You are on page 1of 167

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ADMINISTRASI PUBLIK DI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU


SATU PINTU KABUPATEN PRINGSEWU DI ERA 4.0

PROPOSAL PENELITIAN

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Program Pascasarjana Guna Memperoleh Gelar Master Dalam
Ilmu Administrasi Publik Pada Universitas Terbuka.

Alamat: Jl. Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten, 15418

Disusun Oleh:
FARIDZ RAMADAN NIM. 530049139

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU SOSIAL (FHISIP)


PROGRAM PASCASARJANA ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS TERBUKA
2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdullillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala keberkahan nikmat

rizki, waktu luang dan ilmu yang bermafaat sehingga penulis dapat menyelesaikan

Proposal usulan penelitian yang berjudul “Implementasi Kebijakan Administrasi

Publik Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten

Pringsewu Di Era 4.0” ini dapat di ajukan kepada pembimbing, sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan jenjang Pendidikan pascasarjana.

Penulis juga menyampaikan banyak terima kasih kepada banyak pihak yang

telah banyak memberikan dukungan, waktu dan biaya dan segala hal yang tidak

dapat dituliskan, dan penulis berdoa semoga menjadi amal ibadah yang berguna

untuk dunia akhirat.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis membuka diri baik

berupa masukan saran dan kritik dari segala pihak demi kesempurnaan TAPM ini,

semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayat atas segala ikhtiar

yang dilakukan, Aamiin.

Pringsewu, Mei 2020.

FARIDZ RAMADAN

2
DAFTAR ISI

COVER ………………………………………………………………….. 1

KATA PENGANTAR …………………………………………………... 2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. 3

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….

A. LATAR BELAKANG ……………………………………… 4

B. PERUMUSAN MASALAH ………………………………... 13

C. TUJUAN PENELITIAN ……………………………………. 15

D. KEGUNAAN PENELITIAN ……………………………….. 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………... 16

A. KAJIAN TEORI ……………………………………………. 16

B. PENELITIAN TERDAHULU ……………………………… 145

C. KERANGKA BERPIKIT …………………………………... 153

D. OPERASIONALISASI KONSEP ………………………….. 154

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………….. 156

A. JENIS PENELITIAN ……………………………………….. 156

B. SUMBER INFORMASI ……………………………………. 160

C. INSTRUMEN PENELITIAN ………………………………. 161

D. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA …………………… 161

E. METODE ANALISIS DATA ………………………………. 163

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 166

3
BAB I
PENDAHULUAN.

A. LATAR BELAKANG.

Berkembangnya teknologi informasi saat ini sudah mencapai hingga di

era revolusi industri 4.0 hal itu ditekan pada cirinya yaitu pola digital pada

ekonomi, robotika, big data, intellence yang menjadi sebuah fenomena yang

disruptive innovations, sehingga banyak Lembaga atau organisasi menghadapi

tantangan yang kompleks.

Tuntutan tersebut menekankan untuk melakukan migrasi sistem yang

mana kebutuhan masyarakat dalam pelayanan menuntuk kecepatan efektif dan

efisien, sehingga jika permasalahan tersebut tidak segera di selesaikan akan

memicu permasalah ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan. Karena

masyarakat saat ini menuntut pemerintah dapat memberikan pelayanan yang

prima, namun pada faktanya tuntutan tersebut tidak berbanding lurus dengan

ketersediaan dan keterampilan sumber daya manusia yang ada.

Pelayanan prima saat ini menjadi fokus perhatian, dimana keterbukaan

informasi mendorong masyarakat lebih memahami apa yang menjadi hak dan

kewajibannya, sehingga tuntutan kepada pelayanan prima dibebankan kepada

organisasi publik, yaitu menuntuk peran birokrasi lebih baik dalam

memberikan pelayanan publik, yang saat ini kondisinya secara umum di

Indonesia masih jauh dari yang diharapkan.

4
Hal ini diharapakna pemerintah dapat melakukan terobosan dalam

melakukan inovasi sektor publik dalam melakukan pengembangan pelayanan

publik, inovasi sektor publik dalam dunia birokrasi adalah hal lama namun

terasa baru, jarena hingga saat ini tidak pernah optimal dalam implementasinya

dan ada perbedaan dalam implementasinya.

Di era 4.0 organisasi pelayanan publik menghadapi tantangan yang

mendorong ekpektasi akan keterbukaan, kecepatan, dan akurasi pelayanan

publik yang diberikan oleh pemerintah, selain itu tantangan lain yang lebih

besar lagi bagi pemerintah adalah kontrol terhadap komunitas sehingga

pemerintah tidak dapat mengcover semua informasi sehingga akan sulit dalam

mengambil keputusan.

Lahirnya beragam teknologi seperti bioteknologi, nanoteknologi,

robotik dan IT yang bisa menggantikan peran manusia (SDM). Tantangan lain

yang sangat nyata yaitu harus merubah semua sistem yang ada sekarang, atau

mengupdate sistem pelayanan ke (E-Government) kepada masyarakat.

Walaupun pada saat ini sudah ada beberapa instansi yang sudah mulai

mengikuti revolusi industri 4.0. Semakin bebasnya masyarakat mengakses

situs pemerintah akan membuka peluang terjadinya cybercrime yang dapat

merusak system TIK pada e-government Kurangnya interaksi atau komunikasi

antara (pemerintah) dengan masyarakat Kelemahan utama tentang e-

government adalah kurangnya kesetaraan dalam akses publik untuk keandalan,

5
internet informasi di web, dan agenda tersembunyi dari kelompok pemerintah

yang dapat mempengaruhi dan bias opini publik.1

Sehingga sekarang ini organisasi mendapat pekerjaan rumah

bagaimana cara agar dapat Meningkatkan Komitmen investasi dengan cara

lebih mengasah keterampilan IT (digital skills), menerapkan dan mencoba

prototype teknologi terbaru, (Learn by doing), Menggali bentuk kolaborasi

baru bagi model sertifikasi atau pendidikan dalam ranah peningkatan (digital

skill), secara bersama-sama kolaborasi antara dunia pemerintahan, industri,

akademisi, dan masyarakat untukengidentifikasi permintaan dan ketersediaan

skill bagi era digital di masa depan.

Hal- hal yang disampaikan diatas mengakibatkan banyak kendala dan

hambatan dalam pelayanan administrasi publik, beberapa permasalahan yang

ditemukan adalah revolusi industri berdampak pada pelayanan administrasi

negara yang mana pemerintah harus dapat belajar dan memberikan contoh

budaya paperless culture yang dampaknya meminimalisir penggunaan kertas.2

Sejalan seperti apa yang disampaikan oleh Menteri Riset, Teknologi,

dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir pada acara Annual Conference of Asian

Association for Public Administration (AAPA) 2018 di Universitas Gadjah

Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis (23/3). Acara ini mengangkat tema

Reinventing Public Administration in a Globalized World: A Non Western

Perspective.

1
https://transsulawesi.com/berita/detail/isu-dan-solusi-pembangunan-era-revolusi-industri-40
2
https://www.lampost.co/berita-industri-4-0-berdampak-pada-pelayanan-administrasi-negara-1575102152.html

6
Beliau menyampaikan bahwa dalam standar birokrasi seharusnya dapat

lebih fleksibel dan tidak terlalu kaku. Kita harus berpikir out of the box dan

melakukan benchmarking terhadap negara-negara maju yang telah menerapkan

model administrasi publik di lingkup revolusi industri 4.0 dan society 5.0

Terlebih, sudah banyak negara yang telah mengimplementasikan Society 5.0

yang menekankan pada iptek dan inovasi untuk mencapai Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan/ Sustainability Development Goals (SDGs). Ia

berpendapat, administrasi publik memiliki peran penting dalam mencapai

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/SDGs.3

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik, Pelayanan Publik merupakan kegiatan atau rangkaian

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas

barang, jasa dan/ atau pelayanan administrasi yang diselenggarakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.4

Keterkaitannya pelayanan publik dan era revolusi Industri 4.0 saat ini,

sebetulnya telah jelas terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik terdapat Pasal yang mengatur bahwasanya

Pelayanan Publik harus memilki sistem yang dapat memberikan kemudahan

kepada masyarakat.

3
https://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/18/03/22/p5zyv1335menristekdikti-dorong-reformasi-
sektoradministrasi-publik
4
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

7
Merujuk pada Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik, disebutkan bahwa "Dalam rangka memberikan

dukungan informasi terhadap penyelenggaraan pelayanan publik perlu

diselenggarakan Sistem Informasi yang bersifat nasional" sementara di Pasal

23 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Penyelenggara berkewajiban mengelola Sistem Informasi yang terdiri atas

Sistem Informasi Elektronik atau Non elektronik yang sekurang kurangnya

meliputi; profil penyelenggara, profil pelaksana, standar pelayanan, maklumat

pelayanan, pengelola pengaduan dan penilaian kinerja.

Sehingga sudah cukup jelas bahwa setiap penyelenggara wajib untuk

menyediakan sistem informasi secara nasional. Dengan begitu tidak lain

teknologi informasi berperan besar dalam rangka pemenuhan sistem tersebut

untuk skala nasional. Hal tersebut sudah seharusnya menjadi perhatian

pemerintah untuk dapat menyesuaikan penyelenggaraan pelayanannya kepada

masyarakat dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 saat ini, yaitu dengan

menerapkan pelayanan publik yang berbasis Teknologi (digital).5

Tantangan dan isu diera revolusi industry 4.0 tidak hanya dihadapi oleh

sektor administrasi publik saja, tapi berdampak juga pada sektor kesehatan,

Pendidikan, peertambangan, pertanian dan sektor-sektor lain yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu. Hal ini juga berdampak pada generasi millennial

dalam menghadapi Gerakan 4.0 yang mana pengguna internet makin mendunia

mulai dari kalangan anak kecil hingga orang tua, perubahan ini sangat besar.

5
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel-proyeksi-pelayanan-publik-era-40

8
Salah satu elemen yang membantu masuknya era industri 4.0 di bidang

teknologi adalah jarigan 5G (fifth generation) merupakan generasi terbaru

dalam telekomunikasi yang akan dirilis pada tahun depan 2020. Dengan

memiliki jaringan 5G tidak ada delay dalam pengiriman maupun pengiriman

data. Jaringan 5G sangat berpengaruh dalam lapangan kerja terutama bidang

industri.6

Tidak hanya itu aparatur sipil negara (ASN) juga dituntut untuk dapat

melakukan pembenahan dan berpacu dalam menghadapi era 4.0 seperti yang

saat ini sedang banyak dilakukan, seperti halnya di Pemerintah Daerah Provinsi

jawa Timur melakukan pelayanan publik berbasis digital sehingga mampu

efektif dan efisien. Kemudian, konektivitas antar daerah maupun antar negara

mendorong lahirnya banyak peluang.7

Selain itu dari pemerintah pusat sendiri melalui Kemenkominfo telah

menyelenggarakan berbagai program. Program yang pertama adalah digital

talent scholarship. Program tersebut adalah beasiswa untuk 25 ribu orang

generasi muda di berbagai level. Dalam program digital talent scholarship ini

materinya adalah materi berbasis kompetensi internasional, karena untuk

membuat kurikulum ini dipandu maupun masukan-masukan dari perusahaan

internasional seperti Sessco, Microsoft, Google dan sebagainya.8

Dalam sektor pertambangan juga melakukan penyesuaian dengan mulai

mengkonsep penerapan digitalisasi sistem yaitu dengan menerapkan sistem

6
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/242594/generasi-milenial-dalam-menghadapi-gerakan-40
7
https://beritajatim.com/politik-pemerintahan/hadapi-industri-4-0-sekdaprov-ajak-asn-berpacu-dan-berbenah/ 9
8
https://tirto.id/kominfo-minta-asn-tingkatkan-kualitas-di-era-revolusi-industri-40-efVA

9
digitalisasi pelaporan penjualan batubara, dengan meluncurkan aplikasi modul

verifikasi penjualan (MVP). MVP merupakan salah satu aplikasi pada sektor

mineral batubara, untuk meningkatkan akurasi data penjualan batu bara yang

selama ini masih simpang siur.9

Dalam literatur kompas.com yang disampaikan oleh mark evans

menyatakan bahwa ada 2 (dua) tantangan utama yang dihadapi administrasi

publik di era 4.0 ini, pertama adalah meningkatkan pengalaman kualitas

pelayanan publik berbasis teknologi informasi dan kedua adalah meningkatkan

kemampuan dan kompetensi ilmu administrasi berbasis digital sebagai pelaku

utama dalam pelayanan publik.10

Menanggapi hal tersebut diatas, masyarakat sendiri saat ini sebagian

mayoritas masih gagal paham memaknai apa dan bagaimana proses perubahan

dalam era 4.0 sehingga pemerintah perlu dapat melakukan sosialisasi kepada

masyarakat pentingnya melakukan adaptasi dan penyesuaian terhadap revolusi

industr 4.0.11

Saat ini ASN sebagai birokrasi kondisinya sangat memprihatinkan,

bergerak lambat, dan cenderung pemalas, dan pengabdian mereka lebih kepada

diri mereka sendiri, dari yang menjadi mafia perjalanan dinas, mafia bimtek

dan pelatihan, namun kesemuanya itu tidak berdampak kepada pelayanan

publik dalam pemerintahan.

9
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4064981/tantangan-sektor-pertambangan-di-era-revolusi-industri-40
10
https://edukasi.kompas.com/read/2018/11/01/11154501/tantangan-ilmu-administrasi-hadapi-era-global-
dandigital?page=all 11
11
https://economy.okezone.com/read/2019/08/14/320/2091635/masyarakat-masih-gagal-paham-dengan-perubahan
eraindustri-4-0?page=1 12

10
Hal ini terlihat jelas bahwa dalam kurun waktu 2019 dari sumber

Kepala Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri Dr. Drs. Bakhtiar., M.Si

ia telah mencatat sebanyak 1.372 ASN yang telah diberhentikan secara tidak

hormat oleh pemerintah akibat tindak pidana korupsi atau penggelapan uang

negara, hal ini juga menunjukan bahwa pelayanan publik tidak cukup baik

yakni mengenai pelayanan public yang tidak akuntabel, efektif, efisien, dan

tidak optimal.12

Berkenaan dengan pelayanan publik yang tidak optimal tersebut ada

beberapa masalah yang menjadi latar belakang hal itu, seperti perilaku tidak

professional dari perilaku, kompetensi, pengetahuan, kreatifitas dan soft skill

Padahal, aspek tersebut adalah unsur penting dalam birokrasi. Manun

mayoritas ASN lebih berorientasi pada kekuasaan dan jabatan dari pada

melayani masyarakat.

Melihat kondisi persaingan global yang semakin pelik dan tidak

terbendung pada era saat ini atau yang kita kenal sebagai revolusi Industri 4.0

dimana ditandai dengan berkembangnya teknologi yang semakin canggih

membuat Negara Indonesia mau tidak mau dipaksa untuk adaptif terhadap

teknologi agar suatu kinerja dapat lebih akurat, efektif dan efsisen.

Dengan masuknya ke era revolusi industri 4.0 tersebut tentu saja

memberikan dampak yang luar biasa bagi Negara untuk mampu beradaptasi

dan dituntut untuk melakukan perubahan maupun pembaharuan dalam segala

aspek.

12
https://www.suara.com/yoursay/2020/03/21/112943/dampak-kinerja-asn-terhadap-runtuhnya-birokrasi-pemerintah-
diindonesia

11
Permasalah di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu yang bersumber dari Laporan Administrasi Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) 2019 disampaikan bahwa kurang sumber daya manusia dalam bidang

teknologi informasi menjadi hal yang utama, sebab DPM-PTSP Kabupaten

Pringsewu adalah OPD Teknis dalam pelayanan publik.13

Tidak hanya itu, disebutkan bahwa kurangnya kompetensi sumberdaya

manusia yang ada, tidak berbanding lurus dengan kebutuhan, sehingga hal

tersebut menjadi kendala dalam memberikan pelayanan publik dibidang

perizinan.

Selain itu, kurangnya sarana dan prasana, baik jaringan internet yang

kurang optimal, computer yang perlu ditambah ketersediannya, dan kurangnya

sumberdaya manusia menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah

daerah, sebab, DPM-PTSP Kabupaten Pringsewu adalah wajah dari

Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan publik.14

Dari latar belakang diatas maka penulis berinisiatif untuk mengambil

tema penelitian dengan judul berikut:

“IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ADMINISTRASI PUBLIK DI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU

PINTU KABUPATEN PRINGSEWU DI ERA 4.0”.

13
Lakip DPM-PTSP Kabupaten Pringsewu, 2019.
14
Profil DPM-PTSP Kabupaten Pringsewu, 2019.

12
B. PERUMUSAN MASALAH.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka

disimpulkan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Semakin bebasnya masyarakat mengakses situs pemerintah akan

membuka peluang terjadinya cybercrime yang dapat merusak sistem TIK

pada e-government.

2. Kurangnya interaksi atau komunikasi antara (pemerintah) dengan

masyarakat menyebabkan lemahnya e-government dan kesetaraan dalam

akses publik untuk keandalan, internet informasi di web, dan agenda

tersembunyi dari kelompok pemerintah yang dapat mempengaruhi dan

bias opini publik.

3. Revolusi industri 4.0 berdampak pada pelayanan administrasi negara

yang mana pemerintah harus dapat belajar dan memberikan contoh

budaya paperless culture yang dampaknya meminimalisir penggunaan

kertas, namun tidak semua dapat menerapkannya.

4. Standar birokrasi seharusnya dapat lebih fleksibel dan tidak terlalu kaku.

Kita harus berpikir out of the box dan melakukan benchmarking terhadap

negara-negara maju yang telah menerapkan model administrasi publik di

lingkup revolusi industri 4.0.

5. Masuknya era industri 4.0 di bidang teknologi adalah jarigan 5G (fifth

generation) merupakan generasi terbaru dalam telekomunikasi yang

akan dirilis pada tahun depan 2020. Dengan memiliki jaringan 5G tidak

13
ada delay dalam pengiriman maupun pengiriman data. Jaringan 5G

sangat berpengaruh dalam lapangan kerja terutama bidang industri.

6. Masyarakat masih gagal paham memaknai apa dan bagaimana proses

perubahan dalam era 4.0 sehingga pemerintah perlu dapat melakukan

sosialisasi kepada masyarakat pentingnya melakukan adaptasi dan

penyesuaian terhadap revolusi industri 4.0.

7. Kurang sumber daya manusia dalam bidang teknologi informasi menjadi

hal yang utama, sebab DPM-PTSP Kabupaten Pringsewu adalah OPD

Teknis dalam pelayanan publik.

Masalah yang dihadapi oleh DPM-PTSP Kabupaten Pringsewu cukup

komplek dan tidak dapat dikaji keseluruhannya, maka dari itu peneliti

melakukan pembatasan masalah, adapun masalah yang dikaji dalam penelitian

ini adalah melakukan analisis implementasi kebijakan administrasi publik di

era 4.0, dengan demikian peneliti melakukan pembatasan.

1. Hanya melakukan pengukuran dimensi dan determinan dalam waktu

yang telah ditentukan dan setujui oleh DPM-PTSP Kabupaten

Pringsewu.

2. Tidak melakukan perbandingan dimensi dan determian impelementasi

kebijakan dengan kota lain yang ada di Provinsi Lampung.

3. Dan yang digunakan adalah data-data 3 (tiga) tahun terakhir yaitu tahun

2018-2020.

14
Penelitian ini berupaya menjawab permasalahan melalui analisa yang

komprehensif, sehingga berusaha menjawab pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimana proses pelayanan publik di DPM-PTSP Kabupaten

Pringsewu Provinsi Lampung.

2. Apa faktor-faktor yang berperan dalam pelayanan publik DPM-PTSP

Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung.

3. Bagaimana model implementasi yang tepat untuk memaksimalkan

pelayanan publik DPM-PTSP Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung.

C. TUJUAN PENELITIAN.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji bagaimana proses pelayanan publik DPM-PTSP Kabupaten

Pringsewu Provinsi Lampung.

2. Mengkaji apa faktor-faktor yang berperan dalam pelayanan publik DPM-

PTSP Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung.

3. Mengkaji model implementasi yang tepat untuk memaksimalkan

pelayanan publik DPM-PTSP Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung.

D. KEGUNAAN PENELITIAN.

1. Kegunaan Penelitian.

a. Sebagai bahan pengembangan studi ilmu pemerintahan, khususnya

konsep studi pelayanan publik.

15
b. Sebagai bahan pengembangan studi khusus tentang pelayaan publik

sehingga dapat memperkaya teori dan konsep kajian pelayanan

publik.

c. Menciptakan formulasi yang tepat dalam meningkatkan pelayanan

publik dalam tataran teori.

2. Manfaat Teoritis.

a. Sebagai bahan pendidikan kepada birokrasi dan masyarakat tentang

pelayanan publik dan sebagai bahan masukan bagi pemangku

kepentingan.

b. Manfaat praktis penelitian ini juga berguna bagi pengembangan

pelayanan publik dalam rangka pembaharuan kinerja birokrasi.

c. Pelaksanaan reformasi birokrasi dalam upaya dan memperbaiki

kualitas pelayanan publik.

16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.

A. KAJIAN TEORI.

1. Teori dan Konsep Administrasi.

Asal kata administrasi adalah Ad dan Ministrate (Bahasa Latin)

yang berarti Pemberian Jasa atau Bantuan. Dalam arti sempit adminstrasi

yang disampaikan oleh Soewarno Handayaningrat (1988:2) dalam

Suwitri, Sri et.al, 2019 Hal 1.4 merupakan kegiatan terbatas dalam

ketatausahaan seperti catatan, surar, pembukuan, arsip, dan hal lainnya

yang bertujuan untuk menyediakan informasi dan mempercepat proses

informasi kembali jika dibutuhkan, jadi administrasi adalah sebuah

proses pencatatan dalam berbagai bentuk baik dalam catatan manual atau

catatan digital yang kegunaannya sebagai media informasi yang mudah

diakses kapan saja.15

Dalam persepktif yang lebih luas, administrasi menurut Chandler

dan Plano (1988:3) dalam Suwitri, Sri et, al. 2019 Hal 1.5 menyangkal

dan menepis makna tersebut tidak sebatas pencatatan sederhana seperti

itu, namun lebih luas lagi seperti yang dikemukakan oleh Herbert A.

Simon & Dwight Waldo (1992) mereka berpendapat bahwa administrasi

sebagai kerja kelompok atau tim untuk mencapai tujuan Bersama,

15
Suwitri, Sri. et,al. 2019 Teori Administrasi. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

17
pengertian serupa di Indonesia juga disampaikan oleh Sondang Paian

Siagian (2004) sebagai keseluruhan proses kerja orang yang lebih dari

satu atau banyak didasarkan atas rasionalitas untuk mencapai tujuan.

Jadi jika didefinisikan secara luas adalah sebuah kegiatan yang

dikerjakan Bersama atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi,

apapun tujuannya dari kegiatan tersebut. Namun administrasi secara teori

harus memenuhi 3 muatan substansi pertama, administrasi adalah proses

yang terlihat diawal namun tidak tampak hasil akhirnya, kedua,

mengandung unsur manusia dan tujuan yang didukung dengan peralatan,

tugas-tugasnya, waktu, tempat dan unsur pendukung lainnya, ketiga

mencerminkan proses kerjasama untuk mencapai tujuan.

Dapat disumpulkan bahwa administrasi adalah kegiatan yang

memiliki unsur yang sama dalam kegiatan tertentu yang dikerjakan

secara Bersama-sama/kelompok untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya.16

Herbert A. Simon (2009) dalam Suwitri, Sri et al, 2019

berpendapat bahwa administrasi sebagai seni atau model sedangkan

manajemen lebih pada kegiatan teknis, cara perbedaan tersebut hanya

bersifat teoritis, sedangkan dalam praktiknya lebih tercampur antara

kedua aspek tersebut dan jamak terjadi, namun perbedaan secara teori ini

sangat penting karena menjadi domain administrasi dapat disusun dengan

cermat.

16
Suwitri, Sri. et,al. 2019 Teori Administrasi. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

18
Tabel. Perbedaan Administrasi & Manajemen.
Uraian Administrasi Manajemen
Aspek-Aspek Formulasi tujuan, nilai, Bersifat rutin, definitive,
dan komponen manusia terprogram, dan cenderung dengan
dalam organisasi. metode kuantitatif.
Fokus Penetapan arah organisasi. Mengurusi bagaimana mencapai
arah yang telah ditetapkan.
Level Atas (pengambil Menengah-bawah
keputusan)
Orientasi Tujuan (end Oriented) Sarana/cara mencapai tujuan
(means oriented).
Sumber: Teori Administrasi, Sri Suwarti., dkk, 2019.

Chandler & Plano, 1988 dalam Suwarti, Sri, et,al, 2019

mendefinisikan kebijakan publik sebagai pemanfaatan strategis terhadap

sumberdaya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah publik atau

pemerintah. Kebijakan sendiri diartikan sebagai serangkaian tindakan

untuk mencapai tujuan berdasarkan usulan dari seseorang atau beberapa

dengan memperhatikan masukan yang ada, sedangkan publik di artikan

sebagai negara, pemerintah, rakyak dan masyarakat.

Jadi kebijakan publik adalah serangkaian proses kegiatan untuk

mencapai tujuan yang merupakan kepentingan publik dengan

memperhatikan masukan dan pendapat yang tersedia, baik usulan dari

orang lain atau kelompok baik didalam atau diluar pemerintahan.17

Proses kebijakan publik merupakan aktifitas intelektual untuk

memecahkan masalah publik yang prosesnya bersifat politis, James

Anderson, 1979 mendefinisikan 5 langkah yaitu:

17
Suwitri, Sri. et,al. 2019 Teori Administrasi. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

19
1. Formulasi masalah.

2. Formulasi kebijakan.

3. Penentuan kebijakan.

4. Implementasi kebijakan.

5. Evaluasi kebijakan.

Sedangkan William N. Dunn, 1994 mengemukakan 4 tahapan

dalam memecahkan masalah publik antara lain:

1. Penetapan agenda kebijakan.

2. Adopsi kebijakan

3. Implementasi kebijakan.

4. Evaluasi kebijakan.

Dari pendapat diatas proses kebijakan secara umum meliputi:18

1. Analisis kebijakan = merupakan disiplin ilmu terapan yang

menggunakan berbagai metode dan argument untuk menghasilkan

dan memindahkan informasi relevan dengan kebijakan, sehingga

dapat memecahkan masalah kebijakan pada tingkatan politik

(Dunn, 2003). Cakupan proses analisis masalah umumnya antara

lain: identifikasi masalah, identifikasi alternative, seleksi

alternative dan pengusulan alternative terbaik.

2. Pengesahan dan formulasi kebijakan atau pembuatan keputusan

James E. Anderson dalam Islamy, 1986 mengemukakan bahwa

18
Suwitri, Sri. et,al. 2019 Teori Administrasi. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

20
proses pengesahan kebijakan dimulai dari persuation dan

bargaining, yaitu usaha untuk meyakinkan orang lain terhadap

suatu kebenaran atau nilai dari usulan sehingga mereka dapat

menerimanya. Pada tahap ini ada 9 model, yakni: 1) teori

kelompok, 2) teori kelembagaan, 3) teori proses, 4) teori elit, 5)

teori rasional, 6) teori inkrementalis, 7) teori permainan, 8) teori

pilihan publik dan 9) teori sistem.

3. Implementasi kebijakan yaitu langkah menerjemahkan rencana

kedalam praktik, atau serangkaian kegiatan yang melibatkan SDM

yang menggunakan sumberdaya lainnya untuk mencapai sasaran.

Hinggin, 1985 dalam Pasalong, 2010. Ada beberapa padangan

kegagalan penghambat implementasi kebijakan Gow & Morss

dalam Turner & Hulme, 1997. Yakni: a) politik, ekonomi dan

lingkungan, b) kelemahan institusi, c) ketidakmampuan SDM

dalam teknis dan administrasi, d) kekurangan bantuan teknis, e)

kurangnya desentralisasi dan partisipasi, f) lemahnya pengaturan

waktu, g) SI yang kurang mendukung, h) perbedaan agenda tujuan

antar aktor dan i) kurangnya dukungan. Sedangkan faktor yang

mempengaruhi keberhasilan menurut D.L. Weimer & Aidan R.

Vining, 1999 yaitu: a) logika yang digunakan, b) hakikat kerjasama

dan c) ketersediaan SDM yang terampil dan berkomitmen.

4. Evaluasi kebijakan adalah suatu kegiatan untuk melihat sebab-

sebab kegagalan suatu kebijakan atau untuk mengetahui apakah

21
kebijakan yang telah dijalankan telah meraih hasil yang

diharapkan. Joseph Stewart, 2000. Ada 2 hal utama dari evaluasi

kebijakan: 1) menentukan konsekuensi, 2) menilai keberhasilan

atau kegagalan. Kegiatan evaluasi mencakup beberapa kegiatan,

Charles O. Jones, 1984 : Pengkususan, pengukuran, analisis dan

rekomedasi. Edward A. Suchman dalam Jones, 1984

mengemukakan 6 langkah evaluasi kebijakan antara lain: 1)

identifikasi, 2) analisis masalah, 3) standarisasi kegaitan, 4)

pengukuran tingkat perubahan, 5) tentukan perubahan dari sebab

akibat dan 6) identifikasi indikator yang menentukan keberadaan

suatu dampak.

