You are on page 1of 20

MAKALAH

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN SASTRA SD KELAS RENDAH

“PEMBELAJARAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN”

Disusun Oleh:

Gusta Rahadi

DOSEN PENGAMPU:
Refril Dani M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.
Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran
pembaca akan penulisterima dengan senang hati demi perbaikan naskah
penelitian lebih lanjut. Tulisan ini dapat diselesaikan berkat adanya bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada
dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia Bapak adi Saputra , M.Pd
yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan makalah
ini. Akhimya, semoga tulisan yang jauh dari sempuma ini ada manfaatnya.

Muara Bungo, 01April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN.............................................................................3
A. Hakikat Pembelajaran Membaca dan Menulis Pemula......................4
B. Tujuan Pembelajaran Membaca dan Menulis Pemula.......................6
C. Langkah-Langkah Pembelajaran Membaca dan Menulis Pemula.....7
D. Metode Pembelajaran Membaca dan Menulis Pemula....................14
BAB III. PENUTUP...................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................15
B. Saran.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membaca dan menulis permulaan (MMP) merupakan kegiatan
belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis
permulaan di kelas-kelas awal bagi anak-anak yang baru memasuki bangku
sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku sekolah di kelas I MI/SD,
MMP merupakan menu utama. Masa transisi dari TK atau dari lingkungan
rumahan (tidak mengalami masa di TK) ke dunia sekolah adalah pengalaman
pertama bagi anak-anak. Hal dasar yang diajarkan kepada anak pada awal-
awal masa persekolahan itu adalah kemampuan membaca dan menulis.
Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan
bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah (Rukiati dan Sumayana, 2014:72).
Adapun pendapat lain mengatakan bahwa tahun pertama di sekolah
dasar berbeda dengan tahun-tahun lainnya dari berbagai aspek. Perbedaan
yang paling terlihat dalam hal perolehan bahasa adalah bahwa pada tingkat
kelas awal, anakanak memperoleh kemampuan membaca dan menulis dasar.
Faktor yang paling menonjol yang mempengaruhi proses kegiatan belajar
mengajar adalah karakteristik guru dan siswa. Kemampuan menulis
merupakan kegiatan yang lebih dari aktivitas kinestetik serta tingkat aktivitas
kognitifnya lebih rumit dan lebih tinggi yang harus dipertimbangkan
bersamaan dengan kemampuan membaca.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Hakikat Pembelajaran membaca dan menulis pemula?
2. Apa tujuan Pembelajaran membaca dan menulis pemula?
3. Apa saja Langkah-langkah Pembelajaran membaca dan menulis pemula?
4. Apa saja Metode Pembelajaran membaca dan menulis pemula?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk Hakikat Pembelajaran membaca dan menulis pemula.
2. Untuk Tujuan Pembelajaran membaca dan menulis pemula.
3. Untuk Langkah-langkah Pembelajaran membaca dan menulis pemula.
4. Untuk Metode Pembelajaran membaca dan menulis pemula

2
BAB I
PEMBAHASA
N

A. Hakikat Pembelajaran membaca dan menulis pemula

Membaca , menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang


diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-
kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal
anak memasuki bangku di kelas 1 sekolah dasar, Membaca dan menulis
permulaan merupakan menu utama.

Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan


membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak
dapat mengubah dan melafalkan lambing-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi
bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan
lambing-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap
lambing bunyi-bunyi tersebut.

Kemudian kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan


kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran
menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak
dilatih untuk dapat menuliskan ( mirip dengan kemampuan melukis atau
menggambar) lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah
struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna . selanjutnya dengan
kemampuan dasar ini, secara perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuan
menuangkan gagasan, pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui
lambing-lambang tulis yang sudah dikuasainya. Inilah kemampuan menulis yang
sesungguhnya.

Membaca permulaan (Depdikbud, 1991) termasuk jenis-jenis pengajaran


membaca dan menulis. Sedangkan menurut (Tarigan,1979) membaca permulaan
adalah mengasosiasikan lambang tulisan sebagai proses mencocokkan huruf atau
3
melafalkan yang ditempuh sebagai langkah yang pertama.

