You are on page 1of 51

Mengapa Institusi Penting

dalam Ekonomi
dan
Variabel Institusi
dalam Teori Ekonomi
Kuliah Ekonomi Kelembagaan
MPKP – FE UI
9 September 2013
Yohanna M.L. Gultom
Institusi dan Ekonomi
• Why do some countries produce so much more
output per worker than others? (Hall and Jones
1999)

• “Output per worker in the five countries in 1988 with the


highest levels of output per worker was 31.7 times higher than
output per worker in the five lowest countries (based on a
geometric average). Relatively little of this difference was due
to physical and human capital: differences in capital intensity
and human capital per worker contributed factors of 1.8 and
2.2, respectively, to the difference in output per worker.
Productivity, however, contributed a factor of 8.3 to this
difference: with no differences in productivity, output per
worker in the five richest countries would have been only
about four times larger than in the five poorest countries.” (p.
92)
Institusi dan Ekonomi
• “Countries with corrupt government officials,
severe impediments to trade, poor contract
enforcement, and government interference in
production will be unable to achieve levels of
output per worker anywhere near the norms of
western Europe, northern America, and eastern
Asia.” (p. 86)
• Productive activities are vulnerable to predation
• Social infrastructure: protects against diversion?
- institution: thievery, squatting, and Mafia
protection
- government regulation: agent of diversion
(expropriation, confiscatory taxation, and
corruption)
Institusi dan Ekonomi

• Temuan Hall and Jones (1999): “A difference of


.01 in social infrastructure is associated with a
difference in output per worker of 5.14 percent.
With a standard error of .508, this coefficient is
estimated with considerable precision” (p. 105)
• Temuan Gultom (2012): iklim usaha berpengaruh
secara positif terhadap pertumbuhan rasio investasi
terhadap pendapatan daerah .
Ln PMA-PMDN/PDRB = - 32.599 + 6.963 Ln IKLIM
(0.024) (0.049)*
R2 = 0.119; Adj R = 0.091
Institusi
Terminologi umum:
• Institusi mereduksi ketidakpastian dengan
menyediakan struktur bagi kehidupan sehari-hari
• Institusi adalah “shared understanding”, panduan
(guide) atau kerangka (framework) bagi interaksi
manusia
• Sebagai dasar kesepakatan dan kepercayaan
dalam suatu transaksi

Terminologi ekonomi:
• Institusi menentukan dan membatasi rangkaian
pilihan (set of choice) individu
Definisi

“Institution is the rules, roles, and structures organized


by people to conduct their joint activities”
World Bank Technical Assistance Handbook, 1996

Definisi (North 1990):

– Rules of the game in a society


– Humanly devised constraints that structure
political, economic and social interaction.
Jenis & Bentuk
• Institusi dapat berupa:
1. Batasan informal (informal contraints): sangsi, kebiasaan,
adat, norma, dll.
2. Batasan formal (formal constraints): konstitusi, hukum,
hak kepemilikan, peraturan, dll.

• Institusi dapat merujuk pada:


1. Suatu bentuk organisasi: instansi pemerintah,
perusahaan, asosiasi, dll.
2. Suatu pola atau peran (roles) yang sudah terbentuk di
masyarakat: keluarga atau kelompok komunal
3. Suatu aturan (rules) yang mengatur hubungan/interaksi,
tanpa harus berwujud suatu organisasi: property rights
atau pasar.
Variabel Institusi dalam Teori & Kebijakan
• Untuk menjelaskan fenomena ekonomi dan kebijakan
ekonomi yang riil:
– Mengapa perkembangan ekonomi di negara berkembang
berbeda dengan negara maju
– Mengapa suatu model/kebijakan yang berjalan di negara maju
tidak menghasilkan keluaran yang sama jika diterapkan di
negara berkembang
– Runtuhnya ekonomi sosialis akibat tidak terbangunnya institusi
mendasar seperti private property rights dan hukum kontrak.

