Professional Documents
Culture Documents
438-Article Text-1193-1-10-20190619 PDF
438-Article Text-1193-1-10-20190619 PDF
Su’ud M; Lestari DA
ABSTRAK
Jagung (Zea mays L.) ialah komoditas pangan yang penting dan menempati urutan kedua setelah padi di
Indonesia. Jagung mengandung 8 g protein dan 73 g karbohidrat dalam setiap 100 g. Pupuk organik merupakan
pupuk yang dapat berbentuk padat atau cair yang berasal dari tanaman dan hewan. Pupuk organik cair adalah
pupuk organik yang tersedia dalam bentuk cair, di dalamnya terkandung unsur hara berbentuk larutan sehingga
sangat mudah diserap tanaman didalam bonggol pisang terdapat zat pengatur tumbuh giberellin dan sitokinin.
Selain itu, dalam bonggol pisang terdapat 7 mikroorganisme yang sangat berguna bagi tanaman yaitu Azospirillium,
Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus, mikroba pelarut phospat dan mikroba selulotik. Bakteri tersebut
mampu mengurai bahan organik termasuk nitrogen, phospat dan kalium yang ada dalam tanah menjadi nutrisi yang
siap digunakan oleh tanaman serta dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair. Batang bagian dalam pisang memiliki
senyawa penting seperti antrakuinon, saponin dan flavanoid.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu
konsentrasi (K) sebanyak 4 taraf perlakuan dan Interval waktu (I) sebanyak 3 taraf dengan 3 kelompok ulangan.
Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka analisis dilanjutkan Uji BNT pada taraf 5%.
Kesimpulan hasil penelitian ini antara lain: 1). Perlakuan konsentrasi pupuk organik cair bonggol pisang 20% (K )
memiliki hasil terbaik yaitu pada parameter jumlah daun, diameter batang, berat tongkol segar, diameter tongkol
dan hasil pipilan kering tanaman jagung. 2). Perlakuan interval waktu pemberian pupuk organik cair bonggol
pisang 7 hari sekali (I₃) memiliki hasil terbaik yaitu pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat tongkol
segar, hasil pipilan kering, dan bobot brangkasan kering. 3). Interaksi antara perlakuan konsentrasi dan perlakuan
interval waktu, pada semua parameter pengamatan tidak memberikan pengaruh yang nyata.
38
Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.. Su’ud M; Lestari DA
d. Pengendalian hama dan penyakit e. Lakukan penyaringan terlebih dahulu,
Untuk melindungi tanaman sehingga pupuk organik cair siap
jagung dari serangan hama dan digunakan dengan cara mencampurkan
penyakit yaitu menggunakan dengan air tanah. Perbandingan 1 liter
pestisida. Pupuk organik cair : 15 liter air tanah.
Pengendalian hama dan
penyakit menggunakan insektisida 5. Pemanenan
dengan bahan aktif metomil dan Pemanenan dilakukan pada umur 100
fungisida dengan bahan aktif benomil hst, dimana daun dan kulit atau klobot jagung
yang menyerang pada saat budidaya sudah kering, buah jagung padat dan keras,
tanaman jagung. serta warna buah jagung bening dan
e. Pemangkasan mengkilat. Selanjutnya dilakukan
Sebelum dipanen dapat penimbangan berat tongkol dan Hasil pipilan
dilakukan pemangkasan batang atau biji yang telah dikeringkan.
bagian atas untuk menurunkan kadar
air tongkol. Parameter pengamatan yang dilakukan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
4. Pemupukan 1. Tinggi Tanaman
Pemupukan dasar SP-36 sebanyak 12 Tinggi tanaman diukur mulai dari
kg dan pupuk kandang (kotoran ayam) 25 permukaan tanah sampai ujung atau titik
kg. Setelah berumur 25 hst, tanaman jagung tertinggi tanaman. Penggukuran panjang
diberikan pupuk susulan Urea 9 kg dan KCL tanaman dilakukan pada umur 25 hst
kg. dan selanjutnya pada umur 42 hst sampai umur 55 hst dengan interval
pengamatan 10 hari.
pupuk susulan kedua diberikan yaitu Urea 5 2. Jumlah Daun (Helai)
kg dan KCL kg serta pemberian pupuk Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan
interval 10 hari saat tanaman berumur 25,
organik cair pada saat tanaman jagung 35, 45, 55 HST, dihitung mulai dari daun
berumur 14 HST sampai umur 50 HST. paling bawah sampai daun teratas.
Pada pemupukan Anorganik 3. Diameter Batang
pemupukan disesuaikan dengan kondisi tanah Diameter batang diukur sisi batang yang
ditempat penelitian yaitu didesa Besuk Agung berukuran maksimum dilakukan dengan
pada saat pelaksanaan penelitian sudah interval 10 hari saat tanaman berumur 25,
mengurangi pemberian pupuk anorganik dari 35, 45, 55 HST.
yang digunakan masyarakat dimana Urea 500 4. Berat Tongkol Segar
kg/ha, SP36 400 kg/ha dan KCL 100 kg/ha Berat Tongkol Segar diukur setelah
dan jumlah pengurangannya yaitu Urea 10 %, tongkol dipanen, dengan cara menimbang
SP36 12 % dan KCL 34 %. Sehingga jumlah tongkol dan kelobotnya.
