You are on page 1of 11

KAPTEN BASKETBALL

BAB 5

“Dirgam makasih ya” ucap Luna saat turun dari atas motor Dirgam. Pria itu mengantarkannya
sampai keruma padahal Luna tadi meminta untuk di turunkan tidak jauh dari rumahnya tapi pria
itu memaksa ingin mengantarkan dirinya kerumah.

“Iya sama-sama, jadi ini rumah mu” balas Dirgam sambil melihat rumah lantai satu bercat
cream itu. Meskipun hanya berlantai satu tapi rumah di depannya terlihat besar dan juga rapi
taman depan rumahnya pun terlihat indah dengan tanaman hijau.

“Iya, jelek ya rumah ku” lirih Luna, alasan dia berbicara begitu tentu saja karena Dirgam pasti
berasal dari keluarga kaya. Tak mungkin pria itu bukan berasal dari keluarga yang berada
karena SMA TRISATYA dikenal dengan murid-muridnya yang tajir melintir istilahanya sekolah
para sultan.

“Nggak ah, bagus rumah mu tempatnya sejuk ad ataman kecil juga depan rumah, kapan-kapan
teman-teman boleh main kesini kan?” ucap Dirgam pada Luna.

“teman-teman?” Luna tak mengerti maksud ucapan Dirgam barusan.

“Iya teman-teman kita, nanti kalau kerja kelompok di rumahmu nggak pa-pa kan?” tanya Dirgam
meminta persetujuan.

“I..iya nggak pa-pa”

“mau mampir nggak?’ Luna menawari Dirgam mampir kerumahnya, karena dia tak enak sudah
di antar pulang tapi pria itu belum ia suruh masuk kerumahnya.
“Nggak ah lain kali aja, aku pulang dulu ya” Dirgam menolak, dia pamit pergi karena harus
sampai di rumah karena tadi Zayn bilang akan datang kerumahnya.

“beneran nggak mau mampir”

“lain kali aja, aku pulang dulu ya. Nanti ada yang marah kalau aku belum pulang” ucap Dirgam
dengan sedikit bercanda.

“sekali lagi makasih ya” Luna benar-benar berterimakasih dengan pria itu. Sungguh dia
bersyukur memiliki teman pria seperti Dirgam.

“Iya sama-sama. Aku pulang dulu” Dirgam langsung menyalakan mesin motornya kembali dan
dia menutup kaca helmnya. Ia melambaikan tangannya pada Luna sebelum menjalankan
motornya pergi meninggalkan depan rumah perempuan itu.

Luna melambaikan tangannya pada Dirgam yang sudah menjalankan motornya pergi dari
hadapannya saat ini. Setelah Dirgam agak jauh, dia langsung membuka pintu pagar rumahnya
itu tapi belum membukanya dia sudah di kagetkan oleh seseorang.

‘Hayo siapa tadi,”

“Ih abang ngagetin aja deh” tukas Luna saat melihat kakaknya yang sudah berdiri di depannya
itu.

“pacar kamu?” tanya Leo dengan tatapan mengintrogasi sang adik.

“Bukan, dia teman aku” jawab Luna.

“teman atau teman”


“teman abang, nggak percaya banget jadi orang. Udah ah minggir aku mau masuk”Luna
mendorong kakaknya agar minggir dan dia langsung masuk kedalam rumah.

“tuh anak, kamu kalau pacaran aku bilangin ayah kalau anak kesayangannya sudah pacaran”
seru Leo saat Luna berjalan melewatinya.

Luna sama sekali tak menggubris ucapan sang kakak, dia tetap berjalan masuk kedalam
rumahnya.

Leo sendiri langsung menutup pagar rumahnya kembali, ia bergegas menyusul Luna yang
sudah masuk kedalam.

………………….

Di rumah Dirgam Zayn berbaring malas di ranjang yang tidak ada pemiliknya itu, Dirgam sendiri
belum pulang kerumah entah kemana pria itu pergi.

Orang rumah Dirgam sudah mengenal Zayn dan mereka cukup dekat dengan pemuda itu
sehingga mengijinkan teman anaknya tersebut untuk masuk ke kamar.

Zayn menatap langit-langit kamar Dirgam, dia mengingat tadi dimana Dirgam yang tengah
membonceng anak baru di sekolah mereka.

“Apa mereka sedang pacaran saat ini, aku pulang saja kalau begitu” Zayn langsung bangkit dari
tidurannya, ia menyambar tasnya yang berada di meja kamar Dirgam.