Perkembangan manajemen publik dipengaruhi 3 pandangan yaitu

padangan normative, manajemen deskriptif dan manajemen publik,

manajemen normative menggambarkan apa yang sebaiknya dilakukan

oleh seorang manajer dalam proses manajemen, sedangkan manajemen

deskritif mengambarkan apa yang senyatanya dilakukan oleh manajer

ketika menjalankan tugas (Chung & Meggison, 1981) semantara

manajemen publik mengambarkan apa yang sebaiknya dilakukan dan

yang senyatanya pernah dilakukan oleh manajer publik di instansi

pemerintah.19

19
Suwitri, Sri. et,al. 2019 Teori Administrasi. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

22
Sementara R Milles, 1975. Meletakan fungsi-fungsi manajemen

normative dalam 3 teori manajemen yaiu model tradisional = menejer

berasumsi bahwa pekerjaan itu tidak menyenangkan bagi manusia, upah

lebih penting dari kerja itu sendiri, dan bahwa hanya sedikit sekali orang

yang memiliki pengendalian dan pengarahan diri, jalan kelaurnya adalah

melakukan supervisi ketat, merumuskan berbagai macam cara dan

prosedur dan memaksakan intruksi yang ditentukan.

Model human relations = seorang manajer berasumsi bahwa

bawahannya ingin merasa berguna dan penting, maka jalan keluarnya

adalah memuji individua tau bawahannya. Model human resources =

manajer berasumsi bahwa orang bisa saja tertarik terhadap pekerjaan

yang menantang (tidak selalu uang) memiliki kreatifitas dan inisiatif,

serta tanggung jawab yang tinggi, maka yang harus dilakukan adalah

memanfaatkan kemampuan SDM dan memberikan peluang agar mereka

dapat berkreasi dan berkembang, serta memberikan dorongan agar

mereka dapat berpartisipasi aktif.20

Shaf Ritz & Russel, 1997 mendefinisikan organisasi sebagai

suatu kelompok orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan, atau

merupakan sekumpulan orang yang dikelompokan dalam suatu kerja

sama untuk mencapai tujuan Bersama. Gareth Morgan dalam Robbins,

1990 mengelompokan 10 definisi organisasi:

20
Suwitri, Sri. et,al. 2019 Teori Administrasi. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

23
1. Kumpulan orang yang ingin mncapai tujuan yang rasional.

2. Koalisi dari konstituen mereka menggunakan kekuasaannya untuk

mengontrol distribusi sumberdaya dalam organisasi.

3. Suatu sistem terbuka yang terjadi tranformasi input-input

dilingkungan.

4. Sistem yang menghasilkan pemaknaan tertentu.

5. Suatu alat untuk mendominasi. Dll

Pergeseran paradigma dalam studi organisasi Lumerick &

Cunnington, 1993 mengemukakan ke empat blue print sebagai berikut:

1. First blueprint/paradigma klasik = organisasi yang beroerientasi

pada efisiensi tinggi dengan mengajukan sistem otoritas dan

kendali yang sangat hierarkis dengan rentang kendali yang sangat

sempit. Prinsip-prinsip spesialisasi, sentralisasi dan formalitas

sangat ditekankan.

2. Second blueprint/ paradigma human relations = kepentingan

anggota organisasi sama dengan kepentingan manajemen, manusia

tidak dapat diliha sebagai individu independent, tetapi memiliki

kelompok atau kolektifitas.

3. Third blueprint/paradigma sistem = ada 2 sistem organisasi,

mechanistic system (struktur organisasi formal dan hierarkis,

organic system (menitikberatkan pada orang dan bukan pada tugas,

mencoba mengurangi peran hierarkis).

24
4. Forth blueprint/paradigma kolaborasi = perhatian diarahkan

kepada realitas dan kebutuhan, menekankan pada perlunya

pembentukan pasangan-pasangan unit kerja dan membentuk

pasangan kerja dengan organisasi lain.

Reformasi merupakan proses pembaharuan yang dilakukan

secara bertahap dan berkelanjutan, sehingga tidak termasuk upaya

tindakan yang bersifat radikal dan revolusioner, namun secara umum,

reformasi dapat diartikan sebagai pembaharuan dengan melakukan

perubahan menuju arah yang lebih baik karena terjadinya penyimpangan-

penyimpangan dalam sistem yang ada.

Pada intinya, yang menjadi latar belakangnya adalah praktik

KKN, kualitas pelayanan publik yang rendah, efisiensi, efektifitas dan

produktifitas tidak optimal dan transparansi akuntabilitas birokrasi yang

rendah.

Tujuannya adalah membangun integritas tinggi, produktifitas

tinggi, pelayanan prima. Weber dalam Krieken, 2000 mendefinisikan

birokrasi adalah organisasi dengan hierarki pengajian, pejabat

penuh/paruh waktu yang menyusun rantai komando.21

Teori birokrasi setidaknya ada 4 yang menonjol yakni:

21
Suwitri, Sri. et,al. 2019 Teori Administrasi. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

25
1. Teori rational administrative model – birokrasi yang berdasarkan

pada sistem rasional, dan tidak berdasarkan pada paternalism

kekuasaan dan charisma.

2. Teori power block model – merupakan alat penghalang rakyat

dalam melaksanakan kekuasaan.

3. Teori bureaucratic oversupply model – yaitu menuntut

memperkecil kapasitas birokrasi dengan cara mengurangi jumlah

aparaturnya dan peranannya didelegasikan kepada swasta.

4. Teori new public service – menekankan pada bagaimana birokrasi

dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat.

Birokrasi adalah aktifitas yang memerlukan koordinasi ketat

terhadap kegiatan-kegiatan sejumlah besar orang dan sangat

terspesialisasi, yang memiliki ciri structural sebagai berikut: pembagian

tugas, hierarki otoritas, peraturan dan ketentuan yang terperinci dan

hubungan interpersonal diantara pekerjaan.

Yang memiliki karakterisitik seperti prinsip yang pasti dan diatur

oleh perundangan yang ada, prinsip hierarki yang mengatur sistem,

manajemen didasarkan pada dokumen yang dipelihara dalam bentuk

aslinya, adanya pengembangan keahlian, aktifitas organisasi menuntut

kapasitas pekerja secara penuh dan berlaku aturan umum mengenai

manajeman.22

22
Suwitri, Sri. et,al. 2019 Teori Administrasi. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

26
Ciri pertama, menetapkan otorita birokratik yakni aktifitas yang

teratur, kedua, mengungkapkan bahwa dalam setiap organisasi pasti ada

2 kelompok orang, yang memimpin dan yang melaksanakan dan yang

ketiga adalah dapat memisahkan kehidupan pribadi dan kehidupan

kantor.

Robert Presthus, 1975 memperlihatkan peranan birokrasi dalam

membuat keputusan yakni:

1. Pembuatan peraturan dibawah peraturan perundangan.

2. Pemrakarsa kebijakan.

3. Hasrat internal birokrasi untuk memperoleh kekuasaan, keamanan

dan kepatuhan.

Promblematika birokrasi pada umumnya berkisar pada 4 hal yaitu

standar efisiensi fungsional, penekanan yang berlebihan terhadap

rasionalitas, impersonalitas, hierarki, penyelewengan tujuan dan pita

merah.

Pusat dari ketidakpuasan masyarakat adalah pelayanan publik

yang dipandang sebagai rutinitas sehingga sulit untuk melakukan

adaptasi terhadap perubahan yang kompleks, baik perubahan politik,

ekonomi dan teknologi sehingga dipandang tidak mampu

mengakomodasi perubahan-perubahan lingkungan.23

23
Suwitri, Sri. et,al. 2019 Teori Administrasi. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

27
Kemudian berkembang model reformasi yang salah satunya

adalah new public management yang pada intinya adalah praktik

penyelenggaraan pemerintahan yang menekankan pada prinsip-prinsip

seperti efisiensi, efektifitas dan kualitas pelayanan, desentraslisasi,

fleksibelitas, produktifitas, responsive, focus pada peningkatan kinerja,

dan akuntabilitas serta transparansi.

Selanjutnya berkembang lagi model reinventing government

pada 1992 oleh David Osborne & Ted Gaebler yang melakukan

identifikasi pelayanan publik yang enterpreneural government dengan

ciri-ciri mengendepankan kompetisi, mampu memberdayakan

masyarakat, mengutamakan misi dari pada aturan, mengoptimalkan

potensi, mendorong partisipasi desentralisasi, mengadopsi mekanisme

pasar dan mengutamakan peran sebagai katalisator dari pada pengelola

pelayanan publik.

Kemudian ada juga new public service yang memandang

masyarakat sebagai warga negara, bukan sebagai pelanggan, sehingga

pelayanan harus demokratis dan rasional dalam memberikan pelayanan

dengan mengutamakan dialog penyedia jasa dengan yang dilayani,

responsive pada kebutuhan, memperhatikan aturan yang disepakati,

memberlakukan diskresi dan akuntabel, terbuka dan kolaboratif, dan

motifasi yang kuat untuk melayani dan berkontribusi pada masyarakat.24

24
Suwitri, Sri. et,al. 2019 Teori Administrasi. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

28
Perbedaan old public management dan new public management,

dalam OPM terdapat 2 gagasan besar yaitu pemisahan antara

administrasi dan politik artinya administrasi pemerintah hanyalah

instrument dalam implementasi dan diasumsikan netral dan professional.

Kedua adalah adanya prinsip efisiensi maka dibutuhkan keterpaduan dan

hierarkis sehingga tercitrakan memonopoli pelayanan publik.

Model NPM dipandang sebagai antithesis terhadap OPA yang

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berorientasi pada pengguna jasa,

desentralisasi manajemen dan sumberdaya, fleksibel dalam keuangan,

performance terukur, investasi pada pengembangan, tanggap terhadap

kompetisi.

Model NPM ada 4 yaitu model 1 the efficiency drive –

menyerupai organisasi bisnis dan menitikberatkan pada nilai efisiensi,

model 2 downsizing and decentralization – membangun kultur organisasi

publik dengan membangun quasi market dan mengembangkan

manajeman kontrak, manajemen menjadi lebih flat dan fleksibel tidak

hierarkis. Model 3 in search af excellence – membangun kultur

organisasi yang mampu mengatur dirinya untuk menghadapi perubahan

serta memiliki inovasi. Model 4 public service orientation – merupakan

gabungan ide-ide yang ada pada manajemen swasta dan manajemen

publik yang dilakukan tranfarmasi diantara keduanya.

29
Pelayanan adalah produk yang tidak kasat mata yang melibatkan

usaha manusia dan menggunakan peralatan. Atau dalam definisi lain

asalah suatu aktifitas yang tidak terlihat, yang terjadi akibat interaksi

antara pihak pemberi dan pemohon dimaksudkan untuk memecahkan

permasalahan pemohon.

Perbedaan pelayanan publik dan pelayanan umum adalah pada

pemberi layanannya, atau penyelenggaranya organisasi publik atau

organisasi privat.

Pelayanan publik adalah sebuah kegaitan pelayanan yang

diberikan kepada publik oleh pemerintah baik barang atau jasa yang

kualitas pelayanan ditentukan oleh indikator-indikator tertentu, indikator

adalah variabel ukuran atau tolak ukur bagi yang dapat menunjukan

indikasi perubahan tertentu yang harus memenuhi prinsip pokok

pelayanan kepada masyarakat antara lain, aksesibilitas, kontinuitas,

teknikalitas, profitabilitas, akuntabilitas.

Jika merujuk pada Permenpan 81 tahun 1993 bentuk pelayanan

harus berdasarkan prinsip payanan sebagai berikut: kesederhanaan,

kejelasan dan kepastian, keamanan, keterbukaan, efisiensi, ekonomis,

keadilan dan pemerataan, ketepatan waktu.25

Gie, 1987 menyarankan beberapa hal yang menjadi kesadaran

Bersama terkait indikator dalam pemerintahan yakni: pelayanan kepada

25
Suwitri, Sri. et,al. 2019 Teori Administrasi. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

30
masyarakat, manajemen yang efektif dan efisien, sistem penilaian

kecakapan, perlindungan kepercayaan masyarakat, pelayanan yang adil,

tabah, jujur, pantas, cakap dan welas asih, menggunakan hati Nurani dan

para administrator dapat mencegah tindakan yang salah.

Menurut Parasuraman, Zeithaml dan Berry, 1991 kualitas jasa

harus menetapkan standar pelaksanaan yang spesifik, komunikasi yang

baik, dan tidak ada kesenjangan, yang rumusan indikator pelayanan

publik sebagai berikut: penampakan fisik/tagible, reallibilitas,

responsifitas, kompetensi, kesopanan, kredibilitas, keamanan, akses,

komunikasi dan pengertian.

Menurut Lovelock dalam Widodo, 2001. Prinsip yang

diperhatikan dalam pelayanan publik agar kualitas tercapai adalah;

tangible /terjamah, realiable /handal, responsiveness/

pertanggungjawaban, assurance /jaminan, dan emphaty /empati.

Dilihat dari sisi pola penyelenggaraan, pelayanan publik masih

memiliki berbagai kelemahan seperti:

1. Kurang responsive/ terhadap keluhan

2. Kurang informatif/tidak ada sosialisasi

3. Kurang aksesibel/jangkauan akses jauh

4. Kurang koordinasi- adanya pertentangan kebijakan

5. Birokratis – terlalu banyak level sehingga proses lama

6. Kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi

31
7. Inefisiensi.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, birokrasi harus

mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam memberikan pelayanan

publik dengan sikap yang melayani, sikap menolong dan dialogis,

sehingga dapat mewujudkan profeisonalitas.

Titik pertama yang harus di perhatikan adalah kesenjangan dalam

prinsip konsumerisme, implikasinya, saat hubungan menjadi seimbang,

maka akan tercapai costumer responsive. Definisi Maxwell tentang 6

dimensi kunci kualitas, 1984 dikemukakan bahwa layanan harus: sesuai

dan relevan, tersedia dan dapat dimiliki, keadilan, dapat diterima,

ekonomis dan efisien, serta efektif.

Terkait dengan kinerja pelayanan publik, maka yang

dimaksudkan adalah prestasi atau hasil kerja pelayanan yang telah

dilakukan atau diberikan oleh Lembaga pemberi pelayanan seperti

efisiensi, efektifitas, keadilan dan daya tanggap.

Peningkatan kinerja pelayanan publik menurut Osborne, 2001

terdapat 5 strategi dalam meningkatkan pelayanan publik yakni:

1. Core strategy – bertujuan memperjelas misi dan visi organisasi.

2. Consenquencess strategy – bertujuan untuk menciptakan kondisi

yang sehat.

3. Costumer strategy – bertujuan menciptakan sistem

penyelenggaraan pelayanan yang dilaksanakan birokrat.

32
4. Control strategy – menciptakan kemampuan dan kemandirian.

5. Culture strategy – mengubah budaya yang dapat menghalangi

kearah suatu perubahan.

Pendapat lain, seperti Kearns, 2005 ada 4 macam strategi seperti:

1. Growth strategy – difokuskan pada pengembangan pemberian

pelayanan pada program yang sesuai portofolio.

2. Retrenchment strategy – strategi meningkatkan efisiensi.

3. Stability strategy – strategi untuk melindungi posisi dan

keberadaan organisasi.

4. Collaborative strategy – berbagi sumber, komitmen dalam

kebutuhan dan menyatukan kekuatan.

Teori good governance adalah teori yang dikemukakan bank

dunia, yaitu konsep tatakelola pemerintah yang baik berlandaskan pada

hubungan pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam tiap tahapan

kebijakan yang di Indonesia disusun dalam prinsip sbb; wawasan

kedepan, transparansi, partisipasi, tanggung gugat, supremasi hukum,

demokrasi, professional dan kompetensi, responsive, efisien dan efektif,

desentralisasi, kemitraan dengan dunia usaha, komitmen pada

pengangguran dan lingkungan hidup dan komitmen pada pasar bebas.26

Semenjak teori governance berubah menjadi teori good

governance, teori ini mendorong ilmu administrasi negara bereformasi

26
Suwitri, Sri. et,al. 2019 Teori Administrasi. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

33
menjadi ilmu administrasi publik, yaitu teori otonomi daerah, partisipasi,

efisiensi, pelayanan publik, kebijakan publik, public private partnership

dan keadilan sosial.

Good governance menuntuk keterlibatan masyarakat dan

pemerintah dalam tiap tahapan kebijakan bahkan sound governance

menuntuk pilar hubungan internasional. Melalui kerjasama itu

pemerintah dapat dibantu pembiayaan dalam pembangunan nasional,

sehingga kekurangan pemerintah dapat teratasi, baik kurang keahlian,

penghematan dan biaya operasional.

Public private partnership merupakan suatu konsep yang

berkembang dari kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan swasta.

Upaya reformasi birokrasi dalam memberantas korupsi dapat dilakukan

melalui pengabungan reformasi tatanan dan reformasi prosedur dan

kompilasireformasi lainnya.27

2. Implementasi Kebijakan Publik.


Kebijakan publik adalah output atau hasil dari penyelenggaraan

pemerintah negara. Singkatnya, setiap individu atau anggota masyarakat

akan berhadapan dengan kebijakan publik sejak lahir (dalam bentuk

perlunya akte kelahiran) sampai meninggal (dalam bentuk perlunya

keterangan kematian, dan dalam beberapa kasus, juga perlunya izin

penguburan dan retribusi kuburan). 28

27
Suwitri, Sri. et,al. 2019 Teori Administrasi. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.
28
Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan Publik; Proses, Analisis dan Partisipasi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

34
Secara langsung dan tidak langsung, kehidupan warga negara

selalu dibingkai oleh kebijakan publik. Ringkasnya pembingkaian

tersebut pada dasarnya berupa penyediaan norma dan aturan bagi proses

pembangunan dan pemeliharaan perilaku masyarakat dalam kehidupan

bermasyarakat, pemerintahan, berbangsa dan bernegara.

Kebijakan publik atau kebijakan pemerintahan merupakan

tindakan yang berorientasi tujuan dan rangkaian tindakan yang diambil

sepanjang waktu, yang merupakan tanggapan dari kebutuhan akan

kebijakan yang menggambarkan kegiatan pemerintah baik kegiatan aktif

dan pasif dalam menghadapi suatu masalah.29

Kebijakan publik merupakan sarana sekaligus pembingkai

pelaksanaan fungsi pemerintahan dan menggambarkan arah dan isi

pelaksanaan fungsi pemerintahan, yang memberi pengaruh terhadap

perkembangan lingkungan pemerintahan.

Sedangkan proses kebijakan publik adalah tahap untuk membuat

kebijakan publik umumnya dalam proses pembuatan kebijakan

dilakukan dalam 5 tahapan seperti; pembuatan agenda, perumusan

alternatif kebijakan, penetapan kebijakan, implementasi kebijakan dan

penilaian dan evaluasi.

Ditingkat pemerintah daerah, juga terungkap banyaknya

peraturan pemerintah daerah yang dibatalkan oleh pemerintah pusat

29
Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan Publik; Proses, Analisis dan Partisipasi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

35
karena dinilai bertentangan, baik dengan peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi maupun dengan kepentingan umum yang luas.

Apabila pemerintah dipandang sebagai sumber kebijakan dan

kebahagiaan masyarakat, maka gejala protes masyarakat terhadap suatu

kebijakan publik tertentu setidak-tidaknya memperingatkan perlunya

pencermatan kembali mengenai makna pemerintahan dan kebijakan

publik serta ikhtiar untuk membangunnya kearah yang semakin

partisipatif.

Implementasi merupakan langkah yang sangat penting dalam

proses kebijakan. menerapkan berarti menggunakan instrumen-

instrumen mengerjakan atau memberikan pelayanan rutin, melakukan

pembayaran-pembayaran. Atau dengan kata lain implementasi

merupakan tahap realisasi tujuan-tujuan program.30

Rangkaian siklus kebijakan publik dalam menyusun jalan keluar

dari permasalahan umumnya disebut analisis masalah, maka dalam hal

ini analisis masalah dipandang sebagai “nasihat” sebagai jalan keluar

dari masalah keputusan-keputusan yang diambil pada nilai-nilai sosial

yang mentransformasikan informasi yang relevan untuk memecahkan

masalah.

Dari semua teori mengenai kebijakan publik, pada dasarnya

kebijakan tersebut dibuat untuk memberikan pelayanan publik yang

30
Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan Publik; Proses, Analisis dan Partisipasi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

36
memenuhi ekspektasi masyarakat yang mana telah tercantum dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik yang menjadi amanat UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Yang tujuan dari dibuatnya Undang-Undang tersebut adalah

terwujudnya Batasan dan hubungan yang jelas antara hak, tanggung

jawab dan kewajiban serta kewenangan, terselenggara pelayanan yang

sesuai dengan asas-asas umum, terselenggaran pelayanan yang sesuai

dengan amanat Undang-Undang dan terwujudnya perlindungan dan

kepastian hukum bagi masyarakat.31

Undang-Undang tersebut selanjutnya di tuangkan dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2012 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik untuk melaksanakan ketentuan pasal 5 atat 6, pasal 9 ayat 2, pasal

20 ayat 5, pasal 30 ayat 3, dan pasal 39 ayat 4.

Maka yang perlu diperhatikan adalah persiapan-persiapan

implementasi yaitu memikirkan dan menghitung secara matang berbagai

kemungkinan keberhasilan dan kemampuan organisasi yang diserahi

tugas melaksanakan program. terdapat model-model implementasi

kebijakan pelayanan publik, antara lain:

31
Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan Publik; Proses, Analisis dan Partisipasi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

37
a. Model Merilee S. Grendle (1980).

Ada 2 hal ciri dari Keberhasilan implementasi, pertama isi

kebijakan/content of policy (kepentingan terpengaruh oleh

kebijakan, jenis manfaat, derajat perubahan yang diinginkan,

kedudukan pembuat kebijakan, siapa pelaksana dan sumberdaya

yang dikerahkan).

Gambar 2.6
Model Grendle, 1980.
(sumber: Grendle, 1980 dalam Mulyadi, 2018).

Kedua lingkungan kebijakan/context of implementations

(kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat,

karakteristik Lembaga dan penguasa, dan kepatuhan dan daya

tanggap) ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan

38
ditrasnformasikan, barulah implementasi kebijakan dilakukan.

Seperti pada gambar berikut ini:

b. Model Mazmanian dan Sabatier (1983).

Mazmanian dan Sabatier menjelaskan bahwa ada 3 (tiga)

kelompok variable yang mempengaruhi keberhasilan implementasi,

yakni:

Karakteristik dari masalah (Tractability of the problems)

indikatornya: 1) Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang

bersangkutan; 2) Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran; 3)

Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi; 4) Cakupan

perubahan perilaku yang diharapkan.32

Karakter kebijakan/Undang-undang (Ability of Statute to

Structure Implementations). Indikatornya : 1) Kejelasan isi

kebijakan; 2) Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan

teoritis; 3) Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap

kebijakan tersebut; 4) Seberapa besar adanya keterpautan dan

dukungan antar berbagai institusi pelaksana; 5) Kejelasan dan

konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana; 6) Tingkat

komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan; 7) seberapa luas akses

32
Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan Publik; Proses, Analisis dan Partisipasi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

39
kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi

kebijakan.

Variabel lingkungan (Monstatutory variables affecting

implementations), indikatornya: 1) Kondisi sosial ekonomi

masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi; 2) Dukungan publik

terhadap sebuah kebijakan; 3) Sikap dari kelompok pemilih

(constituency groups); 4) Tingkat komitmen dan keterampilan dari

aparat dan implementor. Seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.7
Model Daniel Mazmanial & Paul A. Sabatier (1983)
(Sumber: Mulyadi, 2018)

c. Model Implementasi M. Hamdi (2014).

Matland telah mengembangkan suatu model yang menjelaskan 2

(dua) pendekatan yang tepat, literatur implementasi menunjukkan bahwa

top downer dan buttom upper memilih untuk melakukan studi mengenai

40
tipe kebijakan yang berbeda. Pertama top downer cenderung memilih

kebijakan-kebijakan yang relatif jelas, kedua bottom upper melakukan

studi terhadap kebijakan dengan ketidakpastian yang lebih besar yang

inheren dalam kebijakan. Dari pengamatan tersebut Matland

mengembangkan model Kontigensi atau model Ambiguitas/Konflik

(Ambiguity/conflict model).

Implementasi kebijakan adalah suatu penggalan dari proses

kebijakan, yang berisi upaya untuk mengubah target menjadi hasil.

Sehingga menampilkan 2 dimensi yaitu indikator dan determinan.

Indikator implementasi yakni serangkaian gambaran/perihal atau

keadaan mengenai dinamika pergerakan implementasi kebijakan yang

berkaitan dengan:

1. Produktifitas berkenaan dengan kemampuan untuk mewujudkan

pencapaian standar yang telah ditentukan, terutama yang berupa

pencapaian standar jumlah kelompok sasaran;

2. Berkenaan dengan kesesuaian proses pemenuhan standar dengan

pedoman spesifikasi standar yang telah ditentukan (seperti waktu,

prosedur, biaya, tempat dan pelaksana). Artinya kesesuaian tersebut

tidak melampaui standar yang telah ditentukan;

3. Efisiensi berkenaan dengan kemampuan pendayagunaan

sumberdaya dalam implementasi kebijakan, baik berupa asset,

pelaksanaan, dan dana.

41
Determinan implementasi menunjukan faktor yang dapat mempengaruhi

keberhasilan dari implementasi yang berkaitan dengan substansi

kebijakan (konsistensi dan keselarasan isi kebijakan), perilaku tugas

pelaksana (Motifasi kerja, kecenderungan penyalahgunaan wewenang,

kemampuan pembelajaran), interaksi jejaring kerja (kerjasama

pelaksana, hubungan wewenang antar tingkatan pemerintah), partisipasi

kelompok sasaran (Tingkat penerimaan terhadap manfaat, kemampuan

berkontribusi) dan sumberdaya (Kecukupan dana, ketersediaan

pelaksana, kecukupan peralatan, ketersediaan informasi dan ketepatan

teknologi). Seperti dijelaskan pada tabel dan gambar berikut ini :

Tabel. 2.1
Indikator Implementasi Kebijakan
(Sumber : Hamdi, 2014).

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR


Implementasi Produktifitas Jumlah Pencapaian kelompok sasaran
Kebijakan Linearitas Derajat kesesuaian dengan standart (prosedur,
waktu, biaya, dana, dn pelaksana).
Efisiensi Tingkat pendayagunaan sumberdaya (pelaksana,
asset, dana, dan teknologi).
(sumber: Hamdi, 2014).

Tabel. 2.2
Determinan Implementasi Kebijakan Publik
(Sumber : Hamdi, 2014).

FAKTOR INDIKATOR
Substansi kebijakan 1. Konsistensi derivasi isi/spesifikasi kebijakan.
2. Keselarasan isi kebijakan denga nisi kebijakan lain.
Perilaku tugas pelaksana 1. Motivasi kerja.
2. Kecenderungan penyalahgunaan wewenang.
3. Kemampuan pembelajaran.
Interaksi jejaring kerja 1. Kerjasama antarpelaksana
2. Hubungan wewenang antar tingkatan pemerintahan.
Partisipasi kelompok 1. Tingkat penerimaan terhadap manfaat kegiatan.
sasaran 2. Kemampuan berkontribusi sesuai prosedur yang
ada.
Sumber daya 1. Kecukupan dana
2. Ketersediaan pelaksana
3. Kecukupan peralatan
4. Ketersediaan informasi

42
5. Ketepatan teknologi
(sumber: Hamdi, 2014)

Perilaku tugas
Sumberdaya Subtansi Kebijakan pelaksana

IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN:

Produktifitas
Partisipasi kelompok Linearitas Interaksi jejaring kerja
sasaran Efisiensi

Gambar 2.8
Dimensi dan Determinan Implementasi Kebijakan
(sumber: Hamdi, 2014).

Ada pendapat, analisis kebijakan barangkali tidak pernah akan

menjadi teori. Alasan pertama, karena analisis kebijakan lebih banyak

pada ranah praktik dari pada ranah teori. Seperti halnya manajemen, tidak

terdapat teori tentang manajemen, hanya pemahaman-pemahaman yang

diterima secara amat luas, mendunia, dan mengakar dari satu generasi ke

generasi selanjutnya, bahkan diajarkan oleh para akademisi yang

menyandang gelar-gelar akademisi tertinggi.

Jadi analisis kebijakan adalah teori yang berasal dari pengalaman

terbaik, dan bukan diawali dari temuan, kajian akademik, atau penelitian

ilmiah, artinya, teori tentang analisis kebijakan adalah lay theory, bukan

academical theory. Dengan demikian, pengembangan teori analisis

kebijakan dimasa mendatang akan semakin ditentukan oleh keberhasilan

dan kegagalan-kegagalan yang terjadi dilingkungan administrasi publik.

keberhasilan kegagalan analisis kebijakan berkenaan dengan produk

43
final-nya, yaitu kebijakan publik. Disini kita perlu memahami ruang bagi

kebijakan publik itu sendiri.33

3. Dinamika Kebijakan Publik.


Analisis kebijakan adalah teori yang berasal dari pengalaman

terbaik, dan bukan diawali dari temuan, kajian akademik, atau penelitian

ilmiah, artinya, teori tentang analisis kebijakan adalah lay theory, bukan

academical theory. Dengan demikian, pengembangan teori analisis

kebijakan dimasa mendatang akan semakin ditentukan oleh keberhasilan

dan kegagalan-kegagalan yang terjadi dilingkungan administrasi publik.

keberhasilan kegagalan analisis kebijakan berkenaan dengan produk

final-nya, yaitu kebijakan publik. Disini kita perlu memahami ruang bagi

kebijakan publik itu sendiri

Diantara ilmuan analisis kebijakan ada beberapa pemahaman

menurut para pakar analisis kebijakan seperti:

a. Analisis Kebijakan Versi William N. Dunn, 2004.

Menurut Dunn, analisis kebijakan adalah suatu aktivitas

intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara

kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang dan

di dalam proses kebijakan. Analisis kebijakan adalah disiplin ilmu

social terapan yang menggunakan berbagai metode pengkajian

multiple dalam konteks argumentasi dan debat politik untuk

33
Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan Publik; Proses, Analisis dan Partisipasi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

44
menciptakan, secara kritis menilai dan mengkomunikasikan

pengetahuan yang relevan dengan kebijakan.

