndona, Ende, Flores, NTT. Latar bela-
tenu ika membakar ikan kang siswa SD kelas 1 ada yang berasal
mula are menanam padi dari TK dan ada pula yang tanpa me-
kira doi menghitung uang lalui TK. Orang tua siswa SD V Ndona
adalah petani dan nelayan. Hasil uji
Sementara itu, struktur frasa ‘moko
model sebagai berikut.
seo’ diterjemahkan ke dalam frasa ba-
Pembelajaran dilakukan selama No-
hasa Indonesia menjadi ‘pisang goreng’,
vember 2009 yang dilakukan oleh guru
frasa ‘ika tenu’ menjadi ‘ikan bakar’.
kelas 1. Peralatan LCD, laptop, buku,
HASIL UJI MODEL PEMBELAJARAN dan alat tulis untuk guru dan siswa di-
sediakan peneliti. Selama pembelajaran
BAHASA INDONESIA BERBASIS
KULTUR berlangsung, ada seorang teknisi yang
membantu operasional peralatan dan
Model pembelajaran bahasa Indone-
seorang guru lain yang membantu
sia berbasis kultur diujicobakan di En-
mengamati dan mencatat jalannya pem-
de, Flores, NTT dengan kultur bahasa
belajaran di kelas.
Lio. Uji model dilakukan dua tahap, (1)
Dari catatan lapangan (field note),
validasi isi oleh expert dan (2) validasi
pengguna oleh guru dan siswa. Berikut terungkap bahwa pada pertemuan
awal, siswa masih belum terbiasa de-
hasil uji model tersebut.
ngan model pembelajaran dengan CD
tersebut. Hal itu terlihat dari hasil tes
Validasi Isi Model oleh Expert
yang rata-rata masih kurang baik. Na-
Isi pembelajaran divalidasi oleh ahli
mun, pembelajaran selanjutnya bisa le-
bahasa Lio, ahli pembelajaran multikul-
bih lancar dan bahkan pada akhir pem-
tur, dan ahli media CD. Hasil validasi
belajaran siswa justru menyukai model
mengatakan model pembelajaran baha-
pembelajaran semacam itu. Suasana ke-
sa Indonesia berbasis kultur dari segi isi
las menjadi hidup dan siswa bergairah
cukup baik dan dapat digunakan dalam
untuk belajar. Motivasi siswa mening-
pembelajaran di sekolah. Namun, ada
kat dengan model pembelajaran sema-
peringatan dari ahli media terkait beban
cam itu. Hal itu terbukti dari hasil tes
listrik yang diperlukan untuk penggun-
akhir yang meningkat nilainya dengan
an CD. Di tempat yang beban listriknya
rata-rata memenuhi standar kelulusan
kurang memadai, kemungkinan CD ini
minimal (KKM).
tidak dapat dioperasikan.
Hasil tes pembelajaran dengan mo-
del tersebut dapat diamati pada tabel
berikut.

Analisis Kontrastif Bahasa Lio-Indonesia dan Pengimplementasiannya


237

Tabel 3: Hasil Uji Model Pembelajaran di SD Ndona 5, Ende, Flores Barat


No. Pertemuan Jumlah Hasil Pretes Hasil Postes Indeks
ke- Siswa Sensitivitas
1. 1 28 3,0(60%) 3,53(70,6 %) 0,02
2. 2 28 3,17(60,34 %) 3,6(72,0 %) 0,02
3. 3 28 3,03(60,06 %) 3,73(74,0 %) 0,03
4. 4 28 2,96(59,20 %) 3,82(76,4 %) 0,03
5. 5 28 3,03(60,06) 3,82(76,4 %) 0,03
6. 6 28 3,35(67,5%) 3,86(75,2 %) 0,02

