You are on page 1of 10

Jurnal Kelautan Tropis Juni 2021 Vol.

24(2):195-204 P-ISSN : 1410-8852 E-ISSN : 2528-3111

Potensi Konsorsium Sampel Air Pelabuhan Kamal dan Bittern dalam


Mendegradasi Solar

Harfatia Chandra Puspita Sari, Haryo Triajie*, Abdus Salam Junaedi

Departemen Kelautan dan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura


Jl. Raya Telang, PO BOX 2 Kamal, Bangkalan, Jawa Timur 69162 Indonesia
Email: haryotriajie@trunojoyo.ac.id

Abstract

Potential Consortium of Water Samples Kamal Harbor and Bittern in Degrading Diesel Fuel

Biodegradation is an alternative in overcoming oil pollution biologically. Utilization of bacteria


obtained from contaminated (indigenous) areas is known to be more effective in the degradation
process. This study aims to determine the characteristics of indigenous bacteria that have been
isolated from Kamal harbor water samples, and the consortium will be compared with the
consortium of bacteria isolated from salt waste water (bittern) samples to determine their ability to
degrade diesel pollutants. The method used in this research is the enrichment method, to obtain
bacterial isolates. The consortium was treated with solar concentrations of 1%, 1.5%, 2%, 2.5%, and
3%. The results showed that 4 types of bacteria were obtained (BI.1, BI.2, BI.3, and BI. 4) from Kamal
harbor waters with different macroscopic and microscopic characteristics. The highest %total
petroleum hydrocarbons (TPH) reduction by the indigenous consortium was in the 3% diesel
treatment with a value of 3.87, while in the bittern consortium there was 2.5% diesel treatment with
a value of 3.34.

Keywords : bittern, degradation, indigenous, diesel fuel

Abstrak

Biodegradasi merupakan salah satu alternatif dalam menanggulangi pencemaran minyak secara
biologis. Pemanfaatan bakteri yang diperoleh dari area pencemaran (indigenous)diketahui akan
lebih efektif dalam proses degradasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik bakteri
yang berhasil diisolasi dari sampel air pelabuhan kamal, dan konsorsiumnya akan dibandingkan
dengan konsorsium bakteri yang berhasil diisolasi dari sampel air limbah garam (bittern) guna
mengetahui kemampuannya dalam mendegradasi bahan pencemar solar. Metode yang
digunakan dalam penelitian yaitu metode enrichment, untuk memperoleh isolat bakteri.
Konsorsium diberi perlakuan dengan konsentrasi solar 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, dan 3%. Hasli penelitian
menunjukkan diperoleh 4 jenis bakteri (BI.1, BI.2, BI.3, dan BI.4) dari perairan pelabuhan kamal
dengan karakteristik makroskopis dan mikroskopis yang berbeda-beda. Penurunan %total
petroleum hidrokarbon (TPH) tertinggi oleh konsorsium indigenous terdapat pada perlakuan solar
3% dengan nilai sebesar 3,87, sedangkan pada konsorsium bittern terdapat pada perlakuan solar
2,5% dengan nilai sebesar 3,34.

Kata kunci : bittern, degradasi, indigenous, solar

PENDAHULUAN minyak solar, hal ini dapat terjadi karena di


pelabuhan terdapat aktivitas seperti
Pelabuhan menjadi salah satu area penyeberangan, bongkar muat tengah laut,
yang paling berpotensi mengalami dan perbaikan atau perawatan kapal
pencemaran air yang disebabkan oleh (docking). Menurut Utomo et al., (2013)

*) Corresponding author Diterima/Received : 12-01-2021, Disetujui/Accepted : 19-05-2021


www.ejournal2.undip.ac.id/index.php/jkt DOI: https://doi.org/10.14710/jkt.v24i2.10097
Jurnal Kelautan Tropis Juni 2021 Vol. 24(2):195-204

