Professional Documents
Culture Documents
1664-SP-DPW-Pengantar Panduan Teknis Aksi Nasional
1664-SP-DPW-Pengantar Panduan Teknis Aksi Nasional
AKSI NASIONAL
STOP RUU KESEHATAN (OMNIBUS LAW)
1
DAFTAR ISI
NAMA AKSI 3
DASAR HUKUM 3
BENTUK AKSI 3
TUJUAN AKSI 3
PESERTA AKSI 3
TUNTUTAN AKSI 4
TANGGAL AKSI 4
LOKASI AKSI 4
PERSIAPAN AKSI 4
ATRIBUT AKSI 5
2
NAMA AKSI
AKSI NASIONAL STOP RUU KESEHATAN (OMNIBUS LAW): SELAMATKAN MASA DEPAN
KESEHATAN BANGSA
DASAR HUKUM
1. Pasl 28E UUD 1945
BENTUK AKSI
1. Penyampaian Pendapat di Muka Umum
2. Aksi simpatik : bakti sosial, pemberian pesan damai dalam bentuk tangakain bunga, dll
3. Berhenti Pelayanan (Non-Emergency/ Non-Life Saving) Profesi Kesehatan dalam waktu tertentu
TUJUAN AKSI
1. Penolakan pembahasan RUU Kesehatan (omnibus law) yang mengancam hak berdemokrasi,
hak sehat rakyat, hak kesejahteraan dan perlindungan profesi kesehatan;
2. Bentuk protes kepada sikap pemerintah dan DPR yang memaksakan pembahasan RUU
Kesehatan (omnibus law) yang kental kepentingan kapitalis di sektor kesehatan, mengorbankan
hak rakyat, dan mengorbankan hak profesi kesehatan;
3. Bentuk protes kepada sikap pemerintah yang membungkam suara-suara kritis terhadap
kebijakan dan memberhentikan salah satu Guru Besar (Prof Dr.Zaenal Muttaqin, Sp.BS(K))
melalui Direktur RSUP Kariadi Semarang;
4. Menyadarkan semua pihak bahwa masa depan kesehatan jangan dipolitisir dan diserahkan
kepada pengelolaan asing.
PESERTA AKSI
1. Peserta aksi adalah seluruh anggota organisasi profesi kesehatan yang tidak sedang bertugas di :
• ICU/ICCU/NICU/PICU
• Ruang Operasi
• Ruang Persalinan
• Lokasi bencana
2. Seluruh komponen bangsa yang peduli masa depan kesehatan seluruh rakyat.
2. Aksi Simpatik di tempat pelayanan atau lokasi yang ditentukan Koordinator Daerah : seluruh
profesi kesehatan yang sedang bertugas maupun yang tidak bertugas.
3. Berhenti Pelayanan (Non-Emergency/ Non-Life Saving) Profesi Kesehatan dalam waktu tertentu:
seluruh profesi kesehatan yang sedang bertugas
3
TUNTUTAN AKSI
1. Stop Pembahasan RUU Kesehatan (Omnibus Law)
2. Jaga kedaulatan kesehatan rakyat dan bangsa dari oligarki/kapitalis, monopoli, dan liberalisasi.
3. Perlindungan dan kepastian hukum bagi Profesi Kesehatan dalam tataran implementasi
TANGGAL AKSI
1. Penyampaian Pendapat : 8 Mei 2023
LOKASI AKSI
• Penyampaian Pendapat : Long March Istana Negara dan Gedung DPR/MRP; Daerah (Depan
Gedung DPRD, Depan Kantor Kepala Daerah)
• Aksi SImpatik : di tempat praktik dan tempat kerja masing-masing, atau sesuai arahan Koordintor
Daerah.
• Berhenti Pelayanan (Non-Emergency/ Non-Life Saving) Profesi Kesehatan dalam waktu tertentu:
di tempat bertugas, di tempat tinggal masing-masing atau berkumpul sesuai arahan Koordinator
Daerah.
PERSIAPAN AKSI
• Pembentukan panitia Aksi Nasional dan Panitia Aksi Daerah
• Konferensi Pers tingkat pusat dan setiap daerah untuk menjelaskan tujuan aksi
• Tiba di lokasi aksi dipastikan peserta aksi berada di lokasi aksi yang ditentukan.
• Penyampaian orasi oleh orator yang telah ditentukan oleh Panitia Aksi.
• Perpindahan dari satu titik lokasi ke titik lokasi aksi selanjutnya ditentukan oleh Panitia Aksi
Nasional.
