You are on page 1of 5

GEJOLAK HATI SANG KAPTEN

BAB 64

Kiran pulang mengajar bersama dengan Mia, ia mengajak Mia untuk ke asramanya nanti. Tapi
sebelum ke asrama dia mampir di sebuah Café untuk menemui Ifa yang kebetulan berada di
Jakarta. Kiran sendiri tadi sedikit kaget saat mengubungi kekasih adiknya itu yang tengah
berada di Jakarta berarti Kevin tak tahu kalau kekasihnya ada di Ibu Kota.

“Jadi ke Café? Apa ke Asrama kamu dulu?” tanya Mia yang mengemudikan mobilnya saat ini.

“Ke café aja dulu, soalnya Ifa sudah nunggu di sana” jawab Kiran sambil mengecek ponselnya
yang ada pesan dari Ifa.

“Ifa? Tunangan Kevin namanya Ifa?” ucap Mia yang tak tahu siapa nama tunangan adik
temannya itu. Karena Kiran hanya bilang ingin menemui tunangan adiknya.

“Iya namanya Ifa”

“Oh oke, Café depan situ kan katamu tadi” ucap Mia sambil menatap kedepan.

“Iya, Kafe yang sering kita datangi sama teman-teman “ jawab Kiran.

Mia mengerti dan dia sedikit menaikan laju mobilnya saat ini.

Tak butuh waktu lama mereka sudah tiba di Café yang Kiran maksud tadi, benar saja Ifa sudah
menunggu di sana seorang diri ditemani segelas jus jeruk di depannya.
“Ifa maaf ya aku telat” ucap Kiran saat sudah berada di depan Ifa.

“Iya nggak pa-pa mbak” jawab Ifa, “duduk mbak” ucap perempuan itu lagi mempersilahkan
Kiran dan juga Mia duduk.

“Mm, maaf ya fa mbak ganggu kamu” ucap Kiran meminta maaf takut dia mengganggu
kesibukan perempuan di depannya.

“Iya mbak santai saja aku lagi nggak sibuk kok, kenapa harus minta maaf”

“Eh mbak Kiran sama mbak..” ucapan Ifa menggantung karena dia belum tahu nama dari teman
kakak iparnya itu.

“Mia.” Sahut Mia.

“Iya Mbak Mia sama Mbak Kiran mau pesan apa? Biar aku pesanin” ucap Ifa pada kedua
perempuan tersebut.

“Samain aja sama pesanan kamu juga nggak pa-pa” ucap Kiran dan juga Mia.

“benaran nggak pa-pa mbak?” tanya Ifa.

“Iya nggak pa-pa”

“ya sudah mbak aku pesankan dulu kalau begitu” Ifa langsung berdiri dari duduknya,
perempuan bergamis hijau army itu berjalan menuju kasir untuk memesan lagi.

“Kamu serius dia tomboy, tapi nggak ada tomboy-tomboynya lembut begitu” ucap Mia saat
melihat penampilan Ifa. Perempuan itu tidak seperti yang Kiran katakan.
“Iya dia sudah berubah. Tapi dia masih suka bela diri kok, dia pinter takwondo tahu, jago naik
motor gede juga” ucap Kiran menceritakan soal Ifa.

“Oh gitu,”

Ifa sudah kembali ketempatnya, dia duduk di depan Kiran. Rasa penasaran menderap dirinya
tak biasanya kakak dari Kevin mengajaknya bertemu untuk bicara. Apa ini menyangkut
hubungannya dengan Kevin,batin Ifa.

“Maaf ya mbak sebelumnya, mbak Kiran mau bicara soal hubungan aku sama Kevin ya?” tebak
Ifa.

Kiran langsung melihat kearah perempuan tersebut.

“Hehehhe, iya” Kiran langsung nyengir.

“Kamu sama Kevin sebenarnya kenapa sih, mbak dengar kamu batalin pertunangan sama dia?
Misalnya kalau ada masalah di omongin baik-baik jangan langsung mutusin begitu” ucap Kiran
lagi.

Ifa diam sejenak.

“Sebenarnya aku sudah ngomong baik-baik sama Kevin, tapi Kevinnya masih sama mbak.
Malah dia lebih parah, dia mukulin rekan bisnis aku sampai babak belur terus masuk rumah
sakit”

“APA?” Kiran yang mendengar itu refleks menutup mulutnya. Dia terkejut mendengar hal itu,
sungguh ia tak percaya Kevin memukuli teman Ifa.

