Professional Documents
Culture Documents
Man - Logistik Tugas 2
Man - Logistik Tugas 2
Oleh:
ISNA AYUNINGSIH
NIM : D031171316
TEKNIK PERKAPALAN (B)
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah
memberikan limpahan rahmat dan sayang-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan pembuatan makalah ilmiah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
mengemban risalah islam dan menuntun jalan umatnya menuju jalan kebenaran.
Penulis menyadari bahwa selama proses pembuatan makalah ilmiah ini,
penulis banyak menemui hambatan. Upaya dan dukungan dari berbagai pihak
sangat membantu penulis dalam hal ini, sehingga makalah ilmiah ini dapat
terselesaikan. Untuk itu secara khusus penulis mengucapkan terimakasih
setulustulusnya kepada:
Isna Ayuningsih
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................
iii
ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 6
C. Tujuan .......................................................................................................... 6
D. Manfaat ........................................................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 7
A. Pembangunan Ekonomi ............................................................................... 7
B. Investasi ....................................................................................................... 8
C. Pertumbuhan Ekonomi ................................................................................ 9
D. Infrastruktur .................................................................................................
10
E. Kerangka Berpikir .......................................................................................
12
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................
13
A. Jenis dan Sumber Data.................................................................................
13
B. Metode Pengumpulan Data..........................................................................
13
C. Variabel........................................................................................................
13
D. Metode Analisis ...........................................................................................
13
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................
15
A. Rencana Pembangunan Tol Laut Indonesia ................................................
15
B. Implementation gap Pembangunan Tol Laut Indonesia ..............................
33
BAB V PENUTUP ................................................................................................
37
A. Kesimpulan ..................................................................................................
37
iii
B. Saran ............................................................................................................
37
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
38
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................
Gambar 1.1 Rute Pelayaran Internasional...............................................................2
Gambar 1.2 Ketimpangan Sebaran Galangan Kapal Nasional...............................4
Gambar 4.1 Potensi dan Produksi Perikanan Tangkap Indonesia........................16
Gambar 4.2 Peta Sumber Daya Mineral...............................................................16
Gambar 4.3 Potensi Wisata Bahari.......................................................................17
Gambar 4.4 Peta Kemiskinan Masyarakat Pesisir................................................17
Gambar 4.5 24 Pelabuhan Strategis Pendukung Tol Laut....................................18
Gambar 4.6 Integrasi Jaringan Pelayaran Lokal dan Nasional.............................25
Gambar 4.7 Alternatif Rute 1................................................................................25
Gambar 4.8 Alternatif Rute 2................................................................................26
Gambar 4.9 Alternatif Rute 3................................................................................27
Gambar 4.10 Alternatif Rute 4..............................................................................28
Gambar 4.11 Alternatif Rute 5..............................................................................29
Gambar 4.12 Alternatif Rute 6..............................................................................30
Gambar 4.13 Alternatif Rute 7..............................................................................31
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) di Indonesia ....................... 5
Tabel 4.1 Identifikasi Pendanaan Pembangunan Tol Laut di Indonesia ...............
19
Tabel 4.2 Ruas, Jarak, dan Potensi Muatan Alternatif Pelayaran 1 ......................
26
Tabel 4.3 Ruas, Jarak, dan Potensi Muatan Alternatif Pelayaran 2 ......................
27
Tabel 4.4 Ruas, Jarak, dan Potensi Muatan Alternatif Pelayaran 3 ......................
28
Tabel 4.5 Ruas, Jarak, dan Potensi Muatan Alternatif Pelayaran 4 ......................
29
iv
Tabel 4.6 Ruas, Jarak, dan Potensi Muatan Alternatif Pelayaran 5 ......................
30
Tabel 4.7 Ruas, Jarak, dan Potensi Muatan Alternatif Pelayaran 6 ......................
31 Tabel 4.8 Ruas, Jarak, dan Potensi Muatan Alternatif Pelayaran
7 ...................... 32
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kementerian Bappenas mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara
kepulauan yang memiliki wilayah laut terluas serta memiliki garis pantai
terpanjang kedua di dunia. Indonesia juga memiliki wilayah perairan yang kaya
dengan potensi cadangan energi, potensi perikanan, potensi pariwisata bahari,
serta memiliki jalur pelayaran strategis yang dapat dimanfaatkan sebagai basis
pengembangan kekuatan geopolitik, ekonomi, dan budaya bahari. Untuk itu
Indonesia membutuhkan terobosan baru guna memanfaatkan potensi wilayahnya.
Terobosan berupa pengembangan konsep tol laut melalui elaborasi perencanaan
trayek angkutan laut, subsidi angkutan laut, revitalisasi pelayaran rakyat, dan
pengembangan industri berbasis komoditi wilayah, menjadi hal yang penting
untuk direalisasikan.