pencemaran di Pelabuhan dapat informasi terkait pemanfaatan bakteri non-


disebabkan oleh tumpahan minyak solar indigenous yang diisolasi dari air limbah
yang menjadi bahan bakar kapal. garam (bittern) dalam menguraikan
Pencemaran minyak bumi di laut menjadi komponen pencemaran hidrokarbon belum
permasalahan yang serius karena peristiwa ini banyak diungkap. Berdasarkan latar
bersifat destruktif bagi biota laut. Biota laut belakang diatas, maka perlu dilakukan
akan mengalami dampak pencemaran baik penelitian terkait beberapa bakteri
secara langsung maupun tidak langsung. indigenous dan non-indegenous yang
Penanggulangan terhadap pencemaran potensial untuk menguraikan komponen
minyak dapat dilakukan baik secara fisika, pencemaran hidrokarbon.
kimia, dan biologi. Penanggulangan secara
biologi dilakukan dengan teknologi Penelitian ini bertujuan untuk
bioremediasi, Berdasarkan aspek profitabel mengetahui karakteristik bakteri yang berhasil
teknologi ini memiliki kelebihan yakni ramah diisolasi dari sampel air pelabuhan kamal dan
lingkungan, murah, dan fleksibel (Sulistyono, konsorsiumnya akan dibandingkan dengan
2013). Salah satu teknik dalam bioremediasi konsorsium bakteri yang berhasil diisolasi dari
yaitu biodegradasi menjadi salah satu sampel air limbah garam (bittern) sebagai
alternatif untuk menanggulangi pencemaran bakteri non-indigenous guna mengetahui
minyak secara biologis dengan kemampuannya dalam mendegradasi
memanfaatkan mikroorganisme. bahan pencemar solar.

Penggunaan bakteri sebagai agen MATERI DAN METODE


pendegradasi akan lebih efektif apabila
bakteri tersebut didapatkan dari area Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan
pencemaran. Menurut Ismail et al., (2015) Oktober hingga Desember 2020. Stasiun
dengan memanfaatkan sifat indigenous pengambilan sampel dilakukan di area
ataupun extraneous mikroba mampu Pelabuhan Kamal. Pelabuhan kamal
mengatasi pencemaran hidrokarbon. digunakan sebagai penghubung antara
Beberapa penulis telah melaporkan terkait Pulau Madura dan Pulau Jawa dan memiliki
kemampuan bakteri indigenous dalam letak geografis pada 7°10’29.4”S
mendegradasi minyak solar (Hasyimuddin et 112°43’18.4”E. Pengambilan sampel dan
al., 2016, Andhini et al., 2018, Puspitasari et al., pengukuran kualitas air dilakukan pada
2020). Namun, penelitian terkait stasiun yang telah ditentukan. Stasiun
pemanfaatan bakteri di Perairan Pelabuhan pengambilan sampel dapat dilihat pada
Kamal belum pernah dilakukan. Selain itu, Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

196 Potensi Konsorsium Sampel Air Pelabuhan Kamal dan Bittern (H.C.P. Sari et al.)
Jurnal Kelautan Tropis Juni 2021 Vol. 24(2):195-204