• Memperluas analisa ekonomi untuk mencakup peran:


– Biaya untuk mencari informasi
– Biaya koordinasi
– Biaya transaksi
– Property rights
• Memberi keakuratan dalam melakukan restrukturisasi
ekonomi atau managemen proyek pembangunan
(institutional development)
Komparasi Institusi Kapitalisme
Groenewegen, 1997

Sistem Kekuatan Kelemahan


Kapitalisme
Anglo American • Fleksibel dalam jangka pendek • Sulit mencapai efisiensi jangka
(tujuan mgmt jelas) panjang dari relation-specific investment
• Kompetisi: inovasi radikal dan max • Kontrak klasis – kurang dinamis dalam
kepentingan shareholders meraih investasi khusus
• Mgmt: profit oriented
• Efisiensi jangka pendek
Pasar Sosial • Investasi dalam aset spesifik dapat Hubungan personal mengakibatkan:
dicapai melalui hubungan jangka • Rigid dalam jangka pendek
panjang (mis. TK) • Lock-in path dependency
•Adanya trust (shareholder & mgmt)
Negara (State- • Mampu memfasilitasi proyek • Lemah pada sektor yang perlu
led) teknologi yang kompleks bereaksi fleksibel terhadap signal pasar

Relasional • Adanya investasi spesifik dalam • Rigid


Jepang tenaga kerja dan hubungan kelompok • Proses pengambilan keputusan tidak
• Kapital jangka panjang efisien (time consuming)
• Biaya transaksi rendah akibat modal
sosial yang kuat
Peran institusi dalam ekonomi
• Menjelaskan masalah teoritis tentang kerjasama (cooperation):
– Teori ekonomi didasari asumsi tentang kelangkaan dan kompetisi
dan bahwa proses pertukaran terjadi tanpa friksi
– Belum ada pemahaman tentang bagaimana agen ekonomi
melakukan koordinasi dan kerjasama
– “Under what conditions can voluntary cooperation exist without
Hobessian solution of the imposition of a coercive state to create
a cooperative solution?” (North, 1990, pg.14)
– The problem of common knowledge: sejauh mana seorang agen
ekonomi memiliki pengetahuan/informasi tentang preferensi dan
perilaku pihak lainnya.
– Analisa game theory: individu dengan motivasi maksimisasi akan
memilih untuk bekerjasama (cooperate) saat “permainan” itu akan
berulang, ada informasi yang lengkap tentang pemain (player),
dan jumlah pemain yang kecil.
Peran institusi dalam ekonomi
• Menjelaskan bahwa institusi dan pengawasannya
mempengaruhi biaya transaksi
- Institusi yang efektif mendorong terjadinya kerjasama,
mengurangi biaya transaksi (dan biaya produksi/transaksi)
Institusi dalam analisa Ekonomi Neoklasik
• Economics as a science of means-ends relationships, with the
choice of ends (preferences) being of no account (Robbins,
1932).

• Economics as a science of prediction and testing


- “Invisible Hand” dalam teori general equilibrium Adam
Smith, yang merupakan preferensi, teknologi, property
rights dan institusi dianggap “given.”
- Tidak menjawab bagaimana “Invisible Hand” bekerja

• Asumsi “Economic Man” mengesampingkan kenyataan


kompleksitas perilaku manusia
“Simplifying Assumption”
dalam Ekonomi Neoklasik

• Agen ekonomi memiliki informasi yang sempurna

• Seseorang akan mencapai tujuannya dengan rasional dan


akan berusaha untuk memaksimalkan profit (berdasarkan
budget constraints)

• Membuat representasi dari rumahtangga, produser-investor,


dan pemerintah

• Transaksi di pasar tanpa friksi (tidak ada masalah koordinasi)


dan tanpa biaya
Sejarah Perkembangan
Ekonomi Kelembagaan
• Ekonomi Kelembagaan mencoba memasukan isu-isu
kelembagaan (institutions) dan perubahan kelembagaan
(institutional change) kedalam teori-teori ekonomi.