Dari sisi ekonomi, pengembangan infrastruktur laut yang memadai akan
menciptakan adanya konektivitas antar pulau di Indonesia dari ujung barat sampai
ujung timur. Melalui konektivitas tersebut maka diharapkan akan mampu
membuat adanya distribusi barang, jasa, dan faktor-faktor produksi menjadi lebih
mudah. Ini sangat penting karena melalui infrastruktur tersebut diharapkan
Indonesia dapat meraih keuntungan dari modalitas maritim untuk mengakselerasi
pertumbuhan di berbagai kawasan di Indonesia (khususnya kawasan timur
Indonesia) dan membangun daya saing kemaritiman (Prihartono,2015).
Selain berguna sebagai sarana konektivitas antar pulau, keberadaan tol laut
yang mulai dibangun diharapkan juga dapat berkontribusi terhadap trend
perekonomian dunia saat ini yang mengacu pada terciptanya pasar tunggal melalui
adanya globalisasi. Karena Indonesia memiliki laut yang luas, kemungkinan besar
nantinya akan dilewati oleh kapal-kapal asing yang membawa muatan ekspor
maupun impor barang dari satu negara ke negara lain. Selanjutnya, keberadaan
Indonesia sebagai negara dengan laut yang luas ternyata juga memiliki andil besar
terhadap pelayaran internasional. Dimana beberapa rute pelayaran internasional
terbukti selalu melewati perairan laut Indonesia. Lebih jelasnya hal ini dapat
dilihat melalui gambar berikut:
1
Gambar 1.1 Rute Pelayaran Internasional
2
d. Pengaturan kabel dan pipa dasar laut
e. Pengembangan ekonomi kelautan lainnya: biodiversity, wisata bahari, dll
2. Pada aspek tata kelola laut belum diatur dan rencana zonasi pesisir (amanat UU
No 27/2007) belum selesai disusun.
3. Pada Aspek Mengenai batas laut dengan negara tetangga dan keamananya
masih menjadi kendala, dimana:
a. Perundingan batas laut dengan 9 negara tetangga masih belum selesai
b. Masih maraknya praktek ilegal fishing
4. Pada aspek konektivitas antar pulau masih minim dimana:
a. Sarana dan prasarana pelabuhan perintis belum memadai terutama di
wilayah timur Indonesia
b. Rute dan jumlah moda angkutan perintis masih terbatas
5. Pada aspek bencana dan pencemaran laut masih terkendala dimana:
a. Aturan untuk pencemaran laut masih menggunakan sistem pelayaran
internasional.
b. Kelembagaan dan mekanisme penanganan penegak hukumnya masih lemah
6. Pada aspek SDM (Sumber Daya Manusia) juga demikian dimana:
a. Kualitas dan kuantitas SDM kelautan masih belum optimal
b. Minimnya kelembagaan pendidikan dan pelatihan
c. Masih kurangnya inovasi dan sosialisasi iptek kelautan yang tepat guna
d. Masih belum berkembangnya wawasan kebangsaan Indonesia sebagai
negara kepulauan.
Selain kendala-kendala yang telah disebutkan, ternyata juga masih terdapat
masalah lain terkait dengan pembangunan infrastruktur laut di Indonesia. Dimana
fakta lapangan menunjukan adanya ketimpangan sebaran galangan kapal nasional,
terutama antara Indonesia bagian timur dan Indonesia bagian barat. Dari 250
galangan kapal yang ada 88% atau sejumlah 220 galangan kapal berada di
Indonesia bagian barat sedangkan sisanya berada di wilayah Indonesia bagian
timur. Tiga pulau yang memiliki galangan kapal terbanyak yaitu Jawa dengan 92
galangan kapal, Sumatera dengan 65 galangan kapal, dan Kalimantan dengan 62
galangan kapal. Lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar berikut:
3
Gambar 1.2 Ketimpangan Sebaran Galangan Kapal Nasional
4
Tabel 1.1 Daftar Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) di Indonesia
Jumlah Pulau
Jumlah Pulau
No Provinsi Kecil Terluar
Kecil Terluar
Berpenghuni
1 Nanggroe Aceh Darussalam 6 -
2 Sumatera Utara 3 1
3 Kepulauan Riau 20 3
4 Sumatera Barat 2 -
5 Bengkulu 2 1
6 Lampung 1 -
7 Banten 1 -
8 Jawa Barat 1 -
9 Jawa Tengah 1 1
10 Jawa Timur 3 -
11 Nusa Tenggara Barat 1 -
12 Nusa Tenggara Timur 6 1
13 Kalimantan Timur 4 2
14 Sulawesi Utara 11 7
15 Sulawesi Tengah 3 1
16 Maluku Utara 1 -
17 Maluku 17 9
18 Papua 9 5
Total 92 31
Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2015
Sesuai dengan pembahasan sebelumnya maka dapat diulas kembali bahwa
pembangunan tol laut memang sangat diperlukan untuk Indonesia. Hal ini karena
terkait dengan keperluan konektivitas antar pulau dan untuk menunjang adanya
arus globalisasi yang semakin cepat. Namun di sisi lain persiapan untuk
pembangunan tol laut masih terkendala oleh beberapa masalah krusial yang tidak
mungkin dihindari. Untuk menyikapi adanya hal demikian maka perlu dikaji
bagaimana pembangunan tol laut di Indonesia, bagaimana dampaknya, dan
bagaimana pelaksanaannya satu tahun terakhir ini.
