You are on page 1of 8

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penatalaksanaan Keperawatan Anestesi Pre Operatif

Pemilihan teknik anestesi sebelum dilakukan pembedahan

timpanoplasti, ditentukan berdasarkan usia, kondisi kesehatan dan keadaan

umum pasien, sarana dan prasarana serta keterampilan dokter bedah, ahli

anestesi atau pelaksana anestesinya.8

Anestesi yang digunakan pada pembedahan timpanoplasti adalah

anestesi combine (induksi dengan obat-obat intravena dan pemeliharaan

dengan obat-obat inhalasi) dengan pemasangan Endotrakeal Tube. Pemilihan

teknik ini dipertimbangkan dengan lamanya operasi yang dilakukan oleh

operator dan pemberian kenyamanan pada pasien dengan posisi operasi

selama tindakan pembedahan.8

3.1.1 Evaluasi Pra Operatif

Penilaian status pasien dilakukan beberapa tahap, dengan cara

mengevaluasi status pasien yang meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang sesuai dengna indikasi

persiapan sebelum dilakukan operasi.8

35
36

3.1.2 Persiapan Pasien Pra Operatif

1. Anamnesis dilakukan dengan pasien sendiri atau dengan keluarga,

meliputi : 8

a. Nama, umur, jenis kelamin, alamat, nomer rekam medis, diagnosa

medis.

b. Penyakit dahulu yang pernah diderita, riwayat operasi, dan anestesi

yang pernah dijalani.

c. Obat – obat yang pernah atau sedang digunakan. Terapi obat diruang

perawatan seperti antibiotik, analgetik, kortikosteroid dan lain lain.

d. Hal – hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus misalnya alergi,

mual muntah, gatal – gatal dan sesak nafas.

e. Kebiasaan buruk seperti merokok, minuman keras dan obat – obatan

tertentu harus di evaluasi pada pasien dan dihentikan minimal dua

minggu sebelum operasi.

f. Mengevaluasi lama puasa sebelum operasi untuk mencegah terjadinya

aspirasi.

2. Pemeriksaan Fisik, meliputi : keadaan umum dan tanda- tanda vital

3. Pemeriksaan penunjang, meliputi : pemeriksaan darah tepi (hemoglobin,

hemotokrit, leukosit, trombosit, waktu pembekuan darah, dan lainnya)

serta pemeriksaan penunjang lainnya seperti photo thorak, EKG (untuk

dewasa lebih dari 45 tahun/ diketahui mempunyai riwayat penyakit

jantung).
37

3.1.3 Pemberian Premedikasi

Premedikasi diberikan sesuai indikasi yang ingin dicapai dan disesuaikan

juga berdasarkan evaluasi preoperatif. Seperti pemberian : 8

1. Petidin : 1,0 – 2,0 mg/kgbb (untuk mengurangi nyeri)

2. Midazolam : 0,04 – 0,10 mg/kgbb (untuk menenangkan)

3. Atropin : 0,01 mg/kgbb (untuk mengurangi hipertensi)

3.2 Penatalaksanaan Anestesi Intra Operatif Pada Timpanoplasti

Setelah evaluasi pasien pra anestesi, dan premedikasi telah diberikan,

pasien dibawa ke ruang operasi untuk memulai tindakan anstesi dan

pembedahan. Sebelumnya pastikan kembali alat – alat anestesi, alat – alat

resusitasi, mesin anestesi obat – obat anestesi , obat – obat penujang dan obat-

obat emergency tersedia dan siap dipakai.8

Induksi yang dilakukan pada pasien timpanoplasti ini dapat diberikan

propofol ( hipnotik) dengan dosis 2-2,5 mg/kgbb melalui intravena, fentanyl

(analgetik) denga dosis 2-5 mcg/kgbb dan diberikan muscle relaxan (relaksasi

otot) sesuai dengan dosis untuk memfasilitasi laringoskopi dan intubasi

endotrakea serta pemeliharaan anestesi.8

Sementara pemelihraan anestesi untuk pasien timpanoplasti, dengan

pemberian O2 100% atau dengan 50 : 50 untuk perbandingan (O 2 dan N2O)

