You are on page 1of 5
. MI. 1%. Dasar Teori Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan pada mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir ‘mata di sekitar kelopak mata atau bola mata (FL, 1979). Tetes mata digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik dan terapeutik lokal dan yang lain untuk merealisasikan kerja farmakologis yang terjadi setelah berlangsungnya penetrasi bahan obat, dalam jaringan yang umumnya terdapat di sekitar mata (Voight, 1994). Pembuatan tetes mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, sterlisasi dan kemasan yang tepat. Beberapa tetes ‘mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya serap dan menyediakan kadar bahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilkan efek obat yang, cepat dan efektif. Apabila tetes mata seperti int digunakan dalam jumlah kecil, pengenceran dengan air mata cepat terjadi sehingga rasa perih akibat hipertonisitas hanya sementara, tetapi penyesuaian isotonisitas oleh pengenceran dengan air mata tidak berarti, jika digunakan larutan hipertonik dalam jumlah besar sebagai Koliria untuk membasahi mata. Jadi yang paling penting adalah tetes mata harus mendekati isotonik (Puspitasari, 2009). Bila obatnya tidak tahan pemanasan, maka sterilitas dicapai dengan menggunakan pelarut steril, dilarutkan obatnya secara aseptis, dan ‘menggunakan penambahan zat pengawet dan botol atau wadah yang ster. Isotonis dan pH yang dikehendaki diperoleh dengan menggunakan pelarut yang cocok (Widjajanti, 1989). Beberapa syarat tetes mata adalah jernih, steril,isotonik, isohidtis, dan stabilitas. Pemberian etiket pada sediaan tetes mata harus tertera tidak boleh digunakan lebih dari 1 bulan setelah tutup dibuka. Guna mengurangi iritasi perlu diperhatikan hal-hal seperti penyesuaian pH dengan cairan ait ‘mata; penyesuaian isotonis dengan air mata; dan viskositas cairan air ‘mata. Viskositas diperlukan agar larutan obat tidak cepat dihilangkan oleh air mata serta dapat memperpanjang lama kontak dengan kornea, dengan ddemikian dapat mencapai hasil terapi yang besar (Puspitasari, 2009), Preformulasi Zat Aktif ‘A. Bahan berkhasiat Atropin Sulfat B. Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, mengembang di udara kering perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya V, hal. 191) Dipindai dengan CamScanner 22.26 & BaNiate QQ @ scribd.com/doc/3131 + 3° Dasar Teori Sediaan obat mata adalah sedinan steril berupa step, laratan atau suspens,digunakan pada mata dengan mencteskan, mengoleskan pada selaput lendir mata discktar kelopak mata ddan bola mata bat mata 1. Obat cuci mata (collyria) 2. Obattetes mata (guttae opthalmicae) 3. Salep mata pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga macam (Anief, 1999) TTetes mata adalah sediaan steril yang b au suspensi yang digi dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata (Depkes RI, 1979) Larvian obat mata adalah larutansteril, bebas partikel asing, merupakan wmakan pada mata in yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa schin (Farmakope Indonesia LV, 1995). Pada dasranya sebagai obat mata biasanya dipakai 1, Bahan-bahan yang bersfat antiseptika (dapat memusnahkan kuman-kuman pada selaput lender mata), mis 2. Bahan-bahan yang ya. asam borat, protargol, kloramfenikel,bastrasina, dan sebagainy an selapat lender mata (adstringentia), misalnya song sulfa, Untuk: pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan mengenai kebersihannya, pH yang uh, Pada stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose d ppembuatan obat cuci mata tak perl disterilkan, sedat an obat totes mata ean pada pembus hharus disteritkan, (Anief, 1999) Pada pombuatan obat mata perl diprhatika hal Koss sebagai brik + Teksisitas hahan obat + Tonisitas ¢Kebutuban akan dapar * Stiles © Kemasan tepat (Lind, 1994), Tetes mata harus memenuhi syaratsyarat yang telah diteetukan yaitu Dipindai dengan CamScanner + ‘bebas