4
Berdasarkan dari beberapa pengertian tentang kemampuan, membaca, dan
membaca permulaan maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
kemampuan membaca permulaan adalah kecakapan atau kesanggupan siswa
dalam mengasosiasikan lambang tulisan sebagai proses untuk mencocokkan huruf
serta melafalkan dengan tepat sebagai langkah awal dalam pembelajaran
membaca

B. Tujuan Pembelajaran membaca dan menulis pemula


tujuan pembelajaran membaca dan menulis permulaan agar peserta didik
mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis dengan
intonasi yang wajar, peserta didik dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana
dengan lancar dan tepat dalam waktu yang relatif singkat. Senada dengan
pendapat di atas, Menurut Soejono (Lestary, 2004: 12),
tujuan mengajarkan membaca permulaan pada anak adalah:
(a) Mengenalkan anak pada huruf – huruf dalam abjad sebagai tanda suara
atau tanda bunyi,
(b) Melatih keterampilan anak dalam mengubah bentuk huruf menjadi
bentuk suara,
(c) Pengetahuan huruf –huruf dalam abjad dan ketrampilan menyuarakan
wajib untuk dapat dipraktikkan dalam waktu singkat ketika anak belajar
membaca lanjut. Menulis permulaan adalah adalah cara merealisasikan
symbol-simbol bunyi menjadi huruf yang dapat dikenal secara kongkrit
sesuai dengan tata cara menulis yang baik.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terkini yang digunakan di
sekolah- sekolah sebagai pengganti atas kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum
2006. Penyempurnaan kurikulum ini mengacu pada Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 58
Tahun 2014 terkait perubahan standar nasional pendidikan. Standar-standar
dimaksud berkenaan dengan standar isi, proses, standar kompetensi lulusan, dan
standar penilaian, serta penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum yang
ditentukan oleh BNSP.
5
Seperti dijelaskan dalam Kurikulum 2013 bahwa kompetensi inti setiap
mata pelajaran pada pendidikan dasar dan menengah, ada empat yaitu: kom-
petensi sikap spritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan. Kompetensi tersebut diajarkan secara terintegrasi pada
setiap materi dan mata pelajaran. Demikian pula pada pelajaran Pelajar- an
Bahasa dan Sastra Indonesia.
Upaya penyempurnaan kurikulum dimaksudkan untuk mewujudkan pe-
ningkatan mutu dan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat yang
harus dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manu- sia
Indonesia seutuhnya. Dimensi-dimensi dimaksud meliputi aspek-aspek moral,
akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni, dan budaya.
Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan
pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi
peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaikan diri, dan berhasil dalam
kehidupannya.
Kurikulum tersebut dikembangkan secara lebih lanjut sesuai dengan ke-
butuhan dan keadaan masing-masing sekolah setempat. Kompetensi inti dan
kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia hendaknya memadai dan
efektif sebagai alat berkomunikasi, berinteraksi sosial, media pengembangan ilmu,
dan alat pemersatu bangsa. Daerah atau sekolah-sekolah diberi kesempatan untuk
menjabarkan kompetensi itu sesuai dengan kebutuhan dan kea- daan masing-
masing secara kontekstual. Kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia,
khususnya aspek membaca, untuk SD dan MI diadaptasi dari standar kompetensi
kurikulum se- belumnya adalah sebagai berikut: “Membaca huruf, suku kata, kata,
kalimat, paragraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman,
ka- mus, ensiklopedia, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiat-
an membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita
binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak.