Sterilisasi peralatan yang terbuat dari terakhir yaitu 10-3, 10-4, 10-5 diambil sebanyak
aluminium seperti jarum ose dilakukan 1 mL untuk dibiakkan di atas media Stone
dengan pemijaran. Sedangkan peralatan Mineral Salt Solution Extract Yeast (SMSSe)
glass dicuci dan dikeringkan menggunakan yang mengandung solar sebesar 2% (b/v)
tissue, kemudian dibungkus menggunakan dan bacto agar sebesar 2%. Isolasi bakteri
kertas dan dimasukkan ke dalam plastik. pada media padat dilakukan dengan
Sterilisasi alat tersebut dilakukan dengan metode cawan sebar (spread plate)
menggunakan autoklaf selama 15 menit, (Nurjanah, 2020). Inkubasi dilakukan pada
pada suhu 121°C dengan tekanan 1 atm. suhu 35°C selama 2×24 jam. Setiap koloni
Pembuatan media cair Stone Mineral Salt yang tumbuh dengan morfologi yang
Solution Extract Yeast (SMSSe) dilakukan berbeda dibiakkan kembali dengan metode
dengan menimbang 0,5 g CaCO3, 0,25 g gores (streak plate) pada media serupa
NH4NO3, 0,1 g Na2HPO4.7H2O, 0,05 g KH2PO4, untuk memperoleh koloni tunggal.
0,05 g MgSO4.7H2O, 0,02 g MnCl2.7H2O dan Karakterisasi bakteri dilakukan dengan
ditambahkan dengan ekstrak ragi sebanyak pengamatan secara makroskopis meliputi
0,01% (b/v) atau sebanding dengan 0,02 g bentuk, warna, tepian (margin), dan elevasi,
yang dilarutkan dalam 200 mL air laut steril. dan mikroskopis meliputi pewarnaan gram
Pembuatan media padat Stone Mineral Salt dan uji biokimiawi (uji katalase, motilitas, dan
Solution Extract Yeast (SMSSe) dilakukan sitrat).
dengan menambahkan 2% bacto agar
sebagai pemadat dalam media. Selain itu, Pembuatan suspensi isolat bakteri 10-8
ditambahkan minyak solar sebanyak 2% (b/v) sel/mL dilakukan dengan mengambil isolat
dalam media yang bertujuan sebagai murni menggunkan jarum ose steril sebanyak
sumber karbon (Nurjanah, 2020). 1-2 ose, kemudian isolat tersebut dimasukkan
dalam tabung reaksi yang telah berisi larutan
Pengambilan sampel dilakukan pada NaCl fisiologis 0,85%. Kekeruhan (turbidity)
tiga stastiun yang telah ditentukan dengan 3 campuran tersebut dipadankan dengan 0.5
kali pengulangan. Stasiun terletak di McFarland Standard (Nababan, 2008).
pelabuhan kamal yang merupakan area
penyeberangan kapal. Metode yang Uji Potensi Konsorsium dalam Mendegradasi
digunakan dalam pengambilan sampel yaitu Solar
metode purposive sampling (Puspitasari et al.,
2020). Sampel air laut diambil menggunakan Uji potensi konsorsium dilakukan
botol sampel 100 mL steril dengan cara dengan mengambil sebanyak 0,5 mL
memasukkan botol hingga kedalaman 15 cm konsorsium sejumlah 10-5 sel/mL, kemudian
dari permukaan air, dan ditutup dengan konsorsium ditambahkan dalam media Stone
posisi botol yang masih berada di kolom air Mineral Salt Solution Extract Yeast (SMSSe)
(Mijaya et al., 2019). Botol sampel kemudian cair sebanyak 75 mL yang telah diberi solar
disimpan dalam kondisi dingin pada coolbox. dengan konsentrasi 1% (0,75 mL), 1,5% (1,1
Pengukuran beberapa parameter kualitas air mL), 2% (1,5 mL), 2,5% (1,9 mL), dan 3% (2,3
seperti salinitas, suhu, pH, dan dissolved mL) secara terpisah. Selain menggunakan
oxygen (DO) juga dilakukan pada lokasi konsorsium (beberapa isolat bakteri) dari
pengambilan sampel air laut. sampel air pelabuhan kamal juga dilakukan
perlakuan dengan menggunakan konsorsium
Isolasi dilakukan dengan cara (beberapa isolat bakteri) dari sampel air
memasukkan sumber isolat yaitu air laut limbah garam (bittern) dan kontrol
sebesar 2% (b/v) ke dalam media SMSSe cair (perlakuan tanpa isolat). Kultur diinkubasi
yang telah diberi solar sebesar 2% (b/v), pada suhu ruang dan dibuncang di atas
kemudian diinkubasi pada suhu ruang diatas rotary shaker dengan kecepatan 120 rpm
rotary shaker dengan kecepatan 120 rpm (Nababan, 2008). Menurut Ismail et al., (2015),
selama 3 hari. Isolasi dilakukan dengan inkubasi dilakukan selama 7 × 24 jam, yaitu
metode pengenceran hingga 10-5 selama masa inkubasi pertumbuhan isolat
menggunakan NaCl fisiologis steril diukur berdasarkan nilai optical density (OD)
(Hasyimuddin et al., 2016). Tiga pengenceran dengan menggunakan spektrofotometer

Potensi Konsorsium Sampel Air Pelabuhan Kamal dan Bittern (H.C.P. Sari et al.) 197
Jurnal Kelautan Tropis Juni 2021 Vol. 24(2):195-204

