You are on page 1of 2

RAYON: RENUNGAN IRT, Tgl 29 JAN- 2 FEB 2023

TEMA : HATI-HATI DENGAN SIFAT TAMAK

BAHAN : PENGKHOTBAH 5:7-19

PENGANTAR

Salah seorang terkaya di dunia bernama John Rockefeller, pernah dalam suatu wawancara dengan berita
yang diliput oleh stasiun televisi CNN ditanya pemahamannya tentang arti "cukup." Ia menjawab,
"Cukup bagi saya adalah memiliki sedikit lebih dari apa yang telah saya miliki sekarang". Pada saat ini
banyak orang yang memiliki pandangan yang sangat Konsumtif. Kitab Pengkhotbah pun menyatakan
bahwa kecintaan seseorang terhadap kekayaan tidak akan pernah terpuaskan meskipun orang itu telah
memiliki harta benda yang melimpah (ayat 5:9).

PEMBAHASAN

Di sini kekayaan dilihat dari tiga sudut. Kendati Allah mungkin memberi manusia kemampuan tertentu
untuk menikmati kekayaan, namun (1) kekayaan adalah penyebab banyak ketamakan dan ketidakadilan
di antara para pejabat pemerintah (5:7,8); (2) perolehan kekayaan tidak pernah memberikan kepuasan,
sebab semakin orang mendapatkannya semakin banyak dia menginginkannya (5:9-11); dan (3) kekayaan
merupakan harta yang tidak aman, sebab orang mengejar kekayaan hanya untuk memberikannya
kepada orang lain (5:12-16). Demikian pula dalam 5:17-19 penulis memberikan nasihatnya berulang-
ulang: Nikmatilah hidup sepanjang saudara bisa. Satu-satunya segi positif adalah bahwa ada
pemerintahan sedikit lebih baik daripada kekacauan. Ketika memperhatikan kembali penindasan kaum
miskin dan ketidakadilan yang tetap berlaku, Salomo memperingatkan para penindas bahwa Allah
adalah Hakim tertinggi. Dia di atas semua orang, dan Dia akan memberikan keputusan akhir pada hari
penghakiman kelak. Kebanggaan dan keinginan seseorang terhadap kekayaan akan membuatnya
terpacu untuk mencari dan menambahkan hartanya terus-menerus, padahal ia tidak akan dapat
membawa segala miliknya itu setelah ia meninggal (ayat 12-16). Bahkan selama ia masih hidup pun
kekayaannya itu tidak selalu dapat dinikmatinya (ayat 6:1-2) sebab pencuri, sakit-penyakit dan berbagai
bencana (seperti alam, kebakaran, pencurian, dll.) dapat menyebabkan kekayaan tersebut hilang. Lebih
baik jika kita diberikan Tuhan kemampuan untuk dapat menikmati semua berkat Tuhan sebagaimana
dinyatakan dalam nas ini (ayat 5:17-18). Pengkhotbah menghadapi kenyataan yang membuatnya apatis.
Kemiskinan terjadi karena kebejatan para pejabat pemerintah yang korup. Dari yang paling rendah
hingga yang paling tinggi, semuanya TST (tahu sama tahu) mengamalkan kecurangan dan ketidakadilan.
Bahkan birokrasi adalah cara untuk menstrukturkan dan memasifkan kecurangan.

APLIKASI

Uang tak bernilai kekal. Uang tidak dapat memberi kepuasan (ayat 9). Bahkan kekayaan justru bisa
menjadi faktor yang membuat orang tidak bisa hidup bahagia (ayat 11-12). Dalam zaman yang sangat
materialistis ini, orang beriman perlu mengingat-ingat bahwa ia datang dengan tangan hampa, akan
kembali kepada Khaliknya pun dengan tangan hampa. Mampu bahagia dalam apa yang dimiliki adalah
karunia Allah semata (ayat 17-19). Uang dan harta yang berlimpah-limpah tidak dapat memberi arti
kepada hidup dan dengan demikian tidak bisa mendatangkan kebahagiaan sejati. Pada umumnya,
seorang pekerja jujur yang pulang setelah bekerja keras sepanjang hari bisa tidur dengan nyenyak,
sedangkan orang kaya tidak bisa tidur karena takut tertimpa musibah atau kesalahan tertentu pada
pihak mereka akan menyebabkan mereka hilang segala kekayaannya. Tetapi sekalipun mereka tidak
kehilangan sesuatu, mereka tidak akan membawa apa-apa ketika meninggal dunia. Sangat menyedihkan
bahwa demikian banyak orang bekerja dengan begitu keras untuk memperoleh harta kekayaan
melimpah padahal jauh lebih baik mengumpulkan harta di sorga (Mat 6:19-21).

Ketidakberdayaan manusia. Pengkhotbah bukan pesimis, tetapi realistis tentang kefanaan dan
keberdosaan manusia. Kedua hal itu membuat manusia tidak berdaya untuk membuat hidupnya berarti
dan berbahagia. Syukurlah kita dalam zaman Perjanjian Baru ini paham bahwa Roh Kudus
memungkinkan kita masuk menikmati faedah karya Kristus bagi kita. Nikmat hidup bukan didapat di
dalam pemberian Allah tetapi di dalam persekutuan yang harmonis dengan Sang Pemberi. Jika kita telah
diberkati Tuhan dengan kekayaan dan berkat secara fisik, jangan lupa bahwa Tuhan akan meminta
pertanggungjawaban kita tentang bagaimana cara kita mengelola kekayaan tersebut dan apa motivasi
kita mencari harta dan semua kebanggaan duniawi. Cara pengelolaan yang salah dan motivasi yang
keliru dapat membuat orang Kristen tergoda dengan berbagai dosa. Salah satu di antaranya adalah dosa
ketamakan. Dosa ketamakan menekankan pada sikap ingin memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya.
Sikap ini menyebabkan anak Tuhan terikat dengan keinginan mencari kepuasan secara fisik saja dan
melupakan Tuhan sang pemberi berkat. Akibatnya, orang Kristen kehilangan berkat yang sesungguhnya
yaitu berkat secara rohani. Jadi, yang benar adalah harta bukan tujuan utama dalam hidup ini melainkan
suatu sarana agar kita dapat menikmati dan memuliakan Tuhan dalam hidup ini. Karena itu, semua
karunia Allah termasuk harta perlu kita pakai dalam sikap dan cara yang menomorsatukan Allah, dan ini
mesti berlaku dimulai dari diri sendiri, dari pengelolaan harta di rumah tangga masing-masing dan di
gereja! Amin (Ezra).

You might also like