N adalah 14,29 kg/ha, P 3,57 kg/ha dan K 5. Diameter Tongkol
118,28 kg/ha. Diameter tongkol diukur pada bagian
tengah tongkol setelah tongkol dipanen.
Adapun cara pembuatan Pupuk 6. Hasil Pipilan Kering
Organik Cair Bonggol Pisang yaitu sebagai Menimbang biji yang telah dipisahkan dari
berikut : tongkolnya yang telah dikeringkan.
a. Siapkan bonggol, batang bagian dalam 7. Bobot Brangkasan Basah
pisang, gula pasir, air leri, dan air kelapa. Bobot brangkasan basah ditimbang setelah
b. Potong bahan menjadi kecik-kecil panen. Tanaman ditimbang berat basahnya
kemudian ditumbuk. secara keseluruhan.
c. Campurkan gula pasir, air leri, air kelapa 8. Bobot Brangkasan Kering
dan bahan yang sudah ditumbuk kedalam Bobot brangkasan kering ditimbang setelah
ember yang telah disiapkan kemudian aduk tanaman dijemur dibawah terik sinar
sampai semua bahan tercampur. matahari selama 1 minggu sampai tanaman
d. Tutup ember tersebut untuk proses kering.
fermentasi selam 7-15 hari sampai tercium
bau aroma tape.
39
Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.. Su’ud M; Lestari DA
HASIL DAN PEMBAHASAN maksimal. Hasil penelitian dan analisis ragam
menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi pupuk
A. Tinggi Tanaman organik cair bonggol pisang terhadap
Pengukuran tinggi tanaman jagung ( pertumbuhan dan hasil tanaman jagung pada
Zea mays ) dilakukan pada umur 25, 35, 45, pengamatan tinggi tanaman tidak memberikan
dan 55 HST. Berdasarkan hasil analisa sidik pengaruh nyata. Diduga hal ini terjadi karena
ragam perlakuan konsentrasi dan perlakuan pupuk organik cair yang diserap tanaman
interval waktu menunjukkan hasil berbeda belum memberikan yang optimal serta
tidak nyata. Interaksi kedua perlakuan penyerapan unsur hara dalam jumlah yang
menunjukkan hasil berbeda tidak nyata sedikit sehingga tidak memberikan pengaruh
Tabel 1. Rerata tinggi tanaman akibat pada tinggi tanaman jagung.
pengaruh konsentrasi dan interval waktu
pemberian pupuk organik cair bonggol Berdasarkan hasil analisis tanah
pisang pada umur 25, 35, 45, dan 55 dilokasi percobaaan menunjukkan bahwa
HST kandungan Unsur hara N rendah dengan pH
tanah yang masam membuat ketersediaan
Perlakuan Rerata Tinggi tanaman unsur haranya semakin rendah. Penjelasan
25 HST 35 HST 45 HST 55 HST diatas sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno
K 26,411 a 44,344 a 93,911 a 124,489 a
K 26,356 a 50,922 a 104,667 a 140,767 a
(2003), tanah yang masam dapat menyebabkan
K 26,711 a 50,100 a 104,356 a 132,200 a penurunan ketersediaan unsur hara bagi
K 25,922 a 49,911 a 107,989 a 138,433 a tanaman, meningkatkan dampak unsur beracun
BNT 5% - - - -
I1 25,91 a 48,51 a 101,39 a 133,73 a
dalam tanah, penurunan hasil tanaman. Tanah
I2 26,52 a 46,26 a 99,65 a 128,33 a yang masam membuat kejenuhan basa rendah
I3 26,63 a 51,69 a 107,15 a 139,85 a akibatnya terjadi kekahatan unsur hara
BNT 5% - - - -
didalam tanah.
Dalam proses pertumbuhannya,
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf
tanaman jagung sangat memerlukan unsur
yang sama pada kolom yang sama dan
hara N dalam jumlah yang cukup. Unsur hara
perlakuaan yang sama berbeda tidak
N berguna untuk merangsang pertumbuhan
nyata pada uji BNT 5%.
tanaman secara keseluruhan, merangsang
pertumbuhan vegetatif dan berfungsi untuk
Untuk lebih jelasnya, rerata tinggi
sintesa asam amino dan protein dalam
tanaman jagung dapat dilihat pada diagram
tanaman. Unsur hara N juga dibutuhkan untuk
batang dibawah ini.
membentuk senyawa penting seperti klorofil,
asam nukleat, dan enzim. Karena itu, unsur
hara N dibutuhkan dalam jumlah besar pada
setiap tahap pertumbuhannya, khususnya pada
tahap pertumbuhan vegetatif, seperti
pembentukan tunas atau perkembangan batang
dan daun (Novizan, 2002). Kandungan N pada
pupuk organik cair bonggol pisang masih
rendah sehingga tidak memenuhi kebutuhan
hara pada tanah. Peranan P dalam
pertumbuhan vegetatif tanaman hanya berkisar
0,3 – 0,5%. P mempunyai peran dalam
Gambar 1. Diagram batang hubungan memperbaiki pertumbuhan akar tanaman,
konsentrasi pupuk organik cair bonggol kerapatan akar dapat distimulasi oleh P
pisang terhadap rata-rata tinggi tanaman meskipun tidak sebaik pengaruh N. Sedangkan
jagung umur 25, 35, 45, dan 55 HST. peranan K dalam pertumbuhan vegetatif
tanaman adalah untuk memperbaiki
Dari Gambar 1 diatas dapat dilihat transportasi asimilat, menghemat penggunaan
bahwa tinggi tanaman jagung semakin air melalui pengaturan membuka -
meningkat disetiap umur pengamatan pada menutupnya stomata dan meningkatkan
perlakuan K . Dengan makin bertambahnya ketahanan tanaman terhadap serangan hama
perlakuan maka akan dicapai tinggi tanaman dan penyakit.
