You are on page 1of 17

PELAKSANAAN PENGELOLAAN FASILITAS

LABORATORIUM BIOLOGI di SMP NEGERI 1 MAUMERE

Yulimira Syafriati Yuminar M. Sani


myasanyy@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to determine the implementation of the management of biological
laboratory facilities at SMP Negeri 1 Maumere. This research is descriptive research.
The study population was the principal, head of the laboratory and laboratory assistant.
The method used is the method of direct observation to SMP Negeri 1 Maumere,
collecting laboratory administration data, distributing questionnaires to laboratory
assistants and direct interview methods. The management that will be carried out
includes the management of facilities and infrastructure, administration of tools and
materials and work safety management in laboratories. From the results of observations
on the implementation of the management of biological laboratory facilities at SMP
Negeri 1 Maumere, they generally did not meet the minimum standards in accordance
with Permendiknas No. 24 of 2007 regarding infrastructure facilities. each of which must
be done. Laboratory administration which is supposed to be done by the head of the
laboratory, is done entirely by the laboratory assistant. The laboratory assistant does not
participate in assisting students when practicum activities. Does not have laboratory
assistant technicians who are specialized in their fields. Biology laboratory activities
include the preparation, implementation and monitoring, and evaluation and reporting of
laboratory activities.

Keywords: Laboratory Facilities, Biology, SMP Negeri 1 Maumere

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan fasilitas laboratorium
biologi di SMP Negeri 1 Maumere. Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif. Populasi
penelitian ini adalah kepala sekolah, kepala laboratorium dan laboran. Metode yang
digunakan metode observasi langsung ke SMP Negeri 1 Maumere, pengumpulan data
administrasi laboratorium, penyebaran angket kepada laboran dan metode wawancara
langsung. Pengelolaan yang akan dilaksanakan meliputi pengelolaan sarana dan
prasarana, pengadministrasian alat dan bahan serta pengelolaan keselamatan kerja dalam
laboratorium. Dari hasil observasi terhadap pelaksanaan pengelolaan fasilitas
laboratorium biologi di SMP Negeri 1 Maumere menunjukan secara umum belum
memenuhi standar minimal sesuai Permendiknas No 24 tahun 2007 tentang sarana
prasarana, Masih terdapat alat-alat praktikum yang rusak dan belum diperbarui.Setiap
pengelola memiliki uraian tugasnya masing-masing yang harus dikerjakan. Administrasi
laboratorium yang seharusnya dikerjakan oleh kepala laboratorium, dikerjakan
sepenuhnya oleh laboran. Laboran tidak ikut serta mendampingi siswa saat kegiatan
praktikum. Belum memiliki tenaga teknisi laboran yang khusus dalam bidangnya.
Aktivitas laboratorium biologi meliputi persiapan, pelaksanaan dan pemantauan, dan
evaluasi serta pelaporan kegiatan laboratorium.

Kata kunci: Fasilitas Laboratorium, Biologi, SMP Negeri 1 Maumere


PENDAHULUAN

Pendidikan tidak hanya sekedar memberikan dan menerapkan ilmu


pengetahuan atau melatih keterampilan yang diperoleh. Pendidikan memiliki
fungsi mengembangkan potensi atau kreasi yang telah dimiliki oleh peserta didik.
Di dalam kontek interaksi pendidikan, peserta didik tidak selalu dilatih atau
diberi, mereka dapat menemukan, mencari, melatih, dan memecahkan masalah
baik dalam dirinya sendiri maupun dalam lingkungan sekitar. Proses pendidikan
lebih dikhususkan pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan,
keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan
pengembangan diri peserta didik.
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 bab 1 menjelaskan
bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan Untuk tercapainya pembelajaran yang baik
maka guru diharapkan untuk tidak hanya memberi materi saja di dalam kelas,
namun guru juga harus dapat membangun minat siswa melalui kegiatan-kegiatan
secara langsung di lapangan agar siswa dapat mengembangkan minat dan
bakatnya, terutama pada pelajaran biologi yang membutuhkan pemahaman yang
lebih.
Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup, (Wildan,
2007). Dengan mempelajari biologi, orang akan mengetahui sejarah kehidupan,
baik kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Oleh karena itu, siswa di sekolah
terutama SMA perlu mempelajari biologi. Biologi merupakan salah satu cabang
Ilmu Pengeahuan Alam (IPA), jadi harus diperlakukan dan diberikan kepada
siswa sebagai IPA atau Sains yang lahir dan berkembang melalui observasi dan
eksperimen. Karena itu, dalam belajar biologi siswa harus aktif melakukan
kegiatan pengamatan dan eksperimen, mendiskusikan hasilnya dan menarik
kesimpulan. Siswa bukan hanya mendengar, menerima informasi dan membuat
catatan, menghafal, kemudian menyelesaikan tugas yang sifatnya mengingat apa
yang dihafalkan.