pada panjang gelombang 600 nm. terlarut atau dissolved oxygen (DO) di
Pengukuran kepadatan bakteri pada perairan pelabuhan kamal berkisar antara
penelitian ini dilakukan pada hari ke-0, 3, 5, 7,96–8,97 dan salinitas sebesar 33 ppt.
dan 7. Selain itu, perubahan pH diukur Salinitas di perairan dapat menyebabkan
bersamaan dengan pengukuran nilai Total waktu generasi bakteri menjadi panjang,
Petroleum Hidrokarbon (TPH) yang dilakukan selain itu dapat merubah morfologis dan
pada hari ke-0 dan hari ke-7 masa inkubasi. fisiologis bakteri. Bakteri pada lokasi
Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) penelitian tergolong bakteri mesofilik, hal
dianalisis secara gravimetri dengan tersebut disebabkan karena bakteri mesofilik
memasukkan sampel sebanyak 10 mL media memiliki suhu pertumbuhan yang optimum
Stone Mineral Salt Solution Extract Yeast pada 30 – 40 °C (Mudatsir, 2007).
(SMSSe) yang mengandung solar hasil
perlakuan ke dalam corong pisah. Langkah Karakteristik Isolat Bakteri di Perairan
selanjutnya yaitu menambahkan 15 mL n- Pelabuhan Kamal
heksana hasil pemurnian dengan destilasi
bertingkat pada suhu 60ºC, kemudian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
campuran dikocok selama 5 menit dan isolat bakteri yang diperoleh dari perairan
diamkan hingga n-heksana terpisah. pelabuhan kamal memiliki karakteristik
Kemudian akan terbentuk tiga lapisan yaitu makroskopis dan mikroskopis yang berbeda.
minyak, n-heksana, dan air. Bagian air Menurut Junaedi et al., (2020) perbedaan
dibuang, sedangkan minyak dan n-heksana spesies bakteri dapat ditunjukkan dengan
dilakukan penyaringan menggunakan kertas adanya karakteristik koloni bakteri yang
saring yang telah diolesi dengan ± 0,5 g berbeda-beda. Hasil karakterisasi bakteri
Na2SO4 ke dalam gelas beker yang telah secara makroskopis disajikan pada Tabel 2.
ditimbang. Gelas beker tersebut dipanaskan Menurut Safrida et al., (2012) perbedaan
pada suhu 60ºC (sesuai dengan titik didih n- bentuk koloni bakteri dipengaruhi oleh
heksana) hingga n-heksana dan air habis beberapa faktor meliputi umur, faktor
karena menguap, sehingga yang tersisa lingkungan (biotik dan abiotik), faktor
dalam gelas beker hanya minyak. Gelas makanan (medium pertumbuhan), dan suhu.
beker tersebut diangkat dan didiamkan Hasyimuddin et al., (2016) juga mengemukakan
hingga dingin, kemudian dilakukan
bahwa adaptasi bakteri terhadap
penimbangan dan pencatatan beratnya
lingkungannya akan mempengaruhi bentuk
(Bhaktinagara et al., 2015). Rumus yang
morfologi dan struktur anatomi bakteri untuk
digunakan untuk menghitung %TPH yaitu:
bertahan hidup. Hasil karakteristik mikroskopis
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 bakteri disajikan pada Tabel 3. Bakteri jenis
% 𝑇𝑃𝐻 = × 100% gram negatif ditandai dengan warna merah
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
sedangkan jenis gram positif ditandai dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN warna ungu pada koloni bakteri saat diamati
di bawah miskroskop. Menurut Sopiah (2011)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri gram negatif mampu menyerap
kualitas air di perairan pelabuhan kamal larutan kristal violet secara maksimal,
diperoleh nilai rata-rata yang disajikan pada sedangkan bakteri gram negatif tidak
Tabel 1. Nilai pH optimum untuk kehidupan mampu mempertahankan warna dari larutan
mikroba dalam air yaitu 6,0 – 8,0, hal ini kristal violet, sehingga saat diberikan safranin
menunjukkan bahwa mikroba dapat hidup di sebagai warna pebanding sel bakteri
perairan pelabuhan kamal. Nilai oksigen menunjukkan warna merah.

Tabel 1. Kualitas air di Pelabuhan Kamal

Stasiun pH Dissolved oxygen (DO) Salinitas Suhu


1 7,34 8,97 33 30,1
2 7,31 8,14 33 30,3
3 7,49 7,96 33 30,5

198 Potensi Konsorsium Sampel Air Pelabuhan Kamal dan Bittern (H.C.P. Sari et al.)
Jurnal Kelautan Tropis Juni 2021 Vol. 24(2):195-204

Tabel 2. Karakteristik Makroskopis Bakteri

Karakter makroskopis BI.1 BI.2 BI.3 BI.4


Warna Putih Putih Putih Putih
Bentuk Circular Irreguler Irreguler Rhizoid
Tepian Smooth Lobate Irreguler Rhizoid
Elevasi Flat Convex Flat Flat
Permukaan Halus Kasar Kasar Kasar
Ukuran Kecil Kecil Besar Kecil
Diameter 4,4 mm 5,45 mm 6,8 mm 5,6 mm

Tabel 3. Karakteristik Mikroskopis Bakteri

Pewarnaan gram Sitrat


Jenis bakteri Katalase Motilitas
Gram Bentuk Butt/Slant
BI.1 Negatif Bacil -/+ - +
BI.2 Negatif Coccus -/- - +
BI.3 Positif Bacil -/- + +
BI.4 Negatif Coccus -/- + +