Baru saja ia akan membuka pintu, pintu kamar itu sudah terbuka lebih dulu.

“Mau kemana?” sang pemilik kamar akirnya pulang juga. Dia tepat berdiri di depan Zayn yang
akan keluar.

“Pulang” jawab Zayn singkat.

“Pulang ngapain, aku sudah datang ngapain kau pulang” heran Dirgam sambil berjalan masuk
kedalam kamarnya.
“Aku pikir kau sedang jalan dengan anak baru itu” ucap Zayn masih berada di tempatnya.

“Siapa maksudmu?” tanya Dirgam sambil menaruh tas miliknya di sofa yang berada di dalam
kamarnya.

“Yang kau bonceng” Zayn berucap sambil menutup pintu. Ia mengurungkan niatnya untuk
pulang kerumah.

Dirgam tampak berpikir,

“Kau melihat ku tadi, kau ada dimana?” ucap Dirgam setelah mengingat siapa yang di maksud
Zayn.

“Di mobil” jawab Zayn sambil mendudukkan dirinya di kasur Dirgam.

“Kenapa nggak nyapa”

“Takut ganggu”

“Kau pacaran dengan anak baru cupu itu?” tanya Zayn sambil menatap Dirgam.

“Dia punya nama, namanya Luna dan dia bukan pacarku”

“Bukan pacar tapi seperti pacar” cibir Zayn.

“Aku serius, dia bukan pacarku. Diteman sekelas ku saja”

“Tapi kau suka”


“Nggak,” elak Dirgam.

“Tidak mungkin seorang Dirgam baik pada orang kalau dia tidak menyukainya”

“Aku benar-benar tidak menyukai Luna, dia temanku. Kenapa kau bertanya seperti itu? Jangan
bilang kau suka dengan Luna kan” ucap Dirgam sambil berdiri menghampiri Zayn.

“bagaimana aku bisa suka dengannya, aku saja tidak mengenalnya. Aneh..” sinis Zayn.

“Masa kau tidak mengenalnya, tapi aku dengar desas desus di sekolah kau jadi pahlawan
kesiangan untuknya. Yakin nggak kenal” ledek Dirgam sambil menatap Zayn.

“Pahlawan kesiangan dari hongkong, kau kalau jadi aku pasti akan melakukan hal yang sama”
sinis Zayn.

“Sudahlah tidak usah membahas anak baru itu, kalau kau tidak mengakui dia sebagai pacarmu
juga bukan urusanku. Aku numpang tidur di sini” lanjut Zayn dan langsung memejamkan
matanya.

“berapa kali aku bilang dia bukan pacarku, aku malah ingin dia pacaran denganmu” ucap
Dirgam sambil menatap Zayn. Tapi pria itu sama sekali tak menanggapinya dan malah tidur
mengabaikan dirinya yang tengah bicara.

“Hei, aku serius. Kau bilang belum mengenal Luna kan, mau aku kenalkan dia sepertinya cocok
denganmu” Dirgam menendang pelan kaki Zayn yang menggantung.

“Berisik” desis Zayn tanpa melihat Dirgam.

“Menyebalkan” umpat Dirgam. Pemuda itu yang tak di tanggapi oleh Zayn langsung keluar dari
dalam kamarnya tapi sebelum benar-benar pergi dia bicara dengan Zayn.
“Kau mau jus jeruk?” ucap Dirgam sambil memegang gagang pintu menawarkan jus jeruk pada
sahabatnya itu.

“Hmm” Zayn hanya berdehem saja menanggapi hal itu.

“Dasar, kalau bukan sahabatku sudah aku tendang dirimu” kesal Dirgam, ia menutup pintu
kamarnya dengan sedikit keras.

Mendengar itu Zayn mendongak melihat pintu kamar yang sudah tertutup, dia abai begitu saja
dan kembali berbaring. Pikirannya suntuk saat ini, jadi ia lebih baik berada di rumah temannya
daripada di rumahnya sendiri yang begitu sepi. Rumah tapi tidak seperti rumah, rumah yang
selalu sepi dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ia kalau tidak memikirkan adiknya
lebih baik memilih menyewa rumah atau kos seperti teman-temannya.

…………………….

Hujan deras mengguyur dari semalam, bahkan pagi pun masih diguyur oleh hujan. Mentari
yang biasanya sudah menampakkan sinarnya kini tertutup awan mendung, lantai sekolah
berubah menjadi motif coklat.