dengan catatan N2O harus diberhentikan minimal 15 menit sebelum

pemasangan Graft pada membran timpani. Gas inhalasi (volatile) diberikan


38

sesuai dengan penggunaan dan dosis pemeliharaan dalam MAC ( Minimal

Alveolar Concenration), selanjutnya ventilasi disesuaikan dengan pengaturan

pola nafas (spontan atau kendali) dengan memperhiungkan tidal volume

pasien.8

3.2.1 Masalah dan Pertimbangan Anestesi Pada Operasi Timpanoplasti

Masalah dan pertimbangan anestesi pada timpanoplasti, harus benar

– benar diperhatikan selama perioperatif, hal ini brtujuan untuk menjamin

keselamatan pasien dan membantu untuk memaksimalkan keb erhasilan

pada pembedahan Timpanoplasti.

A. Masalah anestesi

Yang menjadi masalah anestesi dalam operasi timpanoplasti yang

harus menjadi pedoman selama pemberian anestesi diantaranya :

1. Ancaman perubahan posisi ETT intra Operatif berhubungan

dengan posisi operasi pasien.

2. Operasi biasanya berlangsung lama

3. Peningkatan tekanan pada lubang telinga tengah, berhubungan

dengan gas anestesi yang dipergunakan selama operasi

berlangsung.8

B. Pertimbangan Anestesi

Pertimbangan anestesi pada timpanoplasti adalah dimana perlu

diperhatikan posisi dan fiksasi dari pipa Endotrakealtube (ETT) agar

tidak terjadi perubahan letak karena lokasi berada pada posisi kepala
39

pasien yang miring ke sebelah kanan/kiri. Sebaiknya gunakan ETT non

kingking sehingga menghindari terlipatnya ETT dan menjamin

kelancaran oksigen yang poten.

Pertimbangan anestesi yang juga sangat perlu diperhatikan

ialah pemberian Nitrosa Okside (N2O), yang 34 kali lebih mudah larut

dibanding nitrogen, yang masuk ke rongga – rongga berisi udara

misalnya pada telinga tengah, dimana udara yang masuk lebih cepat

dibandingkan udara yang keluar, sehingga terjadi peningkatan tekanan

telinga tengah. Dengan demikian, konsentrasi N2O yang dihirup harus

dibatasi sampai 50% dengan penghentian inhalasi paling sedikit 15

menit sebelum tandur (graf) membran timpani dipasang, serta menjaga

kedalaman anestesi tetap terjaga tanpa penggunaan N2O dengan

pemberian analgetik tambahan yang cukup atau dengan meningkatkan

konsentrasi dari gas inhalasi selain N2O selama tandur graf timpani

dipasang.8

3.2.2 Pemantauan Anestesi Intra Operatif

Pemantauan monitoring sesuai dengan standar pemantauan Intra Operatif

yang meliputi :

1. Sistem Cardiovaskular : Tekanan darah, Frekuensi nadi, dan CRT

(Capillary Refill Time)

2. Sistem pernafasan : Frekuensi nafas, saturasi oksigen, status dehidrasi

dll

3. Sistem perkemihan : intake dan ouput.8


40

3.2.3 Tranfusi cairan dan Transfusi Darah

Terapi cairan yang diberikan adalah tipe maintenance dengan tambahan

cairan pengganti puasa, dan untuk pengganti perdarahan disesuaikan

dengan grade/klasifikasi perdarahan.8

3.2.4 Pengakhiran Anestesi

Sesuai dengan tatalaksana anestesi yang dipilih dan dengan diperhatikan

terhadap penangggulangan nyeri Post Operatif.8

1. Segera setelah selesai pembedahan, hentikan aliran gas anestesi seperti

volatile dan N2O

2. Berikan O2 100% selama 5-10 menit

3. Pada pasien yang di intubasi dan menggunakan pelumpuh otot, harus

dipulihkan dengan obat antagonisnya (neostigmin+sulfat atropin),

selanjutnya dipantau sampai pasien bernafas spontan dan adekuat,

untuk dapat dilakukan ekstubasi.