• Upaya untuk memperluas konsep perilaku manusia


(behavioral foundation) dalam ilmu ekonomi untuk mencakup
faktor-faktor “non-ekonomi” seperti:
- Imperfect information
- Social institutions (value, habit, routine, etc)  mempengaruhi
biaya produksi dan transaksi dalam ekonomi.
Sejarah Perkembangan
Ekonomi Kelembagaan
• Upaya ini dianggap membuat teori ekonomi menjadi lebih realistis
 dasar filosofi “Realism” yaitu anggapan bahwa “science primarily
aims at formulating true, explanatory theories.”

• Kritik terhadap asumsi perilaku manusia dalam ekonomi neo-klasik:


unrealistic. Realitas ekonomi dalam masyarakat sangat kompleks
sehingga kurang dapat dijelaskan oleh asumsi yang
disederhanakan: rational economic actor.

• Ekonomi kelembagaan mencoba mencari “the truth about the world”


dengan mencoba melonggarkan (relaxed) asumsi dasar “rational
man” untuk mengakomodasi fakta-fakta seperti keterbatasan
informasi kedalam asumsi perilaku manusianya.
Institusi dalam ilmu ekonomi

• American institutionalist: Veblen, Mitchell, Commons,


Ayres.
• Classical economists: Adam Smith, J.S. Mill.
• German, English and American historical school: Marx
(other Marxian).
• Austrian school: Menger, von Wieser, Hayek.
Evolutionist economists: Schumpeter.
• Neoclassical: Marshall.
2 Tradisi Pemikiran Kelembagaan
dalam ilmu Ekonomi

• Old Institutional Economics (OIE)


Berusaha menggantikan kerangka teori Ekonomi Neoklasik dengan
kerangka teori yang baru, yaitu yang memperhitungkan variabel
institusi

• New Institutional Economics (NIE)


Berusaha memasukkan variabel institusi kedalam kerangka teori
Ekonomi Neoklasik

* Perbedaan kedua aliran pemikiran ini dapat dipelajari lebih lanjut di:
Rutherford, Malcolm. 1996. Institutions in Economics: The Old and New
Institutionalism, Cambridge University Press, Cambridge.
Program Penelitian dalam Ekonomi Kelembagaan
Ekonomi Kelembagaan Lama/OIE Ekonomi Kelembagaan Baru/NIE
1. Pemikiran Veblen & Ayres tentang 1. Property rights (Demsetz, Alchian) dan
dampak dari teknologi baru terhadap common law (Posner).
skema kelembagaan dan bagaimana 2. Public choice theory, seperti pemikiran
aturan sosial dan kelompok tentang rent seeking dan aktivitas untuk
kepentingan yang sudah ada mendistribusikan koalisi (Olson,
berusaha menolak perubahan Mueller).
tersebut. Sering dipakai untuk 3. Organisasi  mencakup the agency
menganalisa struktur ekonomi modern theory (Jensen and Meckling) dan
yang menekankan pada kepentingan transaction costs (Coase, Williamson)
ekonomi dan politik dari korporasi.
4. Analisa game theory untuk memodelkan
2. Pemikiran Commorns, Samuels & perilaku dalam situasi institusi tertentu
Schmid yang melihat institusi sebagai (Shubik) atau untuk menjelaskan evolusi
hasil dari proses formal & informal dari dari institusi sosial (Schotter)
resolusi konflik). Studi mereka terkait 5. Sejarah ekonomi (Douglas North).
dengan hukum, property rights &
6. Aliran Austrian dan neo-Schumpeterian
organisasi, dan evolusi & dampaknya
yang menjelaskan berbagai bentuk
pada kekuatan hukum dan ekonomi,
perkembangan institusi dengan analisa
transaksi ekonomi dan distribusi
mekanisme invisible-hand atau kerangka
pendapatan.
evolusi (Hayek, Nelson and Winter,
Langlois).
Dikotomi dalam metodologi OIE & NIE
OIE NIE
1. Anti – formalist 1. Formalist
Menggunakan perspektif kultural & Menggunakan pendekatan abstrak &
holistik sehingga menentang matematis serta model untuk
abstraksi dalam teori membuat representasi ideal dari teori
2. Holist 2. Individualist
Bagaimana kekuatan sosial Bagaimana perilaku individu
mempengaruhi perilaku individu mempengaruhi institusi
3. Behaviorist (rule following) 3 Rational maximizer
Individu mengadopsi norma sosial Individu menyesuaikan perilakunya
yang ada & mengembangkan atas situasi & kesempatan guna
kebiasan/rutin memaksimalkan keuntungannya.
4. Evolusi & invisible hand 4. Evolusi & design
Perubahan institusi dilihat sebagai Perubahan institusi lebih dilihat
unintended consequences (result of sebagai hasil dari rasionalitas
human action but not human design) individu & pertimbangan efisiensi
5. Interventionist 5. Non interventionist
Mengkritik pasar & mengadvokasi Pro pasar & terbentuknya kontrak
perubahan institusi melalui regulasi & secara voluntary sehingga mengkritik
intervensi pemerintah. intervensi pemerintah.
Kelemahan Teori
OIE NIE
NIE (neoclassical dan Austrian) OIE mengkritisi NIE karena:
mengkritisi OIE karena:
1. Tidak adanya teori 1. Teori yang terlalu abstrak dan
2. Kecenderungan untuk formal
berargumentasi dengan 2. Mengadopsi versi individualis
terminologi yang holistik daripada yang ekstrim danreductionist
yang individualistik 3. Memandang individu sebagai
3. Menggunakan pendekatan “overly rational and overly
perilaku (behavioristic) bukannya autonomous being” yang dibatasi
kerangka teori rational choice tapi tidak dipengaruhi oleh
4. Gagal untuk menjelaskan kerangka sosial dan institutional
pentingnya perbedaan antara 4. Menggunakan kriteria
proses evolusioner dan kesejahteraan yang ortodox yang
unintended dalam institutional tidak cocok untuk menganalisa
development dengan proses institutional change
pengambilan keputusan kolektif
dalam institutional design.
4 Tingkatan Analisa Sosial
(Williamson, 2000)

