You are on page 1of 8

MAKALAH PRAKTEK ZISWAF DI NEGARA MUSLIM

ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT (BAZ, LAZ, OPZ, dan UPZ) PROFIL LEMBAGA

Dosen pengampu : Umar Albaar, S.E,. M.E

OLEH :
KELOMPOK 1
1. NINGSIH B. MACHMUD (19148079)
2. MIRNA SARI (19148006)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TERNATE

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“ORGANISASI PENGELOA ZAKAT (BAZ, LAZ, OPZ (UPZ))”. Adapun tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah PRAKTIK
ZISWAF DI NEGARA MUSLIM.
Pemakalah mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung
dan membantu dalam penulisan makalah ini. Pemakalah menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini di masa
mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah khususnya dan bagi
para pembaca. Semoga Allah SWT selalu memberi petunjuk untuk kebaikan kita
bersama. Amiin ya Rabbal ‘Alamiin.
DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................
Daftar isi..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.............................................................................................
B. Rumusan masalah.......................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Organisasi pengelola zakat (OPZ)...............................................................
B. Badan amil zakat (BAZ)...............................................................................
C. Lembaga amil zakat (LAZ)...........................................................................
D. Unit pengelola zakat (UPZ)..........................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut sejarahnya pengelolaan zakat di negara Indonesia sebelum
tahun 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang
mendasar. Pada tahun 90-an belum adanya standar dan peraturan yang jelas
dari pemerintah. Pengelola zakat pada saat itu masih terbatas hanya pada
zakat fitrah dan zakat yang diberikan pada umumnya hanya bersifat konsumtif
dan sesaat saja. setelah tahun 90-an sampai dengan saat ini, pengelolaan
zakat telah diatur melalui UU No.38/1999 tentang pengelolaan zakat dengan
keputusan menteri agama (KMK) No.581/1999 dan keputusan dirjend
bimbingan masyarakat islam dan urusan haji No. D/291 tahun 2000 tetang
pedoman teknis pengelolaan zakat. Selanjutnya pemerintah telah
mengeluarkan UU No.36 tahun 2008 tentang zakat yang terbaru pemerintah
mengeluarkan peraturan pemerintah repoblik Indonesia No.14 tahun 2014
tentang pelaksanaan undang-undang No.23 tahun 2011 tentang pengelola
zakat.
OPZ merupakan lembaga intermidiasi bersifat nirlaba. Terdiri dari
badan amil zakat (BAZ) yang dikelola negara dann lembaga amil zakat (LAZ)
yang dibentuk masyarakat bertugas membantu pengumpulan, pendistribuan,
dan pendayagunaan zakat.
Organisasi pengelola zakat (OPZ) beberapa tahun terakhir menjadi
organisasi yang mengalami perkembangan pesat baik secara kuantitas yaitu
jumlah yang semakin banyak dan beragam maupun secara kualitas yaityu
kualitas kelembagaan yang semakin baik. Hal tersebut disebabkan oleh
kepercayaan masyarakat kepada OPZ semakin terlihat yaitu mempercayakan
atau menitipkan dana zakatnya kepada OPZ.
Di Indonesia terdapat dua kelembagaan pengelola zakat yang diakui
pemerintah, yaitu badan amil zakat nasional (BAZNAS) dan lembaga amil
zakat nasional (LAZNAS).

B. Rumusan masalah
a. Apa itu organisasi pengelola zakat (OPZ) ?
b. Apa yang dimaksud dengan BAZ ?
c. Apa itu lembaga amil zakat (LAZ) ?
d. Apa yang dimaksud dengan UPZ ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui organisasi pengelola zakat (OPZ)?
2. Untuk mengetahui apa itu BAZ?
3. Untuk mengetahui lembaga amil zakat (LAZ)?
4. Untuk mengetahui apa itu UPZ)?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Organisai pengelola zakat OPZ
Organisasi pengelola zakat (OPZ) adalah organisasi yang diberi
kewenangan atau ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola dana
masyarakat. Terdapat beberapa regulasi yang mendasari pengelolaan zakat
oleh OPZ diantaranya undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat di Indonesia. Yang dimaksud dengan organisasi
pengelolaan zakat (OPZ) adalah :
1. OPZ berbasis pemerintah yaitu badan amil zakat nasional
(BAZNAS) ditingkat pusat, provinsi, kota, dan kabupaten.
2. OPZ berbasis masyarakat yaitu lembaga amil zakat (LAZ) yaitu
LAZNAS dan LAZDA.