40
Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.. Su’ud M; Lestari DA
Untuk lebih jelasnya, rerata jumlah
B. Jumlah Daun daun jagung dapat dilihat pada diagram
Penghitungan jumlah daun tanaman dibawah ini.
jagung ( Zea mays ) dilakukan pada umur 25,
35, 45, dan 55 HST. Berdasarkan hasil analisa
sidik ragam perlakuan konsentrasi
menunjukkan hasil berbeda sangat nyata pada
umur 25, 45 HST dan menunjukkan hasil
nyata pada umur 35, 55 HST. sedangkan
perlakuan interval waktu menunjukkan hasil
berbeda tidak nyata. Interaksi kedua perlakuan
menunjukkan hasil berbeda tidak nyata
42
Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.. Su’ud M; Lestari DA
membutuhkan unsur hara untuk pembesaran
diameter batang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hidayati (2009), pupuk N,P, dan K
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman terutama dalam merangsang
pembentukan dan pembesaran diameter
batang. Diameter batang tanaman jagung
membutuhkan unsur hara yang cukup sebagai
sarana suplai makanan untuk menunjang hasil
tanaman. Pertumbuhan diameter batang yang
tinggi dapat membantu menghasilkan tongkol
jagung yang tinggi pula pada diameter tongkol
dan bobot tongkol.
Penyerapan unsur hara oleh tanaman
Gambar 3. Diagram batang hubungan tidak dapat diserap sekaligus untuk
konsentrasi pupuk organik cair pertumbuhan diameter batang. Pada awal
bonggol pisang terhadap rata-rata pertanaman unsur hara akan tertuju pada
diameter tanaman jagung umur 25, 35, pertumbuhan tinggi tanaman dan saat
45, dan 55 HST.
mendekati masa akhir vegetatif unsur hara
akan diserap untuk pertumbuhan diameter
Berdasarkan Gambar 3 diatas dapat batang.
dilihat bahwa dengan makin bertambahnya
perlakuan pupuk organik cair terhadap
D. Berat Tongkol Segar
pertumbuhan dan hasil maka akan
Penghitungan berat tongkol segar
meningkatkan diameter batang pada tanaman jagung ( Zea mays ). Berdasarkan
perlakuan K dimana mencapai diameter hasil analisa sidik ragam perlakuan konsentrasi
batang tertinggi yaitu 15,31 . Dari hasil menunjukkan hasil berbeda nyata sedangkan
penelitian dan analisis ragamnya menunjukkan perlakuan interval waktu pemberian pupuk
bahwa perlakuan aplikasi pupuk organik cair organik cair bonggol pisang menunjukkan
bonggol pisang terhadap pertumbuhan dan hasil berbeda tidak nyata. Interaksi kedua
hasil tanaman jagung pada semua parameter perlakuan menunjukkan hasil berbeda tidak
pengamatan diameter batang memberikan nyata.
pengaruh sangat nyata pada semua umur
pengamatan. Hal ini diduga kandungan Tabel 4. Rerata berat tongkol segar akibat
nitrogen yang terdapat pada pupuk organik pengaruh konsentrasi dan interval
cair bonggol pisang mampu menyuplai waktu pemberian pupuk organik
kebutuhan nitrogen dalam jaringan tanaman, cair bonggol pisang.
dimana nitrogen merupakan bahan penting
penyusun asam amino, amida, nukleotida dan Perlakuan Rerata BeratTongkol Segar
nukleoprotein serta esensial untuk pembelahan
sel, pembesaran sel dan karenanya untuk K 223,11 a
pertumbuhan (Gardner et al., 1991). Selain itu K 248,92 b
nitrogen berfungsi dalam meningkatkan K 237,78 a
jumlah klorofil, sehingga apabila nitrogen K 238,09 a
meningkatkan laju fotosintesis dan pada
BNT 5% 16,1366
akhirnya fotosintat yang terbentuk akan
banyak (Kresnatita et al., 2004). I1 237,09 a
I2 233,68 a
Pupuk organik cair bonggol pisang I3 240,15 a
mengandung unsur hara N 2,531, P 1,827, dan BNT 5% -
K 9,209 yang dibutuhkan tanaman untuk Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf
perkembangan batangnya serta memiliki yang sama pada kolom yang
peranan dalam mendukung pertumbuhan sama dan perlakuaan yang
vegetatif tanaman, dimana pemberian pupuk sama berbeda tidak nyata pada
dilakukan tepat pada saat tanaman sedang uji BNT 5%.