Biologi merupakan salah satu ilmu yang memiliki arti penting bagi
pendidikan di sekolah. Mempelajari ilmu biologi tidak hanya berusaha menguasai
pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, fakta-fakta atau prinsip, akan
tetapi juga merupakan proses mencari tahu dan penemuan di alam secara
sistematis (Saptono 2003). Pembelajaran Biologi harus ditekankan pada
pengalaman secara langsung baik itu di alam ataupun di dalam ruangan untuk
mengembangkan kompetensi yang dimiliki siswa agar mampu menjelajahi alam
sekitar secara alamiah (Kertiasa 2006).
Dalam pelaksanaan pembelajaran biologi, guru dituntut mampu mengelola
pembelajaran secara maksimal dan dapat mengembangkan kegiatan belajar
mengajar (variasi metode mengajar) tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di
laboratorium, misalnya melalui kegiatan praktikum atau eksperimen di
laboratorium. Laboratorium merupakan ruang atau tempat siswa belajar melalui
kegiatan pengamatan, percobaan, pelatihan untuk memahami konsep, mendapat
pengalaman sehingga menguasai kompetensi bidang ilmunya.
Laboratorium merupakan suatu tempat untuk melakukan suatu penelitian
atau pembuktian uji coba, mengaplikasikan teori keilman yang diperoleh,
pengujian teoritis dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari
fasilitas laboratorium yang memadai (Depdiknas, 2002). Dalam konteks
pendidikan di sekolah laboratorium biologi berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran biologi secara praktek yang memerlukan
peralatan khusus (Permendiknas, 2007). Sehingga fungsi laboratorium dapat
diartikan sebagai tempat proses pembelajaran dengan metoda praktikum yang
dapat memberikan pengalaman belajar pada siswa untuk berinteraksi dengan alat
dan bahan serta mengobservasi berbagai gejala secara langsung.
Kertiasa (1979) menyatakan bahwa, tujuan pembelajaran di laboratorium
meliputi: mengembangkan keterampilan (pengamatan, pencatatan data,
penggunaan alat, dan membuat alat sederhana) siswa, melatih siswa agar dapat
bekerja cermat serta mengenal batas-batas kemampuan pengukuran laboratorium,
melatih ketelitian mencatat dan kejelasan melaporkan hasil percobaan siswa,
merangsang daya berfikir kritis analitis siswa melalui penafsiran eksperimen,
memperdalam pengetahuan siswa, mengembangkan kejujuran dan rasa tanggung
jawab siswa, melatih siswa merencanakan dan melaksanakan percobaan lanjut
dengan menggunakan alat dan bahan yang ada. Berdasarkan fungsi dan tujuan
laboratorium di atas dimaksudkan agar semua laboratorium disetiap sekolah
memiliki sarana dan fasilitas peralatan yang memadai dan dalam kondisi yang
siap untuk penyelenggaraan pembelajaran siswa melalui kegiatan pengamatan,
pengujian dan pelatihan pada kegiatan di laboratorium atau praktikum.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 tahun 2007 menyatakan
bahwa Standar laboratorium IPA terdiri dari tata ruang laboratorium, administrasi
laboratorium, pengelolaan laboratorium serta penyimpanan alat dan bahan
praktikum biologi. Disamping itu laboratorium mempunyai keterampilan
keamanan dan keselamatan kerja, keterampilan melakukan manipulasi
laboratorium, keterampilan proses laboratorium dan keterampilan berfikir
laboratorium. Laboratorium yang lengkap dan siap pakai, akan sangat membantu
siswa dalam belajar untuk memahami konsep, memberi pengalaman nyata dan
membentuk keterampilan, sehingga siswa akan menguasai kompetensi yang
diharapkan sehingga mutu lulusan meningkat.
Agar kegiatan yang berlangsung di dalam laboratorium Biologi dapat
berjalan dengan baik dan sesuai denan tujuan yang ingin dicapai, maka
laboratorium biologi memerlukan pengorganisasian dan pengelolaan yang baik.
Menurut Kertiasa (2006) mengelola suatu laboratorium meliputi 4 kegiatan pokok
yaitu: 1) mengadakan langkah-langkah yang perlu untuk terus mengupayakan
agar kegiatan siswa di dalam laboratorium bermakna bagi siswa dan proses
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien, 2) menjadwal penggunaan
laboratorium oleh pengelola agar laboratorium dapat digunakan secara merata dan
efisien oleh semua siswa yang memerlukan, 3) mengupayakan agar peralatan
laboratorium terpelihara dengan baik, sehingga dapat digunakan dalam waktu
yang lama dan selalu siap digunakan. 4) mengupayakan agar penggunaan
laboratorium berlangsung dengan aman dan mengupayakan langkah-langkah yang
perlu untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Pengelolaan laboratorium yang