B. Badan amil zakat (BAZ)


Badan amil zakat adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh
pemerintah, yang terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas
Menghimpun, mendistribusikan, dan pendayagunaan zakat sesuai dengan
ketentuan agama. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan sebagai salah
satu lembaga pemerintah non struktural yang bertugas menerima, mengelola, dan
mendistribusikan zakat serta bertanggung jawab kepada pemerintah secara
langsung sesuai dengan tingkatnya. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah
organisasi yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8
Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat,
infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. BAZNAS bersama Pemerintah
bertanggung jawab untuk mengawal
pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah,kemanfaatan,
keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas (baznas.go.id). BAZNAS
merupakan organisasinonlaba yang kegiatan operasinya tidak berorientasi pada
laba, karena organisasi seperti ini lebih mengarah pada kegiatan sosial keagamaan.
C. Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Menurut Sudirman, Lembaga Amil Zakat merupakan institusi pengelola zakat
yang dibentuk oleh masyarakat sehingga tidak memiliki afiliasi dengan Badan Amil
Zakat, yang notabene dibentuk atas prakarsa pemerintah. Hampir sama dengan
dengan definisi di atas, Noor Aflah menyatakan bahwa LAZ ialah organisasi yang
berbentuk badan hukum yang bertugas melakukan penerimaan, pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Sedangkan secara yuridis, definisi LAZ
dapat ditemukan dalam penjelasan Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 38
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat mendefinisikan Lembaga amil zakat sebagai
institusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat
dan oleh masyarakat. Pasca perubahan Undang-Undang pengelolaan zakat, definisi
LAZ disebutkan secara eksplisit dan rinci dalam Pasal 1 poin 8 UndangUndang
Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yang menyatakan bahwa
Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga yang dibentuk
masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat. Berdasarkan definisi ini, apabila dilihat dari organ yang
membentuknya, LAZ merupakan institusi yang bersifat infrastruktur, karena ia
terbentuk atas prakarsa dari masyarakat.
Hanya Lembaga Amil Zakat yang telah dikukuhkan oleh pemerintah saja yang
diakui bukti setoran zakatnya sebagai pengurang penghasilan kenapajak dari
muzakki yang membayar dananya. Bentuk badan hukum untuk Lembaga Amil
Zakat, yaitu yayasan, karena Lembaga Amil Zakat termasuk organisasi nirlaba, dan
badan hukum yayasan dalam melakukan kegiatannya tidak berorientasi untuk
memupuk laba.
D. Unit pengelola zakat (UPZ)
Unit pengumpulan zakat (UPZ) adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh
badan amil zakat nasional (BAZNAS) disemua tingkatan. Denbgban tugas
mengumpulkan zakat untuk melayani muzakki, yang berada padas desa dan
kelurahan, instansi-instansi pemerintah dan swasta, baik dan negeri maupun luar
negeri.
Manfaat menjadi UPZ BAZNAS :
1. Legalitas
2. Standarisasi kualitas
3. Optimalisasi pelayanan
4. Berkualitas dan berkembang
5. Bagian darin jaringan zakat nasional
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpilkan bahwa:
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan sebagai salah satu
lembaga pemerintah non struktural yang bertugas menerima, mengelola, dan
mendistribusikan zakat serta bertanggung jawab kepada pemerintah secara
langsung sesuai dengan tingkatnya. Menurut Sudirman, Lembaga Amil Zakat
merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat sehingga
tidak memiliki afiliasi dengan Badan Amil Zakat, yang notabene dibentuk atas
prakarsa pemerintah. LAZ dengan BAZ memiliki peran dan kedudukan yang
sama, yaitu membantu pemerintah mengelola zakat. Keduanya berdiri sendiri
dalam melakukan aset zakat. Keberadaan LAZ maupun BAZ harus mampu
mewujudkan tujuan besar dilaksanakannya pengelolaan zakat, seperti
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penunaian zakat, meningkatkan
fungsi pranata keagamaan untuk mewujudkan ke sejah teraanmasya rakat
dan keadilan sosial, serta meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. UU
23 Tahun 2011 secara tegas menjabarkan bahwa dua tujuan pengelolaan
zakat di Indonesia adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelayanan dalam pengelolaan zakat dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan penang-gulangan kemisinan. Artinya, pengelolaan zakat
harus senantiasa dikaitkan dengan agenda peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Untuk itu, penting bagi
BAZNAS agar dapat membangun koordinasi dan sinergi dengan seluruh
Kementerian/Lembaga non Kementerian terkait di bidang pengentasan
kemiskinan dan pengurangan kesenjangan sosial. Bahwasanya, dalam
agenda ini, tidak semestinya BAZNAS hanya bekerja sendiri atau hanya
dengan melibatkan BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ,
namun juga perlu melibatkan seluruh institusi pemerintah dalam agenda
tersebut.
1. Diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaa
Zakat dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Organisasi
Pengelola Zakat (OPZ) terdiri dari BAZNAS dan LAZ
2. OPZ melaksanakan peran intermediasi zakat yaitu penghimpunan dan
penyaluran dan pendayaguanaan zakat.
3. Bidang program penyaluran terdiri dari Bidang kesehatan, ekonomi, dakwah,
Pendidikan, kepedulian kemanusiaan.
4. LAZ dapat digolongkan berdasarkan sejarah dan basisnya yaitu (1) LAZ
berbasis masjid, (2) LAZ berbasis ormas, (3) LAZ berbasis perusahaan dan
(4) LAZ berbasis lembaga zakat.
DAFTAR PUSTAKA

Fakhruddin. (2008). Manajemen Zakat di Indonesia. Malang : UIN-Malang


Press
Fathony, A. (2018). Optimalisasi Peran dan Fungsi Lembaga Amil Zakat
dalam Menjalankan Fungsi Sosial. Hakam, 2(1), 1–32.
Hasan, Sudirman. (2007). Zakat dalam pusaran arus modernitas. Malang :
UIN-Maliki Press
Nasir, Mohd dan Efri Syamsul Bahri. (2016). Rencana Strategis Zakat
Nasional. Jakarta : BAZNASRamadhita, R. (2012). Optimalisasi
Peran Lembaga Amil Zakat Dalam Kehidupan Sosial. Jurisdictie, 24–
34.
Noor, Aflah (2009). Arsitektur Zakat Indonesia Dilengkapi Kode Etik Amil
Zakat Indonesia. Jakarta: UI-Press
Ramadhita, R. (2012). Optimalisasi Peran Lembaga Amil Zakat Dalam
Kehidupan Sosial. Jurisdictie, 24–34.
Soemitra, Andri. (2009). Bank dan Lembaga Keuaga Syariah. Jakarta :
Kencana.

You might also like