You are on page 1of 4

Kemajuan pesat teknologi dalam wujud 

Triple “T” Revolution, telekomunikasi atau


informasi, transportasi dan Trade (perdagangan bebas) membuat hubungan umat manusia
antarnegara menjadi sangat intens seakan-akan menggilas negara bangsa dan membangun
citra global. Kemajuan pesat teknologi ini membawa muatan isu global seperti demokratisasi,
hak asasi manusia dan kelestarian lingkungan hidup. Sebagai bangsa Indonesia, dengan
berpijak pada budaya Pancasila, kita harus siap menghadapi kekuatan global tersebut, agar
tetap eksis sebagai suatu bangsa dalam pergaulan dunia.
Untuk menghadapi globalisasi tersebut kita harus tahu kekuatan dan kelemahan yang kita
miliki dalam segenap aspek kehidupan bangsa (astagatra) sebagai berikut.

 Geografi
Potensi wilayah darat, laut, udara dan iklim tropis sebagai ruang hidup sangat baik dan
strategis, namun di sisi lain terdapat kelemahan dalam pendayagunaan wilayah darat, laut,
dirgantara, dan pengaturan tata ruangnya.

 Sumber Kekayaan Alam


Potensi sumber kekayaan alam (SKA) di daratan, lautan, dan dirgantara, baik yang bersifat
hayati maupun nonhayati, serta yang dapat diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui
sangat besar. Hal ini merupakan modal dan kekuatan dalam pembangunan. Namun,
kelemahannya belum sepenuhnya potensi sumber kekayaan alam tersebut dimanfaatkan
secara optimal. Kalaupun ada yang telah dimanfaatkan masih ada di antaranya dalam
pemanfaatannya kurang memperhatikan kelestarian dan distribusi hasilnya. Hal ini tidak
sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Di sisi lain juga sumber kekayaan alam yang ada tidak seluruhnya dapat dijaga
keamanannya dengan baik atau dengan kata lain rawan pencurian.

 Demografi
Jumlah penduduk Indonesia termasuk nomor 4 di dunia. Pertumbuhannya dapat ditekan
akibat makin meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat melalui program KB
(Pertumbuhan 1,9%). Begitu juga tingkat kesehatan harapan hidup, dan kualitas fisik semakin
meningkat. Kelemahannya, sebagian penduduk Indonesia antarwilayah atau daerah atau
antarpulau tidak proporsional, pertumbuhan belum mencapai zero growth dan kualitas
nonfisik yang masih rendah.

 Ideologi
Dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat kita berpegang pada ideologi
Pancasila. Pancasila telah diterima sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat. Pembudayaan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari (nilai
praktis) telah dan sedang digalakkan. Kelemahannya, pengamalan atau pembudayaan
Pancasila tersebut belum sepenuhnya terwujud. Ini adalah tantangan bagi seluruh bangsa
Indonesia dan jika ideologi Pancasila tersebut tidak dapat memberikan harapan hidup lebih
baik bukan tidak mungkin akan ditinggalkan oleh masyarakat.

 Politik
Dalam pelaksanaan politik sudah diciptakan kerangka landasan sistem Politik Demokrasi Pancasila
dan sudah tertata terutama struktur politik dan mekanismenya. Kendatipun demikian, hal ini perlu
dikaji dan disempurnakan sesuai dengan aspirasi dan perkembangan masyarakat demikian juga
pelaksanaan-nya terus memerlukan penyempurnaan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat. Kelemahannya, budaya politik masih perlu perbaikan dan peningkatan.
Suprastruktur masih sangat dominan apabila dibandingkan dengan infrastruktur dan substruktur.
Begitu juga komunikasi politik dan partisipasi politik perlu mendapat perhatian untuk diperbaiki.

 Ekonomi
Kekuatan perekonomian Indonesia terletak pada struktur perekonomian yang makin
seimbang antara sektor pertanian dengan sektor industri dan jasa. Pertumbuhan
perekonomian cukup tinggi (rata-rata ± 7%). Kelemahannya, perindustrian Indonesia belum
begitu kokoh karena masih tergantung pada impor bahan baku atau komponen. Impor bahan
baku atau komponen serta impor bahan-bahan lainnya sampai kepada barang konsumsi
membuat cadangan devisa yang semakin merosot. Belum lagi ditambah utang luar negeri,
untuk membiayai pembangunan, harus dicicil dengan devisa yang kita miliki. Sementara itu,
dalam proses pembangunan terjadi ekonomi biaya tinggi (high cost economy) yang membuat
inefisien biaya pembangunan. Kesenjangan ekonomi juga cenderung semakin tinggi dapat
memacu dan memicu destabilisasi ekonomi dan politik yang berpengaruh terhadap
kelangsungan pembangunan tersebut. Perpajakan juga masih lemah dan perlu mendapat
perhatian dalam upaya meningkatkan biaya pembangunan yang sedang dijalankan saat ini.