disampaikan Kertiasa (2006) menjadi acuan dalam penelitian ini. Dalam
penelitian ini pengelolaan yang akan dilaksanakan meliputi pengelolaan sarana
dan prasarana, pengadministrasian alat dan bahan serta pengelolaan keselamatan
kerja dalam laboratorium. Agar kesinambungan dan daya guna laboratorium dapat
dipertahankan, laboratorium perlu dikelola secara baik, salah satu bagian dari
pengelolaan laboratorium ini adalah staf atau personil laboratorium yang sering
disebut laboran.
Pengelolaan sarana dan prasarana laboraorium meliputi bangunan
laboratorium itu sendiri. Bangunan laboratorium tidak sama dengan bangunan
kelas. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum membangun
laboratorium. Faktor-faktor tersebut antara lain lokasi bangunan laboratorium dan
ukuran-ukuran ruang. Persyaratan lokasi pembangunan laboratorium antara lain
tidak terletak pada arah angin yang menuju bangunan lain atau pemukiman. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari penyebaran gas-gas berbahaya. Bangunan
laboratorium tidak berdekatan atau dibangun pada lokasi sumber air. Bangunan
laboratorium tidak terlalu dekat dengan bangunan lainnya. Lokasi laboratorium
harus mudah dijangkau untuk pengontrolan dan memudahkan tindakan lainnya.
Ruangan laboratorium yang digunakan untuk pembelajaran sains
umumnya terdiri dari 2 ruang yakni ruang utama dan ruang-ruang pelengkap.
Ukuran ruang utama lebih besar dari pada ukuran ruang pelengkap. Ruang utama
adalah ruangan tempat dimana para siswa melakukan praktikum, sedangkan ruang
pelengkap umumnya terdiri dari ruang persiapan dan ruang penyimpanan atau
gudang. Ruang persiapan digunakan untuk menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan
yang akan digunakan siswa atau guru untuk melakukan praktikum atau percobaan.
Sedangkan ruang penyimpanan atau gudang digunakan untuk menyimpan bahan-
bahan persediaan termasuk bahan kimia dan alat-alat yang jarang digunakan. Di
dalam ruang pelengkap, setidaknya dapat ditempati lemari dan meja untuk
keperluan penyimpanan dan persiapan alat-alat atau bahan percobaan.
Ruang yang digunakan untuk praktikum siswa harus memenuhi standar
yang telah dirumuskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (2007),
rasio minimal ruang laboratorium biologi adalah 2,4 m 2/peserta didik.
Laboratorium juga harus dilengkapi dengan fasilitas yang menunjang. Fasilitas
tersebut meliputi fasilitas umum dan fasilitas khusus. Fasilitas umum adalah
fasilitas yang ada diruang laboratorium yang dapat dipakai atau digunakan oleh
semua pengguna laboratorium seperti air, aliran listrik, penerangan, bak cuci,
ventilasi. Sedangkan fasilitas khusus merupakan fasilitas yang ada diruang
laboratorium berupa peralatan dan mebel meliputi lemari alat dan bahan, meja
siswa dan guru, kursi, pemadam kebakaran dan perlengkapan P3K
(Wirjosoemarto et al.2004).
Menurut Kertiasa (2006) kegiatan di laboratorium biologi adalah kegiatan
dalam rangka mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan makhluk hidup.
Berbeda dengan fisika dan kimia, yang objek kajiannya adalah makhluk tak
hidup. Objek kajiannya dapat berupa makhluk hidup yang masih hidup, atau
bagian dari makhluk hidup yang sudah mati. Untuk mengkaji itu diperlukan
berbagai jenis alat dan bahan. Kertiasa (2006) mengelompokkan alat-alat dan
bahan dalam laboratorium biologi menurut jenis alat dan bahan tersebut, seperti:
1) alat-alat optik, 2) alat-alat dan wadah dari kaca, dari porselen atau dari plastik
yang tidak mudah terkorosi, 3) alat-alat bantu seperti sumbat karet, sumbat gabus,
pelubang gabus, spatula, sikat tabung reaksi dan sikat buret, 4) alat-alat bedah dan
pengerat seperti jarum, panci bedah, gunting, pinset, pisau dan mikrotom, 5) alat
peraga dan model seprti mikroslaid, slaid 35 mm, model-model (kerangka, torso,
kotak genetika) dan carta, 6) alat-alat ukur sseperti neraca, thermometer,
hygrometer, stop watch, dan respirometer, 7) alat-alat penopang/penumpu seperti
statif dan alasnya, klem, bosshead, kaki tiga, kasa, rak tabung reaksi dan
mikrotom, 8) alat pemanas, 9) alat-alat untuk kegiatan lapangan seperti kuadrat,
jala plankton, komparator lingkungan dan vaskulum, 10) bahan-bahan kimia
untuk biologi.
Menurut Riandi (2007) tentang struktur organisasi dan pengelolaan
laboratorium, Staf atau personal laboratorium mempunyai tanggungjawab
terhadap efektivitas dan efisiensi laboratorium termasuk fasilitas, alat-alat dan