Perilaku Kebijakan

Lingkungan Kebijakan Kebijakan Publik

Gambar 2.9
Model dasar Proses Kebijakan
(sumber : Dunn, 2003:95).

Mengikuti Dunn, maka metode analisis kebijakan

menggabungkan lima prosedur umum yang lazim dipakai dalam

pemecahan masalah manusia, yaitu:

1) Definisi: Menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisi

yang akan menimbulkan masalah kebijakan.

2) Prediksi: Menyediakan informasi mengenai konsekuensi di

masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan,

termasuk jika tidak melakukan sesuatu.

3) Preskripsi: Menyediakan informasi mengenai nilai dari

konsekuensi alternatif kebijakan di masa mendatang.

4) Deskripsi: Menghasilkan informasi tentang konsekuensi

sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif

kebijakan.

5) Evaluasi: Kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkan

masalah.

45
Proses kebijakan yang disebutnya sebagai problem centered policy

analysis sebagai berikut :

KINERJA
KEBIJAKAN

Evaluasi Peramalan

Perumusan
Masalah

HASIL-HASIL MASALAH MASA DEPAN


KEBIJAKAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN

Perumusan
Masalah
Pemantauan Rekomendasi

AKSI
KEBIJAKAN

Gambar 2.10
Analisis Kebijakan Yang Berorientasi Pada Masalah .
(Sumber : W.N.Dunn 2003).

Konsepsi yang luas tentang analisis kebijakan yang

disajikan, tidak menciptakan untuk membangun dan menguji teori-

teori diskriptif yang umum, analisis kebijakan melampaui apa yang

dicapai oleh disiplin ilmu tradisional, analisis kebijakan

mengkombinasikan dan mentransformasikan substansi dan metode

beberapa disiplin, dan lebih jauh lagi menghasilkan informasi yang

relevan dengan kebijakan yang digunakan untuk mengatasi

masalah publik tertentu.

Analisis kebijakan diharapkan untuk menghasilkan informasi

dan argumen-argumen yang masuk akal mengenai 3 macam

46
pertanyaan: pertama; nilai yang dicapai sebagai tolak ukur dalam

melihat masalah, kedua; fakta keberadaannya apakah membatasi

atau meningkatkan capaian dan ketiga; tindakan yang

implementasinya menghasilkan pencapaian nilai-nilai.

Tabel 2.3
Tiga pendekatan dalam analisis kebijakan.
(Sumber: William N. Dunn,1994).
No. Pendekatan Pertanyaan Utama Tipe Informasi
1. Empiris Adakah dan akankah ada (fakta) Deskriptif dan prediktif
2. Valuatif Apa manfaatnya (nilai) Valuatif
3. Normatif Apakah yang harus diperbuat (aksi) Preskriptif

Disiplin-disiplin tradisional tersebut cenderung menghindari

pendekatan valuatif dan normatif untuk sebagian keyakinan

perlunya memisahkan antara nilai dan fakta dalam ilmu

pengetahuan, sehingga kadang menimbulkan kesalahpahaman

mengenai metodologi dan tujuan analisis kebijakan.

Dalam analisis kebijakan, prosedur analisis umum ini telah

diberikan nama-nama khusus yaitu (1) pemantauan (deskripsi)

memungkinkan kita untuk menghasilkan informasi tentang sebab-

sebab masa lalu akibat dari kebijakan, (2) peramalan (prediksi)

memungkinkan kita untuk menghasilkan informasi tentang

konsekuensi yang akan datang dari kebijakan, (3) evaluasi

mencakup produksi informasi tentang nilai atau kegunaan dari

kebijakan yang lalu dan yang akan datang, dan (4) rekomendasi

(preskripsi) memungkinkan untuk menghasilkan informasi tentang

47
kemungkinan bahwa serangkaian tindakan yang akan datang akan

mendatangkan akibat-akibat yang bernilai.

Analisis kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses

pengkajian yang meliputi lima komponen informasi kebijakan

(policy informational components) yang ditransformasikan dari

satu ke lainnya dengan menggunakan lima prosedur analisis

kebijakan. Penggunaan prosedur analisis kebijakan memungkinkan

analisis mentransformasikan satu tipe informasi ke tipe informasi

lainnya. Informasi dan prosedur bersifat saling tergantung; mereka

saling terkait dalam proses dinamis transformasi informasi

kebijakan (Policy informational transformations).

b. Analisis Servqual

Berdasarkan analisis servqual pada perumusan strategi, yang

perlu dilakukan harus berdasarkan pada kemampuan, kekuatan,

peluang, budaya dan kecerdasan yang dimiliki

organisasi.Sedangkan menurut Zeithemi, Parasuraman dan Berry

(1990) menggunakan ukuran:

a. Tabgibles, yaitu fasilitas fisik, peralatan, pegawai dan

fasilitas-fasilitas komunikasi yang dimiliki penyedia

layanan.

b. Realiability adalah kemampuan untuk menyelenggarakan

pelayanan yang disajikan secara akurat.

48
c. Responsivitas, yaitu kemampuan untuk menyelenggarakan

pelayanan secara ikhlas.

d. Assurance, merupakan pengetahuan, kesopanan dan

memberikan kepercayaan kepada pengguna layanan.

e. Emphaty adalah kemampuan memberikan perhatian

pengguna layanan secara individual.

4. Teori dan Isu Pembangunan.

Pembangunan ekonomi menjadi jargon negara berkembang

seperti Indonesia, dikarenakan tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi

tolak ukur kemajuan bangsa, pertumbuhan ekonomi secara singkat

diartikan sebagai proses kenaikan output perkapita dalam jangka

Panjang. Dititikberatkan pada 3 aspek, yaitu proses, peningkatan output

perkapita dalam jangka Panjang.34

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu

gambaran ekonomi pada suatu saat (one shoot) dilihat adanya aspek

dinamis suatu perekonomian sebagai suatu yang berkembang dan

berubah sepanjang waktu, dan tekanannya pada perubahan atau

perkembangan itu sendiri. (Budiono, 1992:1) dalam Clalid, 2015 dengan

judul teori dan isu pembangunan.

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output

perkapita, yaitu ditekankan pada isis output total dari GDP-Gross

34
Chalid, Pheni. 2015. Teori dan Isu Pembangunan. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka. Hal 9. 27.

49
Domestic Product dan sisi jumlah peduduk. Output perkapita adalah

output total bagi jumlah penduduk. Jadi proses kenaikan output perkapita

harus dianalisis dengan jalan melihat apa yang terjadi dengan output total

disatu pihak, dan jumlah penduduk dilain pihak.

Suatu teori pertumbuhan ekonomi harus menjelaskan apa yang

terjadi dengan GDP total dan apa yang terjadi dengan jumlah penduduk.

Karena dengan hanya mengkaitkan kedua aspek tersebut maka

perkembangan output perkapita dapat dijelaskan juga.35

Aspek ketiga dari definisi pertubuhan ekonomi adalah perspektif

waktu jangka Panjang. Kenaikan output perkapita selama 1-2 tahun.

Yang kemudian diikuti dengan penurunan output perkapita bukan

merupakan pertumbuhan ekonomi, suatu perekonomian dikatakan

tumbuh apabila kenaikan output perkapita berada dalam jangka waktu

yang cukup lama (10,20-50 lebih), tetapi apabila dalam jangka waktu

yang cukup Panjang tersebut output perkapita menunjukan

kecenderungan yang jelas mengalami kenaikan maka dapat dikatakan

telah terjadi pertumbuhan ekonomi. Maka perspektif jangka Panjang ini

dapat dilihat dari segi lain.

Pertumbuhan dan pembangunan adalah 2 hal yang berbeda,

masing-masing memiliki makna berbeda, implikasi dan ratifikasi yang

lain. Maka perlu adanya perbedaan atara pertumbuhan dan

pembangunan.

35
Chalid, Pheni. 2015. Teori dan Isu Pembangunan. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka. Hal 9. 27.

50
Pertumbuhan ekonomi bersangkut paut dengan proses

peningkatan produksi barang jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat,

atau dikatakan menyangkut perkembagan yang berdimensi tunggal dan

diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan.

Sedangkan pembangunan adalah selain peningkatan produksi

secara kuantitatif seperti pertumbuhan, pembangunan juga mencakup

perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada pola

penggunaan/alokasi, sumberdaya produksi, distribusi, yaitu semakin

meluasnya kesempatan kerja yang bersifat produktif.

Pemberdayaan dan penguatan peran masyarakat merupakan

upaya yang harus selalu dilakukan untuk menjawab segala kompleksitas

tantangan yang muncul dan sekaligus menata peran yang harus

dimainkan dalam merespon program untuk menjawab tantangan yang

selalu meningkat.

Pemberdayaan bertujuan untuk memaksimalkan, menjadikan

sesuatu yang masih bersifat potensial menjadi nyata. Pemberdayaan

terhadap masyarakat adalah mengupayakan masyarakat adalah

mengupayakan masyarakat memiliki kemampuan untuk memaksimalkan

potensinya menjdi potensi riil ekonomi secara mandiri.36

Sedangkan penguatan adalah menggali potensi yang dimiliki oleh

masyarakat untuk dikembangkan dan diperkuat sehingga mampu

merespon tantangan secara mandiri. Untuk itu diperlukan strategi yang

36
Chalid, Pheni. 2015. Teori dan Isu Pembangunan. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka. Hal 9. 27.

51
memadukan antara pertumbuhan dan pemerataan, yang didasarkan pada

3 arah:

1. Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat.

2. Pemantapan ekonomi dan pendelagasian wewenang dan

pengelolaan pembangunan didaerah dan peran serta masyarakat.

3. Modernisasi melalui penajaman dan pemantapan arah perubahan

struktur sosial ekonomi dan budaya yang bersumber pada kearifan

local.

Untuk itulah peningkatan kapasitas masyarakat berarti

mengupayakan penguatan peran masyarakat madani atau masyarakat

sipil. Pembangunan lebih menyangkut pengembangan daya kreasi dan

kepercayaan diri, serta kesungguhan partisipasi masyarakat.

Masyarakat sipil merupakan katalisator bagi aspirasi masyarakat,

hubungan antara masyarakat sipil dengan negara sebagai katalisator

aspirasi rakyat, merupakan bentuk partisipasi dalam memberikan kontrol

terhadap negara agar kebijakan pemerintah menyentuh kepentingan

publik secara luas. Masyarakat sipil, lebih merupakan penyambung

aspirasi dan kontrol pemerintah atas pelaksanaan pembangunan pada saat

saluran aspirasi mengalami kemacetan.37

Organisasi masyarakat sipil memiliki peran yang luas tidak hanya

tataran kajian dan konsep, juga memainkan peran dalam membangunan

partisipasi masyarakat lewat berbagai program pemberdayaan. CSOs

37
Chalid, Pheni. 2015. Teori dan Isu Pembangunan. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka. Hal 9. 27.

52
disamping berperan sebagai katalisator juag berperan memperkuat

masyarakat sipil agar lebih siap berpartisipasi secara sehat, dan juga

dapat menjadi mitra pemerintah dalam upaya perbaiakan tata pemerintah,

dan alternative penyalur aspirasi masyarakat manakala saluran politik

mengalami kemacetan.

Masyarakat menengah yang memiliki sensitifitas terhadap

hegemoni negara dan memberikan reaksi memalui Gerakan organisasi

masyarkat sipil (CSO, Pers, NGO dan Mahasiswa) yang bertujuan untuk

membangunan kesadaran masyarakat. Beberapa kegiatan spesifik yang

dilakukan CSOs untuk mengkatalisasi proses partisipasi menuju

tatakelola yang baik di Indonesia adalah:38

1. Peningkatan kesadaran (Awareness Raising) – memperkaya

konsep pembangunan partissipatori dan mendorong permintaan

partisipasi yang besar dan akuntabilitas.

2. Advokasi Kebijakan (Policy Advocacy) – membangun legal

framework (kebijakan dan aturan), mendorong proses partisipasi

menyusun aturan, memberi penghargaan terhadap inovasi,

menbentuk partnership, memantau program pemerintah,

mempengaruhi kebijakan donor internasional tentang partisipasi.

3. Pengembangan institusi (Institution Building) – membentuk forum

warga, memperbaiaki kualitas, memperkuat jaringan, membangun

38
Chalid, Pheni. 2015. Teori dan Isu Pembangunan. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka. Hal 9. 27.

53
strategic linkage, mendampingi komunitas mencari alternative dan

menfasilitasi upaya memperkuat institusi.

4. Pengembangan kapasitas (Capacity Building) – mengembangkan

berbagai metode alternative dan teknik, menampilkan fasilitator,

membangun sistem informasi dan komunikasi dan juga melakukan

pelatihan penggunaan metode partisipatoris.

Partisipasi merupakan proses anggota masyarakat sebagai

individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta

ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan

kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka.

Sistem partisipatif merupakan arah baru pembangunan yang berisi

strategi memadukan pertumbuhan dengan pemerataan, arah baru

pembangunan diwujudkan dalam bentuk:39

1. Upaya pemihakan bangunan diwujudkan dalam bentuk pemihakan

kepada yang lemah dan pemberdayaan masyarakat.

2. Pemantapan otonomi dan desentralisasi.

3. Modernisasi memalui penajaman arah perubahan struktur sosial

ekonomi masyarakat.

Untuk merealiasasikan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan diperlukan pemberdayaan masyarakat, karena masyarakat

telah terbiasa dengan peran pemerintah yang dominan dalam

39
Chalid, Pheni. 2015. Teori dan Isu Pembangunan. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka. Hal 9. 27.

54
pembangunan sehingga masyarakat pada saat ini mengalami kegagapan

apabila harus menentukan apa yang menjadi kepentingan mereka.

Pemberdayaan masyarakat mulai menjadi isu nasional pada saat

kritis multidimensi melanda Indonesia. Ketimpangan distribusi

pendapatan, kemiskinan, dan ketertinggalan menjadi masyarkat sangat

rentan terhadap berbagai ketidaksetabilan yang terjadi pada masa krisis.

Pemberdayaan masyarakat pada masa krisis merupakan sebuah

upaya menjadikan masyarakat mandiri dan mampu keluar dari

kemiskinan. Untuk itu, pemerintah merancang program yang bertujuan

meningkatkan kapasitas masyarakat untuk lebih mandiri dan keluar dari

kemiskinan. Yang didasarkan pada 3 arah, pertama pemihakan dan

pemberdayaan masyarakat, kedua, pemberian otonomi dan

pendelegasian wewenang dan ketiga, modernisasi melalui penajaman

dan pemantapan arah.40

Pemerintah sebelumnya telah melaksanakan program Jaminan

Pengamanan Sosial (JPS), bentuk, mekanisme dan cakupannya

bervariasi, yang ditekankan adalah mengembangkan sistem yang

rasional dan sesuai dengen kemampuan keuangan negara, karena itu,

penyempurnaan JPS menunjukan kecenderungan sebagai berikut:

1. Definisi kelompok sasaran (cakupan dan standar)

2. Cakupan dan standar yang berlebih tidak ditanggung negara, tapi

diserahkan kepada masing-masing warganya untuk memilih.

40
Chalid, Pheni. 2015. Teori dan Isu Pembangunan. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka. Hal 9. 27.

55
3. Untuk sasaran yang ditanggung negarapun pemerintah cenderung

mengontrakan kepada swasta.

Program pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk

mengurangi dampak krisis ekonomi. Prioritas dalam program jarring

pengamanan sosial adalah:

1. Peningkatan ketahanan pangan.

2. Penciptaan lapangan kerja produktif

3. Pengembangan usaha kecil dan menengah.

4. Perlindungan sosial masyarakat dalam pelayanan dasar.

Program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan

pemerintah, dilakukan pada saat krisis melanda, dimaksudkan untuk

menggalang partisipasi masyarakat mulai dari tingkat desa hingga pusat,

hanya saja, pada masa itu, baik pemerintah dan masyarakat belum

terbiasa untuk mengelola program dan tingkat perencanaan hingga

monitoring secara bottom up. Pemerintah mengalami kebingungan

manakala masyarakat diminta untuk terlibat, karena daerah cenderung

tergantung pada juklak- petunjuk pelaksanaan dan juknis – pentunjuk

teknis.41

Kendala lain adalah persepsi yang mengakar bahwa pemerintah

memiliki kewenangan dalam pelaksanaan pembangunan dari rakyat

memposisikan sebagai pihak yang tidak mengerti dan diharapkan

menerima begitu saja pembangunan yang dilaksanakan, maka, partisipasi

41
Chalid, Pheni. 2015. Teori dan Isu Pembangunan. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka. Hal 9. 27.

56
merupakan hal yang tidak lazim bagi masyarakat, bahkan dianggap

merepotkan.

Dengan kata lain, masyarakat menganggap bahwa pemerintah

tidak melakukan pembangunan tampa merepotkan masyarakat, persepsi

seperti inilah yang menjadi kendala terbesar dalam menumbuhkan

partisipasi. Selanjutnya pemberdayaan ekonomi berbasis komunikasi

merupakan program yang paling banyak dilakaukan karena dilandasi

oleh pemahaman bahwa kemampuan ekonomi mereupakan determinan

utama dalam mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan.

Pendekatan tersebut kurang applicable, karena tidak semua

masyarakat yang kekurangan secara ekonomi disebabkan ketiadaan

modal, tetapi lebih karena kekurangmampuan dalam hal manajemen.

Kendala yang dialami dalam melaksanakan program pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan oleh organisasi masyarakat sipil sering kali

disebabkan oleh keterbatasan dalam hal sumber daya manusia dan

pendanaan.42

Masyarakat madani atau masyarakat sipil, merupakan isu yang

mengemuka saat Lembaga negara banyak melakukan praktik manipulasi,

konsepnya didasarkan pada analisis grimsci tentang kepentingan

konfliktual dan dialektika atau kesatuan dalam keberbedaan antara

negara dan masyarakat sipil.

42
Chalid, Pheni. 2015. Teori dan Isu Pembangunan. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka. Hal 9. 27.

57
Isu governance mulai memasuki arena perdebatan pembangunan

didorong adanya perubahan dinamika yang menuntuk perubahan,

governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tatacara

pemerintah dan warga mengatur sumberdaya serta memecahkan

masalah-masalah publik, pemerintah hanya menjadi satu dari bebrapa

faktor, dan tidak selalu menjadi faktor yang paling menentukan.

Sejatinya, konsep governance dipahami sebagai proses, bukan

struktur dan institusi juga menunjukan inklusivitas. Menurut Leach dan

Percy, 2001 government mengandung pengertian seolah hanya politisi

dan pemerintahlah yang mengatur, melakukan sesuatu, memberikan

pelayanan, sementara kita hanya penerima dan pasif. Governance

melebutkan pemerintahan dan pemerintah karena kta bagian dari

governance, ciri-ciri tata kelola yang baik versi multilateral organisator:

1. Demokrasi, desentralisasi, peningkatan pemerintah.

2. HAM dan kepatuhan hukum.

3. Partisipasi masyarakat.

4. Efisiensi, akuntabelitas, transparansi.

5. Pengurangan anggaran militer.

6. Tata ekonomi berarientasi pasar.

Menurut united nations:

1. Kemampuan melaksanakan fungsi dan kebijakan.

2. Akuntabilitas dalam kegaitan dan transparan dalam keputusan.

3. Partisipasi dalam proses demokrasi.

58
4. Perhatian terhadap pemerataan kemiskinan.

5. Komitmen terhadap ekonomi orientasi.

Menurut world bank:

1. Akuntabilitas politik.

2. Bebas berkumpul dan berpartisipasi.

3. Jaminan hukum.

4. Akuntabilitas demokrasi.

5. Ketersediaan dan validitas informasi

6. Manajemen publik yang efektif dan efisiens.

Good governance menjadi isu sentral sebagai strategi

pembangunan dan upaya memberantas kemiskinan dan keterbelakangan

yang terjadi dimasyarakat, untuk menjamin praktik good governance

berjalan baik, pada 2002-2004 ADB membuat MoU dengan pemerintah

daerah provinsi yang terpilih sebagai focus, di dalam MoU tersebut

pemda akan menjalankan prinsip-prinsip tatakelola yang baik seperti:43

1. Penghapusan KKN dalam kegiatan publik.

2. Peningkatan kualitas dan keterbukaan atas audit pendapatan dan

pengeluaran anggaran publik.

3. Trnasparan dan keterbukaan informasi, biaya, sumber dana dan

penggunaan.

4. Partisipasi luas stakeholder dan civil society dalam mendesain dan

mengimplementasikan perencanaan.

43
Chalid, Pheni. 2015. Teori dan Isu Pembangunan. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka. Hal 9. 27.

59
5. Ada alokasi yang cukup untuk pelayanan dasar.

6. Perhatian utama mengutamakan gender dalam pembangunan.

7. Menjalankan rule of law.

8. Memberikan perhatian terhadap manajemen yang baik dan

professional.

Langkah-langkah menuju terrealisasinya good governance di

Indonesia dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:

1. Perbaikan sistem politik

2. Desentralisasi.

3. Pelaksanaan HAM.

4. Kebebasan berserikat/berkumpul.

5. Pengurangan peran militer.

Profesionalisme, transparansi, partisipasi dan akuntabilitas

merupakan tuntutan terhadap Lembaga pemerintah. Jalan satu-satunya

untuk memperbaiki kinerja birokrasi hanya dengan memaksimalkan

kinerja pemerintah lewat restrukturisasi Lembaga birokratis menjasi

Lembaga wirausaha atau dikenal dengan istilah reinventing government.

Pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis pada keikutsertaan

atau keterlibatan seluruh komponen masyarakat dalam pembangunan

masa depan bersumber pada pemberdayaan masyarakat. Untuk itulah

peningkatan kapasitas masyarakat berarti mengupayakan penguatan

peran masyarakat madani atau masyarakat sipil.44

44
Chalid, Pheni. 2015. Teori dan Isu Pembangunan. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka. Hal 9. 27.

60
Kearifan local merupakan suatu tatanan nilai menjadi pedoman

hidup yang dimiliki masing-masing kelompok masyarakat, yang

memiliki karakteristik dan keragaman degan kelompok yang lain.

Kearifan local secara sistematis disubordinasikan pada budaya dominan

atas dasar harmonisasi yang dipaksakan diatas, dimana hal tersebut dapat

dilihat dalam proses perubahan secara radikal pada masa orde baru pada

bidang pertanian.

Kearifan local atau local wisdoms secara praktik merupakan

upaya masyarakat untuk melestarikan sumberdaya agar dapat terus

digunakan untuk menghidupi mereka dan menjaga keseimbagan

lingkungan.

Hanya saja kebijakan yang berjalan saat ini bersifat top-down

yang mengecilkan peran masyarakat dan membudaya, implikasi

mendasar dari situasi seperti ini adalah terciptanya mentalitas sub ordinat

sehingga menjadi kendala budaya terhadap implementasi berbagai

program pemberdayaan masyarakat,kerena masyarakat sendiri tidak lagi

terbiasa dengan program yang bottom up, yang disesuaikan dengan

budaya setempat.

Gerakan yang saat ini popular adalah Gerakan kembali kea lam

yaitu Gerakan pelenstarian lingkungan hidup. Estalasi Gerakan ini

semakin besar skalanya tatkala berbagai perusahaan multinasional

melakukan investasi besar-besaran di negara dunia ketiga dan mengubah

komoditas petani untuk menanam kebutuhan komoditas Multi Nasional

61
Corporations/MNCs. Akhirnya petani menjadi tergantung terhadap

perusahaan dan meninggalkan tradisi keberagaman pola tanam komoditi

pertanian.45

Dinegara maju, fungsi kontrol masyarakat terhadap

pembangunan yang memiliki dampak terhadap lingkungan sangat kuat.

Dalam publikasi OECD tentang publik participations and environmental

matters dikemukakan tentang peran serta masyarakat sebagai berikut:

partisipasi masyarkat dapat dipandang sebagai sumbangan yang sangat

esensial untuk meningkatkan kualitas lingkungan sama pentinggnya

dengan peringatan politis, untuk mengklarifikasikan keputusan yang

akan diambil. Dan untuk mencari consensus sosial untuk keseimbangan

antara pembangunan ekonomi dan kepentingan lingkungan.

Menurut Lothar Guilding, dasar-dasar bagi adanya peran serta

tersebut adalah:

1. Memberi informasi kepada pemerintah.

2. Meningkatkan kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan.

3. Membantu perlindungan hukum.

4. Mendemonstrasikan pengambilan keputusan.

Dinegara maju ada istilah critical mass, atau dibelanda dengan

istilah inspraak yang merupakan teknik sosial bukan tujuan dan tidak

merupakan substitusi dari keputusan-keputusan dewan perwakilan

45
Chalid, Pheni. 2015. Teori dan Isu Pembangunan. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka. Hal 9. 27.

62
rakyat, inspraak dilakukan pada tahap formulasi gagasan, perencanaan

dan penetapan suatu proyek, yang memiliki 3 unsur, yaitu:

1. Dilaksanakan secara terorganisasi.

2. Diskusi dilakukan dengan Lembaga eksekutif dan perencanaan.

3. Hasilnya dibatasi hingga wajar dapat mempengaruhi keputusan

akhir pemerintah.

Kemiskinan dan keterbelakangan merupakan suatu yang

kompleks, tetapi untuk emahaminya dapat disederhanakan bahwa

masalah pokok dari kemisikianan dan keterbelakgan adalah:

1. Pendapatan yang rendah.

2. Adanya kesenjangan yang dalam antara kaya dan miskin.

3. Partisipasi masyarakat yang minim dalam usaha-usaha

pembangunan yang dilakukan pemerintah.

Tujuan otonomi adalah kebijakan untuk mempercepat

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi

kesenjangan antar daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan publik

agar lebih efisien dan sesuai dengan kebutuhan serta potensi dan

karekteristik didaerah masing-masing. Peningkatan kualitas ini diberikan

melalui peningkatan hak dan tanggung jawab pemerintah daerah untuk

mengelah daerahnya sendiri. 46

Asas dekosentrasi adalah wewenang pengelolaan pembangunan

daerah yang dimiliki oleh pemerintah pusat, tetapi telah dilimpahkan

46
Chalid, Pheni. 2015. Teori dan Isu Pembangunan. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka. Hal 9. 27.

63
kepada pemerintah daerah. Sedangkan desentraslisasi pada dasarnya

adalah wewenang pemerintah daerah dalam pengelolaan pembangunan

daerahnya sendiri, sedangkan asas perbantuan adalah pemerintah daerah

membantu melakukan tugas-tugas yang dimiliki pemeritntah pusat

didaerah, tetapi pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah daerah.

Prinsip dasar yang sering digunakan dalam menentukan besarnya

keuangan yang dibutuhkan oleh suatu daerah otonom adalah prinsip

dimana fungsi-fungsi ditentukan terlebih dahulu, baru kemudian

ditetapkan besarnya kebutuhan keuangan bagi pelaksana urusan

bersangkutan.

Hal ini sebenarnya tidak sepenuhnya berlaku, karena dinegara

dunia ketiga. Pelaksanaan kebijakan distribusi keuangan dilakukan

dengan mendahulukan pembagian keuangan barulah diikuti oleh

pembagian fungsi.

Jenis-jenispendanaan untuk membiayai pembangunan dan

aktifitas rutin, meliputi:47

1. Dana perimbangan = dana yang bersumber dari penermaan APBN

yang dialokasikan untuk daerah yang terdiri dari dana bagi hasil

dari PBB, BPHTB, PPh dan SDA, DAU dan DAK.

2. Dana bagi hasil = yang dihasilkan dari penerimaan pajak dan

penerimaan bukan pajak /SDA.

47
Chalid, Pheni. 2015. Teori dan Isu Pembangunan. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka. Hal 9. 27.

64
3. Dana alokasi umum = yang dialokasikan didasarkan pada

kesenjangan fiscal atau celah fiscal yaitu selisih antara kebutuhan

fiscal dengan kapasitas fiscal.

4. Dana alokasi khusus = untuk memenuhi kebutuhan sarana dan

prasarana didaerah terpencil dll.

5. Pinjaman daerah = pinjaman domestic atau luar negeri yang tidak

boleh lebih dari 75% pendapatan umum, dan rasui hutang tidak

boleh lebih dari 2,5% atau hutang tidak boleh melebihi 1/6 total

anggaran belanja.

Prinsip-prinsip budget transparancey menurut IMF dalam

pengelolaan pemerintahan dan anggaran yang harus dipenuhi untuk

mewujudkan akuntabilitas publik adalah:

1. Adanya kejelasan pembagian peran dan tanggung jawab antara

pemerintah dan bentuk kebijakan dan regulasi di sektor masyarakat

yang jelas, tebuka dan tidak diskriminatif.

2. Adanya kejelasan dasar dan kerangka hukum serta administrasi

atas pengelolaan anggaran.

3. Tersediannya informasi yang benar dan relevan bagi masyarakat

dalam hal pengelolaan anggaran dan pelaksnaan pembangunan

meliputi rincian penerimaan, pengeluaran, posisis hutang dan

kaitan dengan kiprah perusahaan milik pemerintah.

4. Adanya komitmen terhadappenyajian informasi yang

komprehensif, realisitik dan periodic kepada masyarakat secara

65
berkala dan kontinyu, termasuk identifikasi terhadap

penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan.

5. Adanya keterbukaan pelaporan maulai dari persiapan, penyusunan,

pelaksanaan, sampai laporan masuk serta kesinambungannya.