patikel asing + sedapat mungkin isotonis sedapat mungkin isohidris Bila obatnya tidak tahan pemanasan, maka steriitas dicapai dengan menggunakan Pelarutstri,dilarutkan obstnya secara aseptis, dan menggunakan penambahan zat pengawet dan boto! atau wadah yang fil, Isotonis dan pH yang dikehendaki diperoleh de menggunakan pelarut yang cocok Pelarut yang seri digunakan adalah Lanutan 29% Asam Borat (pH = 5) LLanutan Boraks ~ Asam Borat (pH = 6,5) [Larutan basa femah Boraks ~ Asam Borat (pH = 8) Aquadestillata + Lanutan NaC} 0.9% BaAUNe QVidjajanti, 1989) Faktor-faktor yang sangat penting dalam pembuatan sedan larutan mata Ketclitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan; Steriltas akhir dari collyr an keladiran buhan antimikroba yang efektit luntuk menghambat pertumbukan dari banyak mikroorganisie selama pens tan dari sedi 3. Isotonisitas das arutan; 4. pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan subilitas yang optimum (Akbar, 2010) bat fetes mata yang digunakan harus dis ap m tuk ke dalam mata untuk dapat ‘member wfk. Larutan obat ttes mata segera campur dengan cairan lakrimal dan meltas di ermuka n komea dan konjungtiva, dan obatnya harus masuk melalui Kornea menembus Mata terditi dari korea. ang bening dan sc fang tertutup olch salut pelindung dan berserabut, berwama putih, rapat, dan tidak ada saluran darah, Permukaan fuss dari salut terdapat membrane konjungtiva,n -mbrane mukosa yang tipis ini merupakan exterior 74 banyak obat yang tidak cukup larut dalam air, Selain itu banyak obat yang secara Kheris tidak stabil pada pH ‘mendekati 7,4. ketidakstabilan ini lebih nyata pada subu tinggi yaitu pada saat strilisasi 4 pH fisiologis yaitu 7.4 dan tidak menyebabkan pengendapan obat ataupun mempereepat in dengan n pemanasan. Oleh karena itu pada system dapar harus diplih sed kerusakan obat. (Lund, 1998), ‘ila isotonisitas cairan mata isotonic dan darah mempunyai nila isotonistas sesuai dengan larwtan NaCl p 09%. Secara ideal larutan obat mata haras mempunysi nila isotonisitas tersebut, tetapi mata tahan terhadap isotonisitas rendah setara d NaCl p 0,6% dan tertingg setara dengan larutan NaCl p 0.2% tanpa gangeusn y Lan ‘Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata bersifat larut Jemah atau dipilth bentuk goramnya yang lanut air. Sifat- sift fisikokimia yang harus diperhatikan dalam memilih garam untuk formulas larutan optalmik yaitu Kelarutan Stabilitas DH stabilitas dan kapasit ompatibilitas dengan bahan lain dalam formula Bentuk am yang biasa digunakan adalah garam hidroksida, sulfa dan ntrat. Sedangkan untuk zat aktif yang berupa asam lemah, biasaaya digunakan garam natrium, IDR750 3A SAMA sew lal Dipindai dengan CamScanner 22.27 BS QQ @ scribd.com/doc/3131 = §3 SCRIBD ( Search Q ) Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang. Kelarutan:Larut dalam air, larut daiam dietileter, etanol 95%, dan metanol Khasiat:-Zat tambahan, zat penambah asam. (Depkes RI, 1979) 13. Aquidest Pemerian ‘iran jemih, tidak berwara, tidak berbau, tidak -mempunyai rasa, Penyimpanan —: dalain wavdah tertutup Kegunaan Pelarut (Depkes RI, 1979) Daftar Pustaka Anief, Moh, 1999, Hu Meracik Obat. Gajah Yogyakarta Anief, Moh, 00, Farmasetia, Gajah Mada University P 3s. Youyakarta Departemen Kes tan RI. 1979. Farmakope Indonesia, esi Il, Depkes RU Jakarta Departemen Kesehatan RI. 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV.Depkes RI sJakarta Land, W., 1994, The Pharmaceutical Codex, 20° edition, PAP, London. Rowe.2008 Handbook of Pharmaceutical Exeipients Sixth Edition Published by the Pharmaceutical Press ‘Saputri, 2010, htp:/rabmisnotesblogsp -omt/2010/07 tetes-mata-kloramfenikol-htm diskses tanggal 27 November 2012, Widjajanti, Nurani. 1989, Obat-Obatan, Kanisius, Jakarta § scRIBD Trusted by over 1 million members Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! SacI Cancel Anytime Dipindai dengan CamScanner

You might also like