• Selama aksi mogok, dapat melakukan aktivitas di sekretariat atau kantor organisasi profesi, atau
melakukan aksi sosial kepada masyarakat;
4
• Dapat memberitahukan aksi nasional melalui sosia media dengan menginformasikan sebab dan
tujuan aksi agar masyarakat memahami ancaman di dalam RUU Kesehatan. Postingan sosial
media dengan menggunakan hastag #StopPembahasanRUUKesehatan
• Proses public hearing yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak menjalankan partisipasi
bermakna yang sebenarnya dan hanya formalitas belaka. Hal ini tergambar dari DIM yang
diajukan pemerintah tidak memuat apa yang disuarakan oleh organisasi profesi dan organisasi
kemasyarakatan yang telah memiliki kredibiltas dan kompetensi dalam memberi masukan, justru
pemerintah banyak mengakomodasi organisasi-organisasi yang tidak jelas bentukannya dan
sangat nyata proses disintegrasi profesi kesehatan yang diperlihatkan dalam proses public
hearing.
• Pembungkaman suara-suara kritis yang dilakukan secara formal oleh pemerintah khususnya
kementerian kesehatan telah melanggar hak konstitusional warga negara yang dilindungi oleh
UUD 1945. Pemberhentian seorang guru besar (Prof Dr.Zaenal Muttaqin, Sp.BS) merupakan bukti
nyata power abuse yang berdampak bagi hak-hak individu warga negara, serta yang terpenting
adalah terganggunya proses pendidikan kedokteran.
• Adanya kasus kekerasan yang terjadi di Lampung Barat dan beberapa daerah lain yang dialami
oleh tenaga medis maupun tenaga kesehatan lain memperlihatkan adanya keterlibatan organisasi
profesi setempat. Hal ini harus dipandang sebagai upaya organisasi profesi membantu pemerintah
dalam memberikan perlindungan bagi tenaga kesehatan. RUU Kesehatan sangat memperlihatkan
upaya pemerintah menghapus keberadaan organisasi profesi yang telah lama mengabdi bagi
negeri. DI saat pandemi bukti pengabdian ini sangatlah nyata, namun setelah pandemi ada upaya
untuk menghilangkan peran dan bahkan ada upaya disintegrasi yang dilakukan pemerintah
terhadap profesi kesehatan. Hal ini tentu tidak sejalan dengan PANCASILA yaitu Sila Persatuan
Indonesia.
ATRIBUT AKSI
• Bendera atau pataka organisasi
• Pita Hitam
• Spanduk yang bertuliskan : “Stop Pembahasan RUU Kesehatan: Tolak Liberalisasi dan
Kapitalisasi Kesehatan”; “Stop Pembahasan RUU Kesehatan: Ancaman Kriminalisasi Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan”; “Stop Pembahasan RUU Kesehatan: RUU Titipan Asing dan
Kapitalis”; “Stop Pembahasan RUU Kesehatan: Memecah Belah Profesi Kesehatan”; “Kami
Bersama Prof.Zaenal Muttaqin: Stop Pembungkaman Kritikan Terhadap RUU Kesehatan”;
“Turunkan Menteri Kesehatan Karena Tidak Mendengarkan Suara Profesi, Bahkan Mengadu
domba Profesi”, “Stop Pembahasan RUU Kesehatan: Jangan Korbankan Kesehatan Rakyat
Dengan Kepentingan Politik”
5
Aliansi Selamatkan Kesehatan Bangsa
(ASET BANGSA)
ST P
RUU KESEHATAN (OBL)
Catatan : pembuatan kaos aksi dikoordinir masing korlap OP di pusat mau daerah.
ST P
RUU KESEHATAN (OBL)
kepala daerah.
2. Peserta aksi dapat berkonsultasi dengan
3. Gugatan hukum. Gugatan hukum dapat Panitia Aksi untuk menghindarkan diri dari
dilayangkan oleh siapapun, baik itu pelanggaran hukum peraturan
perorangan atau oleh LSM.
perundang-undangan
7
PANITIA AKSI NASIONAL
PENANGGUNG JAWAB
PENGARAH
1. DR.Dr. Slamet Budiarto, SH, MH
2. Prof. Dr. Sukman Tulus Putra, Sp.A(K)
3. Dr. Safrizal, Rahman Sp.OT, M.Kes
4. Dr. Ulul Albab, Sp.OG
5. Drg. Gagah Daru Setiawan, MM
6. Drs. H. Oman Fathurohman, S.Pd., S.H
7. DR. Ade Jubaidah, S.SiT, MM, MKM
8. Apt Lilik Yusuf Indrajaya, SE, SSi, MBA
5. Apt. Dra.Tresnawati
4. Apt. Catleya
5. Apt. Nasrudin
6. Apt. Moh.Yamin