43
Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.. Su’ud M; Lestari DA
hara maka proses fotosintesis akan semakin
Berdasarkan hasil rerata tabel 4 diatas meningkat dan berpengaruh pada berat buah
dapat dilihat bahwa berat tongkol segar yang jagung.
memberikan rerata terbaik pada perlakuan K Tanaman tidak akan memberikan
dimana berbeda nyata dengan perlakuan K , hasil yang maksimal apabila unsur hara yang
K , dan K dengan interval waktu pemberian 7 dibutuhkan tidak tersedia. Pemupukan dapat
hari sekali. meningkatkan pertumbuhan serta hasil panen
Untuk lebih jelasnya, rerata berat secara kualitatif maupun kuantitatif (Sutejo,
tongkol segar jagung dapat dilihat pada 1992 dalam Jumini, dkk.,2011)
diagram batang dibawah ini.
E. Diameter Tongkol
Penghitungan diameter tongkol
tanaman jagung ( Zea mays ). Berdasarkan
hasil analisa sidik ragam perlakuan konsentrasi
menunjukkan hasil berbeda nyata sedangkan
perlakuan interval waktu menunjukkan hasil
berbeda tidak nyata. Interaksi kedua perlakuan
menunjukkan hasil berbeda tidak nyata.
Tabel 6. Rerata hasil pipilan kering akibat Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa
pengaruh konsentrasi dan interval makin meningkat konsentrasi perlakuan yang
waktu pemberian pupuk organik diberikan maka akan menurunkan hasil pipilan
cair bonggol pisang. kering. Hasil terberat dicapai pada perlakuan
K yang tidak berbeda dengan perlakuan K
Perlakuan Rerata Hasil Pipilan Kering namun berbeda dengan perlakuan K . Hal ini
K 107,21 a diduga bahwa peningkatan bobot kering biji
K 124,80 b berkaitan dengan besarnya translokasi
124,30 b fotosintat kedalam biji dan semakin baiknya
K
sistem perakaran tanaman untuk mengabsorbsi
K 123,57 b
unsur hara dari dalam tanah. Translokasi
BNT 5% 13,9147 fotosintat yang cukup besar keorgan-organ
I1 120,18 a reproduktif menyebabkan pembentukan
I2 117,42 a tongkol dan pengisian biji berlangsung dengan
I3 122,31 a baik dan biji-biji yang terbentuk bernas dengan
BNT 5% - ukuran yang lebih besar (Rahni, 2012).
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf Menurut Subekti dkk. (2007), pada
yang sama pada kolom yang masa vegetatif akhir tanaman menyerap unsur
sama dan perlakuaan yang hara P sekitar 50% lalu diikuti oleh N dan K
sama berbeda tidak nyata pada masing-masing sebesar 60% sampai 70% dan
uji BNT 5%. 80% sampai 90%. Maka untuk sampai panen
kemungkinan tempat hidup mikroba sudah
Berdasarkan hasil rerata tabel 6 diatas tidak lagi mendukung karena unsur-unsur hara
dapat dilihat bahwa pada pengamatan hasil makro yang sebagai nutrisi untuk menunjang
pipilan kering dengan perlakuan tunggal hidupnya sudah tidak lagi mensuplai
konsentrasi K memberikan hasil pipilan pertumbuhan mikroba untuk biosintesis sel
kering terbaik dimana tidak berbeda nyata (Ma’shum dkk, 2003). Pada masa vegetatif,
dengan perlakuan K , dan K , namun berbeda unsur-unsur hara makro telah dipergunakan
nyata dengan perlakuan K . sehingga pertumbuhan mikroba kurang
Untuk lebih jelasnya, rerata hasil optimal dengan bertambahnya waktu
pipilan kering jagung dapat dilihat pada mendekati panen.
diagram batang dibawah ini.
G. Bobot Brangkasan Basah
Penghitungan brangkasan basah
tanaman jagung ( Zea mays ). Berdasarkan
hasil analisa sidik ragam perlakuan konsentrasi
dan perlakuan interval waktu menunjukkan
hasil berbeda tidak nyata. Interaksi kedua
perlakuan menunjukkan hasil berbeda tidak
nyata.
46
Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.. Su’ud M; Lestari DA
organik cair bonggol pisang tidak berpengaruh
Perlakuan Rerata Brangkasan Basah terhadap peningkatan brangkasan basah
tanaman jagung.
K 53,189 a Peningkatan brangkasan basah
tanaman jagung dapat disebabkan oleh adanya
K 55,022 a
peningkatan ketersedian unsur hara yang
K 56,100 a berasal dari pupuk organik cair baik secara
K 52,778 a langsung maupun tidak langsung. Fermentasi
BNT 5% - bahan organik selain mengandung bahan
I1 54,81 a organik dan unsur hara juga mengandung
I2 54,29 a berbagai metabolit yang berperanan penting
I3 53,72 a dalam peningkatan ketersedian hara dan
BNT 5% - pertumbuhan tanaman, diantaranya adalah
asam organik, vitamin, enzim dan zat pemacu
tumbuh tanaman. Selain itu, kultur mikroba
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf
yang berperan dalam fermentasi bahan organik
yang sama pada kolom yang
juga terbukti memiliki hubungan positif
sama dan perlakuaan yang
dengan kemampuan penambahan N pelarut
sama berbeda tidak nyata pada
posfat. Menurut Asroh (2010) Aktivitas
uji BNT 5%.
mikroba juga dapat meningkatkan kemampuan
tanah dalam menyimpan air, sehingga unsur
Untuk lebih jelasnya, rerata
hara lebih mudah diserap oleh tanaman.
brangkasan basah jagung dapat dilihat pada
Menurut Harjadi (1991),
diagram batang dibawah ini.
ketersediaan unsur hara bagi tanaman
merupakan salah satu faktor penting untuk
menunjang pertumbuhan dan perkembangan
tanaman karena unsur hara ini mempunyai
peranan penting sebagai sumber energi dan
penyusun struktural tanaman sehingga tingkat
kecukupan hara berperan dalam
mempengaruhi berat brangkasan dari suatu
tanaman. Tanpa tambahan suplai unsur hara
dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman
terganggu sehingga berat brangkasan menjadi
lebih rendah.