 Sosial Budaya
Kekuatan bangsa Indonesia terletak pada kebhinnekaannya, bagaikan kumpulan bunga
berwarna-warni dalam sebuah taman. Tetapi apabila kebhinnekaan atau kemajemukan
tersebut tidak dapat dibina dengan baik bukan tidak mungkin dapat menjadi bibit perpecahan.
Dalam kegiatan belajar terdahulu kemajemukan Indonesia disebut juga rawan perpecahan.
Sementara sebagai hasil pembangunan yang kita lakukan selama PJPT I di era orde baru ini
dapat meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan rakyat serta meningkatkan harkat
martabat dan jati diri sebagai bangsa Indonesia yang tidak lepas dari akar kebudayaannya.
Namun demikian, masih banyak kelemahan yang perlu diperbaiki di antaranya,
berkembangnya primordialisme, kolusi, korupsi, dan nepotisme yang membudaya dan disiplin
nasional yang semakin merosot. Kehidupan masyarakat agak cenderung ke arah individualistis
dan materialistis dan makin berkurangnya keteladanan para pemimpin.

 Pertahanan dan Keamanan


Dalam bidang pertahanan dan keamanan sudah ditata sistem. Pertahanan dan keamanan
rakyat semesta, doktrin Hankamrata serta diundangkannya UU No. 20 Tahun 1982 tentang
Pertahanan dan Keamanan Negara. Di sisi lain bangsa Indonesia mewarisi tradisi sebagai
bangsa pejuang yang merebut kemerdekaan dari penjajah merupakan sumber kekuatan.
Kelemahannya sishankamrata tersebut belum sepenuhnya terwujud. Kesadaran bela negara
belum memasyarakat. Sementara itu tingkat keamanan masyarakat masih terganggu dengan
makin meningkatnya kriminalitas.
Berpijak pada kekuatan dan kelemahan yang kita miliki menghadapi era globalisasi. Faktor
yang berpengaruh sangat dominan adalah perekonomian, khususnya perdagangan (trade)
untuk memperoleh keuntungan bagi kesejahteraan rakyat masing-masing negara. Semua
kegiatan atau upaya selalu dikaitkan dengan kepentingan ekonomi atau perdagangan. Kondisi
sekarang negara-negara maju menguasai sebagian besar modal, teknologi atau skill. Kondisi ini
sangat menguntungkan negara-negara maju dalam liberalisasi perdagangan dibandingkan
dengan negara-negara berkembang. Hal ini merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk
mensejajarkan diri dengan bangsa atau negara maju tersebut, melalui peningkatan tannas
Indonesia. Kunci dalam peningkatan tannas Indonesia itu adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia Indonesia menuju ke penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dilandasi oleh iman dan taqwa.
Di era kesejagatan ini pula, kita perlu memacu peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Dengan kondisi sekarang, kita sulit untuk hidup di dunia yang penuh persaingan ini. Kita tidak
bisa mengandalkan keunggulan komparatif yang kita miliki, tetapi harus mengandalkan
keunggulan kompetitif. Dengan kualitas sumber daya manusia yang unggul tersebut dapat
diciptakan berbagai lapangan kerja dan tidak kalah bersaing dengan bangsa lain, minimal di
kandang sendiri. Untuk itu, kita perlu investasi yang besar dalam dunia pendidikan dalam arti
yang luas. Bangsa yang maju pada umumnya adalah bangsa yang kualitas sumber daya
manusianya tinggi yang menguasai iptek, disiplin dan mempunyai etos kerja. Kita harus
mengarah ke situ jika mau mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa yang telah maju.

Kemudian pertahanan nasional Indonesia di era globalisasi harus mampu memberikan


jaminan, terhadap:
 Identitas dan integritas Nasional
 Eksistensi bangsa Indonesia dan negara kesatuan Republik Indonesia
 Tercapainya tujuan dan cita-cita Nasional

Untuk semua itu, bangsa Indonesia melakukan pembangunan nasional (Bangnas). Dalam
pembangunan nasional tersebut diupayakan dengan pendekatan tannas yang dilandasi oleh
Wasantara. Oleh karena itu pula, Wasantara sebagai wawasan dalam pembangunan
nasional.   
Penerapan pendekatan tannas dalam pembangunan nasional sejalan dengan kelemahan
dan kekuatan yang kita miliki seperti diutarakan maka diperlukan pengaturan dalam segenap
aspek kehidupan bangsa (Astagrata).

Aspek Trigatra
Dalam pengaturan aspek Trigatra yang perlu mendapat perhatian ialah :
 Pengaturan tata ruang wilayah nasional yang serasi antara kepentingan kesejahteraan
dan kepentingan keamanan. Keserasian ini sangat penting karena kita tidak mau
membayar risiko yang sangat besar apabila terjadi keadaan darurat perang atau
bencana. Sumber-sumber perekonomian dan permukiman harus dilindungi. Oleh
karena itu, dalam perencanaan pembangunan harus mempertimbangkan kepentingan
keamanan tersebut dalam arti luas, selain mempertimbangkan aspek kesejahteraan
untuk masyarakat luas.
 Pengelolaan sumber kekayaan alam dengan memperhatikan asas manfaat, daya saing
dan lestari serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Asas manfaat berkaitan dengan upaya pengelolaan sumber kekayaan alam itu, digunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Mempunyai daya saing berkaitan dengan “mutu”
yang tinggi standar sesuai dengan kebutuhan pasar dan pelayanan yang menyenangkan. Tanpa
mutu yang tinggi dan pelayanan yang prima produk kita tidak bisa bersaing di pasar
internasional di era kesejagatan ini. Selain itu pengelolaan sumber kekayaan alam kita
hendaknya tidak melihat keuntungan semu jangka pendek, tetapi juga melihat keuntungan
jangka panjang dengan memperhatikan kelestarian dalam pengelolaannya. Begitu pula hasil
pembangunan hendaknya mencerminkan pemerataan (keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia).

You might also like