6. Format yang rinci atas susunan anggaran.

7. Spesifikasi atas prosedur yang terintegrasi.

8. Integritas tinggi atas laporan fiscal yang diajukan.

Beberapa persoalan yang muncul dalam pelaksanaan

desentralisasi fiscal diantaranya adalah:48

1. Equalisasi fiscal (desentralisasi yang difokuskan untuk

pengurangan kemiskinan namun komitmen daerah dalam

pelaksanaannya sangat lemah.

2. Manajemen keuangan daerah (pemerintah kab/kota cenderung

mengali pendapatan lain selain pajak dengan cara menggalakan

penarikan retribusi yang pasti semakin memberatkan masyarakat

didaerah.

3. Budgeting begavior (perilaku yang orientasinya hanya untuk

menghabiskan anggaran/silpa)

Praktik otonomi daerah dalam beberapa hal melahirkan berbagai

kasus pentingnya yang mengemuka yaitu:

1. Egoism sectoral.

2. Orientasi penggalian pendapatan asli daerah

48
Chalid, Pheni. 2015. Teori dan Isu Pembangunan. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

66
3. Praktik KKN di lingkungan pejabat daerah.

Isu-isu pemerintah daerah

1. Peran negara

2. Welfare state

3. Lembaga negara yang kurang berperan

4. Peran birokrasi

5. Prinsip good governance.

5. Teori Inovasi dan Perubahan Organisasi.

Kata organisasi berasal dari bahasa Yunani “organon”, yang

artinya alat atau instrumen. Pada awalnya organisasi hanyalah dipandang

sebagai tool atau alat mekanis yang digunakan untuk membantu

mencapai tujuan. Salah satu defenisi organisasi dikemukakan oleh

Bernard seperti yang dikutip oleh Steers, Ungson, dan Mowday. 49

Ia merumuskan organisasi sebagai sebuah sistem yang

mengkoordinasi, dan orang – orang yang ingin bekerja sama dalam

mencapai tujuan organisasi. Defenisi agak berbeda dikemukakan oleh

Jones, organisasi adalah sebuah alat yang digunakan oleh manusia untuk

mengkoordinasikan kegiatan – kegiatannya untuk mencapai tujuan atau

nilai – nilai yang diinginkan.

49
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

67
Perbedaan dari dua defenisi tersebut adalah pada kedudukan pada

manusia, yan pertama manusia merupakan komponen organisasi dan

yang kedua organisasi alat manusia.

Sementara itu, Robbins mengemukakan bahwa organisasi adalah

suatu kesatuan social yang dikoordinasikan secara sadar, yang memiliki

batas yang relative dapat diidentifikasi, yang bekerja secara terus

menerus untuk mencapai tujuan.

Sementara itu, Jones (2007) menyatakan bahwa organisasi adalah

alat/ instrument yang digunakan manusia untuk mengkoordinasikan

tindakannya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. 50

Dari beberapa defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

organisasi merupakan:

1. Alat untuk mencapai tujuan

2. Alat untuk mengorganisasikan sumber daya

3. Memiliki batas yang relative dapat diidentifikasi

4. Sebagai sistem social sehingga dapat beperilaku

5. Dikoordinasikan secara sadar

6. Melibatkan lebih dari satu orang

Sejak berkembnagnya aliran hubungan manusa sampai dengan

aliran sistem dan kontingensi, organisasi selalu diletakkan dalam konteks

50
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

68
yang selalu dalam perubahan. Organisasi diletakkan pada posisi dinamis,

baik dalam arti dinamis pada hubungan antarmanusianya maupun

dinamis dalam arti hubungan dengan lingkungannya. Dinamika tersebut

dipengaruhi oleh sistem yang dibangun dalam organisasi.

Visi, strategi, dan seluruh perangkat untuk melaksanakan strategi

seperti struktur, kultur, politik dan teknologi organisasi menjadi factor

penentu hubungan antar manusia dalam organisasi. Perubahan

lingkungan akan memaksa organisasi untuk melakukan penyesuaian

sistem internalnya agar tidak tertinggal oleh perubahan lingkungan.

Menurut Crawford, pada akhir abad ke-20 ditandai dengan

terjadinya perubahan besar dalam cara memandang dunia. Dalam tata

nilai social telah tejadi pergeseran pandangan dari ide bahwa manusia

adalah makhluk yang dikendalikan oleh takdir dengan keyakinan bahwa

struktur social yang rasional dapat mebawa harmoni kehidupan kepada

ide bahwa manusia dipandang sebagai makhluk yang mampu melakukan

transformasi dan pertumbuhan, sistem nilai yang menekankan pada

otonomi individu pada masyarakat yang desentralistik.51

Apa yang dikemukakan oleh Crawford menunjukkakn bahwa

terjadi perkembangan yang luar biasa dari kehidupan manusia.

51
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

69
Perkembangan menjadi semakin cepat dari waktu ke waktu. Telah terjadi

revolusi dalam kehidupan.

Menurut Jones (2004) dalam perubahan organisasi terdapat faktor

– faktor yang mendorong perubahan namun ada juga faktor – faktor yang

umum yang berusaha bertahan untuk tidak berubah.yang

revolusioner.Motivasi sering diberikan pengerian sebagai segala sesuatu

yang menggerakkan orang – orang mau melakukan sesuatu.

Motivasi sering dikait – kaitkan dengan kemalasan dan sesuatu

yang melekat pada diri individu. Motivasi bukanlah hasil dari perilaku,

motivasi adalah faktor pendorong perilaku. Menurut Robbins, motivasi

merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Faktor

lingkungan menjadi penentu perilaku. Pendapat Robbins tersebut

menunjukkan bahwa motivasi seseorang tidak terkait dengan kemalasan

dan cirri individu. Seseorang yang rajin dapat rendah motivasinya jika ia

tidak merasa tertarik dengan sesuatu.

Sejarah Teori Motivasi telah dimulai pada tahun 1900, ketika

Scientific Management memperkenalkan konsep intensif upah. Secara

umum, saat ini terdapat tiga kelompok teori motivasi yaitu Teori Konten,

Teori Proses dan Teori Kontemporer.52

1. Teori Hierarki Kebutuhan

52
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

70
Teori ini merupakan teori motivasi yang sampai saat ini paling

banyak digunakan sebagai dasar kajian motivasi. Adanya anggapan

bahwa terdapat perbedaan tingkat kebutuhan manusia maka Teori

Motivasi Maslow juga disebut sebagai Teori Hierarki Kebutuhan.

Teori tersebut disusun berdasarkan asumsi bahwa setiap manusia

diasumsikan memiliki lima kebutuhan, yaitu:

• Fisiologis

• Keamanan

• Social

• Ego

• Aktualisasi diri

Teori hierarki kebutuhan dapat diterima dengan luas, walau

demikian banyak kelemahan ditemukan dari teori ini:

a. Teori ini bersifat elitis

b. Hierarki kebutuhan tidak berlaku universal

c. Beberapa penelitian tidak menemukan bukti yang kuat

adanya hierarki kebutuhan dalam diri setiap manusia

d. Teori Maslow dianggap terlalu menyederhanakan kebutuhan

manusia

71
McGregor membedakan manusia atau lebih tepatnya

pekerja ke dalam dua kelompok yaitu kelompok yang diberi label

Teori X dan kelompok yang diberi label Teori Y53

Teori X mengasumsikan bahwa pekerja adalah:

1. Manusia yang tidak menyukai pekerjaannya, mereka akan

menghindarinya

2. Agar pekerja mau bekerja mereka harus dikontrol

3. Para pekerja cenderung menghindari tanggung jawab

4. Pekerja meletakkan kebutuhan keamanan di atas kebutuhan

yang lain

Teori Y disusun berdasarkan asumsi:

1. Para pekerja memandang pekerjaan adalah sesuatu yang

alamiah, sehingga mereka suka bekerja

2. Para pekerja mampu mengarahkan dirinya dan memotivasi

dirinya untuk mencapai tujuan

3. Pekerja suka bertanggung jawab

4. Kemampuan untuk melakukan inovasi menyebar di seluruh

anggota pekerja

53
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

72
Teori dua factor dikemukakan oleh Frederick Herzberg. Herzberg

memulai penelitiannya dengan mengajukan dua pertanyaan kepada

4000 responden.

Jawaban dari para responden oleh Herzberg kemudian

dikelompokkan ke dalam dua kelompok jawaban, yaitu:54

1. Dissatisfiers atau factor hygiene

Hal menarik dari temuan Herzberg adalah bahwa

menghilangkan kondisi factor hygiene tidak akan

menyebabkan orang menjadi puas dan meningkat

motivasinya. Menurut Herzberg, meningkatkan factor hygiene

hanya akan mencegah orang menjadi tidak puas, tetapi tidak

akan memberikan kepuasaan. Dengan demikian, hasil

penelitian Herzberg menunjukkan bahwa antar factor hygiene

dan motivator bukanlah suatu kontinum seperti pandangan

yang ada sebelumnya.

2. Satisfier atau Motivator

Untuk meningkatkan motivasi yang diperlukan adalah

motivator. Factor motivator antara lain pencapaian kemajuan

diri, pengakuan, tanggung jawab, dan pertumbuhan. Menurut

Herzberg, ketiadaan motivator akan membuat orang tidak

bekerja dengan baik.

54
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

73
Kritik terhadap teori dua factor Herzberg adalah:

1. Ilmuan dan insinyur tidak dimasukkan dalam responden

2. Teori Herzberg tidak memperhitungkan perbedaan

individu

3. Teori dua factor tidak secara jelas mendefenisikan

hubungan antara kepuasan dengan motivasi

1. Teori ERG

Teori ERG adalah teori yang dikemukakan oleh Clayton Alderfer.

Teori ERG merupakan revisi dari teori motivasi Maslow.

Oleh Alderfer lima kategori teori Maslow disederhanakan menjadi

tiga , yaitu kebutuhan, kebutuhan berhubungan, dan kebutuhan

pertumbuhan. Ada dua cirri mendasar teori ERG yang berbeda

dengan teori hierarki kebutuhan, yaitu:

a. Upaya pemenuhan kebutuhan tidak harus satu persatu seperti

teori Maslow, tetapi dapat sekaligus.

b. Jika upaya pemenuhan kebutuhan pada tingkat yang lebih

tinggi terhambat maka keinginan untuk memenuhi

kebutuhan yang lebih rendah akan meningkat.

2. Teori Kebutuhan

Dalam penelitian, ditemukan bahwa perilaku individu didorong

oleh:

a. Need for achievement, yaitu kebutuhan atau keinginan untuk

bekerja lebih baik

74
b. Need for affilation, yaitu kebutuhan atau keinginan untuk

menjalin hubungan dengan pihak lain

c. Need for power, yaitu kebutuhan atau keinginan untuk

mempengaruhi orang lain, mengendalikan orang lain

Teori kebutuhan memberikan instrument kepada para

manager untuk melakukan identifikasi tentang pemenuhan

kebutuhan yang mendorong meningkatnya motivasi.

3. Teori Kesamaan

Teori kesamaan dikembangkan oleh J. Stacy Adams. Teori ini

didasarkan atas pemikiran bahwa motivasi seseorang bergantung

pada perbandinan outcomes yang dierimanya dengann orang lain.

Riset Adam tentang teori kesamaan menemukan bukti kuat dalam

hal adanya perasaan ketidaksamaan negative, bukan

ketidaksamaan positif, artinya seseorang akan merasa kurang

nyaman jika ia diberi imbalan yang kurang.

4. Teori Harapan

Teori harapan berusaha memberikan jawaban tentang factor –

factor apa yang menentukan keinginan/kemauan seseorang yang

mendorong seseorang melakukan upaya tertentu dalam

melaksanakan tugasnya. Menurut teori harapan motivasi seseorang

akan meningkat jika upaya – upaya yang merela lakukan

berhubungan dengan penilaian kinerja yang tinggi. Penilaian

kinerja yang tinggi akan berdampak kepada imbalan uang diterima,

75
dan imbalan yang diterima sesuai dengan tujuan pribadinya.

Dengan demikian, teori harapan mencoba menghubungkan antara

upaya dengan pengharapan pribadi. Kinerja individu ataupun

kinerja organisasi hanyalah sasaran antara untuk mencapai

kepuasan individu.

Pekerjaan adalah rangkaian tugas – tugas yang lebih kecil ynag

berbeda – beda yang saling berhubungan. Agar kompleksitas da

tantangan yang terdapat dalam setiap tugas dapat dikelola maka

tugas – tugas tersebut perlu di desain dengan cermat dann tepat.

Menurut Wood, mendesain pekerjaan adalah proses perencanaa

dan spesifikasi tuga – tugas dan susunan pekerjaan yang akan

diselesaikan.

komponen pertama dalam mendesain pekerjaan adalah factor

analisis pekerjaan. Menurut Gibson, dkk (1985) ada dua

pendekatan yang digunakan dalam melakukan analisis pekerjaan,

yaitu analisis pekerjaan fungsional dan kuesioner analisis jabatan.

Hasil analisis pekerjaan adalah desain pekerjaan. Desain pekerjaan

melibatkan factor cakupan, kedalaman dan hubungan pekerjaan.

Factor penting lain yang berperan dalam menentukan besarnya

hubungan antara desain pekerjaan dan prestasi kerja adalah isi pekerjaan.

Isi pekerjaan merupakan hasil persepsi seseorang tentang pekerjaan.

Dalam mempersepsikan pekerjaan seseorang aka dipengaruhi oleh latar

76
belakang social, kepribadian, kebutuhan, dan factor individual yang lain.

Penilaian seseorang terhadap pekerjaan akan berdampak langsung pada

prestasi kerja.

Desain pekerjaan menjadi tema penting dalam mempelajari

organisasi. Terdapat dua pendekatan dalam mendesain organisasi, yaitu

pendekatan tradisional dalm pendekatan komprehensif. Pendekatan

tradisional meliputi penyederhanaan pekerjaan, pemekaran pekerjaan,

rotasi pekerjaan dan pengayaan pekerjaan.

Sementara itu, pendekatan komprehensif meliputii model

karakteristik pekerjaan dan model pemrosesan informasi social.

Pendekatan tradisional menganggap semua individu adalah sama

sehingga desain pekerjaan dapat diterapkan secara universal, sedangkan

pendekatan komprehensif beranggapan bahwa karakteristik dan persepsi

individu harus diperhitungkan dalam mendesain pekerjaan.55

Kepemimpinan mutlak diperlukakn dalam organisasi.

Kepemimpinan sangat diperlukan untuk mengintegrasikan visi dan

seluruh sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Pemimpin harus mampu membnangun budaya kerja yang

mendukung pencapaian organisasi. Oleh karena itu pemimpin perlu

memiliki kemampuan untuk mengembangkan kapasitasnya untuk

55
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

77
memberdayakan seluruh komponen organisasi. Sehingga tugas

pemimpin adalah mendorong segenap komponen organisasi untuk

mencapai tujuan bukan membatasinya.

Tugas memberdayakan akan menempatkan pemimpin sebagai

motr penggerak organisasi. Kemampuan utama dari seorang pemimpin

adalah memiliki rasa sensitive secara social dan fleksibilitas dalam

bertindak.

Perasaan sensitive akan membing pemimpin dalam melakukan

empati. Kemampuan empati ini sangat penting sebab pemimpin akan

selalu berhubungan dengan orang – orang yang memiliki perasaan dan

harga diri. Sementara itu, fleksibel dalam bertindak diperlukan untuk

mempertimbangkan rasa toleransi seorang pemimoin. Rasa toleransi ini

penting sebab tujuan utama pemimpin adalah melibatkan sebanyak

mungkin orang dan memberdayakan mereka bukan mencari

kemenangan.56

Untuk dapat mempertahankan peran sebagai pemimpin yang

efektif maka pemimpin harus mampu melaksanakan kepemimpinan yang

efektif. Pemimpin efektif adalah pemimpin yang mampu memberikan

arah, menggerakkan bawahan, dan mampu memimpin tim. Cirri

pemimpin efektif adalah memiliki pengikut, mampu menggugah

56
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

78
pengikutnya untuk melakukan hal – hal yang besar, member teladan dan

berani memikul tanggungjawab. Menurut Senge ada tiga peran yang

perlu dimainkan oleh pemimpin pada organisasi yang belajar yaitu peran

sebagai desainer, pelayan dan guru.

Komunikasi memegang peran yang sangat penting dalam

organisasi, khususnya dalam konteks perubahan dan inovasi organisasi

sector public. Komunikasi yang memadai perlu dibangun dengan pihak

– pihak berkepentingan di dalam maupun di luar organisasi sehingga

keefektifan perubahan dan inovasi dapat ditingkatkan. Pengembangan

komunikasi ik, iklim komunikasi dilakukan dengan memperhatikan

model dasar, prinsip – prinsip dan kritiria komunikasi yang baik, iklim

komunikasi dan kepuasan komunikasi.

Komunikasi dapat diterapkan dengan memanfaatkan berbagai

media komunikasi, termasuk media social. Pemimpin dan tim perubahan

memegang peran penting dalam komunikasi atas perubahan.

Kepemimpinan dalam komunikasi diwujudkan melalui pengembangan

strategi dan program komunikasi yang efektif. Persiapan yang memadai

dan antisipasi atas hambatan – hambatan komunikasi dalam perubahan

diperlukan untuk meningkatkan keberhasilan perubahan dan inovasi

organisasi. Komunikasi organisasi dapat dikembangkan untuk

79
menghasilkan hubungan – hubungan yang lebih kuat dan jangka panjang

dengan berbagai pemangku kepentingan.57

Fase atau masa transisi dalam perubahan organisasi merupakan

masa yang sangat krieis bagi individu, karena orang – orang mengalami

situasi yang serba tidak pasti. Fase transisi adalah wilayah abu – abu

selama orang – orang mengalami bahwa organisasi yang mereka huni

bukan lagi organisasi yang mereka kenal selama ini.

Tiga cirri umum dari fase transisi menurut Nadler & Nadler

(1998) adalah ketidaktsabilan, ketidakpastian dan stress.58Masa transisi

selalu melahirkan ketidakpastian. Ketidakstabilan dan ketidakpastian

menimbulkan stress pada karyawan.

Menurut Nadler, tiga masalah yang lazim dihadapi oleh

manajemen pada fase transisi terdiri dari masalah kekuasaan, kecemasan

dan pengendalian.

Setiap organisasi adalah sistem politik. Pada setiap titik waktu,

terdapat distribusi kekuasaan yang bersifat relative, ada yang

memperoleh bagian yang lebi besar, ada pula yang memperoleh bagian

yang lebih kecil. Perubahan organisasi biasanya menimbulkan

57
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

58
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

80
pergeseran kekuasaan yang cukup besar, yang mengkibatkan

peningkatan kegiatan politik dalam organisasi.

Ketidakstabilan, ketidakpastian dan stress pada awal perubahan

menimbulkan kecemasan. Kegelisahan, ketakutan, ketidaknyamanan,

perasaan was was dapat meningkta dan meluas. Organisasi dapat

mengalami penurunan kinerja jika situasi ini berlarut – larut. Komunikasi

harus dilakukan pada banyak kesemptan.

Masalah pengendalian terjadi karena organisasi lama akan

ditanggalkan, tetapi organisasi baru belum terbentuk. Dalam kondisi ini

manajemen cenderung kehilangan pengendalian.

Ketiga masalah yang dihadapi oleh manajemen pada fase transisi

berhubungan dengan tiga aspek penting dari organisasi, yaitu organisasi

informal, orang – orang dan organisasi formal. Ketiganya akhirnya

mempengaruhi aspek keempat dari organisasi, yaitu pekerjaan.

Untuk masalah penegndalian dalam masa transisi, manajemen

dapat menempuh langkah – langkah (1) mengembangkan dan

mengkomunikasikan sebuah gambaran masa depan yang jelas, (2)

menggunakan titik – titik pengungkit yang berganda, (3)

mengembangkan struktur – struktur manajemen transisi, (4)

menghimpun dan menganalisis umpan balik.

81
Organisasi pada dasarnya adalah sebuh sitem social. Oleh karena

itu, aspek social manusia ini perlu dikenali dan dikelola untuk

meningkatkan keefektifan perubahan organisasi.59

Manusia mengembangkan kebiasaan – kebiasaan tertentu dalam

bekerja. Perubahan yang mengakibatkan perubahan kebiasaan atau pola

perilaku yang sudah dikenali dengan baik tidak jarang dihadapi dengan

penolakan. Hal ini terjadi karena orang merasakan adanya guncangan.

Tidak semua orang mengalami tingkat keguncangan yang sama, bahkakn

beberapa orang justru sangat bersemangat karena perubahan.

Pada kegiatan – kegiatan belajar tetrdahulu, kita mengalami

bahwa resistensi bersifat alamiah, tak terelakkan tetapi dapat dikelola.

Resistensi tidak selalu negative, buruk atau jahat. Pengolaan resistensi

dengan cara dominasi dan kekerasan tidak popular lagi dalam masyarakat

pengetahuan.

Perubahan – perubahan besar di dunia terjadi karena jasa agen –

agen perubahan. Agen – agen perubahan membantu orang – orang lain

memahami permasalahan, dan meyakinkan mereka untuk

menggelutinya. Pengelolaan agen – agen perubahan mencakup dua hal,

yaitu (1) mengidentifikasi mereka dan mendayagunakannya, dan (2)

mengembangkan agen – agen perubahan dari dalam organisasi sendiri.

59
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

82
Organisasi dapat menerapkan pendekatan Insider – Outsider,

melatih karyawan berpikir inovatif, kreatif dan radikal. Pengembangan

kapabilitas agen perubahanmenuntut penyelarasan program – program

pada level individu, kelompok dan organisasi secara keseluruhan.60

Salah satu aspek yang membantu dalam meningkatkan

keberhasilan perubahan adalah memperbaiki penampilan manajemen di

mata karyawan. Menghadapi emosi yang kuat pada awal perubahan,

karyawan perlu mengembangkan kesabaran dan berupaya meningkatkan

kendali atas dirinya sendiri.

Para manajer perlu mempersiapkan orang – orang menghadapi

guncangan dengan pendekatan yang berkelanjutan dan juga memberikan

bantuan pertama yang diperlukan dalam perubahan – perubahan besar.

Desain atau perancangan organisasi adalah proses dimana para

manjer memilih dan mengelola aspek struktur dan budaya organisasi agar

organisasi dapat mengendalikan kegiatan – kegiatan yang diperlukan

untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi. Sementara itu, struktur

organisasi adalah sistem formal dari hubungan – hubungan tugas dan

otoritas yang mengendalikan bagaimana mereka menggunakan sumber

daya untuk mencapai tujuan.61

60
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.
61
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

83
Struktur organisasi merujuk pada cara yang digunakan dalam

mendistribusikan sumber daya dan otoritas serta bagaiman tugas – tugas

dan pola – pola hubungan tugas diorganisasikan. Aspek – aspek

structural dari organisasi mencakup peraturan, kebijakan, hubungan

komunikasi formal, bagan organisasi, uraian tugas dan aliran tugas.

Peracangan ulang struktur organisasi sering harus dilakukan

karena berbagai perubahan dalan lingkungan masyarakat post –

industrialism. Pamore mengemukakan beberapa perubahan penting yang

menuntut organisasi yang fleksibel sebagai berikut:

1. Globalisasi: tekanan persaingan global berkaitan

dengankeefektifan dan efisiensi, perancangan ulang yang kreatif,

pelayanan yang lebih baik dan kecepatan.

2. Waktu sebagai penentu daya saing: organisasi – organisasi

memerlukan perampingan, pemberdayaan, dan rekayasa ulang

yang lebih baik agar dapat memenuhi tuntutan akan pelayanan

dengan lebih baik.

3. Teknologi: khususnya perkembangan teknologi komunikasi dan

informasi.

4. Kesadaran yang meningkat tentang lingkungan hidup

5. Keragaman: dunia kerja dituntut menghargai berbagai macam

perbedaan

6. Kualitas dengan standar – standar global

7. Perampingan untuk mendukung focus pas core business

84
8. Meningkatnya tekanan bagi partisipasi dari setiap orang dalam

organisasi

9. Perubahan pola kerja

Organisasi yang fleksibel mencerminkan suatu lingkungan kerja

yang telah mengalami perubahan dari pekerjaan tidak terampil ke

knowledge work, dari pekerjaan repetitive tanpa makna ke inovasi dan

kepedulian, dari pekerjaan individu ke kerja tim, dari keterampilan

tunggal ke keterampilan ganda, dari kekuasaan bos ke kekuasaan

pelanggan, dari koordinasi dari atas ke koordinasi antar rekan kerja.

Ciri – cirri organisasi fleksibel memiliki keselarasan dengan

kondisi zaman post – industrialisme dan post – modernism. Secara

khusus, organisasi yang fleksibel mampu mengelola paradox – paradox

yang terjadi dalam masyarakat dan organisasi.62

Desain struktur organisasi yang flelksibel mencerminkan

komitmen piminopinan tertinggi dari organisasi terhadap inovasi dari

seluruh lapisan organisasi. Aktivitas dalam proses manajemen inovasi

mencakup pemupukan, pengembangan, implementasi dan eksploitasi.

Organisasi fleksibel mempunya karakteristik yang mampu

mengembangkan intelegensi dan inovasi organisasi. Dengan demikian,

62
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

85
organisasi yang fleksibel merupakan suatu factor penting dalam

mendukung transformasi oragnisasi secara berkelanjutan.

Pada akhirnya, penyelarasan aspek – aspek pokok dari organisasi

fleksibel dilakukan dendaran suatu orientasi pada perbaikan hasil dan

pelayanan dari organisasi sebagai sebuah sistem social. Desain

organisasi yang muncul akan senantiasa berkembang sesuai dengan

perkembangan lingkungan organisasi.

Kekhasan desain organisasi fleksibel berkaitan dengan pilihan –

pilihan setiap organisasi dalam mengembangkan input, sejarah dan

strateginya yang idiosinkretik. Jadi, perancngan organisasi yang fleksibel

merupakan suatu bagian integral dari tranformasi dan pembelajaran

berkelanjutan dari setiap organisasi.

Organisasi yang inovatif membuat orang – orang mampu

melaksanakan tugas – tugas yang diharapkan.

Pengertian dan pendekatan pengukuran keefektifan organisasi

tidak bersifat tunggal. Meskipun begitu, lingkungan organisasi semakin

menuntut pengukuran keefektifan organisasi dan penilaian atas

perubahan organisasi yang bersifat dinamis, holistic dan integrative.

Pendekatan balanced scorecard telah memperoleh adopdi dan adaptasi

yang luas dari berbagai organisasi karena kemampuannya untuk

menampung kepentingan tersebut.

86
Pendekatan tradisional pada umumnya mengukur keefektifan

organisasi dan perubahan organisasi berdasarkan tingkat pencapaian

tujuan – tujuan formal dari pembentukan organisasi. Menghadapi

keterbatasan – keterbatasan dari pendekatan tujuan, para manajer

mengembangkan pendekatan sistem yang menekankan kemampuan

organisasi untuk menjalin hubungan dan mengelola lingkungan eksternal

guna memperoleh sumber daya penting bagi eksistensi dan kelangsungan

hidup organisasi.

Pendekatan nilai bersaing menunjukkan bahwa pada akhirnya

ukuran keefektifan organisasi dan perubahan organisasi harus

dikembalikan kepada prefensi nilai dari para manajer. Terhadap pilihan

–pilihan nilai yang saling bersaing, dan para manajer mengutamakan

nilai yang mereka pandang paling tapat bagi organisasinya masing –

masing dalam menjamin kepastian oraganisasi dan kemampuan

berinteraksi dengan lingkungan eksternal.63

Pengukuran kinerja organisasi dan penilaian atas perubahan

organisasi kini dipahami sebagai bagian integral dari perubahan

organisasi yang berkelanjutannya. Kinerja memicu perubahan melalu

motivasi karyawan, pembelajaran organisasi dan pengembangan

keefektifan administrative.

63
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

87
Evaluasi inovasi merupakan suatu aktivitas penting dalam konteks

keefektifan organisasi dan perubahan organisasi. Inovasi merupakan

kunci kelangsungan hidup dan keunggulan bersaing dari organisasi.

Evaluasi atas inovasi perlu dilakukakn pada berbagai tingkatan

sistem dalam organisasi sepanjang daur hidup inovasi. Evaluasi pada fase

praseleksi bertujuan untuk mendapatkan gagasan inovasi yang paling

mungkin untuk dikerjakan ditinjau dari berbagai aspek. Sementara itu,

evaluasi pada fase pengembangan dilakukan untuk memastikan berbagai

rencana dan dukungan bagi peluncuran inovasi.

Sementara itu, evaluasi pada tahapan peluncuran difokuskan pada

inovasi itu sendiri dan tanggapan pasar serta pesaing untuk

memperkirakan dampak inovasi. Pada akhirnya, evaluasi inovasi fase In

– Service ditujuan untuk menilai keberhasilan inovasi dan

pengembangan lanjutan, baik sebagai proyek individual maupun sebagai

bagian dari portofolio dan klaster inovasi.

Perkembangan teknologi komunikasi, dan transpotasi telah

menempatkan pengetahuan sebagai komponen penting perdaban pada

abad 21. Dalam lingkungan abad 21 yang semakin kompleks dan berubah

cepat organisasi perlu mentransformasi dirinya menjadi LO agar mampu

berdaptadi dengan perubahan.

Menurut Jones, agar organisasi dapat menjadi LO maka

organisasi harus secara sengaja mendsain struktur, budaya dan strategi

88
organisasinya agar mampu mendorong anggota organisasi melakukan

learning. Dengan demikian, menurut Jones, untuk menjadi LO organisasi

harus secara sengaja mendesain struktur, budaya dan strateginya agar

tercipta iklim yang kondusif untuk learning.64

Dari berbagai defenisi yang dikemukakan para ahli LO memiliki

tiga makna, yaitu organisasi sebagai tempat berlangsungnya proses

belajar, organisasi memiliki kemampuan belajar, dan ketiga adalah

proses belajar dalam organisasi. Komponen – komponen penting yang

mempengaruhi LO adalah sistem informasi, struktur organisasi,

pengembangan SDM, dan budaya organisasi.