Penigkatan hasil bobot brangkasan
basah tanaman dapat mencapai hasil yang
Gambar 7. Diagram batang hubungan optimal, karena tanaman memperoleh hara
konsentrasi pupuk organik cair yang dibutuhkan sehingga peningkatan
bonggol pisang terhadap rerata jumlah maupun ukuran sel dapat mencapai
brangkasan basah tanaman jagung. optimal serta memungkinkan adanya
peningkatan kandungan air tanaman yang
Berdasarkan Gambar 7 diatas dapat optimal pula. Menurut Levy (2007) sebagian
dilihat bahwa perlakuan K pupuk organik cair besar berat brangkasan basah tumbuhan
bonggol pisang memiliki rerata bobot disebabkan oleh kandungan air. Lebih lanjut
brangkasan basah terbesar yaitu 56,100 gram. menurut Gardner et. al. (1985) berat
Berdasarkan hasil analisis sidik ragamnya brangkasan basah tanaman umumnya sangat
bobot bangkasan basah pada saat panen berfluktuasi, tergantung pada keadaan
diketahui bahwa konsentrasi dan interval kelembaban tanaman, Sedangkan menurut
waktu pemberian pupuk organik cair bonggol Jumin (2002) menjelaskan bahwa besarnya
pisang tidak berpengaruh nyata. Hal ini kebutuhan air setiap fase pertumbuhan
diduga jumlah unsur hara yang terdapat pada berhubungan langsung dengan proses fisiologi,
lahan tanam sudah cukup untuk memenuhi morfologi serta faktor lingkungan.
kebutuhan unsur hara tanaman jagung,
sehingga sumbangan unsur hara dari pupuk
47
Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.. Su’ud M; Lestari DA
H. Bobot Brangkasan Kering yaitu 13,533 gram dimana berbeda dengan
Penghitungan brangkasan kering perlakuan K , K dan K .
tanaman jagung ( Zea mays ). Berdasarkan Berdasarkan analisis sidik
hasil analisa sidik ragam perlakuan ragamnya pada bobot brangkasan kering pada
konsentrasi dan perlakuan interval waktu saat panen diketahui bahwa konsentrasi dan
menunjukkan hasil berbeda tidak nyata. interval waktu pemberian pupuk organik cair
Interaksi kedua perlakuan menunjukkan hasil bonggol pisang tidak berpengaruh nyata.
berbeda tidak nyata. Jumini et al. (2012), tanaman yang
Tabel 8. Rerata brangkasan kering akibat memperoleh unsur hara dalam jumlah yang
pengaruh konsentrasi dan interval optimum serta waktu yang tepat, maka akan
waktu pemberian pupuk organik tumbuh dan berkembang secara maksimal.
cair bonggol pisang. Masalah waktu dan metode pemupukan
Perlakuan Rerata Brangkasan Kering merupakan hal yang penting untuk
meningkatkan efisiensi tanaman dalam
K 12,667 a menyerap unsur hara. Selain itu, Gardner
(1991) cit. Susanti (2011), menambahkan
K 12,922 a
bahwa bobot kering tanaman budidaya
K 13,533 a merupakan penimbunan hasil asimilasi CO2
K 12,978 a sepanjang masa pertumbuhan.
BNT 5% - Harjadi (2002), menyatakan bahwa
I1 13,38 a pertumbuhan tanaman ditunjukkan dengan
I2 12,25 a penambahan ukuran bobot kering yang
I3 13,44 a mencerminkan bertambahnya protoplasma
BNT 5% - karena ukuran maupun jumlah sel bertambah.
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf
Kebutuhan tanaman akan bermacam
yang sama pada kolom yang
- macam unsur hara selama pertumbuhan dan
sama dan perlakuaan yang
perkembangannya adalah tidak sama,
sama berbeda tidak nyata pada
membutuhkan waktu yang berbeda dan tidak
uji BNT 5%.
sama banyaknya. Dalam pemberian pupuk
pada tanaman ada beberapa hal yang perlu
Untuk lebih jelasnya, rerata brangkasan
diperhatikan yaitu selain jenis pupuk yang
kering jagung dapat dilihat pada diagram batang
digunakan, kandungan hara pupuk dan
dibawah ini.
konsentrasi larutan yang dberikan, juga waktu
penyemprotan.
Menurut Jumini et al. (2012),
menyebutkan bahwa waktu aplikasi juga
menentukan pertumbuhan tanaman.