6
Kompetensi membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya baca.
Kompetensi aspek membaca di kelas rendah sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah
ialah siswa mampu membaca dan memahami teks pendek dengan cara membaca
lancar (bersuara) dan membaca nyaring beberapa kalimat se- derhana. Kompetensi
ini diturunkan ke dalam empat buah kompetensi dasar, yakni:
1) membiasakan sikap membaca yang benar,
2) membaca nyaring,
3) membaca bersuara (lancar),
4) membacakan penggalan cerita. Untuk kompetensi menulis di kelas
rendah, kurikulum sebelumnya dia- daptasi pada Kurikulum 2013 menetapkan
kompetensi sebagai berikut: Siswa mampu menulis beberapa kalimat yang dibuat
sendiri dengan huruf lepas dan huruf sambung, menulis kalimat yang diiktekan
guru, dan menulis rapi meng- gunakan huruf sambung.
Standar kompetensi ini diturunkan ke dalam tujuh buah kompetensi
dasar, yakni: 1) membiasakan sikap menulis yang benar (memegang dan
menggunakan alat tulis), 2) menjiplak dan menebalkan, 3) menyalin, 4) menulis
permulaan, 5) menulis beberapa kalimat dengan huruf sambung, 6) menulis
kalimat yang didiktekan guru, dan 7) menulis dengan huruf sambung. Kedua
kompetensi tersebut yakni membaca dan menulis diajarkan secara terpadu dengan
kompetensi menyimak dan berbicara yang dilingkupi tema dan sub tema dalam
setiap pembelajaran dengan memadukan berbagai mata pelajaran.
Adapun langkah-langkah menulis permulaan dapat dibagi menjadi dua
yakni sebagai berikut;
(a) pengenalan huruf (pengenalan huru dilakukan bersamaan dengan
kegiatan membaca permulaan. Penekanan pembelajaran diarahkan
pengenalan bentuk tulisan serta pelafalan dengan benar,
(b) latihan ( dalam membaca menulis permulaan, latihan dapat dimulai dari
yang mudah ke yang sukar.

7
C. Langkah-langkah Pembelajaran membaca dan menulis pemula

Menurut Solchan, dkk (2010:6.24) langkah-langkah pembelajaran


Membaca Menulis Permulaan (MMP) dibagi menjadi dua yaitu:

Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan (MMP) tanpa buku dan Pembelajaran


Membaca Menulis Permulaan (MMP) dengan menggunakan buku.

Langkah-langkah pembelajaran Membaca Menulis Permulaan (MMP) tanpa buku:

1. Menunjukkan gambar;

2. Menceritakan gambar;

3. Siswa diminta bercerita dengan bahasa sendiri;

4. Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf (tulisan) melalui bantuan gambar;

5. Membaca tulisan bergambar;

6. Membaca tulisan tanpa gambar; dan

7. Memperkenalkan huruf suku kata dengan bantuan kartu.

Langkah-langkah pembelajaran Membaca Menulis Permulaan (MMP)


menggunakan buku:

1. Siswa diberi buku yang sama dan diberikan kesempatan untuk melihat-
lihat isi buku tersebut;

2. Siswa diberi penjelasan singkat mengenai buku tesebut: tentang warna,


jilid, tulisan/judul luar dan seagainya;

3. Siswa diberikan penjelasan dan petunjuk tentang bagaimana cara


membuka halaman-halaman buku agar buku tetap terpelihara dan tidak
cepat rusak;

4. Siswa diberi penjelasan mengenai fungsi dan kegunaan angka-angka yang


menunjukkan halaman buku;

7
5. Siswa diajak memusatkan perhatian terhadap suatu teks/bacaan yang
terdapat pada halaman tertentu;

6. Jika bacaan itu disertai gambar, sebaiknya guru terlebih dahulu bercerita
tentang gambar tersebut; dan

7. Selanjutnya, barulah pelajaran dimulai.

D. Metode Pembelajaran membaca dan menulis pemula

Menurut (Mackey dalam Subana, 20), metode pembelajaran di kelas


rendah akan diuraikan sebagai berikut :

1. Metode Eja

Pembelajaran MMP dengan metode eja memulai pengajarannya dengan


memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihapalkan
dan dilafalkan murid sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A a,
B b, C c, D d, E e, F f, dan seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan
seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan →latihan menulis lambing tulisan, seperti
a, b, c, d, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai, a, b, c, d, dan seterusnya.
Setelah melalui tahapan ini, para murid diajarkan untuk perkenalan dengan suku
kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.

