You are on page 1of 4

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan dan Saran

4.1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah penulis kemukakan

secara teori maupun pemikiran penulis selama pembuatan karya tulis

ilmiah ini, penulis menyimpulkan sebagai berikut :

1. Pertimbangan Anestesi Pre Operatif

Pada pasien yang akan menjalani pembedahan harus

memperhatikan berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, status

fisik, jenis operasi (lokasi operasi, posisi operasi, manipulasi dan

durasi). Keterampilan operator dan kemampuan pelaksana anestesi,

status rumah sakit dan permintaan pasien.

2. Pertimbangan Anestesi Intra Operatif

Perlu diperhatikan letak dan fiksasi dari pipa Endotrakeal tube

(ETT) selama operasi, dan sebaiknya gunakan ETT yang non king-

king sehingga menghindari terlipatnya ETT karena posisi kepala

miring pada saat operasi berlangsung untuk memberikan tempat

kepada ahli bedah.

Pertimbangan anestesi lainnya yang khas pada intra operatif

yang menjadi salah satu kunci keberhasilan timpanoplasti adalah

43
44

dimana perlu diperhatikan pemberian Nitrosa Okside (N2O) yang 34

kali lebih mudah larut dibandingkan nitrogen, yang masuk ke rongga-

rongga berisi udara misalnya pada telinga tengah, dimana udara masuk

lebih cepat dibandingkan udara yang keluar, sehingga terjadi

peningkatan tekanan pada telinga tengah.

Dengan demikian, konsentrasi N2O yang dihirup harus dibatasi

sampai 50% dengan penghentian inhalasi paling sedikit 15 menit

sebelum tandur (graf) membran timpani dipasang, serta menjaga

kedalaman anestesi tetap terjaga tanpa penggunaan N2O dengan

pemberian analgetik tambahan yang cukup atau dengan meningkatkan

konsentrasi dari gas inhalasi selain N2O selama tandur graf timpani

dipasang.

Pemilihan ekstubasi pada pasien timpanoplasti sebaiknya

ekstubasi dalam dengan pertimbangan untuk menghindari rangsangan

pada laring. Sehingga pemilihan ekstubasi dalam pasien tidak

erangsang untuk batuk, jika pasien batuk, hal tersbut dapat

meningkatkan tekanan pada telinga tengah dan dikhawatirkan graf

yang baru dipasang dapat robek kembali.

3. Pertimbangan anestesi Post Operatif

Pengakhiran dan pemulihan anestesi pada timpanoplasti,

disesuaikan dengan tatalaksana dengan tatalaksana yang dipilih dengan

perhatian khusus terhadap penanggulangan nyeri pasca bedah yang


45

dapat diringankan atau dikurangi dengan pemberian jenis analgetik

opioid atau analgetik non opioid seperti golongan NSAID dan

keterolac.

Pada pasca operatif selain perlu dilakukan observasi yang

mendalam mengenai tanda-tanda vital pasien, perlu juga diperhatikan

faktor-faktor yang memungkinkan akan meningkatkan tekanan pada

telinga tengah sebaiknya juga dihindari, yakni seperti batuk. Hal ini

berhubungan dengan adanya saluran penghubung antara telinga tengah

dan tenggorokan.

Apabila pasien batuk, maka dapat dipastikan tekanan pada

telinga tengah akan meningkat, sehingga akan beresiko robeknya graf

membran timpani yang baru dipasang selama intra operatif. Untuk

mengurangi efek dari hal tersebut maka antisipasi perlu dilakukan

dengan cara inform consent sebelum dan sesudah operasi dilakukan,

dan jika memungkinkan diberikan tambahan obat kortikosteroid

seperti dexamethasone, untuk mengurangi reflek atau rangsangan

batuk. Sehingga dapat mengurangi resiko dari peningkatan telinga

bagian tengah.

Jika observasi menunjukan nilai positif maka dilanjutkan

dengan observasi menggunakan Aldrete score, yang memungkinkan

pasien pindah ke ruang perawatan dengan score >8-10, atau untuk


46

pasien yang beresiko tinggi, pasien dipindahkan dan diobservasi lanjut

di ruang intensif.

4.1.2 Saran

1. Bagi pembaca diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi bacaan

untuk menambah wawasan khususnya dalam bidang anestesi pada

pasien perforasi membran timpani bilateral yang akan menjalani

timpanoplasti.

2. Untuk praktisi diharapkan dengan adanya karya tulis ilmiah ini yang

berisi tentang keperawatan anestesi pada pasien perforasi membran

timpani bilateral yang akan menjalani timpanoplasti, dapat menjadi

acuan ataupun rujukan dalam praktek anestesi sehari-hari.

You might also like