Berbedanya waktu aplikasi akan memberikan
hasil yang tidak sesuai dengan pertumbuhan
tanaman. Sehingga dalam hal pemupukan,
sebaiknya diberikan pada saat tanaman
memerlukan unsur hara secara intensif agar
pertumbuhan dan perkembangannnya
berlangsung dengan baik. Sedangkan waktu
penyemprotan pupuk organik cair bonggol
Gambar 8. Diagram batang hubungan pisang tersebut harus sesuai dengan kebutuhan
konsentrasi pupuk organik cair tanaman dalam menyerap unsur hara.
bonggol pisang terhadap rerata Lingga dan Marsono (2013)
brangkasan kering tanaman menyatakan bahwa masa penyemprotan pupuk
jagung. yang dilakukan pada saat pagi hari atau sore
hari turut pula berpengaruh, dimana pada saat
Berdasarkan Gambar 8 diatas dapat itu stomata sedang membuka sempurna
dilihat bahwa perlakuan K memberikan hasil sehingga pupuk yang diberikan dapat diserap
rerata tebesar pada bobot brangkasan kering
48
Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.. Su’ud M; Lestari DA
dengan sempurna dan resiko kehilangan dapat pisang dengan faktor waktu pemberian pupuk
ditekan. organik cair bonggol pisang tidak secara
Pemberian pupuk melalui tanah bersama-sama dalam mempengaruhi
dengan interval waktu yang terlalu sering pertumbuhan dan hasil tanaman jagung atau
dapat menyebabkan konsumsi mewah, dengan kata lain kedua faktor perlakuan
sehingga menyebabkan pemborosan pupuk. tersebut memberikan pengaruh secara terpisah.
Sebaliknya, bila interval pemupukan terlalu Secara umum interaksi perlakuan
jarang dapat menyebabkan kebutuhan hara berpengaruh tidak nyata pada hampir semua
tanaman kurang terpenuhi. Rahmi dan Jumiati parameter pengamatan, hal ini di duga bahwa
(2007) menyatakan bahwa pemupukan melalui pemberian pupuk organik cair bonggol
tanah kadang kurang bermanfaat karena pisang di saat penelitian banyak mengalami
beberapa unsur hara telah larut lebih dahulu kendala, terutama seringnya turun hujan,
dan hilang bersama air perlokasi atau sehingga banyak unsur hara yang tercuci, dan
mengalami fiksasi oleh koloid tanah, belum maksimal di serap oleh tanaman. Sesuai
sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. pendapat Rahmi dan Jumiati (2007) bahwa
Penggunaan pupuk dalam bentuk cair bila pengaruh interaksi tidak nyata, maka
lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman disimpulkan bahwa diantara faktor - faktor
karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai perlakuan tersebut berpengaruh secara
dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak terpisah atau bertindak bebas satu sama
sehingga manfaatnya lebih cepat terasa lainnya. Dua faktor dikatakan berinteraksi
(Pancapagala, 2011). apabila pengaruh suatu faktor perlakuan
Pemberian pupuk organik cair berubah pada saat perubahan taraf faktor
bonggol pisang saja menghasilkan perlakuan lainnya.
pertumbuhan dan hasil tanaman yang kurang Menurut Prabaningrum et.al ( 1994 ),
baik karena nilai hara yang terdapat pada Tersedianya unsur hara dalam jumlah yang
pupuk organik cair bonggol pisang yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan
redah belum bisa dimanfaatkan tanaman tanaman, dapat menyebabkan proses
sehingga penyerapan unsur hara oleh tanaman pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel
juga tidak optimal. Hardjowigeno (2003) akan berlangsung dengan cepat yang
mengemukakan bahwa salah satu kelemahan mengakibatkan beberapa organ tanaman
pupuk organik adalah kandungan hara yang tumbuh dengan cepat. Menurut Parnata
rendah serta pengaruh terhadap tanaman (2012), unsur hara yang lengkap mampu
sangat lamban. merangsang pertumbuhan tanaman dan
Lestari (2009) menyatakan bahwa memacu metabolisme tanaman.
penggunaan pupuk organik lebih baik Irdiani et al. (2002) menyatakan
dikombinasikan dengan pupuk anorganik bahwa pertumbuhan tanaman adalah proses
untuk saling melengkapi nutrisi kandungan bertambahnya ukuran dari suatu organisme
hara dalam tanaman. mencerminkan bertambahnya protoplasma.
Hardjowigeno (1997) pemberian Penambahan ini disebabkan oleh
pupuk hayati mempunyai pengaruh yang bertambahnya ukuran organ tanaman seperti
sangat penting dalam memperbaiki sifat fisik tinggi tanaman sebagai akibat dari
dan kimia tanah salah satunya yakni metabolisme tanaman yang dipengaruhi oleh
menyediakan hara bagi tanaman serta faktor lingkungan di daerah penanaman seperti
membantu meningkatkan kemampuan tanah air, sinar matahari dan nutrisi dalam tanah.
dalam menahan air.