Misalnya :

b, a → ba (dibaca be. a → ba )

d, u → du ( dibaca de, u → du )

ba-du dilafalkan Badu

b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu )

k, u → ku (dibaca ka, u → ku )ontoh, ambillah kata’’

8
Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah murid-murid dapat
menulis huruf-huruf lepas, kemudian dilanjuutkan dengan belajar menulis rangkai
huruf yang berupa suku kata. Sebagai contoh, ambillah kata” badu”tadi.
Selanjutnya, murid diminta menulis seperti : ba - du → badu.

Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat


sederhana. Contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata,
dan kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral,
pendekatan kumunikatif, dan pendekatan pengalaman berbahasa. Artinya,
pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal
yang konkrit menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang mudah, akrab,
familiar, dengan kehiduipan murid menuju hal-hal yang sulit dan mungkin
meruipakan sesuatu yang baru bagi murid.

Kelemahan yang mendasar dari penggunaan metode eja ini meskipun


murid mengenal dan hafal abjad dengan baik, namun murid tetap mengalami
kesulitan dalam mengenal rangkaian huruf yang berupa suku kata atau kata.

2. Metode Bunyi

Metode bunyi merupakan bagian dari metode eja, hanya saja dalam
pelaksanaannya metode bunyi melalui proses latihan dan tubian.

Contoh metode

bunyi: huruf/b/ dilafalkan [eb]/d/ dilafalkan [ed] /e/ dilafalkan [e] dilafalkan

dengan e pepet seperti pelafalan /g/ dilafalkan [eg] pada kata benar, keras,

pedas, lemah /p/ dilafalkan [ep]. Dengan demikian. kata „nani dieja

menjadi:

/en-a/ [na]/en-i/ [ni] dibaca [na-ni].

3. Metode Suku Kata


9
Metode suku kata biasa juga disebut dengan metode silabel. Proses

10
pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku
kata,seperti:

/ba, bi, bu, be, bo/;

/ca, ci, cu, ce, co/;

/da, di, du, de, do/;

/ka, ki, ku, ke, ko/, dan seterusnya.

Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata


bermakna.Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai

variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar

MMP. Kata-kata dimaksud, misalnya:

ba – ju cu – ci da – kika – ki

bi – ru ca – ci da – ra ku – ku

bi – bi ci – ci da – du ka – ku

ba – ca ka – ca du – ka ku – da

Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi

kelompok kata atau kalimat sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi

kalimat dimaksud, seperti tampak pada contoh di bawah ini.

ka-ki ku-da

ba-ca bu-ku

cu–ci ka–ki (dan sebagainya).

Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kelompok kata
atau kalimat sederhana, kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau

11
penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan-satuan bahasa terkecil di

bawahnya, yakni dari kalimat ke dalam kata-kata dan dari kata ke suku-suku

kata. Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan

mengupas, kemudian melahirkan istilah lain untuk metode ini, yakni metode

rangkai-kupas.

Jika disimpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMP dengan metode

suku kata adalah:

1. Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata;

2. Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata;

3. Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kelompok kata atau

kalimat sederhana;

4. Tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan.

4. Metode Kata

Proses pembelajaran MMP seperti yang digambarkan dalam


langkahlangkah di atas dapat pula dimodifikasi dengan mengubah objek
pengenalan awalnya. Sebagai contoh, proses pembelajaran MMP diawali dengan
penge- nalan sebuah kata tertentu. Kata ini, kemudian dijadikan lembaga sebagai
dasar untuk pengenalan suku kata dan huruf. Artinya, kata dimaksud diuraikan
menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf.

5. Metode Global

Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai “metode


kalimat”.Dikatakan demikian, karena alur proses pembelajaran MMP yang
diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat
secara global.