4. Ekstubasi, bisa dilakukan dengan ekstubasi dalam (tidur) dan bangun.

Namun pada kasus timpanoplasti untuk pencapaian keberhasilan

maksimal pemasangan graf timpani, sebaiknya lebih diutamakan untuk

ekstubasi dalam (tidur) dengan pertimbangan untuk menghindari

refleks dan rangsang pada laring. Sehingga pasien tidak terangsang

untuk batuk, jika pasien batuk, hal tersbut dapat meningkatkan tekanan

pada telinga tengah dan dikhawatirkan graf yang baru dipasang dapat

robek kembali. Akan tetapi ekstubasi dalam dapat mengakibatkan


41

depresi nafas, maka sebelum ekstubasi dilakukan jalan nafas harus

dikuasai atau nafas sudah adekuat agar menghindari depresi nafas.

3.3 Penatalaksanaan Anestesi Post Operatif Pada Timpanoplasti

Perawatan pasca anestesi di ruang pemulihan pada operasi

timpanoplasti, disesuaikan dengan tatalaksana anestesi pasca anestesi,

dengan perhatian khusus terhadap : 8

1. Penanggulangan nyeri pasca anestesi

2. Awasi kemungkinan terjadi obstruksi jalan nafas

3. Awasi kemungkinan terjadi peningkatan tekanan telinga

tengah, dilihat dari pasien mengeluh nyeri, gelisah, dan telinga

berdengung.

3.3.1 Pemantauan Anestesi Post Operatif di Recovery Room

Setelah operasi selesai pasien dibawa ke ruang pemulihan

(recovery room). Di ruang pemulihan dilakukan pemantauan pasien yang

umum, meliputi : keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, frekuensi

nadi, pernafasan, suhu tubuh, tingkatan atau derajat nyeri post operatif, dan

perdarahan. Pemantauan dilakukan setiap 5 menit, dalam 15 menit pertama

atau hingga stabil.

Saturasi oksigen sebaiknya dipasang, karena berhubungan dengan

pasien timpanoplasti yang dianjurkan untuk ekstubasi dalam, mengingat

kemungkinan dapat terjadinya obstruksi jalan nafas pos operatif.8


42

Seluruh pasien yang sedang dalam pemulihan dari anestesi umum

harus mendapat oksigen 30-40% selama pemulihan karena dapat terjadi

hipoksia sementara. Pasien yang memiliki resiko tinggi hipoksia adalah

pasien yang mempunyai kelainan paru sebelumnya atau yang dilakukan

tinakan operasi di daerah abdomen atas atau daerah dada.8

Bila keadaan umum dan tanda vital pasin normal dan stabil, maka

pasien dapat dipindahkan ke ruangan dengan pemberian intruksi khusus

dan pemberian analgetik untuk meringankan nyeri pasca operatif.

Analgetik yang diberikan dapat berupa analgetik jenis opioid golongan

NSID dan keterolac yang diberikan sesuai dosis penggunaan.

Kriteria yang umumnya digunakan dan dinilai di recovery room

adalah warna kulit, kesadaran, sirkulasi, pernafasan, dan aktivitas motorik,

seperti kriteria dalam alderete score. Idealnya pasien baru boleh

dipindahkan bila nilai total score adalah 10, namun bila total score telah

diatas 8 dan pasien terlihat tenang dan aman tanpa ancaman seperti

sumbatan jalan nafas pasien boleh dipindahkan ke ruang pemulihan.12

Dan seluruh tindakan anestesi dicatat dalam lembaran khusus berisi

tindakan yang dilakukan, obat yang dipilih, status fisik pasien sebelum,

selama, dan setelah anestesi dilakukan sesuai urutan waktu.8

You might also like