Embeddedness:
Teori sosial
Institusi informal, adat, tradisi, norma, agama

Institutional Environment: Ekonomi Properti Rights/


Teori Politik Praktis
“formal rules of the game” (khususnya isu properti)

Governance: Ekonomi Biaya


“play of the game” (khususnya isu kontrak) Transaksi/TCE

Resource Allocation and Employment : Ekonomi Neoklasik


Harga, kuantitas, insentif
Metodologi
Ekonomi Kelembagaan
Metodologi Ekonomi

• Definisi: “the rationale and the philosophical


assumptions that underlie economics.”

• The foundation of economic theorizing

• Cakupannya:
– Prinsip-prinsip pengujian teori
– Struktur eksplanasi
– Fundamental
Metodologi yang umum dipakai
dalam ilmu ekonomi mainstream:
• Pengujian epistemologi:
– Peran kritis dari bukti empiris negatif dalam pengujian
teori untuk dapat menerima atau menolak suatu teori
ekonomi (rational acceptance)

• Inductive inference
– “the theory of prediction based on observation”
– Penjelasan melalui generalisasi berdasarkan contoh
spesifik/individual
• Contoh: seluruh angsa yang di observasi putih  semua
angsa putih
Poperian Dominance dalam Ekonomi:
Pendekatan Falsifikasi
• Karl Popper: perkembangan ilmu pengetahuan dapat terjadi melalui
pendekatan falsifikasi
• Prinsip falsifikasi:
1. Demarkasi: science vs. non science
2. Sebagai metodologi: bagaimana mempraktekkan science
• Poperian Mainstream dalam Metodologi Ekonomi
– Metodologi falsifikasi: “for a theory to be ‘scientific’ it must be at
least potentially falsifiable by empirical observation” (
– Refutable implication
• Kritik: Duhemian problem (Duhem-Quine Problem)
Kompleksitas dari perilaku manusia membutuhkan beberapa kondisi awal
dan strong simplifying assumptions  beberapa restriksi dari asumsi ini
mungkin salah, beberapa mungkin tidak dapat difalsifikasi. Jadi walau
asumsi dan restriksi dapat diuji, pengujian menjadi sulit karena tidak
mungkin memiliki lingkungan laboratorium yang terkontrol.
“Simplifying Assumption”
dalam Ekonomi Neoklasik
• Agen ekonomi memiliki informasi yang sempurna