Hujan yang tak kunjung reda menyebabkan para siswa datang ke sekolah sedikit terlambat
beberapa dari mereka membawa payung serta ada murid yang biasanya pergi ke sekolah
hanya menggunakan kendaraan umum kini terpaksa harus di antar.

Begitu juga dengan Kiran, dia di antar ke sekolah oleh abangnya.

“makasih ya bang, assalamualaikum” Luna langsung turun dari dalam mobil setelah mencium
tangan kakaknya.

“Walaikumsalam, sekolah yang pinter jangan pacar- pacaran” ucap Leo berseru agar adiknya
mendengar.

“Berisik” tukas Luna menatap sinis kakaknya. Ia langsung berlari dengan hati-hati menuju
koridor sekolah sangking licinnya koridor itu karena terkena air hujan ditambah sepatunya yang
sepertinya tak sesuai di gunakan membuatnya tergelincir. Ia yang sudah siap untuk terjatuh ke
lantai memejamkan mata dengan pasrah.

Tapi sekian detik kemudian, pantatnya tak terasa sakit dan dirinya seperti mengambang di
udara.

“mau sampai kapan begini?” suara datar membuat Luna seketika langsung membuka
matanya.tepat di depan matanya pria yang beberapa waktu lalu menolongnya kini menolongnya
lagi.

Buru-buru Luna langsung menegapkan tubuhnya sebelum para bala-bala pria itu melihatnya
bisa-bisa ia akan di bully lagi seperti waktu itu.

Saat Luna sudah berdiri tegap kembali Zayn langsung berjalan begitu saja melewati Luna.

“Makasih” ucap Luna saat pria itu melangkah melewati dirinya.

Zayn diam saja, dia masih terus berjalan meninggalkan perempuan tersebut yang sepertinya
tampak menggerutu.

“Dasar nyebelin, kok ada manusia begitu” gerutu Luna dan dia sendiri langsung pergi menuju
kelasnya.

“Untung saja aku nggak sekelas sama dia, kok bisa ya Dirgam yang baik ramah begitu punya
sahabat seperti manusia es” Luna berjalan sambil terus menggumam kesal soal Zayn yang
sama sekali tak merespon ucapannya tadi.

Seminggu ia bersekolah di tempat barunya ini, hari-harinya penuh lika-liku. Dirinya harus
bermasalah dengan tiga keong racun dan selalu saja ia menjadi sasaran mereka. Apalagi
sekarang perbuatan mereka semakin keterlaluan semenjak dirinya melawan waktu itu habisnya
ia sudah hilang kesabaran. Dia pikir dengan melawan mereka akan menyudahi apa yang
mereka lakukan ternyata malah semakin menjadi, untuk saja Dirgam sering menolongnya kalau
tidak ada Dirga dan kedua temannya yang lain entah bagaimana nasibnya.

“Hai..” sapa Luna pada kedua temannya yang ternyata sudah ada di dalam kelas. Mereka
berdua tampak kedinginan dengan memasukkan tangan mereka kedalam jaket.
“Hai,” sapa mereka balik.

“Dingin banget ya hari ini hujan dari semalam nggak berhenti-berhenti” ucap Keisha sambil
sesekali menggigil.

“Luna kamu nggak kedingininan” tanya Bunga.

“Dingin sih tapi nggak terlalu”

“masa sih, kita aja kedinginan. Coba kalau nggak ada pelajarannya bu Tari, aku sudah bolos
sekolah mending tidur di rumah selimutan daripada kedinginan begini”pungkas Keisha.

“Kamu kerjaannya tidur melulu” tukas bunga.

“ya ngapain kalau nggak tidur hujan-hujan begini, ini lagi kelas kok masih sepi-sepi amat apa
mereka pada nggak sekolah ya” ucap Keisha sambil melihat suasana kelas yang masih sepi
hanya ada beberapa siswa yang sudah berada di dalam kelas saat ini.

“Kamu kayak nggak tahu aja anak di kelas kita bagaimana, anaknya males-males semua”
timpal Bunga.

Luna yang mendengar percakapan kedua temannya itu hanya tersenyum tipis saja, dia
mendudukkan dirinya di tempat duduknya saat ini.

Sedangkan Keisha dan Bunga yang duduk di bari ke dua sebelah bangku Luna sibuk berbicara
sendiri.

………………..

Luna sedang berada di kantin bersama dengan kedua temannya, Bunga dan Keisha, mereka
menghabiskan jam istirahat mereka untuk mengisi perut mereka saat ini.
Ketiganya bersorak senang saat pesanan mereka sudah datang, tiga porsi bakso dan juga es
teh. Menu favorit mereka di kantin, karena bakso pak Jali terkenal enak se sekolah mereka.