“Kok bisa, kenapa dia mukulin teman kamu?”

“Ya aku juga sih yang salah mbak nggak jelasin sama dia, mbak Kiran jangan marah sama dia
ya. Aku ketemuan sama temanku perempuan dan di sana juga ada dua orang temanku laki-laki,
kita berempat rekan bisnis mbak. Nah, temanku laki-laki ini pergi sama temanku yang
perempuan mbak buat ambil proposal yang ketinggalan di rumah. Terus aku nggak tahu tiba-
tiba Kevin muncul di Café yang sama tempat aku dan ketiga temanku rundingan masalah
bisnis. Dia datang-datang langsung marah dan memukuli teman laki-laki yang bersamaku.
Kevin sudah aku jelaskan tapi dia tetap tidak mendengarkan mbak. Dia mukulin temanku
hingga babak belur, dan untungnya dia tidak melaporkan Kevin. Kalau Kevin sampai di laporkan
bisa-bisa dia kena kode etik mbak.Kevin terlalu emosi dan aku tidak bisa mempertahankan
hubungan yang toxic mbak. Dia terlalu posesif menurutku” Ifa tidak menutupi semuanya. Dia
berkata jujur sambil sesekali menunduk sebenarnya dia sedih harus membatalkan
pertunangannya dengan Kevin tapi mau bagaimana lagi. Kevin sudah keterlaluan, ini bukan
pertama kalinya Kevin murka dan ini yang lebih parah sampai membuat orang luka-luka.

“Yaampun Kevin, aku nggak nyangka dia begitu. Anak itu memang keterlaluan, bisa-bisanya dia
begitu. Cemburu boleh tapi jangan bodoh” mendengar hal tersebut Kiran begitu syok. Ia tak
menyangka adiknya kalau sudah jatuh cinta dan cemburu cukup bodoh.

“Aku benar-benar minta maaf mba, aku..aku nggak bermaksud jelekin Kevin”

“Iya nggak pa-pa, jadi keputusan kamu batalin pertunangan.?”

“Sebenarnya aku berat mbak buat batalin pertunangan, pertama aku cuman pengen ngancem
Kevin biar dia berubah tapi dia malah langsung batalin gitu aja sambil emosi. Bahkan dia juga
langsung nelpon bunda mbak Kiran bilang mau batalin pertunangan itu. Padahal aku belum
bilang sama sekali sama orang tua aku soal masalah ini”

Mendengar itu Kiran menghela nafas panjang, masalah adiknya begitu rumit dan Kevin terlalu
emosi dalam memutuskan. Itulah tidak baik mengambil keputusan dia saat diri tengah di kuasai
oleh belenggu emosi.

“Mbak Minta maaf sama kamu soal sifat Kevin yang keterlaluan ya, tolong kamu beri
kesempatan Kevin. Jangan batalin pertunangan kalian ya, Kevin cinta banget sama kamu,
mbak bakal nasehatin dia biar minta maaf sama kamu dan biar dia mau berubah. Mbak mohon
beri Kevin kesempatan ya, mbak bantu biar hubungan kalian balik lagi. Bunda mbak nggak
setuju kalian batalin gitu aja, beri Kevin kesempatan ya” ucap Kiran sambil memegang tangan
Ifa yang berada di atas meja, ia sedikit memohon pada perempuan itu agar memaafkan
adiknya. Dia juga akan membantu hubungan mereka agar baik kembali.
Ifa diam ia tampak memikirkannya, berselang beberapa menit dia mengangguk. Ia akan
memberikan kesempatan kedua pada Kevin agar berubah menjadi lebih baik lagi kedepannya.

“terimakasih ya kamu sudah mau kasih kesempatan buat Kevin” ucap Kiran menggenggam
tangan Ifa. Kevin harus memberikan imbalan padanya ini, karena dia berhasil membujuk Ifa
agar memberikan dia kesempatan.

Dan ia juga harus memarahi adiknya itu, bisa-bisanya dia punya sifat emosional. Jelas-jelas di
depan keluarga dia tidak seperti itu ternyata di belakang begitu menghanyutkan, Kiran geram
sendiri dengan sikap adiknya tersebut. Secemburunya Cakra untuk suaminya masih bisa
berpikir logis dan mengontrol emosi berbeda dengan Kevin, benar-benar adiknya itu. Berkali-
kali Kiran terus memaki sang adik di dalam hatinya.

…………………………..

You might also like