• Seseorang akan mencapai tujuannya dengan rasional dan akan


berusaha untuk memaksimalkan profit (berdasarkan budget
constraints)

• Membuat representasi dari rumahtangga, produser-investor, dan


pemerintah

• Transaksi di pasar tanpa friksi (tidak ada masalah koordinasi) dan


tanpa biaya
Masalah dalam Metodologi Ekonomi
• Asumsi rasionalitas tidak realistis: karena mengasumsikan 1
macam rasionalitas, padahal ada lebih dari 1 pengertian rasionalitas
dalam literatur ekonomi:
1. Consistency in choice – dalam preference funtion (tapi tidak
dibahas tentang rasionalitas dari pilihan itu sendiri).
2. Self-interested behavior (egoism) – tidak dapat menjelaskan
perilaku altruisme atau public-spiritedness.
3. Agents have perfect information – tentang preference, tentang
pilihan yang dimiliki, tentang keadaan dunia sekarang & masa
depan, dan tentang intensi dan aksi dari agen lainnya.
• Prediksi membutuhkan kondisi ceteris paribus – sulit membuat
forecast
• Ethics dalam ekonomi: teori ekonomi tidak bisa menjelaskan
mengapa seorang agen berperilaku oportunis/free riding behavior
dan dalam kondisi apa mereka berperilaku tersebut.
Axiom dalam perilaku rational choice
dalam Ekonomi Neoklasik
• Axiom 1: Completeness
There is no indecision: the individual can always compare (i.e.
stated his/her preference) between two distinct bundle of
consumptions

• Axiom 2: Reflexivity
The individual can always compare (i.e. stated his/her preference),
and the similar bundle of consumption is at least as good as itself.

• Axiom 3: Transitivity
The individual preference is internally consistent. Thus, when one say A
is preferred to B, and B is preferred to C, he/she will not say that C is
preferred to A.
Axiom dalam perilaku rational choice
dalam Ekonomi Neoklasik
• Axiom 4: Non-Satiation
If a consumption bundle X consist of at least more than one good
than X’, and no less of any other consumption bundle X’, then X is
always preferred than X’ (more is better than less)

• Axiom 5: Continuity
If an individual prefers A to B, then any closed set of consumption
bundle closed to A would also be preferred to B

• Axiom 6: Strict Convexity


The consumption of more of both goods (variety) induces higher
utility than more of one single good”
Issues
• Konsep ad hoc tidak dapat terjawab (mis.
Perilaku rational choice dalam pasar oligopoli)

• Bagaimana sebenarnya teori dapat berkembang


(theoretical development) – apakah hanya
dengan empirical falsification?

• Bagaimana menjawab konsep ad hoc?


Mainstream Economics

• Institusi dianggap sebagai variabel non-


ekonomi dan diasumsikan tidak berubah
(asumsi ceteris paribus)

• Institusi tidak dianalisa sebagai variabel


sebab atau akibat dari fenomena ekonomi

• Pasar diasumsikan hanya digerakkan oleh


hukum supply dan demand
Metodologi Ekonomi Kelembagaan
• Bagaimana memasukan institusi dalam penelitian ekonomi

• Bagaimana memasukan institusi dalam membangun teori ekonomi:


– Logika dari tindakan kolektif
– Sistem peraturan politik
– Institusi dari perusahaan bisnis

• Pendekatan evolusi (Nelson & Winter), Principal-agency teory


(Jensen & Meckling), pendekatan game teori, pendekatan biaya
transaksi (Williamson 1975, 1985, dan North 1990).