Menurut Colin Coulson – Thomas, hambatan terhadap

munculnya LO antara lain tidak tersedianya waktu untuk berdialog,

kecenderungan organisasi hanya mengumpulkan informasi tidak

menggunakannya, kecenderungan untuk memaksimalkan penggunaan

tenaga manusia ketimbang mengembangkan dan menumbuhkannya dan

seringkali tindakan yang diambil hanyalah ketika terjadi krisis, bukan

mengembangkan suatu tindakan preventif.65

Ensiklopedia Wikipedia memuat beberapa klasifikasi inovasi sebagai

berikut:66

64
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.
65
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.
66
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

89
1. Inovasi model bisnis: meliputi perubahan cara bisnis dijalankan

dalam arti penciptaan nilai

2. Inovasi pemasaran: pengembangan metode – metode baru dalam

pemasaran

3. Inovasi organisasional: meliputi penciptaan struktur organisasi,

praktek – praktek, dan model – model baru

4. Inovasi proses: meliputi implementasi produksi atau

penyelenggaraan pelayanan yang baru

5. Inovasi produk: termasuk pengenalan sebuah produk atau jasa baru

atau yang mengalami perbaikan secara substansial

6. Inovasi pelayanan: merujik pada produk dalam bentuk jasa

7. Inovasi rantai pasokan: inovasi dilakukan dalam pengembangan

sumber – sumber pasokan dan penyerahan sumber daya yang

diperlukan oleh organisasi

8. Inovasi substansial: memperkenalkan produk atau jasa berbeda

dalam lini yang sama

9. Inovasi keuangan: pengembangan jasa – jasa dan produk – produk

keuangan baru yang dilaksanakan melalui kombinasi atribut –

atribut financial dasar dengan cara inovasi progresif

10. Inovasi incremental: merupakan sebuah langkah ke depan dalam

jalur teknologi yang sama, atau dari bidang yang dikenali ke bidang

90
yang tak dikenali, dengan melibatkan ketidakpastian yang lebih

kecil mengenai hasil dan keberhasilan.

11. Inovasi terobosan: meliputi peluncuran sebuah produk atau jasa

yang baru sama sekali

12. Inovasi sistemik: dapat menghasilkan sector industry atau

pelayanan baru dalam masyarakat

Dalam dunia bisnis, penekanan atas inovasi sebagai tema penting

dalam konsep dan praktek manajemen dapat dikatakan terjadi sejak 1990.

Inovasi telah menjadi urusan dari manajemen strategis. Kini, inovasi

dipahami sebagai proses – proses yang kompleks.

Inovasi organisasi berkembang sesuai dengan perkembangan

paradigm dalam manajemen inovasi. Secara normative, inovasi yang

diselenggarakan oleh organisasi – organisasi sector public hanya akan

memberikan nilai yang tinggi bagi semakin banyak kalangan

berkepentingan, di dalam maupun di luar organisasi, jika sejalan dengan

perkembangan pemikiran tentang adminitrasi public.

Pada akhir 1980-an kebanyakan pemerintah dalam demokrasi

yang berorientasi pasar melakukan upaya – upaya untuk mengubah cara

beroperasi dengan menerapkan New Public Management. Tiga sasaran

dari penerapan NPM adalah membatasi Negara dan membuat birokrasi

91
lebih responsive, efesien yang lebih besar dan memusatkan perhatian

pada pelanggan.67

Kini berkembang suatu paradigm baru yang memberikan

perhatian yang cukup memadai terhadap factor – factor social, yang

dapat disebut sebagai “pengaturan komunitas”. Paradigm ini

menekankan pelibatan masyarakat. Masyarakat setempat merupakan

kunci keberhasilan inovasi. Pendekatan ini mengandalkan ko – produksi.

Inovasi dalam paradigm komunitas mengasumsikan suatu pendekatan

konstruktivis. Inovasi dalam paradigma komunitas, dengan demikian

lebih berorientasi pada manusia.

Pada tingkat yang paling dasar, inovasi merupakan sarana utama

untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasi sector public.

Jika sistem balas jasa pada pemerintah semakinadil maka inovasi ini akan

berdampak terhadap perbaikan kemakmuran segenap aparatur

pemerintah. Pengembangan inovasi sector public di Indonesia memiliki

empat sasaran pokok, yaitu kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat,

kinerja organisasi pemerintah, penguatan agen, dan dinamisator

pembangunan dan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan

maksimal dari orang – orang. Selain membawa manfaat – manfaat

positif, inovasi juga menimbulkan dampak yang tidak diharapkan. Oleh

karena itu, pengembangan inovasi perlu diantisipasi dampak –

67
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

92
dampaknya baik dengan memahami klasifikasinya, yaitu dampak yang

diharapkan versus dampak yang tidak diharapkan.68

Keinovatifan organisasi merupakan salah satu factor pembeda

penting di antara organisasi – organisasi sector public. Kapasitas inovasi

adalah kemampuan organisasi untuk mengembangkan inovasi secara

komprehensif, sistemik – holistic, dan melibatkan partisipasi yang luas

dan bermutu.

Kapasitas berinovasi merupakan hal yang sangat penting bagi

pertumbuhan produktivitas dan penciptaan nilai tambah. Sebuah cara

sederhana untuk menilai kapasitas berinovasi dari sebuah unit kerja atau

sebuah organisasi secara keseluruhan adalah dengan menelaah kondisi

organisasi berdasarkan karakteristik – karakteristik organisasi yang

inovatif.

Upaya memahami kapasitas berinovasi dari sebuah organisasi

dapat pula ditempuh dengan menelaah factor – factor yang

mempengaruhinya. Pada tingkat individu, kapasitas inovasi organisasi

dapat dikaitkan dengan ketersediaan orang – orang tipe innovator dalam

organisasi.

68
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

93
Kevin C. Desouza (2007) melakukan wawancara semi terstruktur

dengan eksekutif – eksekutif di bidang litbang. Kesimpulannya, inovasi

yang berhasil diperoleh melalui 5 tahapan.69

Pada tahapan 1, perolehan gagasan dan mobilisasi, gagasan –

gagasan baru mulai dihimpun. Segera setalah gagasan diperoleh, gagasan

memasuki fase mobilisasi, dimana ide memasuki suatu lokasi fisik atau

logika yan berbeda. Tahapan ini sangat penting bagi kemajuan gagasan.

Pada tahap 2, advokasi dan pemilihan, gagasan

dipertimbangkandari sisi positif dan sisi negative. Advokasi dan

pemilihan dilakukan untuk menyingkirkan gagasan – gagasan yang

kurang potensial. Proses ini harus transparan dan terstandarisasi.

Pada tahap 3, eksperimentasi, dilakukan uji kelayakan atas

gagasan – gagasan. Dilakukan pengkajian terhadap kemampuan gagasan

untuk dapat bertahan bagi organisasi dalam kurun waktu tertentu.

Pada tahap 4, komersialisasi, organisasi harus memusatkan

perhatian pada pelanggan untuk melakukan verifikasi tentang kemapuan

inovasi dalam memcahkan permasalahan.

Pada tahap 5, berlangsung dua proses, yaitu difusi dan

implementasi. Difusi ada proses untuk mendapatkan penerimaan atas

inovasi secara luas. Sementara itu, implementasi adalah proses

69
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

94
pengaturan struktur, pemeliharaan dan pengunaan sumber daya untuk

menjalankan inovasi.

Difusi inovasi adalah sumber yang paling baik bagi strategi

pembelajaran yang ditujuan untuk menghasilkan adopsi atas teknologi

yang kompleks dan kontoversial.

Budaya organisasi adala seperangkat nilai – nilai, kepercayaan

penuntun, saling pengertian, dan cara berpikir yang dipahami bersama

oleh seluruh anggota organisasi dan diajarkkan kepada anggota yang

baru. Kajian tentang budaya organisasi semakin memperoleh perhatian

sejak teknologi semakin mampu berperan lebih besar dalam organisasi.

Sebagai bagian dari pengembangan sumber daya manusia, budaya

organisasi menjadi fakus pengembangan organisasi. Budaya organisasi

akan mempengaruhi struktur, kepemimpinan, sumber daya manusia dan

proses organisasi.

Riset – riset tentang budaya organisasi terutama difokuskakn

pada kajianatas pentingnya nilai dan kepercayaan yang melandasi

organisasi, bagaimana mengembangkan, memelihara dan menyebarkan

nilai dan kepercayaan tersebut kepada anggota baru.

Salah satu tema penting dalam organisasi public adalah

bagaimana melakukan diagonosis terhadap organisasi. Proses diagnosis

organisasi pada dasarnya adalah proses mengimplementasikan prosedur

95
dan eyika penelitian dalam organisasi. Oleh Karen itu, penguasaan

prosedur dan etika penelitian sangat diperlukan oleh mahasiswa.70

Secara umum, organisasi merupakan subsistem dari lingkungan

sehingga pengaruh lingkungan terhadap organisasi tidak dapat diabaikan.

Organisasi terdiri dari antara lain lingkungan, teknologi, strategi, kultur,

struktur dan hal – hal bersifat mikro seperti kepemimpinan, motivasi, dan

komunikasi. Dalam melakukan penelitian organisasi, masalah penelitian

dapat terjadi pada semua komponen penting organisasi sehingga skope

penelitian dapat meliputi berbagai komponen organisasi.

6. Sistem Informasi Manajemen.

Perkembangan peradaban manusia pada dasarnya merupakan

pengaruh perkembangan teknologi. Dengan kata lain, perkembangan

teknologilah yang mendorong kemajuan peradaban umat manusia. Tentu

saja selain faktor teknologi masih banyak faktor yang mendorong

kemajuan, misalnya kemajuan di bidang ekonomi, kedokteran,

kesusasteraan dan sebagainya. Akan tetapi, dari sekian banyak faktor

tersebut, yang menjadi faktor dominan ialah kemajuan teknologi.

Kemajuan peradaban umat manusia menurut futurology Alvin

Toffler dapat dibagi ke dalam 4 tahapan periode perkembangan zaman.

Perubahan dari satu zaman ke zaman yang lain diawali sebuah revolusi

70
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

96
peradaban akibat penemuan suatu jenis teknologi yang mengakibatkan

perubahan di seluruh dunia. Itulah sebabnya, perubahan tersebut

diistilahkan revolusi. Oleh Toffler, keempat tahapan tadi disebut

gelombang 0, gelombang 1, gelombang 2 dan gelombang 3.71

Gelombang 0 ialah masa di mana manusia masih bergantung pada

alam. Era peradaban gelombang 1 ini berlangsung entah berapa lama.

Ketika peradaban terus berkembang, orang terdorong untuk menemukan

alat pengganti tenaga. Pada gelombang 2 dikemukakan bahwa, barang

siapa yang memiliki modal makai a dapat memiliki kemampuan yang

dihasilkan oleh penemuan teknologi gelombang kedua. Selanjutnya,

orang yang menyadari bahwa untuk mengelola modal ternyata

diperlukan kecerdasan.

Seiring dengan tumbuhnya kesadaran bahwa otak atau akal

adalah suatu faktor penting dalam diri manusia untuk meraih

kesejahteraan atau kekayaan, orang mulai berpikir untuk menemukan

alat yang dapat mengganti atau menghasilkan daya seperti akal manusia.

Akhirnya, pada tahun 1945 lahirlah computer elektronok pertama

sebagai hasil pengembangan teknologi yang dinamakan Eniac.

Penemuan ini mengakibatkan terjadinya revolusi informasi yang

dampaknya memengaruhi seluruh dunia.

71
Nugroho, Eko. 2010. Sistem Informasi Manajemen (Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya). Yogyakarta: Penerbit Andi.

97
Pada era gelombang 0 sampai gelombang 1 masa revolusi pertanian,

orang hanya dapat menggunakan kuda untuk berpindah tempat.

Kecepatannya ialah 30 km/jam, yaitu kecepatan kuda berlari. Masa ini

berlangsung ribuan tahun. Kemudian pada masa revolusi industry, orang

mampu membuat kendaraan berupa mobil, kereta api atau kapal yang

maksimum kecepatannya 300 km/jam, misalnya mobil balap. Lalu dalam

kurun waktu 200 tahun setelah itu, ketika dunia memasuki era revolusi

informasi, manusia mampu membuat berbagai macam alat transportasi

canggih yang dikendalikan computer. 72

Pesawat F16 mampu melesat dengan kecepatan sekitar 200 km/jam.

Pesawat luar angkasa, antara lain pesawat ulang alik, mempunyai

kecepatan sekitar 30.000 km/jam. Ini berarti 100 x kecepatan kuda, atau

100 x kecepatan mobil balap. Dengan demikian, apabila kecepatan

kendaraan era gelombang 2 adalah 10 x kecepatan kendaraan era

gelombang 1 maka kecepatan kendaraan era gelombang 3 adalah 100 x

kecepatan era gelombang 2, bukan 10 x. penemuan ini pun berlangsung

dalam waktu yang jauh lebih singkat. Inilah yang disebut percepatan

teknologi.

Sekarang kita hidup di era cyber space. Dunia sudah terintegrasi menjadi

satu sistwm yang tanpa batas. Melalui internet, sistem ekonomi dari

72
Nugroho, Eko. 2010. Sistem Informasi Manajemen (Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya). Yogyakarta: Penerbit
Andi.

98
semua negara di dunia sudah saling terangkai menjadi sebuah sistem

yang saling terhubung.

Pengelolaan sebuah organisasi tentu melibatkan berbagai sumber daya

yang merupakan asset organisasi tersebut. Informasi sebagai suatu

sumber daya organisasi semakin dianggap penting untuk dikelola seperti

halnya sumber daya organisasi lainnya. Lima jenis sumber daya

organisasi, yang dalam Bahasa Inggris terkenal dengan istilah 5M adalah:

• Man (Manusia)

• Money (Uang)

• Material (Bahan baku kerja)

• Machine (Peralatan mesin)

• Methode (Metode)

Pada masa sekarang 5M tersebut harus ditambah satu faktor lagi, yaitu

Information.

Lima sumber daya yang pertama adalag sumber daya fisik, yang

memiliki wujud, sementara sumber daya informasi merupakan sumber

daya konseptual. Sumber daya informasi bukan Cuma meliputi informasi

dan data, tetapi juga perangkat keras computer, perangkat lunak

computer, para spesialis informasi, pemakai, fasilitas, database,

informasi dan data. Peran informasi dalam tubuh organisasi bagaikan

darah dalam tubuh manusia.

99
Informasi membawakan makanan maupun oksigen segar ke

seluruh tubuh organisasi, sekaligus mengangkut semua kotoran untuk

dikeluarkan dari organisasi. Sumber daya dalam organisasi perlu terus

menerus disusun ulang agar siap pakai pada saat diperlukan perusahaan.

Penyusunan ulang tersebut bertujuan menghasilakn daya guna yang lebih

tinggi.73

Pada masa lalu focus manajemen ditujuan pada sumber daya fisik

yang berwujud. Namun, dengan bertambah kompleknya oerganisasi,

usaha untuk mengelola informasi sebagaiman layaknya sumber daya

yang lain semakin dirasakan sebagai suatu kebutuhan yang tidak bisa

dihindarkan lagi. Perhatian pada manajemen informasi semakin lama

semakin besar.

Informasi semakin disadari sebagai sumber daya organisasi yang

perlu dikelola dengan baik. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama,

kegiatan bisnis yang semakin kompleks di banding sebelumnya.

Sekarang ini hampir semua perusahaan terkena pengaruh ekonomi

global, yang merupakan dampak globalisasi. Hal kedua yang mendorong

perhatian pada informasi adalah kemampuan computer yang semakin

baik, baik dari segi harga, kemapuan, maupun kemudahan

penggunaannya. Efeknya, arus informasi dapat mengalir dengan sangat

cepat pula.

73
Nugroho, Eko. 2010. Sistem Informasi Manajemen (Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya). Yogyakarta: Penerbit
Andi.

100
Pada saat ini sudah dimulai usaha kearah konvergensi teknologi.

Pada era yang lalu, komunikasi suara dilakukan menggunakan telephone

yang menggunakan komunikasi suara. Teknologi yang digunakan antara

lain, adalah PXB (Private Branch Exchange). Komunikasi video

menggunakan teknologi NTSC/PAL/SECAM. NTSC adalah singkatan

dari National Television System Committee, yaitu standar komunikasi

teknik video yang digunakan oleh badan FCC (Federal Communications

Commision) di Amerika Serikat.

Selain NTSC, teknologi komunikasi video yang digunakan antara

lain, adalah PAL ( Pahse Alternating Lines). Tteknologi ini

dikembangkan dan digunakan oleh negara-negara Eropa Barat. SECAM

sendiri adalah teknologi yang dikembangkan Perancis. Kepanjangannya

dalam Bahasa Inggris adalah Sequential Color with Memory.74

Komunikasi data dalam skala besar biasanya menggunakan

teknologi sitem SAN (Storage Area Network) dengan menggunakan

anatara lain Fibre Channel Protocol. Teknologi ini adalah teknologi

jaringan computer non wabbased. Pada masa sekarang, denga semakin

berkembangnya aplikasi internet maka dikembangkan konvergensi

sistem komunikasi multimedia, yaitu data, suara, video, storage dengan

menggunakan teknologi yang sama, yaitu protocol IP.

74
Nugroho, Eko. 2010. Sistem Informasi Manajemen (Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya). Yogyakarta: Penerbit
Andi.

101
Manajemen adalah suatu tim yang disusun dalam organiasi untuk

menjadi pengendali organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan dan

sasaran-sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi. Manajemen di

dalam organisasi biasanya dibagi ked ala 3 tingkatan. Pembagian ersebut

disebabkan oleh adanya 3 maam tujuan atau sasaran yang ingin dicapai

oleh organisasi. Ketiga tingkatan tersebut ialah, manajemen tingkat atas,

manajemen tingat menengah dan manajemen tingkat bawah.75

Sebutan yang biasa digunakan untuk pejabat manajemen tingkat

atas ialah “direktur”. Asal katanya adalah “to dirrect” yang berarti

mengarahkan. Sebutan lain yang juga biasa digunakan ialah “presiden”.

Pejabat wakil direktur atau wakil presiden juga termasuk dalam tingkatan

manajemen ini.

Dalam manajemen tingkat menengah, sebutan yang biasa

digunakan untuk pejabatnya ialah “manajer”. Kata tersebut berasal dari

kata “to manage” yang berarti menegndalikan atau mengelola.

Pelakunya disebut manajer.

Kemudian, pada manajemen tingkat bawah, pejabat di dalamnya

biasa disebut penyedia. Dalam bahasa Inggris disebut “supervisor”.

Istilah yang digunakan dalam berbagai orgasasi ada banyak. Di

dalam organisasi pemeintahan istilah manajemen tingkat atas pun bisa

75
Nugroho, Eko. 2010. Sistem Informasi Manajemen (Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya). Yogyakarta: Penerbit
Andi.

102
berupa presiden, menteri, direktur jenderal, sementara untuk manajemen

tingkat menengah, anatara lain direktur, kepala biro, dan untuk

manajemen tingkat bawah antara lain kepala bagain, kepala subbagian

dan sebagainya.

Di dunia militer untuk manajemen tingkat atas dikenal sebutan

panglima, kemudian untuk manajemen tingkat menengah ada komandan

dan untuk manajemen tinkat bawah ada kepala regu. Apa pun

sebutannya, pada dasarnya ada tiga tingkatan manajemen Karena

sasarannya yang ingin dicapai memang ada tiga buah.76

Tujuan yang harus dicapai dan karakteristik masalah yang

dihadapi masing-masing tingkatan manajemen adalah sebagai berikut:

a. Manajemen Tingkat Atas

Tujuan manajemen tingkat atas adalah pencapaian visi dan misi

organisasi. Setiap organiasi pasti mempunyai visi dan misi. Visi

dan misi itulah yang harus dicapai leh manajemen tingkat atas.

Manajemen tingkat atas menghadapi masalamasalah yang sifatnya

ta terstruktur, tidak berpola. Misalnya, direksi perusahaan sepatu

akan menghadapi masalah-masalah antara lain daya beli

masyarakat, perusahaan pesaing, perusahaan pemasok, selera

masyarakat dan sebagainya. Tentu saja pada tingkatan ini

keputusan yang diambil oleh tim manajemen mempunyai sifat

76
Nugroho, Eko. 2010. Sistem Informasi Manajemen (Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya). Yogyakarta: Penerbit
Andi.

103
strategis, berdampak secara jangka panjang atas perusahaan.

Strategi implementasi SWOT (Strength Weaknesses Opportunity

Threat) harus dapat diterapkan dengan pintar agar visi misi

organisasi tercapai.

b. Manajemen Tingkat Menengah

Tujuan manajemen tingkat menengah ialah efektivitas. Artinya,

setiap organisasi harus mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh

manajemen puncak organisasi. Efektif artinya mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Manajemen tingkat menengah bertugas

untuk membawa dan mengendalikan organisasi menuju sasaran

yang sudah ditetapkan. Dalam proses pengendalian ini, terdapat

tahapan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, evaluasi dan

pelaporan. Masing-masing manajer mengendalikan unit yang ada

dibawahnya. Manajemen tingkat menengah menghadapi masalah-

masalah yang bersifat semiterstruktur. Sebagian masalah bersifat

terpola, sementara sebagian lagi tak berpola.

c. Manajemen Tingkat Bawah

1) Sasaran manajemen tingkt bawah ini adalah efisiensi. Setiap

organisasi harus bekerja dengan efisien. Efisien artinya bahwa

setiap penggunaan sumber daya milik organisasi dimanfaatkan

secara tepat sehingga menghasilkan hasil yang maksimal.

Manajemen tingkat bawah menghadapi masalah-masalah yang

104
bersifat terstruktur. Hamper semua masalah yang dihadapi

sudah mempunyai pola tetap untuk diatasi.

2) Ketiga tim manjemen tersebut saling membutuhkan sehingga

ketiganya membentuk sebuah tim manajemen yang sinergis,

saling membutuhkan dan saling melengkapi.

Untuk menyediakan berbagai jenis informasi yang dibutuhkan

oleh berbagai tingkatan manajemen tersebut, dibangunlah sitem

informasi. Ada tiga macam sistem informasi, sebagai berikut:77

a. Sistem Pemrosesan Transaksi

Sistem pemrosesan transaksi adalah sistem informasi yang

kegiatan utamanya adalah pemrosesan transaksi, sesuai namanya

adalah memproses transaksi-transaksi yang ada di organisasi.

Contohnnya ialah sistem informasi pemrosean rekening listrik,

yaitu sistem komputerisasi untuk memproses transaksi pembuatan

tagihan biaya listrik dan pemrosesan pembayaran tagihan tersebut.

Proses diawali dengan pembacaan wattmeter (meteran pengukur

penggunaan daya listrik di rumah-rumah). Lalu, hasil pembacan

tersebut dimasukkan kedalam computer untuk menghitung dan

mencetak rekening tagihan listrik yang diserahkan kepada

pelanggan. Selanjutnya, pelanggan dengan membawa rekening

tagihan listrik tersebut dating ke kantor perusahaan listrik dan

77
Nugroho, Eko. 2010. Sistem Informasi Manajemen (Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya). Yogyakarta: Penerbit
Andi.

105
membayar tagihannya. Kantor perusahaan listrik dengan menerima

uang pembayaran, lalu mengeluarkan kuitansi bukti pembayaran

listrik. Begitu sterusnya yang dikerjakan dari bulan ke bulan.

Apabila muncul pertanyaan mengenai tujuan dilakukannya

komputerisasi pemrosesan transaksi ini adalah untuk efisiensi.

b. Sistem Pengendalian Manajemen

Sistem pengendalian manajemen adalah sistem informasi untuk

membantu manajemen tingkat menengah melakukan pengendalian

manajemen atas unit kerja yang ada di bawah otoritasnya.

Manajemen tingkat menengah adalah manajemen yang melakukan

koordinasi beberapa unit kerja sekaligus. Misalnya, manajer

keuangan akan melakukan pengendalian atas unit anggaran, unit

akuntansi, dan unit kas organisasi. Manajemen tingkat menengah

bertugas mengoordinasikan unit-unit kerja tersebut sedemikian

rupa sehinggan terkoordinasi dengan baik dan terarah kepada

pencapaian tujuan. Kegiatan utama pada tingkat ini adalah

membabndingkan antara terger yang direncanakan oleh organisasi

dan realisasi yang dicapai. Dari perbandingan ini akan dapat

diketahui sejauh mana pencapaian organisasi terhadap sasaran

yang sudah ditetapkan dalam perencanaan.

c. Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

Sistem pendukung pengambilan keputusan dapat berbentuk:

d. Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Biasa

106
Sistem jenis adalah suatu sistem yang mampu melakukan

penyusunan beberapa scenario alternative pengambilan keputusan

dan member kesimpulan menegnai kelebihan dan kekurangan

masing-masing scenario tersebut. Dengan demikian, manajemen

tinggal melihat alternative yang ada, melihat evaluasinya dan

memilih salah satu dari scenario tersebut yang menurutnya terbaik.

e. Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan yang Bersifat Sistem

Pakar

pada sistem pakar ini, sistem informasi mempunyai basis data yang

lengakp tentang kondisi organisasi dan situasi yang dihadapi oleh

organisasi. Selain itu, sistem pakar juga mempunyai bank

penegtahuan (knowledge system). Pihak manajemen tinggal

memasukkan data ke dalam sistem pakar sebagai bahan masukan

bagi sistem ini. Selanjutnya, sistem pakar akan mengolah data-data

yang dimasukkan tersebut dengan menggunakan basis data

maupun basis ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk

melakukan suatu simulasi. Dari hasil berbagai macam simulasi

tersebut sistem pakar ini akan mengusulkan suatu solusi

pengambilan keputusan yang terbaik, lengkap dengan analisisnya

maupun scenario kelebihan dan kekurangan apabila keputusan

yang diusulkan diambil.

107
Untuk mendukung sistem informasi yang dibangun, diperlukan teknologi

informasi yang sesuai.78

a. Manajemen Tingkat Bawah

Manajemen tingkat bawah memerlukan sistem pemrosesan

transaksi. Sistem informasi tingkat ini pada dasrnya melayani hanya

satu departemen atau satu unit kerjja, misalnya unit kerja pembuatan

rekening listrik. Untuk mencetak rekening memnag membutuhkan

bebrapa computer, tetapi computer-komputer tersebut tidak harus

dihubungkan menjadi satu jaringan kompuer. Jadi, sebenernya

computer- computer tersebut dapat dioperasikan secara terpisah satu

dengan yang yang lain. Jadi, secara prinsip untuk mendukung sistem

pengolahan transaksi, apabila perlu karena suatu alasan tertentu,

maka computer dapat dioperasikan secara stand alone dengan

teknologi berka spun sudah mencukupi.

b. Manajemen Tingkat Menengah

Manajemen tingkat menengah bertugas mengoordinasi unit kerja

dibawahnya agar organisasi tetap sinergis dan bersama- sama

menuju kearah tujuan yang sama, yaitu tujuan yang sudah ditatpkan

oleh manajemen tingkat atas. Oleh karena kegiatannya

mengoordinasi maka manajemen tingkat menengah membutuhkan

dukungan teknologi jaringan computer dan juga teknologi database.

78
Nugroho, Eko. 2010. Sistem Informasi Manajemen (Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya). Yogyakarta: Penerbit
Andi.

108
Dengan terintegrasinya sistem maka manajemen tingkat menengah

akan dapat mengakses semua computer dan data di berbagai

computer dalam unit kerja ke dalam sebuah sistem data yang

terintegrasi. Teknologi database memberikan manfaat seperti

berikut:

1) Konsistensi data

2) Efisiensi penyimpanan data

3) Kemudahan pencairan data

c. Manajemen Tingkat Atas

Manajemen tingkatan ini membutuhkan banyak informasi dari luar

dalam membuat keputusan- keputusan. Sehubungan hal tersebut ,

tentu saja akses internet menjadi keharusan. Selain itu, juga

diperlukan perangkat lunak yang berkemampuan sebagai Decision

Support System. Ada banyak perangkat lunak yang tersedia untuk

DSS antara lain OutlookSoft, InformationsBuilder, Knowledge

Strom dan sebagainya. Selain DSS, manajemen tingkat atas juga

membutuhkan perangkat lunak jenis Expert System (ES). ES

mempunyai kemampuan yang lebih canggih dibandingkan DSS.

Apabila DSS hanya mampu menghasilkan beberapa macam

alternative keputusan yang dapat diambil, masing-masing dengan

keuntungan dan kerugiannya, maka ES mampu memilihkan

keputusan yang terbaik. ES itu sebaiknya diambil lengkap dengan

analisis dan keuntungan maupun kerugiannya.

109
Menurut Simon (1960), pengambilan keputusan berlangsung

melalui empat tahap, yaitu intelligence, design, choice dan

implementation. Intelligence adalah proses pengumpulan informasi yang

bertujuan mengidentifikasi permasalahan. Design adalah tahap

perancangan solusi terhadap masalah. Choice adalah tahap mengkaji

kelebihan dan kekurangan dari berbagai macam alternative yang ada dan

memilih yang terbaik. Implementation adalah tahap pengambilan

keputusan dan melaksanakannya.79

Pengambilan keputusan yang baik sesungguhnya bukanlah hal

yang sederhana. Kalau hanya sekedar mengambil keputusan, setiap orang

bisa melakukannya. Membuat keputusan yang bakal memberikan nilai

tambah kepada organisasi bukan;ah hal yang gampang. Penyebabnya,

sejak keputusan tersebut diambil sampai keputusan tersebut memberikan

dampak, ada banyak perubahan yang terjadi. Perubahan tersebut dapat

dikelompokkan menjadi dua kelompok perubahan, yaitu incremental

changes dan turbulence changes.