bahan-bahan praktikum. Di sekolah, biasanya laboratorium dikelola oleh seorang
penanggungjawab laboratorium yang diangkat dari salah seorang guru IPA (fisika,
kimia atau biologi). Pengelola laboratorium bertanggung jawab kepada Kepala
Sekolah. Selain pengelola laboratorium biasanya ada seorang yang membantu
pengelola laboratorium yakni seorang teknisi laboratorium yang tugasnya adalah
membantu menyiapkan bahan-bahan dan alat-alat praktikum yang akan
digunakan, pemeliharaan dan penyimpanan alat dan bahan, dan melakukan
pengecekkan secara periodik pada alat dan bahan di laboratorium.
Struktur organisasi laboratorium perlu disusun agar kinerja pengelola
laboratorium dapat berjalan dengan baik. Di dalam struktur organisasi
laboratorium tersebut, perlu dicantumkan pula para guru mata pelajaran sebagai
penanggung jawab masing-masing alat dan bahan di laboratorium.
Administrasi alat dan bahan laboratorium adalah melakukan inventarisasi
atau mencatat jumlah alat dan bahan yang ada di laboratorium dengan tujuan
untuk memudahkan pemeriksaan. Inventarisasi ini dapat dibuat pada suatu buku
atau secara komputasi sebagai daftar induk. Pengadministrasian pada dasarnya
dapat dilakukan oleh orang yang sudah mendapat pendidikan khusus seperti guru
atau orang yang sudah terlatih khusus untuk menjadi petugas laboratorium seperti
teknisi laboratorium atau asisten laboratorium. Menurut Wirjosoemarto et al.
(2004) beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan inventarisasi adalah :
1) nama alat/bahan, 2) kode alat/bahan, 3) tahun penggunaan, 4) tahun
pengadaannya, 5) spesifikasi alat/bahan (merk, tipe dan pabrik pembuat alat), 6)
kondisi alat, baik atau rusak, dan 7) sumber pemberi alat. inventarisasi alat dan
bahan perlu dibuat untuk mencatat semua alat dan bahan yang diterima baik yang
berasal dari permintaan sekolah melalui usulan maupun yang berasal dari bantuan.
Selain daftar inventarisasi alat dan bahan, perlu dibuat kartu alat/barang dan kartu
bahan/zat. Fungsi dari kartu-kartu tersebut adalah untuk menertibkan,
mengendalikan dan mengawasi pengguaan alat dan bahan tersebut.
Laboratorium sekolah mungkin belum terkenal sebagai tempat yang
berbahaya. Frekuensi terjadinya kecelakaan tidak besar. Sekali pun demikian,
usaha mencegah terjadinya kecelakaan perlu diadakan. Untuk dapat mencegah
terjadinya kecelakaan diperlukan pengetahuan tentang jenis-jenis kecelakaan yang
mungkin terjadi di dalam laboratorium biologi, beserta pengetahuan tentang
penyebabnya. Setiap pengguna laboratorium (guru, siswa dan petugas
laboratorium) perlu mengetahui jenis kecelakaan yang mungkin terjadi di dalam
laboratorium biologi.
Berbagai jenis kecelakaan dapat terjadi di laboratorium biologi menurut
Kertiasa (2006) diantaranya adalah : 1) terluka, disebabkan terkena pecahan kaca
dan/atau tertusuk oleh benda-benda tajam lain, 2) terbakar, disebabkan tersentuh
api atau oleh bahan kimia tertentu seperti fosfor, 3) terkena racun (keracunan).
Keracuanan ini terjadi karena bekerja menggunakan zat kimia beracun yang
secara tidak sengaja dan/atau kecerobohan masuk ke dalam tubuh, 4) terkena zat
korosif seperti berbagai jenis asam, misalnya asam sulfat pekat, asam format atau
berbagai jenis basa seperti natrium hidroksida, kalium hidroksida dan larutan
ammonia dalam air, 5) terkena kejutan listrik pada waktu menggunakan listrik
bertegangan tinggi.
Kecelakaan yang terjadi di dalam laboratorium dapat dihindari dengan
cara selalu memperhatikan dan mewaspadai hal-hal yang dapat menimbulkan
bahaya atau kecelakaan seperti penggunaan api dan gas, bekerja secara disiplin,
dan menuruti serta mempelajari aturan-aturan yang dibuat untuk menghindari atau
mengurangi kecelakaan. Pengelola laboratorium perlu merumuskan beberapa
peraturan yang harus ditaati oleh pengguna laboratorium untuk menciptakan
keselamatan kerja dalam laboratorium. Untuk merumuskan tata tertib ada tiga hal
pokok yang harus diperhatikan yaitu perumusan petunjuk, peringatan dan
larangan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Populasi penelitian ini adalah
kepala sekolah, kepala laboratorium dan laboran. Metode yang digunakan adalah
dengan cara obrvasi langsung ke SMP Negeri 1 Maumere, pengumpulan data
administrasi laboratorium, penyebaran angket kepada laboran dan metode
wawancara langsung. Sampel sekolah yang diambil adalah SMP Negeri 1
Maumere di Kabupaten Sikka. Selajutnya data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif.