• Agenda baru: upaya untuk memasukan institusi dalam perumusan


teori ekonomi:
– Oposan
– Memasukan institusi kedalam kerangka teori ekonomi yang sudah ada
– Membangun teori tentang institusi terlepas dari batasan teori ekonomi
yang ada
Realism: Dasar Filosofi Ekonomi Kelembagaan
• Pandangan: “the world exists; it is which govern the structures are in
principle discoverable; and it is the goal of science to try to discover
them. Scientific theories refer to really existing entities, properties,
mechanisms and structures; theories attempts how well they
correspond, in some sense, to what exist in the world”
(Caldwell, Economic Methodology: Rationale, Foundations, Prospects, in Maki ed.,
Rationality, Institutions and Economic Methodology, 1993).

• Saat ini Kesulitan realism untuk diaplikasikan dalam teori ekonomi:


1. Realism sulit diakses, tidak menyediakan formula yang
sederhana untuk demarkasi teori (seperti pendekatan
falsifikasi) dan tidak mudah untuk diterjemahkan kedalam
aturan metodologi.
2. Sementara instrumentalism sudah begitu mengakar dalam ilmu
ekonomi

• Solusi: realist interpretation while the model are given an


instrumentalist one  dengan memakai terminologi “realisticness”
dan “unrealisticness”.
Karakteristik Metodologi Ekonomi Kelembagaan
• Williamson (NIE)
– Ada dalam kerangka/trend teori mikro, sejarah ekonomi,
ekonomi property rights, sistem komparatif, ekonomi buruh dan
organisasi industri.
– 3 pandangan dasar:
• Menerima teori mikro – level abstraksi yang tinggi
• (Transaksi sebagai kasus utama/main case)
• Bersifat komplemen (bukan substitusi) terhadap teori mikro

• William Dugger (OIE)


– Penekanan terutama pada peran kekuasaan di ekonomi
– Ada keraguan atas institusi ekonomi yang ada
– Membedakan institusi dari kegiatan teknologi/seremoni/industri
– Memakai pendekatan evolusi (ekonomi sebagai proses
perubahan sejarah) bukan dalam konteks tahapan optimum
– Holism – ekonomi dan perilaku individu dilihat sebagai bagian
dari evolusi budaya
– Versi instrumentalis – ide sebagai instrumen yang dapat
dikoreksi
2 Asumsi dasar perilaku manusia
dalam New Institutional Economics

1. Bounded rationality
Human behaviour that is “intendedly” rational, but only limitedly so
(Simon, 1961, p. xxiv)

2. Opportunism
Economic agents are guided by considerations of self-interest to
make allowance for strategic behavior
Bounded Rationality
Perilaku rational choice tidak realistis karena:

• Complex Situation
– Agen ekonomi tidak dapat memprediksi segala kemungkinan
pilihan yang ada

• Uncertainty
– Ketidakpastian lingkungan tidak dapat diperhitungkan

• Language
– Keterbatasan agen ekonomi dalam mengartikulasikan
pengetahuan dan perasaannya melalui kata, angka atau grafis
membatasinya untuk dapat dimengerti sepenuhnya oleh orang
lain
BOUNDED/LIMITED RATIONALITY
(Herbert Simon)

• Menggantikan konsep “economic man” menjadi “administrative man”


– Model umum dari rational choice gagal melihat bukti empiris dari proses
pengambilan keputusan.
– Evaluasi atas seluruh alternatif dilakukan sebelum melakukan pilihan
– Fakta: alternatif pengambilan keputusan sering dilakukan berurutan
(sequentially)

• Global/substantive rationality vs limited/procedural rationality


– Simple pay-off function vs. partial ordering pay-off
– Information gathering problem & mental map: seek for “best” vs. seek for “good”
– Rational vs. reasonable

• Seorang individu tidak selalu tahu segala biaya (pay-off) dari seluruh
alternatif pilihan yang ada, dan tidak memiliki kemampuan untuk
membandingkan berbagai variasi pay-off yang ada.