Incremental changes terutama disebabkan oleh pertambahan

jumlah penduduk. Oleh karena jumlah penduduk terus bertambah,

hamper segala hal ikut berubah juga. Sementara itu, turbulence changes

adalah perubahan yang terjadi tanpa bisa diprediksi. Contohnya, antara

79
Nugroho, Eko. 2010. Sistem Informasi Manajemen (Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya). Yogyakarta: Penerbit
Andi.

110
lain perubahan karena kreativitas manusia, baik di bidang politik, social,

teknologi dan sebainya.

Informasi sesungguhnya tidaklah bisa menyelesaikan semua

persoalan pengambilan keputusan oleh manajemen. Hal ini disebabkan

oleh penyusunan informasi berdasarkan data- data di masa lampau. Tentu

saja dapat dipahami bahwa semakin jauh jangkauan masanya maka

informasi yang dihasilkan akan semakin berkurang validitasnya,

sehingga juga semakin berkurang efektivitasnya. Semakin tinggi tingkat

manajemennya, semakin berkurang juga tingkat efektivitas

informasinya.

Di dalam pengembangan suatu SIM, ada banyak factor yang

memengaruhi perkembangannya. Fakor- factor inilah yang nantinya

akan menentukankarakteristik SIM yang dibangun.80

Faktor- factor yang mempengaruhi tersebut adalah:

A. Integrasi

Ada dua jenis tingkat integrasi yang bisa digunakan sebagai patokan,

yaitu:

1. Sitem yang Tergandeng Erat

Sistem yang tergandeng erat adalah suatu sitem yang

basisdatanya terkoneksi erat. Contoh sistem yang harus

80
Nugroho, Eko. 2010. Sistem Informasi Manajemen (Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya). Yogyakarta: Penerbit
Andi.

111
terkoneksi erat adalah sistem penjualan. Sistem ini harus

terkonekis dengan erat. Jika tidak demikian, ada bahya bahwa

transaksi penjualan terus dilayani padahal stok sudah habis.

2. Sistem yang Tergandeng Lunak

Sistem yang tergandeng lunak adalah suatu sistem yang antara

basisdatanya tergandeng tidak secara erat, melainkan lunak.

Contohnya ialah sistem akuntansi buku besar. Proses

mengupdate buku besar yang intinya ialah proses menjumlah

data transaksi hari ini yang terjadi dan menjumlahkan hasilnya

ke catatan di buku besar yang ada, dapat dilakukan sekaligus

sehari satu kali pada sore hari sebelum took tutup. Cara seperti

ini akan lebih menghemat waktu.

B. Format Tatap Muka Layar Tampilan

Format tatap muka layar tampilan tentu saja harus dibuat yang baik

agar nyaman dan mudah digunakan. Namun demikian, perlu

diperhitungkan siapa pemakainya.

C. Kekuatan Kompetitor

Apabila competitor organisasi SIM yang canggih, tentu saja

sebaiknya SIM yang dikembangkan tidak kalah modern dengan para

pesaingnya. Contohnya, apabila perusahaan bank yang lainsudah

secara luas menerapkan sistem ATM maka tak ada jalan lain harus

menerapkan teknologi yang sama agar tak kalah bersaing.

D. Kualitas Informasi yang Dikehendaki

112
Tentu saja semua organisasi menghendaki informasi yang

berkualitas baik. Namun, derajat kualitas yang dibutuhkan akan

berbeda- beda sesuai dengan sifat organisasinya.

E. Kebutuhan Sistem

1. Reliabilitas sistem, ialah kemampuan untuk terus- menerus

memberikan hasil yang sama apabila sistem melakukan proses

pengulangan.

2. Kemudahan, pemakai tak mengalami banyak kesulitan untuk

mengakses sistem.

3. Keluwesan, sistem mudah diubah bila diperlukan.

4. Jadwal instalasi, adalah jarak antara ketika SIM diputuskan

untuk dipasang sampai dengan SIM mulai dapat dipakai.

5. Harapan umur sistem

6. Kemudahan dipelihara

F. Pengolah Data

1. Volume data yang diolah

Banyak atau sedikitnya data yang diolah akan memengaruhi

desain SIM yang dibuat.

2. Kecepatan komputasi yang dibutuhkan

Ada beberapa aplikasi yang membutuhkan prosesor

berkecepatan tinggi, tetapi ada pula yang tidak demikian.

Sebagai contoh, untuk pengolahan aplikasi bisnis umumnya

data yang diolah memiliki volume besar. Aplikasi bisnis

113
memutuhkan prosesor yang tidsk terlalu cepat, melainkan alat

peripheral yang cepat.

G. Factor Organisasi

1. Jenis organisasi

2. Model organisasi

Ada 3 model organisasi, yaitu model divisional, model

fungsional dan model matrik.

3. Ukuran

Ukuran organisasi tentu saja memengaruhi perancangan SIM

yang dibuat.

4. Gaya manajemen

H. Kebutuhan Untung Rugi Organisasi

Organisasi berupa perusahaan yang bersifat profit oriented akan

berbeda dengan organisasi biokrasi pemerintah yang bersifar

pelayanan kepada masyarakat sehingga tidak terlalu memikirkan

untung rugi.

I. Factor Manusia

Perusahaan yang bergerak di Bursa Efek jelas mempunyai

kealifikasi SDM yang berbeda dengan perusahaan pabrik sepatu.

Factor SDM ini akan mempengaruhi model kecanggihan SIM yang

akan dibuat.

J. Masalah Hukum

114
Saat menggunakan perangkat keras atau lunak, diperhatikan pula

masalah hukum yang berkaitan dengan hak cipta.

Di dalam sebuah organisasi yang besat, tidak semua pimpinan

unit kerja mempunyai persepsi yang sama tentang pentingnya SIM.

Dengan demikian, seringkali di dalam organisasi, masing- masing unit

kerja menerapkan SIM sesuia selera masing- masing pimpinannya.

Akibatnya, masing- masing unit kerja berkembang dengan polanya

sendiri. Satu dengan yang lain tidak terkoordinasi dengan baik.

Tujuan pengembangan masterplan adalah sebagai berikut:

1. Penetapan tujuan- tujuan secara jelas yang ingin dicapai dengan

pengembangan SIM

2. Koordinasi di bidang pengembangan SIM di antara unit- unit kerja

yang ada di lingkungan organisasi

3. Penetapan tahapan langkah- langkah pengembangan SIM yang

sistematis di lingkungan organisasi

4. Penyusunan integritas dan akurasi data yang ada di lingkungan

organisasi

5. Adanya petunjuk yang jelas tentang kebijakan pengembangan SIM

Hal – hal yang harus dirumuskan dalam penyusunan suatu

masterplan antara lain adalah:

1. Pentahapan pengembangan modul sitem

115
2. Pemilihan perangkat keras dan perangkat lunak yang akan

digunakan

3. Sumber daya manusia yang harus disiapkan

4. Anggaran yang diperlukan

Sistem informasi tidak diimplementasikan pada sesuatu yang

vakum, melainkan pada suatu sistem yang hidup, yang mempunyai sikap,

kebiasaan, motivasi, dan lain – lain. Sistem yang baru dapat

menyenangkan maupun menyusahkan ambisi personal ataupun grup

yang sudah ada. Konsekuensinya, implementasi sistem informasi dapat

didukumh maupun dihalangi oleh “iklim psikologis” rganisasi, dan

bukan karena factor “kualitas teknis” sistem.

Situasi psikologis ini berkembang dari adanya interaksi antara

tiga pihak yang terlibat dalam implementasi sistem informasi, yaitu (1)

user, (2) manajemen dan (3) para professional sistem informasi. Pihak

yang sedikit banyak juga terlibat ialah vendor dan customer.

Perlawanan untuk berubah adalah factor dominan yang muncul

dalam implementasi suatu sistem informasi. Perlawanan tersebut akan

terjadi secara berjenjang sesuai tahapannya.

Tahap pertama perlawanan biasanya berupa acuh tak acuh

terhadap sistem yang baru. Bila atasan kurang menanggapi maka

perlawanan akan meningkat. Secara ringkas penyebab penolakan

implementasi sistem informasi adalah berikut:

116
1. Implementasi itu akan mengganti fungsi – fungsi yang ada sekarang

2. Implementasi tersebut mengakibatkan perubahan dalam struktur

organisasi

3. Implementasi tersebut memodifikasi prosedur – prosedur yang

sudah ada

4. Oleh karena sistem informasi memerlukan budaya yang baru,

misalnya harus disiplin, maka kebobrokan – kebobrokan beberapa

personel, grup atau departemen akan terekspos.

Teori pengelolaan perubahan dalam organisasi dikembangkan

oleh Kurt dan Lewin dengan tahapan berikut:81

1. Unfreezing

Manajemen membuat para anggota sadar atas kebutuhan akan

perubahan dalam organisasi.

2. Moving

Manajemen memberikan pengarahan kepada anggota tentang

konsep/bentuk yang baru.

3. Refreezing

Bila konsep/bentuk yang baru sudah dikuasi maka manajemen

mengintegrasikan sistem baru ke dalam bentuk yang formal.

Resistence to changes sebenarnya mencerminkan adanya

kegagalan proses unfreezing. Itu berarti bahwa subjek belum cukup

81
Nugroho, Eko. 2010. Sistem Informasi Manajemen (Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya). Yogyakarta: Penerbit
Andi.

117
termotivasi atau merasa lebihtakut terhadap perubahan daripada peluang

keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh.

Otomatisasi kantor, yaitu penerapan teknologi untuk pekerjaan

kantor, mencakup semua sistem elektronik formal dan informal, terutama

yang berkaitan dengankomunikasi informasi dari orang – orang di dalam

maupun di luar perusahaan.

Otomatisasi kantor berfungsi membantu secretariat dan

admistratif, tetapi kemampuannya memudahkan komunikasi formal dan

informal dengan orang – orang di dalam dan di luar perusahaan telah

menarik perhatian para manager dan professional untuk

memanfaatkannya. Pemakaian ini meningkatkan produktivitas mereka

dan mampu menyediakan informasi yang lebih baik bagi pengambilan

keputusan.82

Oleh Karen otomatisasi kantor tidak memiliki kemampuan

mengolah data, penggunaan database dibatasi pada isi informasi.

Informasi berfungsi sebagai input bagi aplikasi otomatisasi kantor

berbasis computer seperti pengolahan data, surat elektronik, dan

konferensi computer. Otomatisasi juga memiliki manfaat seperti

penundaan penmbahan personel. Keputusan manajer yang lebih

berkualitas sebagai hasil komunikasi yang lebih baik memiliki potensi

82
Nugroho, Eko. 2010. Sistem Informasi Manajemen (Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya). Yogyakarta: Penerbit
Andi.

118
untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi serta meningkatkan

penjualan dan pengembalian atas investasi yang lebih tinggi.

Dari semua informasi yang digunakan untuk memecahkan suatu

masalah, komunikasi interpersonal merupakan bagian terbesar. Manajer

dan spesialis informasi perlu memandang otomatisasi kantor sebagai cara

untuk melengkapi interpersonal ini. Dalam banyak hal otomatisasi kantor

menawarkan peluang komunikasi yang lebih baik daripada

menggunakan media tadisional.83

Bertumbuhnya organisasi otomatisasi kantor sangtlah banyak

buktinya. Untuk menghindari pemborosan karena adanya perubahan

teknologi yang dipakai, perlu ada persiapan yang matang.

Persiapan otomatisasi kantor inimemerlukan dukungan dan

keterlibatan dari top manajemen. Mereka berperan sebagai pemberi visi

dan mengarahkan secara langsung ke mana organisasi akan dibawa dan

sekaligus mengalokasikan sumber daya yang diperlukan.

Objek sorotan dalam otomatisasi kantor ini dapat dipisahkan ke

dalam beberapa aspek, yaitu:

• Alat

• Sistem jaringan komunikasi

• Personel

83
Nugroho, Eko. 2010. Sistem Informasi Manajemen (Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya). Yogyakarta: Penerbit
Andi.

119
• Masalah yang timbul akibat otomatisasi kantor

Distance learning adalah sistem belajar mengajar yang dilakukan

dari jarak jauh. Sistem ini biasanya dibangun berbasis web, diperlukan

sebuah tim solid yang berasal dari disiplin ilmu. Tim tersebut idealnya

terdiri dari:

1. Manager proyek

Ia melakukan control terhadap tugas – tugas yang dikerjakan oleh

anggota timnya.

2. Subject Matter Expert

SME merupakan ahli dalam bidang yang akan dijadikan bahan

pelajaran dalam web based learning.

3. Instructional designer

ID bertugas mebuat bahan pelajaran yang biasa disampaikan dalam

tatap muka bisa disampaikan melalui web.

4. Programmer

Programmer bertugas mengubah rancangan detail ke dalam suatu

bahasa pemrograman.

5. Penulis dan editor

Selain melakukan dokumentasi dari sistem yang didesain, penulis

editor juga memiliki tanggung jawab untk menulis dan mengedit

konten – konten yang akan diupload dalam sistem web.

120
Pada masa mendatang “mobile computing” akan semakin luas

digunakan. Mobile computing adalah istilah umum untuk menjelaskan

kemampuan menggunakan peralatan teknologi informasi dalam jaringan

yang tak terkoneksi secara fisik. Jaringan yang dimaksud adalah internet

ataupun jaringan privat. Koneksi ini menghubungkan peralatan mobile

tersebut dengan jaringdan komunikasi tanpa kabel dan menggunakan

bantuan baterai portable dan komunikasi tanpa kabel.

Beberapa karakteristik peralatan mobile computing antara lain

adalah harus mampu beroperasi dalam jangkauan temperature yang lebar

yaitu -10 s/d 60 derajat Celcius, tahan getaran, layarnya dapat dibaca baik

di waktu gelap maupun waktu siang si luar rumah, kemampuan untuk

dipakai secara touchscreen, mampu terkoneksi secara nirkabel dan lain-

lain.84

Ubiquitous Computing adalah post desktop model dari interaksi

manusia dengan computer. Dengan paradigma ini maka pemrosesam

informasi diintegrasikan ke dalam aktivitas maupun objek sehari – hari.

Mobile Software adalah perangkat lunak untuk menangani peralatan

mbile computing, misalnya handheld computer, personal digital

assistant, smartphone dan lain – lain.

Dengan berkembangnya mobile computing, sistem internet pada

masa sekarang tak lagi memadai untuk digunakan di masa mendatang.

84
Nugroho, Eko. 2010. Sistem Informasi Manajemen (Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya). Yogyakarta: Penerbit
Andi.

121
Dalam dunia jaringan computer, pemnfaatan internet tentu saja akan

semakin luas. Jaringan tak lagi ditujuan kepada computer semata,

melainkan juga HP, PDA bahkan lemari es, AC, lampu dan lain – lain.

Alat – alat itu akan terhubung dengan interner agar dapat dikendalikan

dari jarak jauh. Salah satu perubahan besar yang dilakukan adalah dengan

mulai digunakannya sitem alamat IPv6.

Manfaat IPv6 antara lain:

1. Mendukung ribuan miliar host walaupun dengan penggunaan

alokasi ruang alamat yang tidak efisien sekalipun

2. Mengurangi ukuran tabel routing

3. Menyederhanakan protocol untuk mengizinkan router memproses

paket lebih cepat

4. Lebih memperhatikan jenis layanan

5. Menyediakan keamanan yang lebih baik

6. Memungkinkan sebuah host berpindah – pindah

7. IPv6 memiliki alamat IP yang lebih panjang

8. IPv6 memiliki header yang lebih sederhana

9. Mengizinkan protocol untuk dikembangkan di masa yang akan

datang

122
Membantu multicasting dengan mengizinkan scope untuk

dispesifikasikan85

7. Era Disrupsi Teknologi Indonesia 4.0.

Dunia saat ini sedang menghadapi perubahan industri ke-4 atau

yang dikenal dengan Industri 4.0. Berdasarkan analisis Mckinsey Global

Institute, Industri 4.0 memberikan dampak yang sangat besar dan luas,

terutama pada sektor lapangan kerja, di mana robot dan mesin akan

menghilangkan banyak lapangan kerja di dunia. Untuk itu era revolusi

industri ini harus disikapi oleh pelaku industri dengan bijak dan hati-hati.

Di satu sisi, era industri ini melalui konektivitas dan digitalisasinya

mampu meningkatkan efisiensi rantai manufaktur dan kualitas produk.86

Namun demikian, di sisi lain, revolusi industri ini juga akan

menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia hingga tahun

2030 karena diambilalih oleh robot. Hal ini bisa menjadi ancaman bagi

Indonesia sebagai negara yang memiliki angkatan kerja dan angka

pengangguran yang cukup tinggi. Untuk itu pemerintah perlu menyikapi

perubahan ini dengan tepat melalui penyusunan strategi yang mampu

meningkatkan daya saing industri nasional sekaligus menciptakan

lapangan kerja yang lebih luas.

85
Nugroho, Eko. 2010. Sistem Informasi Manajemen (Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya). Yogyakarta: Penerbit
Andi.
86
Satya, Eka Satya. 2018. Strategi Industri Menhadapi Industri 4.0. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Bidang
Ekonomi dan Kebijakan Publik. Vol. X, No. 09/Puslit/Mei/2018.

123
Era Revolusi Industri keempat ini diwarnai oleh kecerdasan

buatan (artificial intelligence), super komputer, rekayasa genetika,

teknologi nano, mobil otomatis, dan inovasi. Perubahan tersebut terjadi

dalam kecepatan eksponensial yang akan berdampak terhadap ekonomi,

industri, pemerintahan, dan politik. Pada era ini semakin terlihat wujud

dunia yang telah menjadi kampung global.

Industri 4.0 adalah sebuah istilah yang diciptakan pertama kali di

Jerman pada tahun 2011 yang ditandai dengan revolusi digital. Industri

ini merupakan suatu proses industri yang terhubung secara digital yang

mencakup berbagai jenis teknologi, mulai dari 3D printing hingga

robotik yang diyakini mampu meningkatkan produktivitas. Sebelum ini

telah terjadi tiga revolusi industri yang ditandai dengan: 1. Ditemukannya

mesin uap dan kereta api tahun 1750-1930; 2. Penemuan listrik, alat

komunikasi, kimia, dan minyak tahun 1870-1900; 3. Penemuan

komputer, internet, dan telepon genggam tahun 1960-sekarang.

Kemunculan mesin uap pada abad ke-18 telah berhasil

mengakselerasi perekonomian secara drastis dimana dalam jangka waktu

dua abad telah mempu meningkatkan penghasilan perkapita negara-

negara di dunia menjadi enam kali lipat. Revolusi industri kedua dikenal

sebagai Revolusi Teknologi. Revolusi ini ditandai dengan penggunaan

dan produksi besi dan baja dalam skala besar, meluasnya penggunaan

tenaga uap, mesin telegraf. Selain itu minyak bumi mulai ditemukan dan

digunakan secara luas dan periode awal digunakannya listrik. Pada

124
revolusi industri ketiga, industri manufaktur telah beralih menjadi bisnis

digital.

Teknologi digital telah menguasai industri media dan ritel.

Revolusi industri ketiga mengubah pola relasi dan komunikasi

masyarakat kontemporer. Revolusi ini telah mempersingkat jarak dan

waktu, revolusi ini mengedepankan sisi real time. Lompatan besar terjadi

dalam sektor industri di era revolusi industri keempat, di mana teknologi

informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya. Pada era ini model

bisnis mengalami perubahan besar, tidak hanya dalam proses produksi,

melainkan juga di seluruh rantai nilai industri.

Roadmap Industri 4.0 Indonesia berkomitmen untuk membangun

industri manufaktur yang berdaya saing global melalui percepatan

implementasi Industri 4.0. Hal ini ditandai dengan peluncuran Making

Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap dan strategi Indonesia memasuki

era digital yang tengah berjalan saat ini. Kementerian Perindustrian

merancang Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap yang

terintegrasi untuk mengimplementasikan sejumlah strategi dalam

memasuki era Industri 4.0. 87

Implementasi Industri 4.0 tersebut bertujuan untuk menciptakan

pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Dalam roadmap

tersebut terdapat lima industri yang menjadi fokus implementasi, yaitu:

87
Satya, Eka Satya. 2018. Strategi Industri Menhadapi Industri 4.0. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Bidang
Ekonomi dan Kebijakan Publik. Vol. X, No. 09/Puslit/Mei/2018.

125
makanan dan minuman (mamin), tekstil, otomotif, elektronik, dan kimia.

Kelima industri ini merupakan tulang punggung perekonomian yang

diharapkan akan mampu memberikan efek ungkit yang besar,

meningkatkan daya saing, serta memberikan kontribusi nyata terhadap

ekonomi Indonesia. Selain itu, Making Indonesia 4.0 memuat 10 inisiatif

nasional yang bersifat lintas sektoral untuk mempercepat perkembangan

industry manfaktur

Indonesia telah mengawali proses adaptasi terhadap Industri 4.0

dengan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia melalui

program link and match antara pendidikan dengan industri. Upaya ini

dilaksanakan secara sinergis antara Kementerian Perindustrian dengan

kementerian dan lembaga terkait seperti Bappenas, Kementerian BUMN,

Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, serta Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi. Kementerian Perindustrian telah menetapkan empat langkah

strategis dalam menghadapi Industri 4.0.

Langkah-langkah yang akan dilaksanakan tersebut adalah:

Pertama, mendorong agar angkatan kerja di Indonesia terus

meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, terutama dalam

menggunakan teknologi internet of things atau mengintegrasikan

kemampuan internet dengan lini produksi di industri. Kedua,

pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya

saing bagi industri kecil dan menengah (IKM) agar mampu menembus

126
pasar ekspor melalui program E-smart IKM. Ketiga, pemanfaatan

teknologi digital yang lebih optimal dalam perindustrian nasional seperti

Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented

Reality. Keempat, mendorong inovasi teknologi melalui pengembangan

start up dengan memfasilitasi inkubasi bisnis agar lebih banyak

wirausaha berbasis teknologi di wilayah Indonesia.

Dengan menerapkan Industri 4.0, Menteri Perindustrian

menargetkan, visi besar nasional dapat tercapai. Visi tersebut secara garis

besar yaitu: membawa Indonesia menjadi 10 besar ekonomi pada tahun

2030; mengembalikan angka net export industri 10 persen; peningkatan

produktivitas tenaga kerja hingga dua kali lipat dibanding peningkatan

biaya tenaga kerja; dan pengalokasian dua persen dari GDP untuk

aktivitas research and development teknologi dan inovasi, atau tujuh kali

lipat dari saat ini.

Peluang dan Tantangan di Era Industri 4.0 Survei McKinsey

(Maret 2017) terhadap 300 pemimpin perusahaan terkemuka di Asia

Tenggara menunjukkan sebanyak 9 dari 10 responden percaya terhadap

efektifivitas Industri 4.0. dan hampir tidak ada yang meragukannya.

Akan tetapi ketika ditanya apakah mereka siap untuk perubahan tersebut,

hanya 48 persen yang merasa siap. Sesungguhnya langkah menuju

Industri 4.0 ini akan memberikan manfaat bagi sektor swasta. 88

88
Satya, Eka Satya. 2018. Strategi Industri Menhadapi Industri 4.0. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Bidang
Ekonomi dan Kebijakan Publik. Vol. X, No. 09/Puslit/Mei/2018.

127
Produsen besar yang terintegrasi akan dapat mengoptimalkan

sekaligus menyederhanakan rantai suplainya. Di sisi lain, sistem

manufaktur yang dioperasikan secara digital juga akan membuka

peluang-peluang pasar baru bagi UKM penyedia teknologi seperti

sensor, robotic, 3D printing, atau teknologi komunikasi antar-mesin.

Bagi negara-negara maju, Industri 4.0 dapat menjadi cara untuk

mendapatkan kembali daya saing infrastruktur. Bagi negaranegara

berkembang, Industri 4.0 dapat membantu menyederhanakan rantai

suplai produksi, yang dalam hal ini sangat dibutuhkan guna menyiasati

biaya tenaga kerja yang kian meningkat.

Untuk itu, dalam menghadapi era revolusi industri keempat,

sektor industri nasional perlu banyak berbenah, terutama dalam aspek

penguasaan teknologi yang menjadi kunci penentu daya saing.

Setidaknya terdapat lima teknologi utama yang menopang pembangunan

sistem Industri 4.0, yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence,

Human-Machine Interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi

3D Printing. Kelima unsur tersebut harus mampu dikuasai oleh

perusahaan manufaktur Indonesia agar dapat bersaing. Pemerintah juga

harus mengantisipasi dampak negatif dari Industri 4.0 seperti disruptive

technology.

Kehadiran disruptive technology ini akan membuat perubahan

besar dan secara bertahap akan mematikan bisnis tradisional. Peran

Industri 4.0 juga ini masih dipertanyakan bila dilihat dari gejala

128
deindustrialisasi global yang terjadi akhir-akhir ini. Hal ini dikarenakan

semakin meningkatnya peran sektor jasa. Kombinasi antara proyeksi

pertumbuhan ekonomi yang tidak bertambah dengan cepat dan

penurunan peran sektor manufaktur telah menimbulkan keraguan tentang

kehebatan Industri 4.0. 89

Selain itu Industri 4.0 juga berdampak negatif terhadap

penciptaan lapangan pekerjaan. Di kawasan ASEAN, hanya Singapura

yang telah siap mengadapi era industri baru ini. Pada saat pemerintah

memutuskan untuk beradaptasi dengan sistem Industri 4.0, maka

pemerintah juga harus memikirkan keberlangsungannya. Jangan sampai

penerapan sistem industri digital ini hanya menjadi beban karena tidak

dapat dimanfaatkan secara optimal.

Banyak hal yang harus dipersiapkan seperti: peran para

pengambil keputusan, tata kelola, manajemen risiko implementasi

sistem, akses publik pada teknologi, dan faktor keamanan sistem yang

diimplementasikan. Selain itu pemerintah juga harus mempersiapkan

sistem pendataan yang berintegritas, menetapkan total harga/biaya

kepemilikan sistem, mempersiapkan payung hukum dan mekanisme

perlindungan terhadap data pribadi, menetapkan standar tingkat

pelayanan, menyusun peta jalan strategis yang bersifat aplikatif dan

89
Satya, Eka Satya. 2018. Strategi Industri Menhadapi Industri 4.0. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Bidang
Ekonomi dan Kebijakan Publik. Vol. X, No. 09/Puslit/Mei/2018.

129
antisipatif, serta memiliki design thinking untuk menjamin

keberlangsungan industri.

Pada era disrupsi yang suka ataupun tidak suka harus dihadapi ini,

pemerintah harus terus melakukan penguatan pelayanan di berbagai

bidang atau sektor strategis khususnya yaitu dalam pengelolaan

keuangan negara demi meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia

menuju revolusi industri 4.0 sesuai dengan nawacita pemerintah pada

poin yang ketujuh yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan

menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik [6]. Seiring

dengan telah berjalannya program dan nawacita pemerintah tersebut, kini

telah bisa diukur bahwa terjadi peningkatan kualitas hidup manusia

Indonesia. 90

Diketahui, ada perkembangan harapan hidup dari tahun 2013

yakni 70,4 menjadi 71,6 pada tahun 2017. Saat ini Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) meningkat yakni dari 68,31 pada tahun 2013 menjadi

70,81 pada tahun 2017. Seiring itu, usia harapan hidup Indonesia

mengalami peningkatan menjadi rata-rata 71. Dengan perincian yaitu

laki-laki di usia 69 dan perempuan di usia 74 hal ini adalah merupakan

dampak dari pembangunan berbagai bidang atau sektor strategis

90
Nasution, Dito ADitia Darma., et.al. 2019 Pengaruh Penerapan Smart ASN Terhadap Pengelolaan Keuangan Negara di
Era Disrupsi Teknologi Indonesia 4.0. Sensasi 2019. ISBN: 978-602-52720-2-8 Juli 2019 Hal 43-51.

130
khususnya dalam bidang perekonomian dan pengelolaan keuangan

negara.

Sementara itu, saat ini terdapat beberapa permasalahan pada

sebagian SDM di Indonesia yang dirasa dapat menghambat tujuan negara

pada sektor pengelolaan keuangan negara, yaitu adanya budaya jalan

pintas untuk mencapai tujuan, pekerjaan yang asal jadi tanpa adanya

perencanaan pengelolaan keuangan yang baik, dan adanya mindset ingin

mendapatkan pelayanan bukan untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarmya masyarakat

ingin mendapatkan informasi terkait keuangan negara secara akuntabel

dan transparan guna meyakinkan masyarakat bahwa pengelolaan

keuangan negara telah dilaksanakan dengan baik dan peruntukkannya

telah di berikan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya

harmonisasi regulasi, dan Menteri PANRB sebagai leading sector dalam

pembinaan ASN harus jadi pelopor utama menerbitkan regulasi-regulasi

untuk meminimalisir dan memecahkan masalah yang ada. Selain itu,

untuk mengatasi permasalahan dalam sektor SDM adalah dengan

menyempurnakan dan mengevaluasi standar pelayanan, sebab progres

pekerjaan yang dilakukan pemerintah sudah sangat bagus, namun

tuntutan masyarakat akan jauh semakin besar. Selain itu juga para

pimpinan instansi pemerintah harus terlibat aktif dalam proses lelang

jabatan untuk menentukan jabatan-jabatan stragis di lingkungannya.

131
Karena memang saat ini tidak hanya dibutuhkan SDM dengan

kompetensi tinggi, melainkan juga yang berintegritas tinggi.