Hasil positif pada uji sitrat menunjukkan Nilai optical density (OD) selama Masa
bahwa adanya pemanfaatan sitrat oleh Inkubasi
isolat bakteri yang ditandai dengan
perubahan warna media dari hijau menjadi Hasil pengukuran optical density (OD)
biru. Menurut Ismail et al., (2015) perubahan terhadap perlakuan kontrol, konsorsium
warna biru pada media uji menandakan indigenous, dan konsorsium bittern dapat
bahwa isolat bakteri dapat memanfaatkan dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 (a)
media sitrat sebagai sumber karbon. Hasil menunjukkan bahwa nilai optical density
negatif pada uji katalase ditandai dengan mengalami perbedaan sejak awal masa
tidak terbentuknya gelembung pada kaca inkubasi hari ke-0. Fluktuasi nilai optical
preparat setelah diberikan larutan H2O2 3%, density (OD) tersebut diduga disebabkan
sedangkan hasil positif ditandai dengan karena media yang telah ditambahkan solar
terbentuknya gelembung pada saat dengan konsentrasi yang berbeda tidak
pengujian. Menurut Wahyuni et al., (2018) homogen. Selain itu, perlakuan kontrol pada
hasil positif dalam uji katalase ditandai masa inkubasi hari ke-3 diduga mengalami
dengan terdapatnya bakteri yang mampu kontaminasi . Hal ini sesuai dengan hasil
menghasilkan enzim katalase untuk penelitian Ismail et al., (2015) bahwa pada
mengkatalisa pemecahan hidrogen perlakuan kontrol negatif (tanpa isolat
peroksida (H2O2) menjadi senyawa H2O dan bakteri) memungkinkan terjadinya
O2. Uji motilitas terhadap semua isolat bakteri kontaminasi. Kontaminasi mulai terjadi pada
menunjukkan hasil yang positif atau bersifat waktu inkubasi 3 hari yang ditandai dengan
motil. Hal ini ditandai dengan adanya jejak meningkatnya nilai optical density (OD).
pergerakan bakteri di sekitar tusukan dan
terbentuknya pelikel pada permukaan Gambar 2 (b) menunjukkan bahwa
media. Menurut Elvira et al., (2016) pelebaran pada masa inkubasi hari ke-3 semua
bakteri pada permukaan media perlakuan konsentrasi solar mengalami
menandakan jika bakteri tersebut memiliki penurunan nilai optical density (OD). Menurut
flagella. Mijaya et al., (2019), pada awal masa

Potensi Konsorsium Sampel Air Pelabuhan Kamal dan Bittern (H.C.P. Sari et al.) 199
Jurnal Kelautan Tropis Juni 2021 Vol. 24(2):195-204

inkubasi jumlah bakteri yang tumbuh sedikit, Gambar 2 (c) menunjukkan bahwa
hal ini disebabkan karena bakteri masih pada masa inkubasi hari ke-7 pada
dalam fase adaptasi dengan substratnya. perlakuan konsentrasi solar 1,5% telah
Fluktuasi terjadi pada masa inkubasi hari ke-5, mengalami fase kemunduran (death phase).
perlakuan konsentrasi solar 1,5%, 2%, dan 3% Namun, pada perlakuan konsentrasi solar 1%,
mengalami fase eksponensial yang ditandai 2%, 2,5%, dan 3% masih terjadi kenaikan nilai
dengan kenaikan nilai optical density (OD). optical density. Kenaikan nilai optical density
Penambahan jumlah bakteri menandakan (OD) pada akhir masa inkubasi hari ke-7
jika bakteri dapat memenuhi sumber nutrinya menunjukkan bahwa masih banyak bakteri
melalui pemanfaatan substrat yang ada. yang hidup. Hal ini menandakan bahwa
Menurut Nasikhin dan Maya (2013) waktu pertumbuhan yang dimiliki oleh bakteri
pertumbuhan bakteri pada media tersebut panjang. Selain itu, penurunan
menandakan bahwa isolat bakteri tidak jumlah bakteri yang ditandai dengan
hanya mampu memanfaatkan yeast extract, penurunan optical density (OD) disebabkan
namun juga mampu memanfaatkan solar karena pada media pertumbuhan terjadi
sebagai sumber karbon organik. Perlakuan akumulasi bahan beracun (toxic) dan
konsentrasi solar 1% dan 2,5% nilai optical penurunan nutrien sehingga jumlahnya yang
density (OD) mengalami penurunan. Hal terbatas (Ismail et al., 2015). Menurut
tersebut menunjukkan bahwa pada Puspitasari et al., (2020) penurunan jumlah sel
perlakuan konsentrasi solar 1% dan 2,5% bakteri pada akhir masa inkubasi disebabkan
konsorsium membutuhkan waktu adaptasi karena berkurangnya nutrien berupa N dan P
yang lebih lama. yang terkandung dalam media.