• Isu:
– bagaimana seseorang bertindak rasional dalam situasi ini?
– Perilaku yang “intendedly” rasional
BOUNDED RATIONALITY…
• Agen ekonomi yang “rasional tapi terbatas” (bounded rationality):
– Akses terhadap informasi yang terbatas
– Kapasitas komputasi yang terbatas

• Perilaku rasional dalam konteks situasi tertentu


– Pilihan-pilihan/preferensi ada dalam kondisi yang tidak tetap
(uncertainty)
– Perlu melihat proses dari pilihan rasional itu, bukan hasilnya
(rasionalitas dari maksimisasi kepuasan).

• Lack of knowledge/limited information


– Ketidaktahuan tentang masa depan  membuat keputusan dengan
perkiraan akan masa depan.
– Ketidaktahuan tentang perilaku partner dalam kegiatan ekonomi
(cooperatif/tidak).
– Keterbatasan pengetahuan/informasi mempengaruhi masalah
koordinasi
Kontroversi dalam paradigma Optimization
(Problem of Self Reference)

• Skandal dalam teori ekonomi: teori persaingan tidak sempurna


– Dalam kondisi pasar hanya ada sedikit supplier, maka konsep profit-
maximization tidak berjalan sempurna.
– Pilihan yang seharusnya rasional secara mendasar tidak bekerja
– Pilihan salah satu agen ekonomi sangat bergantung dengan pilihan
agen lainnya
– Tidak ada yang membuat pilihan tanpa membuat asumsi atas
bagaimana agen lainnya akan memilih.

• Dalam pasar oligopoli equilibrium terjadi sebagai hasil dari interaksi


antara ‘profit max’ firms  anomaly
• Segala usaha untuk menjelaskan hal ini dari perspektif substantive
rationality hanya bersifat ad hoc.
Kontroversi dalam paradigma Optimisasi
(Problem of Self Reference)

Kesimpulan:

• Mustahil seorang agen ekonomi memperoleh informasi


yang sempurna (perfect knowledge/information)

• Keputusan seorang agen ekonomi: tidak sempurna


(imperfect decision)

• Karena informasi ekonomi diperoleh dengan biaya

• Kapasitas untuk membuat keputusan juga merupakan


sumberdaya langka  memerlukan biaya
Opportunism

• Perilaku yang dapat menghasilkan ekspektasi yang


salah atau kosong sehingga keuntungan individu dapat
terealisasi

• Keuntungan (advantage) diperoleh dari:


– Kondisi produktif yang unik yang telah ada sebelumnya (pre-existing
condition)
– Adanya informasi yang terbatas atau terdistorsi
– Perjanjian yang tidak dapat dipercaya tentang perilaku di masa depan
– Termasuk juga manipulasi strategis tentang informasi atau
misrepresentation of intention

• Tidak dapat menjamin self-enforcing commitments


Perilaku “Rule Following”

• Teori rational choice gagal untuk memperhitungkan elemen dasar


dari kehidupan masyarakat:
– Kebiasaan
– Rutinitas

• Pengalaman yang berulang merupakan “trial & error”

• Agen ekonomi melakukan pilihan berdasarkan pengalaman yang


paling “memuaskan”

• Repetisi  kebiasaan dan rutin  pelajaran dan harapan

• Pengetahuan yang terbatas + kebiasaan & rutin = rasional


Perilaku “Rule Following”…

• Teori rational choice


– Maksimisasi terjadi dalam situasional/case by case maximization

• Bounded/procedural/adaptive rationality:
– Ada situasi yang berulang (recurring situation)
– Ada perilaku yang teratur (behavioral regularities)
– Pilihan berdasarkan pengalaman di masa lalu
– Keterbatasan informasi dan kapasitas reasoning membuat agen
ekonomi memilih untuk mengikuti kebiasaan (follow rules)

• Agen yang “tidak sempurna”: tidak sempurna dalam pilihannya dan


dalam aturan pengambilan keputusan yang dipakainya (masalah
kompetensi).