Perwujudan ASN yang berintegritas tinggi adaalah bentuk Smart

ASN dalam pengelolaan keuangan negara yang sedang digalakkan oleh

pemerintah saat ini. Hal tersebut karena dengan rendahnya integritas

ASN akan memunculkan peluang terjadinya korupsi lebih besar. Ada tiga

faktor yang dapat membuat korupsi terjadi yaitu system dalam

pengelolaan keuangan yang lemah, nafsu/keinginan dan kebutuhan yang

tidak terkontrol. Hal tersebut dapat diartikan bahwa memiliki keinginan

dan kebutuhan boleh saja dimiliki akan tetapi harus dicari dengan cara

yang baik dan sesuai aturan, itulah sebenarnya tujuan dari konsep Smart

ASN dalam pengelolaan keuangan negara. 91

Tata kelola keuangan yang baik akan terwujud melalui program

Smart ASN dan akan bermuara kepada peningkatan perekonomian

negara melalui pelaporan keuangan yang berkualitas. Hal ini karena

prinsip tata kelola keuangan yang baik akan mempengaruhi kinerja

pemerintah yang menyajikan atau yang membuat laporan keuangan.

Maka dari itu, semakin berjalan dengan efektif program Smart

ASN maka diharapkan akan memperoleh manfaat, antara lain proses

transaksi dan penyiapan laporan lebih cepat, memiliki keakuratan dalam

perhitungan, informasi keuangan lebih relevan, cepat, lengkap dan dapat

91
Nasution, Dito ADitia Darma., et.al. 2019 Pengaruh Penerapan Smart ASN Terhadap Pengelolaan Keuangan Negara di
Era Disrupsi Teknologi Indonesia 4.0. Sensasi 2019. ISBN: 978-602-52720-2-8 Juli 2019 Hal 43-51.

132
di uji kebenarannya. Konsep Smart ASN dalam pengelolaan keuangan

juga harus dilandaskan dengan azas keterbukaan (transparansi).

Azas keterbukaan (transparansi) dalam penyelenggaraan

pemerintah adalah azas yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif

tentang penyelenggaraan pemerintah dengan tetap memperhatikan

perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara [11].

Maka berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan tersebut diperkirakan

terdapat pengaruh penerapan Smart ASN terhadap Pengelolaan

Keuangan Negara di Era Disrupsi Teknologi Indonesia 4.0 yang masih

harus dibuktikan.

Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan salah satu aset yang

sangat penting dalam penyelenggaraan roda pemerintahan sebuah negara

terlebih saat ini dunia sedang menghadapi era disrupsi teknologi hingga

munculnya Revolusi Industri 4.0. ASN merupakan bagian yang penting

dalam pengelolaan keuangan negara karena laporan keuangan

pemerintah disusun oleh ASN yang memiliki tupoksi penyusunan dan

pengelolaan keuangan.

Hal tersebut tentunya dapat didukung oleh program Smart ASN

yaitu ASN harus berintegritas, memiliki rasa nasionalisme tinggi,

profesional, berwawasan global, memahami teknologi/informasi dan

bahasa asing, hospitality, networking, serta entrepreneurship.

133
Berdasarkan Analisa Deskriptif dan Hasil uji statistik yang telah

dilakukan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan

Smart ASN berpengaruh secara signifikan terhadap Pengelolaan

Keuangan Negara.

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam hal jumlah sampel

yaitu 67 responden dan dilakukan pada Kementerian/Lembaga yang

berada di kota Medan. Berdasarkan hasil analisis, pembahasan, dan

kesimpulan yang telah dijelaskan, serta keterbatasan penelitian yang

telah dijabarkan sebelumnya, maka penulis memberikan saran yang

dapat dijadikan bahan masukan atau pertimbangan bagi pihak pihak yang

berkepentingan sebagai berikut: (1) Untuk lebih meningkatkan

Pengelolaan Keuangan Negara, maka sebaiknya Kementerian/Lembaga

mengikutsertakan ASN mengikuti pelatihan pembangunan karakter dan

pencegahan korupsi/kecurangan yang diselenggarakan oleh Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia (BPK-RI). (2) Peneliti selanjutnya disarankan agar

subjek penelitian selanjutnya tidak terbatas pada Kementerian/Lembaga

di Kota Medan saja, tetapi disarankan untuk lebih memperluas subjek

penelitiannya seperti Kementerian/Lembaga yang berada di Provinsi

Sumatera Utara bahkan skala nasional yaitu pada lingkup

Kementerian/Lembaga di Indonesia.92

92
Nasution, Dito ADitia Darma., et.al. 2019 Pengaruh Penerapan Smart ASN Terhadap Pengelolaan Keuangan Negara di
Era Disrupsi Teknologi Indonesia 4.0. Sensasi 2019. ISBN: 978-602-52720-2-8 Juli 2019 Hal 43-51.

134
Perkembangan ilmu pengetahuan modern telah menjadikan

segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi lebih mungkin terjadi.

Perkembangan pola pikir manusia yang semakin berkembang dan

tentunya diakibatkan oleh beragam faktor serta timbulnya suatu

permasalahan, bahkan fenomena baru di tengah kehidupan masyarakat

menjadikan ide maupun gagasan harus bernilai inovatif.

Keberhasilan sebuah inovasi tersebut menjadi indikator bahwa

ide maupun gagasan yang ada menjadi sebuah ide yang bersifat solutif.

Menurut Suwarno, Yogi (2008), menyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi inovasi pelayanan, dapat dianalisis menjadi 2 (dua) yaitu:

(a) lingkungan internal; dan (b) lingkungan eksternal. Lingkungan

internal adalah lingkungan di dalam organisasi yang berpengaruh

terhadap kinerja, meliputi visi, misi, sarana dan prasarana, sumber daya

manusia, organisasi, manajemen, keuangan dan pemasaran.

Sedangkan lingkungan eksternal meliputi lingkungan makro dan

lingkungan mikro. Lingkungan makro meliputi demografi,

sosioekonomi, teknologi, politik, dan sosial budaya, serta lingkungan

mikro meliputi pelanggan dan pesaing. Faktor internal yang didalamnya

terdapat keberhasilan dalam sebuah kinerja merupakan keberhasilan

sebuah instansi publik dalam memperbaiki proses dalam berorganisasi.

Proses dalam berorganisasi yang baik akan menimbulkan

performa dari organisasi dalam pencapaian tujuan tersebut lebih

135
meningkat dan upaya dalam merealisasikan beberapa program yang telah

dicanangkan oleh lembaga ataupun organisasi tersebut akan lebih mudah

terealisasi. Sedangkan untuk faktor eksternal ada yang dinamakan

dengan teknologi. Kemajuan teknologi yang ada telah mempermudah

bagi kehidupan masyarakat dan bahkan untuk kemajuan sebuah lembaga

publik.

Inovasi teknologi ternyata dalam implementasinya di bidang

administrasi publik telah menjadikan pelayanan yang bersifat

konvensional bertransformasi menjadi terkomputerisasi. Segala bentuk

input, proses dan tentunya output telah terintegrasi dengan komputer. Hal

ini pula yang menjadikan inovasi sebagai leading factor dalam upaya

peningkatan sebuah pelayanan. Hal itu juga menuntut beragam informasi

yang ada harus dikelola dengan baik. Misalnya telah muncul konsep

tentang Sistem Informasi Manajemen (SIM) di dalam sebuah lembaga,

terurama di lembaga publik ataupun formal.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) dapat meningkatkan

pendapatan asli daerah (Irfan, 2018). Artinya dari pengelolaan informasi

yang baik berdampak pula pada peningkatan kesejahteraan dan tingkat

pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Ini merupakan inovasi

yang sederhana dalam hal peningkatan dan upaya perbaikan sebuah

instansi publik. Inovasi menjadi langkah terbaik untuk mengubah

keadaan. Pelanggan jasa dalam hal ini masyarakat mempunyai hak tagih

dalam menerima pelayanan yang baik dan pemerintahan sebagai lembaga

136
penyelenggara pelayanan mempunyai kewajiban untuk meningkatkan

pelayanan yang baik terhadap masyarakat. 93

Selain itu keberadaan pesaing, misalnya yang menjadi pesaing

dari instansi publik yakni berasal dari privat sector dapat dijadikan

stimulus untuk lebih berinovasi dalam penyelenggaraan pelayanan

publik dan hal tersebut akan menciptakan sebuah tipologi dalam inovasi

di public sector. Menurut Halvorsen (dalam Yogi. S, 2018) terdapat 6

(enam) tipologi inovasi di sektor publik, yaitu: (a) a new or improved

service; (b) process innovation; (c) administrative innovation; (d) system

innovation; (e) conceptual innovation; dan (f) radical change of

rationality.

Berdasarkan tipologi inovasi tersebut, maka terdapat beberapa hal

mengenai inovasi di sektor publik. Pertama dari segi perbaikan pelayanan

atau adanya pelayanan baru. Hal ini bertujuan untuk memberikan pilihan

dan pemenuhan kebutuhan dari masyarakat sebagai pelanggan pelayanan

sebuah jasa tertentu. Kemudian adanya inovasi proses, dimana terdapat

perubahan dalam penyediaan pelayanan. Setelah itu dalam tipologi

inovasi, yakni inovasi administrative. Disinilah letak dari pusat kendali

perbaikan sebuah layanan.

Karena dalam inovasi administrative terdapat kebijakan sebagai

hasil dari sebuah perbaikan dari proses secara administratif di lembaga

93
Nasution, Dito ADitia Darma., et.al. 2019 Pengaruh Penerapan Smart ASN Terhadap Pengelolaan Keuangan Negara di
Era Disrupsi Teknologi Indonesia 4.0. Sensasi 2019. ISBN: 978-602-52720-2-8 Juli 2019 Hal 43-51.

137
ataupun di organisasi tersebut. Inovasi yang diimplementasikan haruslah

yang original atau tidak bersifat plagiat. Artinya tidak ada ide ganda

dalam menerapkan gagasan yang sama di organisasi yang berbeda.

Berdasarkan tersebut, maka pengelompokan inovasi dapat digolongkan

ke dalam tingkat keaslian, sumber daya manusia dan sebuah efisiensi.94

Tingkat keaslian inovasi merupakan bentuk pemikiran manusia

yang tentunya tidak memiliki kesamaan ide antara ide satu dengan ide

yang lainnya. Keunikan dan keaslian sebuah ide atau gagasan merupakan

inovasi murni yang jelas serta dapat diukur dalam penerapannya.

Kemudian dibutuhkan sumber daya manusia sebagai pengendali dan

pengelola dari inovasi yang ada, serta adanya efisiensi pelayanan sebagai

bentuk penghematan anggaran dalam merealisasikan inovasi.

Inovasi itu sendiri tidak tercipta dan terealisasi begitu saja. Proses

pemikiran dari sumber daya manusia merupakan kunci utama

terealisasinya inovasi yang sesuai dengan permasalahan yang ada.

Kompleksitas dan urgensi permasalahan yang muncul harus dianalisis

dengan cermat, agar dampak dari inovasi yang muncul tidak menjadi

sesuatu hal yang tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh

lembaga atau organisasi tersebut. Diperlukan sebuah budaya organisasi

yang memacu adanya inovasi dalam upaya dan sebagai jalan pemecahan

suatu permasalahan. Sehingga inovasi merupakan sesuatu yang asli, buah

94
Wardani, Ari Kusuma, 2018. Urgensi Inovasi Pelayanan Urgensi Inovasi Pelayanan Bidang Administrasi Publik Di Era
Disrupsi, Jurnal Administrasi Publik, FISIP, UNiveristas Galuh.

138
pikir dari pemikiran manusia dan menjadi solusi nyata dalam pemecahan

masalah.

Setelah reformasi birokrasi sebagai katalis untuk meningkatkan

kesadaran peningkayan kualitas pelayanan para pegawai penyelenggara

pelayanan publik bagi masyarakat. Maka diperlukan pula bentuk nyata

inovasi dalam sebuah pelayanan publik. Inovasi pelayanan publik adalah

pembaharuan atau kreativitas maupun ciptaan baru yang mampu

memberikan nilai tambah (value added). Dalam konteks pelayanan

publik, inovasi bisa diartikan sebagai pembaharuan atau kreativitas

maupun ciptaan baru dalam pelayanan publik untuk meningkatkan

kualitas layanan.

Oleh karena itu sesuatu yang baru dapat menjadikan pelayanan

publik lebih ke arah lebih maju, jika semua pihak mau menerima dan

mengimplementasikan inovasi yang muncul di penyelenggara layanan

publik tersebut. Ada beberapa bentuk inovasi yang telah ada dan

dilaksanakan oleh beberapa penyelenggara pelayanan publik. Salah

satunya menurut Dayang E.D (2015) menyatakan, bahwa terdapat 4

(empat) bentuk inovasi pelayanan, diantaranya sebagai berikut: a.

Rehabilitasi Ruang Publik; b. Mempercepat Pelayanan; c. Area

Permainan; dan d. Jejaring Sosial. Rehabilitasi ruang publik dari segi

penataan juga mempengaruhi pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat. Hal ini bertujuan untuk membuat nyaman bagi masyarakat

ketika akan mendapatkan pelayanan jasa dari penyelenggara pelayanan.

139
Penyediaan fasilitas ruang yang nyaman merupakan upaya peningkatan

pelayanan masyarakat.

Serta adanya area merokok merupakan upaya perlindungan untuk

masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan. Kesadaran

akan kenyamanan dan kebersihan menjadi hal yang wajib, agar

masyarakat dapat menilai segi pelayanan secara fisik. Pihak

penyelenggara pelayanan juga melakukan janji pelayanan yaitu syarat

dan berkas lengkap, pelayanan akan cepat, mudah dan tepat. Dalam

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat pihak penyelenggara

pelayanan akan mengevaluasi kritik dan saran dari masyarakat melalui

indeks kepuasan masyarakat (IKM) atau melalui sms, telepon dan

facebook maupun media komunikasi yang lainnya.95

Pemanfaatan media online pun menjadi salah satu hal yang dapat

digunakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Layanan online

merupakan layanan yang memberikan akses yang lebih luas kepada

masyarakat dalam memperoleh informasi dan layanan publik dengan

cara berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Penggunaan

jejaring sosial (melalui facebook, sms, whatsapp dan telepon) sebagai

jalur menyampaikan pelayanan dirasa cukup efektif.

Sejarah globalisasi menunjukkan bahwa setiap perubahan zaman

memiliki core (penggeraknya) masing-masing. Uraian Friedman, Ritzer,

95
Wardani, Ari Kusuma, 2018. Urgensi Inovasi Pelayanan Urgensi Inovasi Pelayanan Bidang Administrasi Publik Di Era
Disrupsi, Jurnal Administrasi Publik, FISIP, UNiveristas Galuh.

140
dan Toffler menunjukkan bahwa gerak perubahan itu selalu dipicu oleh

perkembangan teknologi yang melahirkan era revolusi industri 4.0, yang

tidak hanya tidak hanya sekadar membuka interaksi secara luasnamun


96
juga mendisrupsi berbagai bidang kehidupan manusia.

Disruptif pada awalnya merupakan fenomena yang terjadi dalam

dunia ekonomi, khususnya di bidang bisnis. Clayton (Christensen,

1997), seorang Profesor Bisinis Harvardmenyebutnya sebagai

distruption innovative dalam The Innovator’s Dilemma (Christensen,

1997) .Disruptif sendiri merupakan kondisi ketika sebuah bisnis dituntut

untuk terus berinovasi mengikuti perkembangan, sehingga bisnis tidak

hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekarang, namun dapat

mengantisipasi kebutuhan di masa mendatang.

Di era sekarang, disrupsi tidak hanya berlaku pada dunia bisnis.

Fenomena disrupsi memberikan dampak perubahan yang besar dalam

berbagai bidang. Disrupsi tidak hanya mengubah bisnis, tapi fundamental

bisnisnya (Khasali, 2018). Mulai dari struktur biaya sampai ke budaya,

dan bahkan ideologi dari sebuah industri. Paradigma bisnis pun bergeser

dari penekanan owning menjadi sharing (kolaborasi). Contoh nyata dapat

dilihat pada perpindahan bisnis retail (toko fisik) ke dalam e commerce

yang menawarkan kemudahan dalam berbelanja, ditambah merebaknya

96
Prasetyo, Banu. Dkk. 2018. Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan Perubahan Sosial Prosiding Semateksos IV. Solo. Istitut
Teknologi Sepuluh November

141
taksi online kemudian mengancam eksistensi bisnis taksi konvensional.

Fenomena disrupsi tidak hanya terjadi dalam dunia bisnis saja.97

Namun telah meluas dalam bidang lainnya seperti pendidikan,

pemerintahan, budaya, politik, dan hukum. Pada bidang politik misalnya,

gerakan-gerakan politis untuk mengumpulkan masa melalui konsentrasi

masa telah digantikan dengan gerakan berbasis media sosial. Bidang

pemerintahan pun kini juga ditantang untuk melaksanakan birokrasi

secara efektif efisien berbasis e governance. Sektor budaya pun juga ikut

terdisrupsi.

Perkembangan media sosial yang masif, telah merekonstruksi

struktur budaya masyarakat. Relasi sosial hubungan masyarakat kini

lebih erat terbangun dalam dunia maya, sehingga hubungan dalam dunia

nyata justru menjadi relatif. Terakhir, bidang hukum pun sekarang pun

juga terdisrupsi. Peraturan-peraturan hukum pun harus mengikuti

perkembangan teknologi yang ada, sebagaimana ketika kementerian

perhubungan kesulitan menerapkan aturan untuk memberikan aturan

terhadap angkutan online.Singkatnya, dalam disruptive akan terjadi

disruptive regulation, disruptive culture, disruptive mindset, dan

disruptive marketing.98

97
Wardani, Ari Kusuma, 2018. Urgensi Inovasi Pelayanan Urgensi Inovasi Pelayanan Bidang Administrasi Publik Di Era
Disrupsi, Jurnal Administrasi Publik, FISIP, UNiveristas Galuh.
98
Prasetyo, Banu. Dkk. 2018. Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan Perubahan Sosial Prosiding Semateksos IV. Solo.
Istitut Teknologi Sepuluh November

142
Disrupsi telah mengubah tatanan dunia secara pesat. Perubahan

itu tidak lagi memakan waktu ribuan tahun, seperti yang dijelaskan pada

teori evolusi Charles Darwin (Darwin, 2004) dalam On the Origin of

Species. Perubahan itu hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat.

Dalam keadaan yang serba cepat itu, yang berubah tidak hanya

fenomenanya saja, misalnya offline ke online, dunia nyata menjadi dunia

maya, media cetak menjadi media sosial, dan lain sebagainya.

Namun demikian, nilai-nilai, tatanan sosial, dan budaya juga ikut

mengalami perubahan. Pergeseran nilai-nilai itu tercermin dari maraknya

berbagai peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi.Dampak paling terasa itu

terjadi dalam bidang lingkungan dan sosial. Data Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada antara Juli 2016-Juni

2017 memperlihatkan adanya deforestasi hutan sebesar 497.000 hektar

atau sebesar 64,3% dari jumlah hutan di Indonesia. Meskipun KLHK

mengklaim terjadi penurunan dari tahun 2014 sebesar 73,6%, jumlah ini

masih tergolong cukup besar, padahal Amerika yang merupakan negara

industri mampu menjaga deforestasi hutannya tidak lebih dari 200.000

hektar per tahunnya.Persoalan lingkungan juga tidak berhenti hingga di

situ, Indonesia bahkan dikategorikan masuk ke dalam negara terkotor

keempat di dunia, menurut hasil riset International Earth Science

Information Networktahun 2015.

Kerusakan alam ini semata-mata tidak hanya terjadi akibat

limbah yang dihasilkan dari proses produksi. Di balik itu, terjadi

143
pergeseran paradigma manusia dalam memandang alam (Prasetyo,

2018). Dalam hal ini, Max Weber menyatakan bahwa sejak modernitas

berkembang biak, manusia hanya menggunakkan “akal instrumental”,

yang kemudian memperlakukan alam sebagai sesuatu yang bisa

diperalat, dengan hasil yang bisa diarahkan (Tempo, 2010). 99

Akibatnya dunia modern dan kerusakan ekologi cepat bertaut.

Manusia seraya lepas dari alam, dan hidup pada realitas lain.

Keterasingan ini membuat hubungan manusia dengan alam hanya

menjadi subjek dan objek: manusia (subjek) yang menguasai alam

(objek). Selain membawa dampak persoalan lingkungan, revolusi

industri juga akan meninggalkan persoalan yang berkaitan dengan

hilangnya nilai-nilai sosial humaniora. Generasi milenial, generasi yang

lahir pada sekitar tahun 1980-2000an, sudah menunjukkan adanya

gejala-gejala degradasi mental. Gaya hidup konsumerisme, kebebasan

yang tanpa batas, serta hilangnya perilaku etis di media sosial adalah

serangkaian contoh dari degradasi tersebut.

Rhenald Kasali (Khasali, 2018) menyebut milenial sebagai

generasi strawberry, yang digambarkan sebagai generasi yang menarik,

namun rapuh karena tidak memiliki mentalitas dan nilai-nilai yang kuat.

Semangat awal dari kemajuan teknologi adalah untuk mempermudah

kehidupan manusia. Sejak penemuan mesin dan dimulainya era

99
Wardani, Ari Kusuma, 2018. Urgensi Inovasi Pelayanan Urgensi Inovasi Pelayanan Bidang Administrasi Publik Di Era
Disrupsi, Jurnal Administrasi Publik, FISIP, UNiveristas Galuh.

144
otomatisasi telah membuat produksi semakin berlipat dan memangkas

waktu serta biaya yang dikeluarkan. 100

Namun demikian, pada akhirnya segala kemudahan ini

berdampak besar manusia, karena membuat penggunaan tenaga manusia

berkurang secara signifikan. Akibatnya, terjadi peningkatan jumlah

pengangguran. Tepat pada titik inilah, maka perlu adanya sebuah

paradigma pembangunan yang tidak saja meningkatakan kemampuan

manusia di bidang teknologi saja, namun juga perlu meningkatkan

mentalitas manusianya sendiri. Dalam usaha membangun karater itu

maka diperlukan peran ilmu sosial humaniora.

Memang patut disayangkan, dalam beberapa kesempatan, ilmu

humaniora dianggap ilmu second class yang kurang memberikan dampak

yang signifikan di era revolusi industri 4.0. Padahal, jika ditelusur lebih

lanjut, perkembangan sains (ilmu pengetahuan) yang menghasilkan

kemajuan teknologi dewasa ini berawal dari rasionalitas yang dibidani

oleh ilmu humaniora.Gerakan itu tercermin ketika kelahiran zaman

modern pada abad sekitar XVII (Hardiman, 2004). Di zaman itu, era

kebangkitan rasio telah dimulai, sehingga memungkinkan manusia untuk


101
berpikir bebas lepas dari doktrin teologis yang membelenggu.

100
Prasetyo, Banu. Dkk. 2018. Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan Perubahan Sosial Prosiding Semateksos IV. Solo.
Istitut Teknologi Sepuluh November
101
Wardani, Ari Kusuma, 2018. Urgensi Inovasi Pelayanan Urgensi Inovasi Pelayanan Bidang Administrasi Publik Di Era
Disrupsi, Jurnal Administrasi Publik, FISIP, UNiveristas Galuh.

145
Pada abad XVIII terjadi perubahan besar dalamcara berpikir

manusia. Hal ini ditandai dengan terjadinya sekularisasi

ilmupengetahuan sehingga terjadi pemisahan antara raga dan jiwa yang

dipelajarisecara terpisah. Bagian raga diperlakukan sebagai materi dan

diterangkansebagaimana halnya dengan gejala alam. Ilmu pengetahuan

alam terpisahdari ilmu pengetahuan sosial dan humaniora. Menjelang

akhir abad XX,kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat

sehingga terjaditeknologisasi kehidupan dan penghidupan (Jacob,

1988)102

Teknologi berkembang sendiri danmakin terpisah, serta jauh

meninggalkan agama dan etika, hukum, ilmupengetahuan sosial dan

humaniora. Oleh karena itu, harus ada upaya untuk menyeimbangkan

pendidikan teknologi dengan humaniora. Pengetahuan tentang alam dan

kehidupan tidak utuh tanpa disertai pengetahuan tentang mengapa

sesuatu terjadi, bagaimana terjadinya, bagaimana perkembangan

selanjutnya serta bagaimana sebaiknya dan seharusnya. Teknologi keras

tidak utuh tanpa teknologi lunak.(Jacob, 1988).

B. PENELITIAN TERDAHULU.
Berbagai penelitian tentang Implementasi Kebijakan Publik dalam

Pelayanan Publik sudah banyak di lakukan dengan berbagai metode dan tujuan

diantaranya sebagai berikut:

102
Prasetyo, Banu. Dkk. 2018. Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan Perubahan Sosial Prosiding Semateksos IV. Solo.
Istitut Teknologi Sepuluh November

146
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu.

No. NAMA PENELITI JUDUL TUJUAN PENELITIAN METODE HASIL


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Rahimin Encu Pemanfaatan Teknologi 1. Untuk mengetahui pemanfaatan Metode yang Persepsi kegunaan dan persepsi
Winarti, 2019 Informasi dalam Upaya teknologi informasi dalam digunakan dalam kemudahan ini menjadi faktor
Peningkatan Kualitas upaya peningkatan kualitas penelitian ini adalah pendorong dalam memanfaatkan
Pelayanan Publik pelayanan publik melalui penelitian kualitatif website BPS Provinsi Selawesi
(Studi Kasus Website website BPS Provinsi Selawesi dengan level analisis selatan sejalan dengan salah satu
BPS Provinsi Selawesi Selatan. eksplanasi dengan teori pemanfaatan teknologi
Selatan) 2. Untuk mengetahui upaya teknik pengumpulan informasii yaitu Technology
optimalisasi kualitas pelayanan data wawancara, Acceptance Model (TAM). Dan
publik melalui website BPS observasi dan disimpulkan bahwa persepsi
Provinsi Selawesi Selatan. dokumentasi. kegunaan dan kemudahan menjadi
3. Untuk mengetahui faktor-faktor faktor pendorong dalam
yang menghambat optimalisasi memanfaatkan website BPS Provinsi
pemanfaatan teknologi Selawesi Selatan.
informasi dalam upaya Hal tersebut juga dilakukan
peningkatan kualitas pelayanan optimalisasi secara transparan,
Publik melalui website BPS akuntabel, kondisional, partisipatif,
Provinsi Selawesi Selatan. kesamaan hak dan keseimbangan hak
dan kewajiban, dari hal tersebut
dituntut untuk lebih cepat, murah,
mudah diperoleh, berkualitas.
Kendala yang dihadapi
pengembangan infrastruktur,
kepemimpinan dan budaya
masyarakat. Dan kendala yang lebih

147
adalah kendala non teknis seperti
sumber data lambat, keterbatasan
SDM dan registrasi pemohon.
Perbedaan: Penelitian yang dilakukan Rahimin Encu Winarti, 2019 menggunakan metode penelitian kualitatif ekplanatif dengan pemanfaatan
teknologi informasi berupa website dengan pengukuran kualitas pelayanan menggunakan Webqual sedangkan penelitian penulis menggunakan
penelitian deskriptif kualitatif dengan pemanfaatan teknologi informasi OSS dan Sicantik Cloud di DPM PTSP kabupaten Pringsewu menggunakan
Webqual dan model implementasi Grendle.
2. Dicky Sumastyono, Pelayanan Terpadu Keberhasilan pelaksanaan Penelitian ini Adapun hasil penelitian ini adalah:
2019. Satu Pintu di kebijakan tentang pelayanan menggunakan metode 1. Upaya-upaya yang telah
Kabupaten Tana terpadu satu pintu menjadi deskriptik pendekatan dilaksanakan pemda kabupaten
Tidung. prioritas dalam memberikan kualitatif. tana tidung sehingga berhasil
kepuasan kepada masyarakat. mengimplementasikan kebijakan
Pemerintah berupaya terus PTSP antara lain: pendelegasikan
meningkatkan kualitas pelayanan kewenangan Bupati kepada kepala
dengan harapan pelayanan PTSP untuk memberikan
terpadu satu pintu ini menjadi persetujuan perizinan,
jendela utama dalam pelayanan. meyederhanakan layanan
informasi, persyaratan,
1. Mendeskripsikan mekanisme mengurangi berkas permohonan,
pelayanan perizinan. membuat SOP, Percepatan proses,
2. Mendeskripsikan dan transparansi biaya,.
menganalisa bagaimana 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan pelayanan terpadu keberhasilan proses implementsi
satu pintu antara lain, komunikasi, SDM
3. Menganalisis faktor yang yang dimiliki, sikap birokrasi
menghambat di pelayanan pelaksana, struktor organisasi,
terpadu satu pintu. tingkat kepatuhan biroktasi dan
semua kegiatan dilaksanakan
terarah.