Tidak adanya perbedaan yang nyata Menurut Levy dan Veillux (2007)
diantara ketiga perlakuan waktu pemberian dalam Prabaningrum et al. (2014)
Pupuk organik cair bonggol pisang tersebut melaporkan bahwa suhu merupakan faktor
disebabkan karena interval waktu tunggal yang paling tidak dapat dikendalikan,
penyemprotan yang tidak jauh berbeda, dan berpengaruh terhadap pertumbuhan
sehingga memberikan pengaruh yang tidak tanaman.
nyata. Pada hasil analisa tanah sebelum
Sedangkan hasil yang berbeda tidak budidaya tanaman jagung dapat diketahui
nyata keadaan ini menunjukkan bahwa antara bahwa tanah masih mengandung unsur hara
faktor konsentrasi pupuk organik cair bonggol yang sedikit dimana unsur N masih rendah
49
Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.. Su’ud M; Lestari DA
yaitu sebesar 0,08 %, P O 14,3 ppm, K 0,67 diameter tongkol dan hasil pipilan kering
Cmol ⁺ /kg, C. Organik 0,40 % dan C/N 5,0 tanaman jagung.
masih cukup rendah dengan pH 6,3 (Tanah 2. Perlakuan interval waktu pemberian pupuk
Masam) . Tingkat kesuburan tanahnya organik cair bonggol pisang 7 hari sekali
tergolong rendah, Sehingga dengan adanya (I₃) memiliki hasil terbaik yaitu pada
pemberian pupuk organik cair bonggol pisang parameter tinggi tanaman, jumlah daun,
ini mampu menambah ketersediaan unsur hara berat tongkol segar, hasil pipilan kering,
pada tanah meskipun hanya dalam jumlah dan bobot brangkasan kering.
yang sedikit. Pada hasil analisa tanah sesudah 3. Interaksi antara perlakuan konsentrasi dan
budidaya tanaman jagung dapat diketahui perlakuan interval waktu, pada semua
bahwa ada peningkatan ketersediaan unsur parameter pengamatan tidak memberikan
hara pada tanah dimana N yaitu sebesar 0,17 pengaruh yang nyata.
%, P O 19,2 ppm, K 1,23 Cmol ⁺ /kg, C.
Organik 1,40 % dan C/N 8,2 dengan pH 6,5 B. Saran
(Tanah Masam) . Diperlukan penelitian lanjutan dengan
Kandungan C.Organik dari bonggol penanaman jagung pada berbagai musim, serta
pisang cukup tinggi sehingga mampu penambahan dosis pada pupuk organik cair.
mencukupi kebutuhan tanaman. N total pada Sebaiknya menggunakan pupuk organik agar
analisa tanaman bonggol pisang masih rendah tanah lebih subur. Dengan adanya penelitian
yaitu sebesar 1,00 %, P HNO sebesar 0,25 % lebih lanjut harapannya jagung dapat lebih
masih cukup rendah, K HCIO rendah yaitu banyak menghasilkan produksi yang lebih besar,
sebesar 8,28 % dengan kadar air yaitu 95. mengingat tingkat konsumsi dan kebutuhan
C/N dari bonggol pisang yang cukup tinggi jagung yang terus meningkat.
sehingga lambat dalam melapuk dan
mengakibatkan penyediaan unsur hara yang DAFTAR PUSTAKA
lambat pula bagi tanaman. Bahan organik
yang mempunyai C/N masih tinggi yaitu 28 Anonim. 2015. Kabupaten Probolinggo Dalam
berarti masih belum terdekomposisi baik Angka.Probolinggo.https://
dalam tanah dan ini akan memungkinkan Probolinggokab.bps.
terjadinya pengikatan nitrat oleh jasad renik go.id/LinkTabelStatis/view/id/103
dari tanah sehingga tidak tersedia untuk
pertumbuhan tanaman. C/N tinggi dianggap Asroh, A, 2010. Pengaruh Takaran Pupuk Kandang
merugikan karena bila diberikan langsung ke dan Inteval Pemberian Pupuk Hayati
dalam tanah maka hara terutama N tidak Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
tersedia bagi tanaman karena dimanfaatkan Jagung Manis (Zea mays saccharata Linn).
oleh mikrobia untuk tumbuh dan berkembang Agronobis, Vol. 2, N0.4 September 2010.
biak, sehingga tanaman kekurangan unsur hara
untuk mendukung pembentukan anakan Bakrie A.H. 2008. Respon Tanaman Jagung Manis
maksimum. (Zeamays saccharata) Varietas Super Sweet
Pada penelitian ini dapat diketahui terhadap Penggunaan Mulsa dan Pemberian
bahwa pemberian konsentrasi pupuk organik Kalium. Prosiding Seminar Nasional Sains dan
cair disetiap perlakuan sudah memberikan Tekhnologi II 2008. Universitas Lampung.
pengaruh yang baik dibandingkan tanpa Lampung.
pemberian pupuk organik cair bonggol pisang.
Effendi,S. 1990. Bercocok Tanam Jagung. Yayasan
KESIMPULAN DAN SARAN Guna. Jakarta.95 hal.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchelll. 1991.
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit UI
sebagai berikut: Press. Jakarta
1. Perlakuan konsentrasi pupuk organik cair
bonggol pisang 20 % (K ) memiliki hasil Gusniawati., N. Fatia dan R. Arif. 2008. Pertumbuhan
terbaik yaitu pada parameter jumlah daun, dan hasil tanaman jagung dengan
diameter batang, berat tongkol segar, pemberian kompos alang-alang. Jurnal
Agronomi. Vol. 12 No. 2.
50
Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.. Su’ud M; Lestari DA
Hardjowigeno, S. H. 2004. Ilmu Tanah. Akademika Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif.