• Aturan/kebiasaan memfasilitasi pembuatan keputusan dalam situasi


yang kompleks
Realism dalam Ekonomi Kelembagaan

• Fokus: pengujian teori dan eksplanasi


teori

• Apa yang perlu diperhatikan dalam


membangun teori institusi dalam konteks
teori ekonomi
– Apa dasar konseptual
– Apa dasar teori
– Apa dasar permasalahan empirisnya
Karakteristik Metodologi Ekonomi Kelembagaan
• Usulan Uskali Maki:
Setiap upaya penjelasan ekonomi yang melibatkan
institusi/lembaga dalam perannya sebagai eksplanantia atau
explananda atau keduanya, merupakan bagian dari ekonomi
kelembagaan.

• 3 Tema umum program penelitian Ekonomi


Kelembagaan (Richard Langlois):
1. Rasionalitas maksimalisasi yang sempit  rasionalitas yang
realistis
2. Penjelasan ekonomi dengan pendekatan evolusi
3. Selain harga pasar, kegiatan ekonomi juga dikoordinasikan
dengan berbagai institusi lainnya yang perlu dipelajari secara
teoritis.
Usulan Richard Langlois:
tema dan program penelitian
Tema umum: Menolak konsep maksimisasi sempit  rasionalitas riil
Program penelitian: metode analisa situasional dengan asumsi
bounded rational

Tema umum: penjelasan ekonomi harus dinamis/evolusioner


Program penelitian: penjelasan invisible-hand (fenomena ekonomi
sebagai unintended consequences dari aksi individu)

Tema umum: selain harga pasar, aktivitas ekonomi dikoordinasikan


oleh variabel institusi
Program penelitian: institusi sebagai situasi dan institusi sebagai hasil
dari invisible-hand
Jadi bagaimana mendefinisikan institusi
dalam teori ekonomi?
1. Berkaitan dengan kebiasaan dan tradisi (perilaku yang reguler)
2. Berkaitan dengan aturan normatif yang mengatur perilaku tersebut

Usulan untuk menggabungkan 2 konsep ini:

1. A social institution is a social organization which, through


the operation of tradition, custom or legal constraint, tends
to create durable and routinized pattern of behaviour (Geoff
Hodgson).

2. Membedakan antara “institutional environment” dan


“institutional arrangement” (Davis and North)

3. Membedakan antara institusi internal dan eksternal


(Lachmann)
Hubungan Sebab Akibat Situasional
dalam Teori Ekonomi Kelembagaan

[SA 1] Deskripsi situasi Agen A berada dalam situasi tipe C

[SA 2] Analisa situasi Dalam situasi tipe C, tindakan


yang tepat dilakukan adalah X

[SA 3] Prinsip rasionalitas Agen selalu bertindak secara


tepat atas situasi yang dihadapinya

[SA 4] Penjelasan (maka) A melakukan X


Kontribusi Ekonomi Kelembagaan

1. Menggantikan konsep maksimisasi dari Ortodox


Ekonomi dengan konsep rasionalitas yang lebih luas

2. Komitmen untuk melihat fenomena ekonomi dari


perspektif proses.

3. Memperluas domain studi dari ilmu ekonomi diluar


studi atas institusi pasar.
Pendekatan Interdisiplin dalam Ekonomi

• Menganalisa variable endogen dan eksogen dalam


kerangka teori ekonomi

• Mencoba memasukan variabel-variabel eksogen


tersebut dalam kerangka formulasi teori ekonomi

• Bertujuan untuk mencari pendekatan yang lebih


realistis dan interdisiplin untuk teori ekonomi atau teori
sosial pada umumnya
Faktor Eksogen dalam Ekonomi Neoklasik:
potensi untuk pendekatan interdisiplin
1. Taste dan preferensi
– Dipengaruhi oleh status sosial-ekonomi, pendidikan, status
pernikahan, ukuran keluarga, usia, gender, sosial-budaya, dll.
– Preferensi atas income dan leisure mempengaruhi supply tenaga
kerja
– Pengalaman/pelajaran masa lalu mempengaruhi preferensi

2. Teknologi
– Peran dari perubahan teknologi terhadap kompetisi, gaya
hidup dan pemerintahan

3. Pemerintah
– Pengaruh pemerintah terhadap industri
– Pendekatan pilihan publik

You might also like