148
Perbedaan: penelitian Dicky Smumastyono, 2019 menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan mengkaji implementasi kebijakan pelayanan
publik di PTSP kabupaten tana tidung dengan menggunakan pengukuran kualitas pelayanan publik menurut Lijan Poltak Sinambela, 2018 sedangkan
peneltian yang dilakukan penulis adalah menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pemanfaatan teknologi informasi OSS dan Sicantik Cloud
di DPM PTSP kabupaten Pringsewu menggunakan Webqual dan model implementasi Grendle.
3. Intan Rokhimah, 2019 Strategi Penanaman Menganalisis mengenai strategi Penelitian ini Hasil penelitian ini menunjukan
Modal Provinsi penanaman modal provinsi menggunakan pemerintah Provinsi Kalimantan
Kalimantan Utara Kalimantan utara dalam menarik kualitatif pendekatan Utara melaksanakan strategi
Dalam Menarik invesitor dalam dan luar negeri. deskriptif dan penanaman modal dan pelayanan
Investor Dalam dan instrument penelitian perizinana terpadu satu pintu melalui
Luar Negeri. yang digunakan peningkatan kualitas dan
adalah pedoman keterampilan masyarakat melalui
wawancara, panduan pelatihan, promosi invesitasi,
observasi dan pertemun forum invesitasi dan
dokumentasi. percepatan pembangunan di bidang
infrastruktur yang menunjang
investasi dearah. Dalam praktiknya
pemerintah provinsi Kalimantan
utara belum efektif menggunakan IT,
kualitas perizinan masih buruk,
prosedur perizinan masih rumit dan
membutuhakn waktu yang lama.
Perbedaan: Penelitian Intan Rokhimah, 2019 menggunakan metode kualitatif deskiriptif namun lebih berfokus pada mengkaji strategi invesitasi dan
bisnis pada penanaman modal yang mengguakan teori Hubeis dan Najib, 2014. Sedangkan penelitian penulis adalah menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif dengan pemanfaatan teknologi informasi OSS dan Sicantik Cloud di DPM PTSP kabupaten Pringsewu menggunakan Webqual dan model
implementasi Grendle.
4. Ferianto, 2019. Efektifitas Perizinan Menggali informasi mengenai Penelitian ini Efektifitas pada DINPMP2KUKM
Pada Dinas Penanaman efektifitas DINPMP2PUKM. menggunakan Kabupaten Bangka dapat dilihat dari
Modal Pelayanan kualitatif pendekatan terpenuhinya kriteria yaitu:
Perizinan Terpadu Satu deskriptif dan

149
Pintu, Koperasi, Usaha instrument penelitian 1. Pencapaian tujuan sudah tercapai
Kecil dan Menengah yang digunakan dan perlu untuk dimaksimalkan
Kabupaten Bangka. adalah pedoman lagi.
wawancara, panduan 2. Integrasi sudah dilakukan dengan
observasi dan baik dan efektif yang dapat
dokumentasi. dilihat dari sosialisasi dan
komunikasi yang dilakukan oleh
DINPMP2KUKM.
3. Adaptasi juga sudah dilakukan
dengan baik namun diperlukan
pelatihan dan pengembangan
pegawai serta meningkatkan
sarana dan prasarana.
Perbedaan: Penelitian Ferianto, 2019 bertujuan untuk menggali informasi efektifitas pelayanan publik dengan pendekatan peneltian kualitatif
deskikriptif sedangkan pneleitian penulis adalah menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pemanfaatan teknologi informasi OSS dan
Sicantik Cloud di DPM PTSP kabupaten Pringsewu menggunakan Webqual dan model implementasi Grendle. Persamaannya adalah pada metodologi
penelitiannya dan lokasi penelitian yang sama sama pada Dinas PM PTSP.
5. Anshary, 2018 Penerapan Sistem Tujuan penelitian ini untuk Penelitian kualitatif Hasil penelitina menunjukan:
Pengadaan Secara menganalisis penerapan sistem deskriptif dengan 1. Penerapan SPSE belum efektif,
Elektronik (SPSE) penerapan pemilihan penyedia pendektan studi kasus bebrapa dinas tidak input SPPBJ
Terhadap Pemilihan barang/jasa secara elektronik (e- dipandang lebih ke dalam SPSE dan 12 informan
Penyedia Barang/Jasa tendering) dengan menggunakan relevan digunakan tidak ada yang unduh SPPBJ dari
Pemerintah. (Studi aplikasi sistem pengadaan secara dalam mengamati dan SPSE dan belum pernah dilakukan
Kasus pada LPSE elektronik (SPSE) serta menganalisis proses bimbingan teknis pengadaan
Pemda Aceh Tengah). menganalisis peran Pengguna pemihinan penyedia bareang jasa, dan jadwal
Anggaran (PA). brang/jasa secara penyelesaian uji forensic tidak
elektronik. dapat diakses meskipun telah
memenuihi prosedur.

150
2. Peran PA lebih dominan tidak
memahami tugas dan fungsi dalam
proses pemilihan penyedia dan
tidak memahami SPSE.
3. Faktor penghambatnya adalah
keterbatasa ranana IT, kurangnya
SDM dan kurangnya kompetensi.
Perbedaan: Penelitian Anshary, 2018 berujuan untuk menganalisis penerapan sistem penerapan pemilihan penyedia barang/jasa secara elektronik (e-
tendering) dengan menggunakan aplikasi sistem pengadaan secara elektronik (SPSE) serta menganalisis peran Pengguna Anggaran (PA).dengan
pendekatan kualitatif deskriptif dengan pendektan studi kasus dipandang lebih relevan digunakan dalam mengamati dan menganalisis proses
pemihinan penyedia brang/jasa secara elektronik. Sedangkan penelitian penulis adalah menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
pemanfaatan teknologi informasi OSS dan Sicantik Cloud di DPM PTSP kabupaten Pringsewu menggunakan Webqual dan model implementasi
Grendle. Persamaannya adalah pada metodologi penelitiannya dan lokasi penelitian yang sama sama pada Dinas PM PTSP.
6. Vera Arvianty, 2018 Implementasi Tujuan penelitian ini : Design penelitian Hasil penelitina ditemukan bahwa
Kebijakan Pelayanan 1. Untuk mengetahui bagaimana yang digunakan belunm dilakukan secara terpadu
Administrasi Terpadu implementasi kebijakan adalah deskriptif kerana pengurusan perizinan mulai
Kecamatan (PATEN) PATEN pada pelayanan kualitatif. dari permohonan sampai keluarnya
pada Pelayanan perizinan kekecamtan singkep Sumberdata dan dokumen perizinan masih belum
Perizinan di kabupaten lingga. infromasi diperoleh semua diterima melalaui satu
Kecamatan Singkep 2. Untuk mengetahui hambatan- dari seluruh tempat/loket, sehingga masyarkat
Kabupaten Lingga. hambatan yang dihadapi stakeholder yang tidak puas, merasa lama dan lambat
dalam implementasi terkait dengan dan berbelit belit dan mahal. Faktor
kebijakan. pelayanan penghambatnya adalah komunikasi,
3. Untuk mengetahui apa-apa administrasi sumberdaya, sosialisasi, pelatihan,
upaya yang dilakukan dalam perizinan. Sumber anggaran, efisiensi dan pembinaan
mengatasi hambatan- data melaluii petugas dan pelimpahan wewenang.
hambatan yang dihadapi. dokumen arsip dan
wawancara,

151
observasi, studi
Pustaka dan lain-lain.
Perbedaan: Penelitian Vera Arvianty, 2018 menggunakan Design penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumberdata dan infromasi
diperoleh dari seluruh stakeholder yang terkait dengan pelayanan administrasi perizinan. Sumber data melaluii dokumen arsip dan wawancara,
observasi, studi Pustaka dan lain-lain. Sedangkan penelitian penulis adalah menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pemanfaatan teknologi
informasi OSS dan Sicantik Cloud di DPM PTSP kabupaten Pringsewu menggunakan Webqual dan model implementasi Grendle. Persamaannya
adalah pada metodologi penelitiannya dan lokasi penelitian yang sama sama pada Dinas PM PTSP.
7. Mahmudin, 2018. Implementasi Tujuan penelitian ini : Design penelitian Hasil penelitina ditemukan bahwa
Kebijakan Pelayanan Untuk mengetahui bagaimana yang digunakan belunm dilakukan secara terpadu
Administrasi Terpadu implementasi kebijakan PATEN adalah deskriptif kerana pengurusan perizinan mulai
Kecamatan di pada pelayanan perizinan kualitatif. dari permohonan sampai keluarnya
Kecamatan Tanjung dokumen perizinan masih belum
Palas Timur Kabupaten semua diterima melalaui satu
Bulungan. tempat/loket, sehingga masyarkat
tidak puas, merasa lama dan lambat
dan berbelit belit dan mahal. Faktor
penghambatnya adalah komunikasi,
sumberdaya, sosialisasi, pelatihan,
anggaran, efisiensi dan pembinaan
petugas dan pelimpahan wewenang.
Perbedaan: Penelitian Mahmudin, 2018 menggunakan Design penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.. Sedangkan penelitian penulis
adalah menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pemanfaatan teknologi informasi OSS dan Sicantik Cloud di DPM PTSP kabupaten
Pringsewu menggunakan Webqual dan model implementasi Grendle. Persamaannya adalah pada metodologi penelitiannya dan lokasi penelitian yang
sama sama pada Dinas PM PTSP.

152
C. KERANGKA BERPIKIR

Secara teknik sistem teknologi informasi telah berkembang pesat,

hingga saat ini telah menjadi model gaya hidup masyarakat masa kini atau lebih

dikenal dengan zaman revolusi industry 4.0. namun masih banyak teknologi

informasi yang belum optimal di impelemntasikan baik karena minimnya

kompetensi ataupun menolak menggunakan sistem dikarena banyak alasan.

Hubungan pemanfaatan teknologi informasi dan kualitas pelayanan

berdasarkan pada Technology Accpetable Model (TAM) yang menyatakan

bahwa pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja.

Pencapaian ini juga perlu dihubungkan dengan perilaku dari pekerja selama

proses penilaian sehingga dapat melihat tingkat efisiensi, efektifitas dan

produktifitasnya.

Pada era idustri 4.0, teknologi informasi sangat membantu

instansi/Lembaga dalam meingkatkan kualitas pelayanan publik yang

diberikan kepada masyarakat menurut Fitzsimmon dan Fitsmmon (1997)

dalam Poerbatoro (2006) menyatakan bahwa layanan berbasis TI dapat

meningkatkan pelayanan dan kepuasan pelanggan.

Pengukuran kualitas layanan website pada awalnya lebih

menitikberatkan pada penyediaan informasi yang dikenal sebagai website

quality atau webqual yang merupakan metode pengukuran website berdasarkan

persepsi pengguna akhir (masyarakat), metode ini merupakan pengembangan

dari service quality atau servqual yang banyak digunakan sebagai pengukuran

kualitas jasa.

153
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan melalui alur

berpikir sebagai berikut:

Implementasi
DPM PTSP Kabupaten Optimalisasi pelayanan
Kebijakan Pelayanan
Pringsewu Publik melalui TI
Publik

Pemanfaatan TI dalam
Faktor Pedukung dan
Proses Pelayanan
Faktor Penghambat
Publik

Dimensi:

• Persepsi Kegunaan
• Persepsi Kemudahan

Diadopsi dari Technology Acceptance Model (TAM)

Gambar: 2.4 Kerangka Konsep.

D. OPERASIONAL KONSEP.

Mengacu kepada teori Model Merille S. Grendle (1980) dalam

Mulyadi, 2018 keberhasilan implementasi kebijakan dipengaruhi olah isi

kebijakan dan lingkungan kebijakan ide dasarnya adalah bahwa setelah

kebijakan di tranformasi maka implementasi dilakukan dan keberhasilannya

ditentukan oleh derajat implementasi dari kebijakan tersebut diantaranya

sebagai berikut:

1. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan sifatnya mengacu kepada

kepastian aturan tentang penyelenggaraan perizinan di DPM PTSP

Kabupaten Pringsewu.

154
2. Jenis manfaat yang dihasilkan mengaku kepada seberapa besar kesamaan

hak dalam pelayanan yang tidak diskriminatif dari berbagai aspek.

3. Derajat perubahan yang dinginkan, yakni pelayanan yang sesuai dengan

kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan publik dengan

tetap berpegang pada prinsip efektif dan efisien.

4. Kedudukan pembuat kebijakan, birokrasi pemberi pelayanan dapat

memberikan arahan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

5. Pelaksana program, yakni pelayanan bersifat terbuka, mudah dan dapat

diakses oleh semua pihak yang membutuhkan.

6. Sumberdaya yang dikerahkan, bagaimana ketersediaan sarana dan

prasarana serta partisipasi yang dapat medorong keterlibatan masyarakat

dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan

aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

Sedangkan lingkungan kebijakan mencakup:

1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat;

2. Karakteristik Lembaga dan penguasa;

3. Kepatuhan dan daya tanggap.

155
BAB III
METODE PENELITIAN.

A. JENIS PENELITIAN.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi atau

mendeskripsikan sesuatu hal. Dengan tujuan tersebut, maka penelitian

kualitatif akan berciri sebagai penelitian yang bersifat induktif dan

idiografis.103 Dalam kepustakaan lain dijelaskan bahwa penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menjelaskan dan menganalisis perilaku manusia secara

individua tau kelompok, prinsip atau kepercayaan, pemahaman atau pemikiran

dan persepsi atau anggapan.104

Berikut ini asumsi dari paradigma penelitian kualitatif sebagaimana

tabel dibawah ini:

Tabel 3.1
Asumsi Paradigma Kualitatif

No. Asumsi Pertanyaan Kualitafif


1 2 3 4
1. Ontologis Darimana Realitas adalah subjuktif
realitas dan lebih dari satu
berasal? sebagaimana yang
dilihat partisipan dalam
penelitian.
2. Epistomologis Apa hubungan Peneliti berinteraksi
antara peneliti dengan objek yang
dan yang diteliti.
diteliti?

103
Hamdi, M. dkk, 2016. Metodologi Penelitian Administrasi, Tangerang Selatan; Penerbit Universitas Terbuka.
104
Effendi, Khasan, 2010.Memadukan Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: CV. Indra Prahasta.

156
3. Axiologis Apa peran dari Nilai adalah sesuatu
nilai? yang bertumpuk dan
membosankan.
4. Retoris Ada Informal,
ditingkatan mengembangkan
manakah keputusan pribadi.
penelitian?
5. Metodologis Bagaimana Proses Induktif, bentuk
proses simulasi faktor-faktor
penelitian? mutualisme.
Desain diidentifikasi
dalam proses penelitian.
Konteks terikat pola
pengambangan teori
untuk dimengerti.
Akurat dan reliabel
melalui verifikasi.
Sumber: Khasan Effendi, 2010.

Sedangkan menurut Creswell dalam Research Design 2015:4 Penelitian

kualitatif adalah metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna

yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap dari masalah

sosial atau kemanusiaan.105

Penelitian kualitatif meliputi pengembangan asumsi untuk desain

penelitian kualitatif, mengusulkan tipe desain spesifik, mengambarkan peran

peneliti, diskusi pengumpulan data, pengembangan prosedur pengumpulan

data, identifikasi prosedur analisis data, spesifikasi Langkah verifikasi dan

mengambarkan hasil penelitian.106

Secara empiris, tujuan penelitian kualitatif adalah tidak boleh

menunjukan dua atau lebih variabel yang saling berelasi atau justru

105
Creswell. John W. 2015. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar.
106
Effendi, Khasan, 2010.Memadukan Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: CV. Indra Prahasta.

157
membandingkan dua atau lebih kategori tertentu, seperti yang sering dijumpai

pada penelitian kuantitatif.107

Lebih lanjut, Creswell menyatakan secara skematis tentang logika

induktif dalam penelitian kualitatif sebagaimana tersaji dalam gambar berikut

ini:

Peneliti mengembangkan sebuah teori untuk


dibandingkan polanya dengan teori lain

Peneliti mencari pola (teori)

Peneliti membuat kategori

Peneliti mempertanyakan pertanyaan penelitian

Peneliti mengumpulkan informasi

Gambar: 3.1
Logika Induktif dalam penelitian kualitatif (Creswell. 2015).

Pola berpikir penelitian kualitatif adalah induktif, dimulai dari diri

sendiri, sebagai instrumen penelitian, mengumpulkan informasi dengan

membaca fenomena disekitarnya dan mencoba menginterprestasikan

permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan masalah, lebih lanjut

peneliti memilih dan memilah permasalahan yang diterima dalam beberapa

kategori agar memudahkan penjabaran.

107
Creswell. John W. 2015. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar.

158
Pokok dari penelitian kualitatif adalah menjelaskan 2 (dua) tujuan yakni

mengeksplorasi dan mendeskripsi, tujuan mengeksplorasi yaitu berkaitan

dengan upaya memperoleh makna dari hal yang diteliti yang dilakukan dalam

setting sosial tertentu, sedangkan tujuan mendeskripsi berhubungan dengan

mengambarkan pemaparan dari hal yang diteliti, baik berupa narasi, komprasi,

dan asosiasi dari hal yang diteliti.108

Kegunaan penelitian kualitatif dapat berupa kegunaan teoritis yaitu

tersusunya model atau hipotesis, sementara itu, dalam kegunaan praktis

tersedianya informasi yang dapat dijadikan landasan dalam pemahaman dan

pemgambilan keputusan terhadap hal-hal tertentu.

Hal ini juga dipahami berbeda dalam peninjauan pustakanya, dalam

penelitian kualitatif, tinjauan pustaka merupakan persiapan awal dari

penyediaan jawaban teoritis, tinjauan pustaka menjadikan peneliti memiliki

sejumlah informasi yang dalam pelaksnaan penelitiannya membuat peneliti

memiliki kemampuan untuk menelusuri setiap aspek pengeksplorasian dan

pendeskripsian.109

Dengan perbekalan data tinjauan pustaka tersebut, kemudian menyusun

proposisi, yaitu satu pernyataan teoritis yang menentukan hubungan antara 2

variabel atau lebih, yang menginformasikan bagaimana variasi dalam satu

konsep dapat diberi keterangan untuk variasi dalam konsep lain, yang proposisi

108
Hamdi, M. dkk, 2016. Metodologi Penelitian Administrasi, Tangerang Selatan; Penerbit Universitas Terbuka.
109
Hamdi, M. dkk, 2016. Metodologi Penelitian Administrasi, Tangerang Selatan; Penerbit Universitas Terbuka.

159
tersebut diberdakan menjadi 5 tipe yaitu hipotesis, generalisasi empiris,

aksioma, postulat, dan teorem.110

Alasan mengapa peneliti memilih menggunakan desain penelitian

kualitatif karena penelitian kualitatif mampu mengakomodasi tujuan yang

mencakup informasi tentang fenomena utama yang dieksplorasi dalam

penelitian, partisipan penelitian dan lokasi penelitian dan erat hubungannya

dengan interprestasi.

Kecondongan, nilai dan keputusan peneliti menjadi pernyataan yang

disajikan secara eksplisit (jelas) dalam laporan penelitian, sebab keterbukaan

adalah hal yang sangat berguna dan positif yang mampu menunjukan bahwa

fokus penelitian kualitatif pada semua aspek dan faktor kehidupan. Yang

memberikan sumbangan yang besar untuk teori, praktik, kebijakan dan

tindakan permasalahan sosial.

B. SUMBER INFORMASI.

Peneliti berperan sebagai salah satu instrument penelitian yang

berperan dalam pengaturan dan juga sebagai pengamat penuh. Peneliti juga

dapat berinteraksi dengan informan penelitian, sehingga dapat menghindari

subjektifitas dengan memberikan tanggapan dan respon pada catatan lapangan.

Peneliti juga berinteraksi dengan subjek secara alami dan tidak

memaksa. Dan informan yang akan diwawancarai adalah Kepala Dinas DPM

110
Hamdi, M. dkk, 2016. Metodologi Penelitian Administrasi, Tangerang Selatan; Penerbit Universitas Terbuka.

160
PTSP, Sekretaris, Kabid. Pelayanan, Kabid Penanaman Modal, Kabid

Pengawasan, front office dan pemohon di DPM PTSP Kabupaten Pringsewu.

C. INSTRUMEN PENELITIAN.

Data yang akan dikumpulkan berasal dari informan baik melalui

wawancara terbuka ataupun Fucus Group Discussion (FGD) dengan

karakteristik tertentu yang juga di dukung dengan data-data observasi dan data-

data dokumen yang di peroleh dari DPM PTSP Kabupaten Pringsewu.

Namun yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini adalah data-

data yang diperoleh dari informan yang dianggap respentatif untuk

memberikan informasi yang akuran, jelas dan berkaitan dengan objek

penelitian.

D. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA.

Prosedur pengumpulan data meliputi usaha membatasi penelitian,

mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara, baik yang terstruktur

maupun tidak, dokumentasi, materi-materi visual, serta usaha merancang protokol

untuk merekam dan mencatat informasi.111

1. Identifikasilah lokasi-lokasi atau individu-individu yang sengaja dipilih dalam

proposal penelitian. Gagasan dibalik penelitian kualitatif adalah memilih

dengan sengaja dan penuh perencanaan para partisipan dan lokasi (dokumen

atau materi visual). pembahasan mengenai para partisipan dan lokasi penelitian

dapat mencakup 4 (empat) aspek yaitu; setting (lokasi penelitian), aktor (siapa

yang akan diobservasi atau diwawancarai), peristiwa (kejadian apa saja yang

111
Neuman, Laurence W, 2015. Metodologi Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Edisi 7. Jakarta: PT.
Indeks

161
dirasakan oleh aktor yang akan dijadikan topik wawancara dan observasi), dan

proses (sifat peristiwa yang dirasakan oleh aktor dalam setting penelitian).

2. Jelaskan data - data yang akan dikumpulkan, peneliti dalam kebanyakan peneliti

kualitatif mengumpulkan beragam jenis data dan memanfaatkan waktu seefektif

mungkin untuk mengumpulkan informasi dilokasi penelitian.

3. Observasi kualitatif merupakan observasi yang didalamnya peneliti langsung

turun kelapangan untuk mengamati perilaku dan aktifitas individu-individu di

lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam dan mencatat, baik

dengan cara terstruktur maupun semistruktur aktifitas dalam penelitian. Para

penelitian kualitatif juga dapat terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai

dari sebagai nonpartisipan hingga partisipan utuh.

4. Dalam wawancaara kualitatif, peneliti dapat melakukan face to face dengan

partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam FGD

yang terdiri dari 6-8 partisipan kelompok. Sehingga memerlukan pertanyaan-

pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur dan bersifat terbuka yang

dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan.

5. Dokumen-dokumen kualitatif bisa berupa dokumen publik, ataupun dokumen

privat.

6. Kategori terakhir adalah materi audio dan visual. Data ini bisa berupa foto,

objek seni, video dan sejenisnya.

Tabel 3.2
Beberapa pendekatan pengumpulan data kualitatif.
(Cresswel, 2015).
OBSERVASI
- Mengumpulkan data lapangan dengan berperan sebagai partisipan.
- Mengumpulkan data lapangan dengan berperan dengan observer.
- Mengumpulkan data lapangan dengan lebih banyak berperan sebagai partisipan
ketimbang observer.
- Mengumpulkan data lapangan dengan lebih banyak berperan sebagai observer
ketimbang partisipan.

162
- Mengumpulkan data lapangan dengan berperan sebagai oksider (orang luar)
terlebih dahulu, kemudian mulai masuk kedalam setting penelitian sebagai
insider (orang dalam).

WAWANCARA
- Melaksanakan wawancara tidak terstruktur dan terbuka, sambil mencatat hal-hal
penting.
- Melaksanakan wawancara tidak terstruktur dan terbuka, sambil merekamnya
dengan audiotipe, lalu mentranskipnya.
- Melaksnakan wawancara semi struktur, sambil merekamnya dengan audiotipe,
lalu mentranskipnya.
- Melaksanakan wawancara focus grup, sambil merekamnya dengan audiotipe lalu
mentrasnkipnya.
- Melaksanakan jenis wawancara yang berbeda sekaligus melalui email, dengan
berhadap-hadapan langsung, wawancara group, wawancara focus group online
dan wawancara telepon.

DOKUMENTASI
- Mendokumentasikan buku harian selama penelitian
- Meminta buku harian atau diary dari partisipan selama penelitian.
- Mengumpulkan surat pribadi dari partisipan.
- Menganalisis dokumen publik.
- Menganalisis autobiografi atau biografi
- Meminta foto partisipan atau merekam suara mereka dengan video tipe
- Audit-audit
- Rekaman medis

MATERI AUDIO VISUAL


- Menganalisis jejak-jejak fisik
- Merekam atau mengfilmkan situasi sosial atau seseorang individu atau kelompok
tertentu.
- Menganalsis foto dan rekaman video
- Mengumpulkan suara/bunyi
- Mengumpulkan email
- Mengumpulkan text massage
- Menganalisis harta kepemilikan atau objek ritual
- Mengumpulkan bunyi, aroma, rasa atau stimusi indera lainnya.

Sumber : Cresswell (2015).

E. METODE ANALISIS DATA.

Analisis data yaitu mengubah data hasil penelitian menjadi komponen

informasi untuk mengambil kesimpulan dari sebuah penelitian yang dilaksanakan

dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu:

163
1. Membuat transkripsi wawancara, terhadap subyek peneliti sesuai dengan aslinya.

dan data disusun dan dipilah kedalam jenis dan sumber informasi.112

2. Membaca keseluruhan data, dengan membangun general sense, yaitu informasi

direfleksikan maknanya secara keseluruhan. Melihat adanya gagasan yang

partisipan, kesan dari kredibilitas informasi yang diperoleh, dan merangkum

gagasan tersebut dalam catatan khusus Melakukan pengkodean data hasil

wawancara.113

3. Melakukan open coding dari seluruh transkrip wawancara dan mencari dan

menemukan pola dan hubungan berdasarkan hasil temuan dari wawancara.

4. Pengambilan kesimpulan penelitian ini dilakukan triangulasi dengan mengecek

keabsahan data dengan memanfaatkan:

a. Triangulasi metode yaitu melakukan perbandingan data hasil observasi

dengan hasil wawancara.

b. Triangulasi sumber yaitu melakukan perbandingan pendapat subyek

penelitian dengan berbagai pandangan lain.

112
Creswell. John W. 2015. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar.
113
Creswell. John W. 2015. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar.

164
Berikut ini skema analisis yang diadopsi dalam buku Research Design

menurut John W. Creswell (2015) sebagai berikut:

Menginterprestasi tema-tema. Deskripsi

Menghubungkan tema-tema. Deskripsi-


deskripsi (seperti graunded teori, studi kasus)

Tema-tema Deskripsi

Men-coding data (tangan atau komputer)

Menvalidasi keakuratan
informasi
Membaca keseluruhan data

Mengolah dan mempersiapkan data untuk


dianalisis

Data mentah (transkipsi, data lapangan, gambar


dan sebagainya)

Gambar 3.2
Anilisis Data Dalam Penelitian Kualitatif.
Sumber Creswell, 2015.

165
DAFTAR PUSTAKA.

Creswell. John W. 2015. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan


Mixed. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Chalid, Pheni. 2015. Teori dan Isu Pembangunan. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.
Effendi, Khasan, 2010.Memadukan Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif. Bandung: CV. Indra Prahasta.
Hamdi, M. dkk, 2016. Metodologi Penelitian Administrasi, Tangerang Selatan;
Penerbit Universitas Terbuka.
Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan Publik; Proses, Analisis dan Partisipasi. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia.
https://transsulawesi.com/berita/detail/isu-dan-solusi-pembangunan-era-
revolusiindustri-40
https://www.lampost.co/berita-industri-4-0-berdampak-pada-pelayanan-
administrasinegara-1575102152.html
https://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-
kampus/18/03/22/p5zyv1335menristekdikti-dorong-reformasi-sektor-
administrasi-publik
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel-proyeksi-pelayanan-publik-era-40
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/242594/generasi-milenial-
dalammenghadapi-gerakan-40
https://beritajatim.com/politik-pemerintahan/hadapi-industri-4-0-sekdaprov-
ajakasn-berpacu-dan-berbenah/
https://tirto.id/kominfo-minta-asn-tingkatkan-kualitas-di-era-revolusi-industri-
40efVA
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4064981/tantangan-sektor-pertambangan-
diera-revolusi-industri-40
https://edukasi.kompas.com/read/2018/11/01/11154501/tantangan-
ilmuadministrasi-hadapi-era-global-dan-digital?page=all
https://economy.okezone.com/read/2019/08/14/320/2091635/masyarakat-
masihgagal-paham-dengan-perubahan-era-industri-4-0?page=1

166
https://www.suara.com/yoursay/2020/03/21/112943/dampak-kinerja-asn-
terhadapruntuhnya-birokrasi-pemerintah-di-indonesia
Lakip DPM-PTSP Kabupaten Pringsewu, 2019.
Nasution, Dito ADitia Darma., et.al. 2019 Pengaruh Penerapan Smart ASN
Terhadap Pengelolaan Keuangan Negara di Era Disrupsi Teknologi
Indonesia 4.0. Sensasi 2019. ISBN: 978-602-52720-2-8 Juli 2019 Hal 43-
51. http://proseding.seminar-id.com/index.php/sensasi/issue/archive

Neuman, Laurence W, 2015. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif


dan Kuantitatif Edisi 7. Jakarta: PT. Indeks.

Nugroho, Riant. 2017. Public Policy; Dinamika Kebijakan Publik, Analisis


Kebijakan Publik, Manajemen Politik Kebijakan Publik, Etika Kebijakan
Publik, Kimia Kebijakan Publik. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo.

Nugroho, Eko. 2010. Sistem Informasi Manajemen (Konsep, Aplikasi dan


Perkembangannya). Yogyakarta: Penerbit Andi.
Profil DPM-PTSP Kabupaten Pringsewu, 2019.
Prasetyo, Banu. Dkk. 2018. Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan Perubahan Sosial
Prosiding Semateksos IV. Solo. Istitut Teknologi Sepuluh November
Purwanto, Agus Joko & Elu, Wilfredus B. 2019. Inovasi dan Perubahan Organisasi.
Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.
Suwitri, Sri. et,al. 2019 Teori Administrasi. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.
Satya, Eka Satya. 2018. Strategi Industri Menhadapi Industri 4.0. Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik. Vol. X,
No. 09/Puslit/Mei/2018.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Wardani, Ari Kusuma, 2018. Urgensi Inovasi Pelayanan Urgensi Inovasi Pelayanan
Bidang Administrasi Publik Di Era Disrupsi, Jurnal Administrasi Publik,
FISIP, UNiveristas Galuh.

167

You might also like