PEMBAHASAN
Karakteristik Organiasi Laboratorium Biologi
Dari hasil wawancara dan angket yang telah diberikan kepada kepala
laboratorium dan laboran di SMP Negeri 1 Maumere diperoleh hasil sebagai
berikut. Pengorganisasian laboratorium biologi melibatkan guru biologi. Kepala
laboratorium diangkat dari salah satu guru mata pelajaran biologi oleh kepala
sekolah.
Terdapat SK (Surat Keputusan) dari kepala sekolah yang menyebutkan
adanya pengelolaan laboratorium biologi. Uraian tugas pokok dari pengelola
tertulis jelas di dalam SK. Wakil kepala sekolah urusan kurikulum tidak terlibat
langsung dalam pengorganisasian laboratorium biologi. wakil kepala sekolah
kurikulum ini hanya membantu membuatkan SK dari kepala sekolah. sementara
wakil kepala sekolah urusan sarana dan prasarana juga hanya menerima laporan
kekurangan alat dan bahan kebutuhan laboratorium, selebihnya masalah
administrasi dikelola oleh
kepala laboratorium biologi dan laboran.
Di dalam SK tertulis jelas bahwa, kepala sekolah bertugas sebagai
penanggungjawab. Kepala laboratorium biologi adalah seorang guru biologi yang
diberi tugas tambahan sebagai kepala laboratorium. Laboran dengan berlatar
belakang dari lulusan S1 jurusan fisika yang diberi tugas sebagai laboran dari
laboratorium biologi, fisika dan kimia. Hal ini menyebabkan seorang laboran
harus mengerjakan semua administrasi dari tiga laboratorium. Laboran ini pernah
mengikuti pelatihan penguatan laboran di Batam dan memiliki pengalaman
sebagai laboran lebih dari 7 tahun.
Papan struktur organisasi laboratorium biologi secara tertulis tidak
terpasang di dalam laboratorium biologi maupun di ruangan/tempat lain. Struktur
organisasi laboratorium biologi terdiri dari kepala sekolah selaku penanggung
jawab, kepala laboratorium, guru biologi dan laboran.
Penelitian MW Tibbets, dkk. (2006) mengkaji tentang Total Quality
Manajemen (TQM) di dalam sebuah laboratorium klinik, dimana kualitas dari
sebuah laboratorium dipengaruhi oleh keterlibatan semua staf laboratorium dan
manajemen yang terpadu.
Administrasi laboratorium biologi di SMP Negeri 1 Maumere yang
dimiliki meliputi tata tertib laboratorium, buku penggunaan laboratorium biologi,
daftar inventaris alat laboratorium biologi, jadwal perawatan laboratoruim biologi
dan laporan hasil observasi keadaan laboratorium biologi. Tata tertib laboratorium
yang dimiliki oleh SMP Negeri 1 Maumere sebagai berikut :
A. PETUNJUK.
1. Siswa diperkenankan masuk kedalam laboratorium jika ada guru.
2. Alat dan bahan kimia harus digunakan menurut petunjuk yang
diberikan.
Jangan mencampurkan bahan yang tidak sesuai prosedur.
3. Setelah melakukan kegiatan, alat-alat dibersihkan dan dikembalikan ke
tempat semula.
4. Setelah melakukan bedah, alat bedah harus dibersihkan dengan
sempurna kemudian dicuci dengan spritus.
5. Setelah praktikum selesai, tangan harus dicuci bersih dengan
menggunakan sabun.
6. Lembar kerja siswa (LKS) dapat diserahkan ke laboran 2 hari sebelum
praktek berlangsung dan mengisi buku Bon / Peminjaman Alat /Bahan
1 hari sebelum praktikum.
B. PERINGATAN.
1. Siswa wajib menjaga kebersihan meja, kursi dan ruangan praktikum.
2. Siswa harus menjaga keamanan, ketertiban selama ada dalam ruangan
praktikum.
3. Siswa harus selalu berhati-hati. Hindari kebakaran. Jika ada kayu atau
kertas yang terbakar jangan diletakan/ dibuang pada tempat sampah.
4. Jika terjadi kecelakaan, barang pecah atau alat rusak segera laporkan
pada guru IPA yang bertugas pada saat itu.
5. Sebelum meninggalkan ruangan, meja praktikum harus dalam keadaan
bersih dan rapi.
C. LARANGAN.
1. Siswa dilarang makan dan minum selama berada dalam ruangan
praktikum.
2. Siswa dilarang menumpahkan zat kimia di meja.
3. Siswa dilarang membawa alat atau bahan kimia keluar laboratorium
kecuali atas perintah guru.
4. Siswa dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia. Cara membau
zat kimia dengan mengibaskan tangan di atas botol.
5. Siswa dilarang membuang bahan kimia, hanya zat berbentuk cairan
yang boleh dibuang ke dalam bak cuci, pecahan kaca harus disimpan
dalam tempat khusus.