“Selamat makan” ucap Luna bersemangat. Di saat mereka bertiga akan melahap makanan
mereka tiga biang kerok tiba-tiba saja datang dan menggebrak meja mereka saat ini.

Sontak ketiga orang itu langsung melihat ketiga biang kerok yang datang-datang mengganggu
mereka.

“Apaan sih, ganggu aja deh” tukas Keisha yang kesal dengan ulah Citra and the geng.

“kalian minggir ini tempat kita” usir Citra dan kedua temannya.

“Enak aja, kita yang datang duluan ya” Bunga dan juga Keisha tak terima saat mereka di suruh
pergi.

“terserah mau kalian yang duluan atau kita yang duluan. Ini tetap jadi tempat kita” ucap Sasa
teman dari Citra.

“buruan pergi sana, hey kutu buku ajak teman-temanmu buat pergi dari sini” ucapnya lagi
menyuruh Luna mengajak kedua temannya pergi.

“Kenapa kita yang harus pergi, sekolah ini bukan milik kalian dan tempat ini tempat umum jadi
bebas dong kita di sini” Luna membuka suaranya menatap ketiga orang itu dengan tatapan
berani.

“kau berani dengan kita ya, kau tidak kapok dengan apa yang kita lakukan padamu” ucap Heni
teman Citra yang satunya.

“Nggak, kenapa aku harus kapok.” Jawab Luna.


“Wah kutu buku mulai berani sama kita Cit” ucap Sasa memanasi Citra.

“Kalian bertiga buruan pergi sebelum kesabaranku habis” ancam Citra menatap ketiga orang
yang masih duduk santai di tempat.

“kalau kita nggak mau kalian mau apa” tantang Keisha.

Mereka berenam sudah menjadi tontonan orang-orang di kantin karena tidak ada yang mau
mengalah. Malah beberapa dari mereka berbisik taruhan siapa yang akan terusir dari tempat
itu.

“Wah Cit, mereka nantang kita” ucap heni.

“Kita bukannya nantang, tapi kita yang duluan duduk di sini. Lagian tempat duduk masih banyak
kenapa kalian ganggu kita sih” ucap Bunga menatap tak senang kearah Citra and the geng.

“ya karena ini tempat favorit kita, kau mau apa. Udah deh buruan minggir sana” kesal Citra
yang sudah mulai habis kesabarannya.

“kalian melawan Citra berarti kalian melawan Zayn, kalian lupa sekolah ini milik siapa” ucap
heni.

“Apa hubungannya dengan Zayn, hello kau masih ngaku-ngaku pacar Zayn, Zayn aja nggak
ngagap dirimu tuh” ucap Keisha.

“kata siapa? Zayn memang pacarku, kau jangan sok tahu ya” Citra mendekati Keisha dan
menatap tajam perempuan itu. Keisha yang memang memiliki iwa pemberani tentu saja tidak
takut. Dia langsung berdiri dari duduknya menantang Citra.

“Kata ku lah, anak-anak yang lain juga tahu kali kalau kau tidak ada hubungan dengan Zayn,
kau saja yang mengaku-ngaku” Keisha semakin berani membuat Citra marah.
Dia langsung menarik rambut Keisha,

“Wah kau main kekerasan, oke” Keisha juga langsung menarik rambut Citra mereka malah jadi
bertengkar.

Luna yang melihat itu mencoba untuk memisahkan keduanya, dia melepaskan paksa tangan
Citra dan mendorong Citra hingga terjatuh

“Citra..” seru dua cecunguk Citra.

Citra yang teratu ke lantai emosi, dia langsung bangkit dan menarik rambut Luna.

“kau berani dengan ku kutu buku, kau berani” ucapnya sambil menarik rambut Luna.

Bunga dan juga Keisha mencoba membantu Luna tapi dua orang teman Citra mengalanginya.
Teman-teman mereka yang lain hanya melihat saja pertengkaran itu.

Luna berusaha melepaskan dirinya dan dia mencoba melawan. Ia yang susa terlepas langsung
menggigit tangan Citra, bodo amat dia tak perduli tangan perempuan itu cedera atau apa sala
sendiri jahat terhadapnya.

Citra langsung kesakitan, ia mendorong kuat Luna agar melepas gigitannya. Luna yang
terdorong kuat langsung menabrak seseorang sehingga membuatnya berada di pelukan orang
yang tak terduga.

You might also like