Pressindo. Jakarta. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Harjadi, S.S. 2002. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pancapagala, W. (2011). Pengaruh rasio penggunaan
Pustaka Utama. Jakarta.113 hal. limbah ternak dan hijauan terhadap kualitas
pupuk cair. Gamma, 7 (1), 61-68.
Hidayati, Y. 2009. Kadar hormon auksin pada
tanaman kenaf (Hibiscuscannabinus L.) Parnata, A. S. 2010. Pupuk Organik Cair: Aplikasi dan
bercabang dan tidak bercabang. Jurnal Manfaatnya. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Agrovigor, 2(2):89-96.
Passioura JB. 1994. The Yield of Crops in Relation to
Irdiani, I., Y. Sugito., dan A. Soegianto. 2002. Drought. P: 343−360. In K.J. Boote, J.M.
Pengaruh Dosis Pupuk Organik Cair dan Bernet, T.R. Sinclair and G.M. Pualsen (Eds.).
Dosis Urea Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Determination of Crop in Yield. ASA. CSSA,
Tanaman Jagung Manis. Agrivita. Universitas SSSA. Madison WI.
Brawijaya. Malang.
Prabaningrum , L dan Moekasan, T, K. 2014.
Jumin, H.B, 2002. Agroekologi. Suatu Pendekatan Pengelolaan Organisme Penganggu
Fisiologis. PT. Raja Grafindo Persada, Tumbuhan Utama Pada Budidaya Cabai
Jakarta Merah Di Dataran Tinggi (Pest and Disease
On Hot Pepper Cultivation in High Land). J.
Jumini, Nurhayati dan Murzani. 2012. Efek Hort 24(2):179- 188, 2014.
Kombinasi Dosis Pupuk N P K dan Cara
Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Rahmi, A. dan Jumiati. 2007. “ Pengaruh
Jagung Manis. J. Floratek 6(2) : 165-170. Konentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk
Organik Cair Super ACI Terhadap
Kresnatita, S., Koesrihati dan M. Santoso. 2004. Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis”.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan Jurnal Agritrop Fakultas Pertanian Universitas
Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Jagung Manis. Universitas Rahni, N.M. 2012. Efek Fito hormon PGPR Terhadap
Brawijaya. Malang Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zeamays).
Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah
Lestari,A.P.2009.Pengembangan pertanian Vol. 3 No.2 Juni 2012. 27-35 p.
berkelanjutan melalui substitusi anorganik
dengan pupuk.organik. Jurnal Sidar. 2010. Artilkel Ilmiah Pengaruh Kompos sampah
Agronomi.13(1),38-44. Kota dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap
Beberapa Sifat Kimia Tanah dan Hasil
Levy, D & Veillux, R. E. 2007, ‘Adaptation of potato Tanaman Jagung Manis (Zeamays
to high temperatures and salinity , Amer. J. Saccharata) Pada Fluventic Eutrupdepts asal
Potato Res. Vol. 84, pp. 487 – 506 Jatinangor Kabupaten Sumedang. Dalam:
http:search Pdf.//kompos-sampah-
Lingga, P dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan kota/Sidar/html. Diakses pada tanggal 9
Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta Loveless, September 2017. Pekanbaru.
A.R., 1987. Prinsip-prinsip Biologi
Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Penerbit Subekti,N.A.,dkk.2007.Morfologi Tanaman dan Fase
PT.Gramedia, Jakarta. Pertumbuhan Jagung dalam Jagung: Teknik
Produksi dan Pengembangan. Balai
Ma’shum,M.,J.Soedarsono,dan L.E. Susiolowati.2003. PenelitianTanamanSerealia. Maros.
BiologiTanah. CPIU Pasca IAEUPB agpro
Peningkatan Sumberdaya Manusia Direktorat Subhan dan Nunung Nurtika. 2004. Penggunaan pupuk
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen fosfat, kalium, dan magnesium pada tanaman
Pendidikan Nasional.Jakarta bawang putih dataran tinggi. Jurnal Ilmu
Pertanian. Vol 1, No. 2, 2004, P: 56-67.
51
Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.. Su’ud M; Lestari DA
Suhastyo, A A. 2011. Studi Mikrobiologi dan Sifat Taufik MM. Thamrin. 2009. Analisis Input-Output
Kimia Mikroorganisme Local yang pemupukan beberapa varietas jagung dilahan
Digunakan pada Budidaya Padi Metode SRI kering. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman
(System of Rice Intensification). Tesis. Pangan 28 (2) : 78-82
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Zaidi PH, S Rafique, NN Singh, G Srinivasan. 2002.
Susanti, T. 2011. Pengaruh air kelapa muda terhadap Identification of Maize Genotype to Excess
pertumbuhan tanaman sawi(Brassica juncea Moisture (Water logging) condition: Screening
L.) dengan interval pemberian yang berbeda. Technic and Secondary Trait. ICAR-
Skripsi.Fakultas Pertanian dan Peternakan IARICIMMYT
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau. Pekanbaru. Zubachtirodin, Bambang Sugiharto, Mulyono, dan
Deni Hermawan. 2011. Teknologi Budidaya
Sutejo, M. M dan Rinsema, 1992 dalam Jumini, et al. Jagung. Direktorat Jendral Tanaman Pangan.
2011. Kombinasi Pupuk N, P, K dan Cara Jakarta.
Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Jagung Manis. Fakultas Pertanian. Universitas
Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.
J.Floratek 6: 165 – 170.
52