(a) (b)

(c)

Gambar 2. Nilai optical density (OD) (a). Kontrol (b). Konsorsium Indigenous (c).Konsorsium Bittern

200 Potensi Konsorsium Sampel Air Pelabuhan Kamal dan Bittern (H.C.P. Sari et al.)
Jurnal Kelautan Tropis Juni 2021 Vol. 24(2):195-204

Menurut Nugroho (2007) bahwa proses dalam bentuk konsorsium yang ditambahkan
degradasi atau perombakan oleh konsorsium dalam media berasal dari lingkungan yang
bakteri (campuran beberapa isolat bakteri) tidak tercemar oleh minyak solar, sehingga
terhadap senyawa hidrokarbon ditandai konsorsium tersebut tidak mampu melakukan
dengan kurva pertumbuhan yang fluktuatif. proses degradasi secara maksimal. Selain itu,
Fluktuasi kurva pertumbuhan konsorsium penyebab lainnya adalah saat analisis %
diakibatkan oleh perubahan dominansi Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) jumlah
bakteri pada media pertumbuhan. solar yang terambil dari tiap perlakuan
Pertumbuhan konsorsium bakteri tidak selalu konsentrasi solar (1%, 1,5%, 2%, 2,5%, dan 3%)
meningkat meskipun dengan penambahan tidak selalu sama. Hal tersebut sesuai dengan
solar sebagai sumber karbon. Hal tersebut pernyataan Hafiluddin (2011) bahwa fluktuasi
disebabkan karena jenis bakteri yang kadar minyak selama masa inkubasi diduga
mendominansi sulit dalam mendegradasikan disebabkan karena saat analisa sampel yang
komposisi hidrokarbon. Selain itu, proses terambil kurang homogen.
degradasi ditandai dengan perubahan nilai
pH selama masa inkubasi. Nilai pH pada Proses degradasi akan seiring dengan
perlakuan kontrol, konsorsium indigenous, peningkatan kekeruhan media. Kekeruhan
dan konsorsium bittern saat masa inkubasi media pada penelitian ini mulai terjadi pada
hari ke-0 berkisar antara 6,0–6,5. Nilai pH masa inkubasi hari ke-3. Hal tersebut sesuai
menunjukkan penurunan pada masa inkubasi dengan pernyataan Prayitno et al., (2010)
hari ke-7 berkisar antara 5,4–5,9. Penurunan bahwa tingkat kekeruhan media yang
nilai pH tersebut diakibatkan oleh bakteri disebabkan karena adanya minyak terlarut
yang melakukan aktivitas metabolisme menjadi salah satu cara untuk mengetahui
bakteri mengkibatkan nilai pH menurun. kemampuan degradasi oleh bakteri.
Penurunan nilai pH pada media tidak terlalu Peningkatan kekeruhan media seiring
besar, hal ini disebabkan karena adanya dengan berkurangnya lapisan minyak solar
senyawa KH2PO4 sebagai larutan penyangga pada permukaan media. Menurut Charlena
yang terkandung dalam media. Menurut et al., (2011), lapisan solar yang berada pada
Ristiati et al. (2016) bahwa reaksi kimia yang permukaan media akan terpecah menjadi
terjadi di dalam media berupa pertukaran butiran-butiran-butiran kecil, hal ini
ion K+ dari dalam sel dengan ion H+ yang diakibatkan oleh keberadaan biosurfaktan
terdapat di lingkungan menyebabkan yang dihasilkan oleh isolat bakteri.
penurunan nilai pH media. Kemampuan degradasi minyak solar oleh
konsorsium bakteri disebabkan karena
Nilai % Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) adanya enzim yang dihasilkan bakteri
selama Masa Inkubasi tersebut, sehingga senyawa organik
kompleks dapat dipecah menjadi senyawa
sederhana sehingga dapat diserap oleh
Penurunan nilai % Total Petroleum bakteri dan dijadikan sebagai nutrisi untuk
Hidrokarbon (TPH) oleh konsorsium indigenous kehidupannya (Yolantika et al., 2015). Enzim
pada akhir masa inkubasi hari ke-7 dapat monooksigenase dan enzim dioksigenase
dilihat pada Gambar 3 (b). Penurunan merupakan enzim yang dihasilkan oleh
tersebut disebabkan karena isolat bakteri bakteri yang memiliki kemampuan untuk
dalam bentuk konsorsium yang ditambahkan membuka ikatan karbon pada cincin
sebagai perlakuan berasal dari area aromatik dan menghasilkan alkohol primer.
pelabuhan yang tercemar minyak solar. Enzim dioksigenase yang dihasilkan oleh
Penggunaan bakteri sebagai agen bakteri akan mendegradasikan PAH
pendegrasi dapat diperoleh dari area yang sehingga terbentuk cis-hidrodiol. Senyawa
mengandung hidrokarbon (Mijaya et al., cis-hidrodiol akan membentuk dihidroksi-PAH
2019). Sedangkan peningkatan dan yang merupakan substrat untuk membuka
penurunan % Total Petroleum Hidrokarbon cincin melalui proses didehidrogenasi. Enzim
(TPH) oleh konsorsium bittern pada akhir monooksigenase yang diberi satu molekul
masa inkubasi hari ke-7 (Gambar 3 oksigen juga akan mampu mendegradasi
(c))diduga disebabkan karena isolat bakteri PAH dan membentuk arene oksida.