Pada tabel hasil uji model pembe- Pola struktur frasa antara bahasa
lajaran di SD Ndona 5 Flores tersebut Lio-Indonesia memiliki banyak kemi-
dapat diketahui bahwa indeks sensitivi- ripan, yakni struktur D-M dan M-D.
tas dalam posisi positif semua. Hal ini Bahkan, struktur kalimat pada kedua
berarti pembelajaran yang dilakukan bahasatersebut memiliki kesamaan, yak-
memiliki dampak yang baik bagi siswa ni struktur kalimat SVO. Hanya, dalam
yang belajar bahasa Indonesia permula- bahasa Indonesia, frasa yang menun-
an di SD Ndona 5 Flores. Dengan demi- jukkan jumlah benda, kata bilangan ber-
kian, model pembelajaran yang diujikan posisi di depan benda, sedangkan da-
cukup baik dan dapat digunakan guru lam bahasa Lio, kata bilangan berposisi
dalam pembelajaran bahasa Indonesia setelah kata benda. Seperti, ‘dua anak’
permulaan. (Indonesia) - ana rua (Lio).
Oleh karena banyak kemiripan dan
KESIMPULAN kesamaan antara bahasa Lio-Indonesia,
Bahasa Lio dan bahasa Indonesia baik dalam sistem fonem-kata, pola fra-
memiliki banyak kemiripan, baik dalam sa,maupun struktur kalimat/klausa, mo-
sistem fonem, kelompok kata, maupun del pembelajaran kontrastif Lio-Indo-
struktur kalimat. Oleh sebab itu, siswa nesia cocok digunakan untuk pembe-
yang berlatar belakang bahasa dan bu- lajaran bahasa Indonesia permulaan ba-
daya Lio lebih banyak terbantu ketika gi siswa yang berlatar belakang bahasa
mereka belajar bahasa Indonedsia ting- dan budaya Lio.
kat awal. Meskipun demikian, guru per-
lu memahami bahwa selain ada kemi- UCAPAN TERIMA KASIH
ripan, antara bahasa Lio dan Indondesia Pelaksanaan penelitian ini dibantu
terdapat perbedaan, yakni pola suku oleh berbagai pihak, khususnya dalam
kata bahasa Lio hanya V dan KV se- pemerolehan data kebahasaan dan pe-
hingga tidak ada konsonan di akhir su- laksanaan ujicoba model. Untuk itu, pe-
ku atau akhir kata, sedangkan pola su- nulis menyampaikan rasa terima kasih
ku kata dalam bahasa Indonesia ada de- kepada Bapak Simon Simo, Bapak
lapan jenis (V, KV, VK, KVK. KKV, Michael Weru, Ibu Maria Martakia
VKK, KKKV, KKKVK). Nika, Ibu Sisilia Tanga, dan Ibu Anas-
tasia Mary sebagai informan pemakai

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


238

bahasa Lio. Rasa terima kasih disampai- Mbete, Aron Meko dkk. 2006. Khazanah
kan pula kepada Ibu Grasiana Wunu, Budaya Lio-Ende. Ende: Pustaka
Ibu Yulita Eme, dan Ibu Emiliana Momi Larasan.
yang telah membantu peneliti dalam
pelaksanaan ujicoba model di SD Mbete, Aron Meko dan Petrus Wake.
Ndona 5 Ende, Flores Barat. 2006. Bahan Pembelajaran Muatan
Lokal Berbasis Kompetensi: Kelas III
DAFTAR PUSTAKA SD/MI Kabupaten Ende. Ende:
Pustaka Larasan.
Crowley, Terry. 1997. An Introduction to
Historical Linguistics. Suva Univer-
Parera, Yos Daniel. 1998. Linguistik Edu-
sity of Papua, New Guinea.
kational: Metode Pembelajaran Baha-
sa, Analisis Kontrastif Antar-bahasa,
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Pendi-
Analisis Kelasalahan Berbahsa. Ja-
dikan.No. 20 Tahun 2003. Jakarta:
karta: Erlangga.
Depdiknas.

Setiawati D. dan Kushatanti. 2007. ”As-


Dhanawati, Ni Made. 2002. “Variasi
pek Kognitif Bahasa” dalam Peso-
Dialektal Bahasa Bali di Daerah
na Bahasa: Langkah Awal Memaha-
Transmigrasi Lampung Tengah”.
mi Linguistik. Jakarta: Gramedia
Disertasi. Universitas Gajah Mada.
Pustaka Utama.
Gibson, Joseph. 1998. “Education and
Suyata, Pujiati. 2007. “Status Isolek Ba-
Plutalism” Thomas. Labelle (ed)
hasa Jawa Sala-Yogya dan Impli-
Education and Deve-lopment : Latin
kasinya bagi Bahasa Standar”.
America and the Caribbean. Ange-
Litera Vol 1/No. 1. Hal. 1-15.
los: Latin American Center,
UCLA.
Tyron, Darrell. 1998. ”Proto-Austronesi-
an and the Mayor Austronesia
Harimurti, Kridalaksana. 2007. “Bahasa
Subgroups” dalam Bellwood, Pe-
dan Linguistik”. dalam Pesona Ba-
ter, dkk (1998) The Austronesian:
hasa: Langkah Awal Memahami
Historical and Comparative Perspec-
Linguistik. Jakarta: Gramedia Pus-
tive. Canberra: ANU Printing.
taka Utama.

Kusworo, Budi. 2006. “Pengendalian


Mutu Pendidikan Dasar dan Me-
nengah”. Jurnal Puspendik Vol 3/
No.1.

Analisis Kontrastif Bahasa Lio-Indonesia dan Pengimplementasiannya

You might also like