D. SANKSI.
1. Bagi siswa yang memecahkan alat dan menumpahkan bahan kimia
diharap menggantikannya.
2. Bagi siswa yang tidak mengindahkan ketertiban dalam ruangan
praktikum akan dikeluarkan dan tidak mengikuti kegiatan praktikum.

Karakteristik Sarana dan Prasarana Laboratorium Biologi


Dari hasil observasi menunjukkan alat/sarana laboratorium biologi belum
memenuhi standar sarana prasarana yang wajib dimiliki sesuai Permendiknas No.
24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana laboratorium. Hal ini
disebabkan oleh anggaran pembelian alat maupun penggantian alat yang rusak
yang dianggarkan oleh sekolah masih terlalu kecil untuk dapat memenuhi standar
tersebut. Oleh karena itu banyak terdapat kekurangan alat/sarana laboratorium
yang dibutuhkan dalam pembelajaran biologi, dan permasalahan ini tentunya akan
berdampak terhadap tidak optimalnya proses pembelajaran biologi.
Laboran selalu melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran biologi terkait
pemenuhan kebutuhan alat dan bahan praktikum dan LKS. Setiap guru yang ingin
mengadakan kegiatan praktikum di laboratorium biologi harus mengajukan
kebutuhan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum nantinya dan
menyerahkan LKS paling lambat 2 hari sebelum jadwal praktikum siswa yang
telah ditentukan, sehingga saat kegiatan praktikum laboran dapat menyiapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan. Saat kegiatan praktikum, laboran tidak mendampingi
guru. Laboran hanya menyiapkan kebutuhan guru, dan membereskan peralatan
yang telah selesai digunakan.
Setelah kegiatan praktikum laboran mengecek apakan ada alat atau bahan
yang habis di pakai, karena sebagian besar alat dan bahan di laboratorium biologi
ini bersifat habis pakai. Dilaboratorium SMP Negeri 1 Maumere belum memiliki
kartu riwayat perawatan alat-alat praktikum, namun setiap selesai kegiatan
praktikum laboran selalu mengecek dan melakukan perawatan terhadap alat-alat
praktikum.
Semua alat dan bahan yang ada di laboratorium biologi ini di beri lebel,
yang meliputi, nama, jenis, bahan, kode, tanggal pembelian. Selain itu
penempatan bahan di pisahkan antara yang berbahaya dan yang tidak berbahaya.
Sedangkan untuk peralatan praktikum di pisahkan sesuai dengan jenisnya.
Sebelum dan sesudah digunakan, alat praktikum selalu diperiksa catatan
pemeliharaan alat, namun pada dasarnya pemeliharaan rutin mencakup
pembersihan, dan keamanan penggunaan, seperti kemungkinan adanya kebocoran
arus listrik, dan selain itu perlu memeriksa apakan alat berfungsi atau tidak.
Setelah kegiatan praktikum selesai, laboran memeriksa atau mengecek alat dan
bahan yang telah digunakan melalui daftar inventaris alat dan daftar inventaris
bahan. Alat dan bahan yang telah digunakan, biasanya ada yang mengalami
penyusutan. Alat dan bahan yang mengalami penyusutan tersebut merupakan alat
dan bahan yang habis pakai, alat dan bahan yang habis pakai di catat dalam form
daftar usulan alat dan form daftar usulan bahan.
Alat atau bahan yang telah habis dipakai ini nantinya akan dicatat dan
kemudian dimasukkan kedalam daftar rencana pengadaan alat dan bahan
laboratorium, sehingga untuk kegiatan praktikum selanjutnya alat dan bahan
tersebut tersedia. Kepala laboratorium biologi yang dibantu oleh laboran membuat
rencana pengadaan alat dan bahan laboratorium.
Laboratorium biologi di SMP Negeri 1 Maumere tidak memiliki tenaga
teknisi laboratorium yang berijasah S.Si atau yang memiliki sertifikat khusus
sebagai teknisi laboratorium. Semua kegiatan laboratorium biologi tidak
mengalami masalah