Potensi Konsorsium Sampel Air Pelabuhan Kamal dan Bittern (H.C.P. Sari et al.) 201
Jurnal Kelautan Tropis Juni 2021 Vol. 24(2):195-204

(a) (b)

(c)

Gambar 3. Nilai % Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) (a).Kontrol (b).Konsorsium Indigenous


(c).Konsorsium Bittern

Molekul tersebut dimanfaatkan oleh bakteri dilakukan guna mengembangkan penelitian


sebagai sumber nutrisi untuk energi dan sebelumnya.
pertumbuhan (Hasyimuddin et al., 2016).
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Andhini, N., Nursyirwani., & S, Nedi. 2018.
Berdasarkan penelitian yang telah Isolasi Bkteri Pendegradasi Minyak dari
dilakukan dapat disimpulkan bahwa Perairan Sekitar Pelabuhan Bengkalis
diperoleh 4 jenis bakteri (BI.1, BI.2, BI.3, dan Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan
BI.4) dari perairan pelabuhan kamal. Kelautan, 23(1):15-20.
Kemampuan degradasi tertinggi oleh Bhaktinagara, R.A., Agung, S., & Budi, R. 2015,
konsorsium indigenous yaitu pada perlakuan Biodegradasi Senyawa Hidrokarbon oleh
3% dengan penurunan % total petroleum Strain Bacillus cereus (VIC) pada Kondisi
hidrokarbon (TPH) sebesar 3,87, sedangkan Salinitas yang Berbeda. Jurnal Biologi,
konsorsium bittern nilai degradasi tertinggi
3(4):62-71.
terdapat pada perlakuan solar 2,5% dengan
Charlena., Mas’ud, Z.A., Mohamad, Y., Ahmad,
penurunan % total petroleum hidrokarbon
S., & Joko, G.T. 2011. Biodegradasi Limbah
(TPH) sebesar 3,34. Penelitian lanjutan terkait
identifikasi bakteri dan uji statistik perlu Minyak Berat Menggunakan Isolat

202 Potensi Konsorsium Sampel Air Pelabuhan Kamal dan Bittern (H.C.P. Sari et al.)
Jurnal Kelautan Tropis Juni 2021 Vol. 24(2):195-204