12
Untuk membantu pengenalan kalimat dimaksud, biasanya digunakan gambar.

Di bawah gambar dimaksud, dituliskan sebuah kalimat yang kira-kira


merujuk pada makna gambar tersebut. Sebagai contoh, jika kalimat yang
diperkenal- kan berbunyi “ini gita”, maka gambar yang cocok untuk menyertai
kalimat itu adalah gambar seorang anak perempuan.

Selanjutnya, setelah anak diperkenalkan dengan beberapa kalimat,barulah


proses pembelajaran MMP dimulai. Mula-mula, guru mengambil salahsatu
kalimat dari beberapa kalimat yang diperkenalkan di awal pembelajaran.Kalimat
tersebut dijadikan dasar/alat untuk pembelajaran MMP. Melalui proses
diglobalisasi (proses penguraian kalimat menjadi satuan-satuan yang lebih kecil,
yakni menjadi kata, suku kata, dan huruf), selanjutnya anak menjalani proses
belajar MMP. Proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata,
suku kata menjadi huruf- huruf, tidak disertai dengan proses sintesis(perangkaian
kembali). Artinya, huruf- huruf yang telah terurai itu tidak dikem- balikan lagi
pada satuan di atasnya, yakni suku kata. Demikian juga dengansuku-suku kata,
tidak dirangkaikan lagi menjadi kata; kata-kata menjadikalimat. Sebagai contoh,
materi untuk MMP yang menggunakan metode global.

1. Memperkenalkan gambar dan kalimat.

Ini mama

Ini baso

2. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata;
sukukata menjadi huruf-huruf.

ini buku

ini buku

i-ni bu-ku

i-n-i b-u-k-u

13
6. Metode SAS

Struktural analitik sintetik atau yang biasa disingkat dengan SAS merupa
kan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca dan
menulis permulaan. Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali
pelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh.
Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni
struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep
“kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih baik jika struktur kalimat yang
disajikan sebagai bahan pembelajaran MMP dengan metode ini adalah struktur
kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pebelajar itu sendiri. Untuk itu,
sebelum pembelajaran MMP dimulai, guru dapat melakukan prapembelajaran
melalui berbagai cara. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan rangsang
gambar, benda nyata, tanya jawab informal untuk menggali kemampuan si
pelajar.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Membaca menulis permulaan atau MPP adalah program pembelajaran

utama bagi peserta didik di masa awal bersekolah. Disebut permulaan karena

hal pertama yang diajarkan kepada peserta didik pada awal-awal masa perse-

kolahan itu adalah kemampuan membaca dan menulis yang lebih diorientasi-

kan pada kemampuan membaca dan menulis tingkat dasar, yakni

kemampuan mengenal huruf dan kemampuan menulis mekanik. Kedua

kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan bidang ilmu

lain di sekolah. Kemampuan mengenal huruf ini selanjutnya dibina dan

ditingkatkan me- nuju pemilikan kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni

kemampuan mema- hami wacana adalah kemampuan membaca yang

sesungguhnya, yakni kemampuan mengubah lambang-lambang tulis menjadi

bunyi-bunyi bermakna disertai pemahaman akan lambang-lambang tersebut.

Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan

membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis

lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik.

B. Saran

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini

termasuk jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakater.

Bandung: Refika Aditama, 2012.

Akhadiah, S. Pembinaan Kemampuan Menulis. Jakarta: Erlangga, 1999.

Hernowo. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar dengan


Menggunakan Pendekatan Kontekstual. Bandung: MLC, 2005.

Lie, Anita. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative

Learning diRuang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo, 2004.

Kemendikbud. Pembelajaran Membaca dan Menulis di Kelas Rendah (Modul


Bahasa Indonesia 5). Jakarta: BPSDMPK dan PMP, 2012.

Mulyati, Yeti. “Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan”. Bandung:UPI


Diakses 16 Januari 2014.

Rahim, Farida. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar.


Jakarta: Bumi Aksara,2007.

Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Suyatno, Teknik. Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya:


Surabaya Intelektual Club, 2004.

16

You might also like