serius, karena semua pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh teknisi di
kerjakan oleh laboran. Sehingga kegiatan mengkalibrasi alat-alat di laboratorium
yang menjadi tugas seorang teknisi laboratorium dikerjakan oleh laboran. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Dickey, J. L. (2000). Penelitian ini menggunakan
metode workshop participants, ia menegaskan bahwa seorang instruktur
laboratorium, baik laboran maupun asisten memiliki peran yang penting dalam
pelaksanaan kegiatan di laboratorium.
Karakteristik Aktivitas Laboratorium Biologi
Ada tiga bagian aktivitas laboratorium biologi yakni persiapan,
pelaksanaan dan pemantauan, dan evaluasi serta pelaporan kegiatan laboratorium.
Ativitas persiapan meliputi koordinasi dengan guru biologi, penyusunan jadwal,
teknis perhitungan perbedaan jumlah antara alat dan bahan yang tersedia, dan
persiapan administrasi laboratorium. Aktivitas pelaksanaan dan pemantauan
meliputi kegiatan mulai dari persiapan dan selama masa praktikum berlangsung
dalam satu semester harus dipantau secara peroidik dan tak terduga untuk
memastikan bahwa pelaksanaan praktikum sesuai dengan rencana dan mencarikan
pemecahan masalah jika ditemui dalam pelaksanaan tersebut. Dan yang terakhir
evaluasi serta pelaporan kegiatan, hasil evaluasi dibahas bersama dengan guru
pembimbing praktikum, teknisi, dan laboran kemudian dilaporkan kepada kepada
atasan. Pelaporannya berupa pemperdayaan laboratorium oleh guru mata pelajaran
yang melaksanakan praktikum, jadwal praktikum, daftar inventaris alat dan bahan
dan daftar alat yang rusak.
Penelitian yang dilakukan oleh Hofstein Avi (2004), peneliti meneliti
pekerjaan laboratorium. Pelitian ini difokuskan pada berbagai masalah
laboratorium sebagai lingkungan belajar yang unik. Penelitian ini terutama
dilakukan di Departemen Ilmu Pengajaran, Weizmann Institute of Science, dalam
konteks kimia pengembangan kurikulum, implementasi dan evaluasi. Tinjauan
dari studi penelitiannya dan publikasi terkait diselenggarakan di bawah isu-isu
utama sebagai berikut: (1) Laboratorium kimia: Sebuah modus unik pembelajaran,
pengajaran, dan penilaian. (2). Menilai kinerja siswa dan prestasi menggunakan
modus yang berbeda dari presentasi di laboratorium kimia. (3) Sikap dan minat
siswa dalam pekerjaan laboratorium kimia di sekolah. (4) persepsi siswa terhadap
laboratorium sebagai kelas lingkungan belajar. Dalam penelitian ini peneliti
menempatankan laboratorium di dalam ruang kelas, hal ini di harapkan untuk
mempengaruhi guru agar dapat meningkatkan pemahaman terhadap mereka
tentang bagaimana ilmu pengetahuan terbaik diajarkan, selain itu miminimalkan
waktu yang terbuang untuk mempersiapkan siswa serta alat dan bahan yang
dibutuhkan.
Aktifitas pengelola dalam memantau keadaan laboratorium adalah
memantau kondisi dan keamanan bangunan laboratorium yang meliputi keadaan
fisik bangunan dan kondisi ruangan, jaringan listrik, jaringan air, dan jaringan gas,
serta alat pemadam kebakaran. Keadaan fisik bangunan laboratorium meliputi
atap, ventilasi, jendela dan pintu darurat laboratorium. Hal-hal seperti ini perlu
diperiksa fungsinya karena kondisi fisik tersebut secara langsung mempengaruhi
kondisi ruangan seperti temperature, kelembaban, dan penyinaran. Setiap akhir
semester selalu dilakukan evaluasi yang meliputi melihat kinerja laboratorium
apakah sudah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing
dalam upaya pencapaian tujuan kegiatan laboratorium, dan melihat pencapaian
kinerja program laboratorium untuk melihat keberhasilan program yang
dilaksanakan.