Tunggal dan Campuran dengan Studi KasusBiodegradasi Hidrokarbon


Penambahan Alkibenzena sulfonat Minyak Bumi Skala Laboratorium. Jurnal
Linear. Seminar Nasional Kimia Terapan Ilmu Dasar, 1(8):13-23.
Indonesia. Serpong. 24 Mei. 182-189. Nurjanah, I., Maulidiyah., & M. Munir. 2020.
Elvira, I., Sri, W., & Nur, A. 2016. Karakterisasi Potensi Degradasi Minyak Soar oleh
Sifat Biokimia Isolat Bakteri Asam Laktat BakteriHidrokarbonoklastik di Perairan
yang Dihasilkan dari Proses Fermentasi Pelabuhan Tanjung Perak. Journal of
Wikau Maombo. Jurnal Sains dan Marine Resources and Coastal
Teknologi Pangan, 2(1):121-124. Management, 1(1):31-38.
Hafiluddin. 2011. Bioremediasi Tanah Tercemar Prayitno, J., Amalia, M., & Esi, L. 2010.
Minyak dengan Teknik Bioaugmentasi dan Degradasi Minyak Mentah dan Solar oleh
Biostimulasi. Jurnal Embryo, 8(1):47-52. Konsorsium Mikroba Asal Pertambangan
Hasyimuddin., M. Natsir, D., & M. Farid, S. 2016. Minyak Cepu. Jurnal Ecolab, 2(4):55-96.
Isolasi Bakteri Pendegradasi Minyak Solar doi : 10.20886/jklh.2010.4.2.81-88
dari Perairan Teluk Pare-pare. Jurnal Puspitasari, I., Agus, T., & Jusup, S. 2020.
Ilmiah Biologi, 1(4):41-46. doi : 10.24252/ Eksplorasi Bakteri Pendegradasi Minyak
bio.v4i1.1119 dari Perairan Pelabuhan Tanjung Mas,
Ismail, H. E., Nursiah, L. N., & Seniwati, D. 2015. Semarang. Journal of Marine Research,
Isolasi Bakteri Pendegradasi Senyawa 3(9):281-288.
Pirendari Perairan Pelabuhan Paotere. Ristiati, N. P, Sanusi, M, & I M.G.P. Putra. 2016.
Jurnal Techno, 2(1):1-7. Uji Kemampuan Degradasi Minyak Solar
Junaedi, A. S., Riana, F., Sari, H.C.P.S., Witria., Oleh Konsorsium Bakteri Hasil Preservasi
& Zainuri, M. 2020. Kualitas Daging Ikan dengan Kombinasi Metode Liofilisasi dan
Kurisi (Nemipterus japonius) Hasil Metode Gliserol. Prosiding Seminar
Tangkapan Nelayan di Pelabuhan Nasional MIPA. 258-267.
Perikanan Branta, Pamekasan. Jurnal Safrida, Y.D., Cut, Y., & Cut, N.D. 2012. Isolasi
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, dan Karakterisasi Bakteri Berpotensi
23(2): 303-319 Probiotik pada Ikan Kembung
Mijaya, M.R.S., Nur, A.Y., Ardiansyah., & (Rastrelliger sp.). Jurnal Depik, 1(3):200-
Nurhayani, H.M. 2019. Isolasi dan Seleksi 203.
Bakteri Pendegradasi Solar dari Sopiah, N., Avi, N.O., Susi, S., Fuji, S., & Dwindrata,
Pelabuhan Penyeberangan Kendari – B.A. 2011. Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Wawonii, Sulawesi Tenggara. Jurnal Pendegradasi Hidrokarbon yang Berasal
Penelitian Biologi, 2(6):995-1006. doi: dari Tanah Tercemar Minyak Bumi. Jurnal
10.33772/biowallacea.v6i2.8825 Teknologi Lingkungan, 3(2):291-298. doi :
Mudatsir. 2007. Faktor-faktor yang 10.29122/ jtl.v12i3.1238
Mempengaruhi Kehidupan Mikroba Sulistyono. 2013. Dampak Tumpahan Minyak
dalam Air. Jurnal Kedokteran Syiah (Oil Spill) di Perairan Laut pada Kegiatan
Kuala, 1(7): 23-29. Industri Migas dan Metode
Nababan, B. 2008. Isolasi dan Uji Potensi Penanggulangannya. Forum Teknologi,
Bakteri Pendegradasi Minyak Solar dari 3(1):49-57.
Laut Belawan. Tesis. Sekolah Utomo, Y., Priyono, B., & Ngabekti, S. 2013.
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Saprobitas Perairan Sungai Juwana
Medan. Berdasarkan Bioindikator Plankton. Unnes
Nasikhin, R, & M. Shovitri. 2013. Isolasi dan Journal of Life Science, 2(1):28-35.
Karakterisasi Bakteri Pendegradasi Solar Wahyuni, R. M., Arman, S., Mahdi, A., Erina.,
dan Bensin dari Perairan Peabuhan M. Hasan., & Zainuddin. 2018. Isolasi dan
Gresik. Jurnal Sains dan Seni Pomits, Identifikasi Bakteri Enterik Patogen pada
2(2):84-88. Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)
Nugroho, A. 2007. Dinamika Populasi di Suaka Rhino Sumatera (SRS), Taman
Konsorsium Bakteri Hidrokarbonoklastik: Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung.

Potensi Konsorsium Sampel Air Pelabuhan Kamal dan Bittern (H.C.P. Sari et al.) 203
Jurnal Kelautan Tropis Juni 2021 Vol. 24(2):195-204

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner, 4(2):474- di Tanah Tercemar Lokasi Perbengkelan


487. Otomotif. Jurnal Biologi Universitas Andalas,
Yolantika, H., Periadnadi., & Nurmiati. 2015. 4(2):153-157.
Isolasi Bakteri Pendegradasi Hidrokarbon

204 Potensi Konsorsium Sampel Air Pelabuhan Kamal dan Bittern (H.C.P. Sari et al.)

You might also like