You are on page 1of 1

Nama : Ahmad Arinal Haq

NIM :22/503513/SA/21806
Cahaya Kebangkitan di Dunia Sastra Arab

Puing-puing bangunan yang hancur karena luapan emosi orang-orang yang selama ini
bungkam telah memberi suntikan semangat terhadap masyarakat di belahan dunia lain. Tragedi-
tragedi yang menewaskan banyak manusia ternyata memberi efek positif untuk bangkit dari
keterpurukan. Terkadang di sebuah lingkungan yang penuh keburukan, ternyata ada sinar cahaya
yang menerangi jalan kebangkitan.
Awal mula kebangkitan sastra arab memiliki banyak faktor, salah satunya efek dari
perang salib. Memang benar perang salib dari sisi orang-orang eropa membawa misi untuk
menyebarkan agama mereka. Akan tetapi di sisi lain efek positifnya mereka juga membawa ilmu
pengetahuan, kebudayaan dan Bahasa mereka. Hal ini mendorong para pendeta yang memiliki
pengetahuan-pengetahuan menerjemahkan karya-karya latin ke dalam Bahasa arab.
Pendeta-pendeta ini (yang mayoritas berasal dari Italia) mempengaruhi negara-negara
daerah Levantine seperti Lebanon, Syria, Irak dan lain-lain. Sehingga beberapa negara ini
memiliki campuran budaya dan pengetahuan yang bermaca-macam. Situasi ini berbeda dengan
mesir sehingga Muhammad Ali Pasha mengandalkan negara-negara Levantine untuk rusan
terjemahan ketika ia mendirikan sekolah modern di Mesir.
Kali ini, beralih ke Mesir, kebangkitan sastra arab juga dipengaruhi efek dari revolusi
Prancis, yaitu datangnya Napoleon Bonaparte. Setelah menaklukkan Mesir, Napoleon membawa
sekolompok ilmuwan untuk mempelajari kehidupan Mesir. Mereka juga mendirikan sekolah
untuk sarana pendidikan anak-anak Prancis. Pengaruh Prancis tetap ada ketika masa Muhammad
Ali Pasha yang berhasil mengusir Prancis dari Mesir. Muhammad Ali menghubungkan Mesir
dengan dunia Barat.
Kebangkitan sastra mulai benar-benar terlihat ketika munculnya pers. Surat kabar
pertama yang terbit adalah Egypt Post dan Egypt Ashour. Di dalam surat kabar tersebut juga ada
karya ilmiah dan sastra. Pengaruh pers ini berdampak pada Bahasa dari segi ekspresi dan gaya.
Hilanya gaya-gaya lama dengan muncul gaya-gaya Bahasa baru yang lebih dekat dengan
masyarakat.
Pada masa ini, sebagian besar penulis mulai tidak tertarik dengan aturan sintaksis dan
gramatika. Sehingga dalam berbagai karya termasuk terjemahan mereka lebih banyak
menggunakan Bahasa-bahasa sehari-hari daripada bahasa klasik atau baku. Hal ini terjadi oleh
para penulis yang terpengaruh oleh gaya sastra barat, terutama merak yang tidak banyak
mendalami bahasa Arab.

You might also like