Pengelolaan keselamatan kerja di dalam laboratorium.


Faktor keselaman kerja di dalam laboratorium tidak bisa dianggap remeh
karena laboratorium dapat menimbulkan kecelakaan yang fatal apabila tidak
mengetahui prosedur keselamatannya. Oleh karena itu disusun tata tertib
laboratorium dan petunjuk keselamatan praktikum yang di dalamnya berisi
tentang peringatan, petunjuk dan larangan. Selain itu diupayakan tersedianya alat
pemadam kebakaran dan kotak P3K. Namun ada saat praktikum siswa di SMP
Negeri 1 Maumere belum mengenakan jas praktikum, sehingga kemungkinan
siswa terkena bahan kimia yang berbahaya sangat besar. Untuk itu dibutuhkan
pengadaan jas praktikum bagi para siswa.
Keselamatan kerja di dalam laboratorium merupakan tanggungjawab
bersama antara guru, pengelola dan siswa. Guru dan pengelola bertanggungjawab
untuk membuat petunjuk keselamatan praktikum dan membuat peraturan agar
selama bekerja di laboratorium tercipta keamanan dan kenyamanan. Siswa
mempunyai tanggungjawab untuk memahami aturan yang ada sehingga
kecelakaan kerja di dalam laboratorium dapat diminimalisir.
Berbagai jenis kecelakaan dapat terjadi di laboratorium biologi menurut
Kertiasa (2006) diantaranya adalah : 1) terluka, disebabkan terkena pecahan kaca
dan/atau tertusuk oleh benda-benda tajam lain, 2) terbakar, disebabkan tersentuh
api atau oleh bahan kimia tertentu seperti fosfor, 3) terkena racun (keracunan).
Keracuanan ini terjadi karena bekerja menggunakan zat kimia beracun yang
secara tidak sengaja dan/atau kecerobohan masuk ke dalam tubuh, 4) terkena zat
korosif seperti berbagai jenis asam, misalnya asam sulfat pekat, asam format atau
berbagai jenis basa seperti natrium hidroksida, kalium hidroksida dan larutan
ammonia dalam air, 5) terkena kejutan listrik pada waktu menggunakan listrik
bertegangan tinggi.
Kecelakaan di laboratorium dapat dihindari dengan bekerja secara disiplin,
memperhatikan dan mewaspadai hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya atau
kecelakaan dan mempelajari serta menuruti aturan-aturan yang dibuat untuk
menghindari atau mengurangi kecelakaan. Pengelola laboratorium perlu
merumuskan beberapa peraturan yang harus ditaati oleh pengguna laboratorium
untuk menciptakan keselamatan kerja dalam laboratorium. Untuk merumuskan
tata tertib ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan yaitu perumusan petunjuk,
peringatan dan larangan.

SIMPULAN
Organisasi laboratorium biologi di SMP Negeri 1 Maumere belum sesuai
dengan kebutuhan laboratorium biologi. Kemampuan pengelola sesuai dengan
jurusan kecuali laboran yang memiliki latar belakang dari pendidikan fisika dan
memiliki pengalaman di bidangnya.
Sarana dan prasarana berupa alat/sarana laboratorium biologi SMP Negeri
1 Maumere belum memenuhi standar sarana prasarana yang wajib dimiliki sesuai
Permendiknas No. 24 tahun 2007. Masih terdapat alat-alat praktikum yang rusak
dan belum diperbarui.
Setiap pengelola memiliki uraian tugasnya masing-masing yang harus
dikerjakan. Administrasi laboratorium yang seharusnya dikerjakan oleh kepala
laboratorium, dikerjakan sepenuhnya oleh laboran. Laboran tidak ikut serta
mendampingi siswa saat kegiatan praktikum. Belum memiliki tenaga teknisi
laboran yang khusus dalam bidangnya.
Aktivitas laboratorium biologi meliputi persiapan, pelaksanaan dan
pemantauan, dan evaluasi serta pelaporan kegiatan laboratorium. Pengadaan jas
Laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Avi Hofstein2004. “The Laboratory in Chemistry Education: Thirty years of


Experience with Developments, Implementation, and Research”.
Laboratory and Practical Work. Volume 5 Nomer 3: 247-264
Bajovic, Rizzo and Joe Engemann. 2009. “Character Education Re-conceptualized
for Practical Implementacion”. Canadian Journal of Educational
Administration and Policy. Issue #92: 1-23.
Dickey, J. L., dkk. 2000. Effective methods of training biology laboratory
teaching assistants II: Preparing TAs to be effective in the laboratory.
Halaman 295-309, dalamTesisstudies for laboratory teaching, Volume 22:
295-309.
Djukri, 2007.Hand out “Pengembangan Laboratorium IPA”. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Harsono. 2008. Mmodel-model Pengelolaan Perguruan Tinggi (Perspektif
Sosiologis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hendro Kusumo. 2009. Bagaimana Bekerja di Laboratorium. Klaten.Intan
Pariwara.
Jack Tessier. 2010. “An Inquiry-Based Biology Laboratory Improves Preservice
Elementary Teachers’ Attitudes About Science”. Journal of Collage
Science Teaching. Delhi. 84-90.
Jascha Silbermann. 2010. Information Management in the Molecular Biology
Lab: Wiki and LIMS. Berlin.
Kadarohman Asep, (2007). Manajemen Laboratorium IPA. Jakatra: Departemen
Agama Republik Indonesia.
Miles, Matthew B and Huberman, A. Michael. 1992. Qualitative Data Analysis.
Sage Publication. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rosidi.Tahun 2009.
Jakarta: Universitas Indonesia Perss.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Peneitian Kualitatif. Bandung: Rosda.
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R & D.
Surakarta. Fairuz Media.
Wildan, Yatim, 2007. Kamus Biologi. Jakarta: Yayasan Obor.

You might also like