Evaluasi terhadap pembangunan tol laut di Indonesia menjadi perlu
dilakukan agar realisasinya tetap berporos pada asas kebermanfaatan
pembangunan bagi masyarakat dan lingkungannya. Sehingga tujuan pemerintah
untuk mensejahterakan masyarakatnya dapat diwujudkan dengan mendongkrak
roda perekonomian melalui pembangunan infrastruktur kemaritiman yang
difokuskan pada pembangunan tol laut tersebut.
5
B. Perumusan Masalah
Perlunya pembangunan tol laut sebagai konektivitas antar pulau di Indonesia
sampai saat ini masih dalam proses pembangunan. Berbagai kendala yang berjalan
seiring dengan adanya pembangunan tol laut dalam hal ini menjadi penting untuk
dianalisis karena sangat berguna untuk mengetahui kelayakan dari pembangunan
tol laut tersebut. Untuk menganalisis pembangunan tol laut seperti yang telah
dijelaskan di latar belakang sebelumnya, maka dapat di susun beberapa rumusan
masalah yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana rencana pembangunan tol laut di Indonesia?
2. Adakah implementation gap pada pembangunan tol laut di Indonesia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui rencana pembangunan tol laut di Indonesia.
2. Menganalisis implementation gap pada pembangunan tol laut di Indonesia.
D. Manfaat
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis sebagai bahan
referensi perbandingan terhadap objek penulisan pada persoalan yang sama
berkaitan dengan pembangunan tol laut di Indonesia. Selain itu, penulisan ini juga
diharapkan mampu memberikan manfaat praktis bagi pihak-pihak terkait dalam
beberapa aspek yang antara lain adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan evaluasi pembangunan tol laut dari sisi kebermanfaatannya yang
telah berjalan kurang lebih satu tahun.
2. Dengan melihat keefektifan dan implementation gap yang ada terkait dengan
pembangunan tol laut di Indonesia, maka dapat dijadikan sebagai dasar yang
perlu diperhitungkan dalam melanjutkan pembangunan tol laut tersebut, guna
menjadikan tol laut sebagai infrastruktur yang memiliki nilai kebermanfaatan
yang maksimum bagi masyarakat dan lingkungannya.
6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Secara
tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena ekonomi yang diukur
berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Perspektif mengenai tujuan dan makna
pembangunan kemudian berkembang menjadi lebih luas lagi. Pada hakekatnya
pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau
penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman ke-
butuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok sosial yang ada di
dalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kehidupan yang serba lebih baik
secara material maupun spiritual (Astrini,2013:27).
Indikator pembangunan ekonomi tidak hanya diukur dari pertumbuhan
PDRB maupun PDRB perkapita tetapi juga indikator lainnya seperti:
ketenagakerjaan, pendidikan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk miskin. Hal
ini sesuai dengan paradigma pembangunan modern yang mulai mengedepankan
pengentasan kemiskinan, penurunan ketimpangan distribusi pendapatan, serta
penurunan tingkat pengangguran, Astrini dalam (Todaro dan Smith, 2006:562).
Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang meliputi
perubahan dalam struktur sosial, perubahan dalam sikap hidup masyarakat dan
perubahan dalam kelembagaan. Selain itu, pembangunan juga meliputi perubahan
dalam tingkat pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan
nasional, peningkatan kesehatan dan pendidikan serta pemberantasan kemiskinan
(Mukhlis,2009:191). Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi perlu dibedakan,
karena keduanya memiliki konsep yang berbeda (Prasetyo,2009:237).
Pembangunan ekonomi diartikan sebagai peningkatan pendapatan per kapita
masyarakat yaitu tingkat pertambahan Gross Domestic Product (GDP) pada satu
tahun tertentu melebihi tingkat pertambahan penduduk. Perkembangan GDP yang
berlaku dalam suatu masyarakat yang dibarengi oleh perubahan dan modernisasi
dalam struktur ekonomi yang umumnya tradisional, sedangkan pertumbuhan
ekonomi diartikan sebagai kenaikan itu lebih besar dalam GDP tanpa memandang
apakah kenaikan itu lebih besar atau apakah terjadi perubahan struktur atau tidak,
Prishardoyo (dalam Sukirno,1981:13-14). Prishardoyo dalam Todaro mengatakan
7
bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh tiga nilai pokok
yaitu:
1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya (basic needs).
2. Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia.
3. Meningkatnya kemauan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude)
yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.
Dari definisi di atas jelas terlihat bahwa pebangunan ekonomi memiliki
konsep yang lebih kompleks. Karena menyangkut perubahan kelembagaan di
segala bidang misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya
(Prishardoyo,2008:2).
B. Investasi
Investasi disepakati menjadi salah satu kata kunci dalam setiap pembicaraan
tentang konsep ekonomi. Wacana pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan
kerja baru, serta penanggulangan kemiskinan pada akhirnya menempatkan
investasi sebagai pendorong utama mengingat perekonomian yang digerakkan
oleh konsumsi diakui amat rapuh terutama sejak 1997 (Jamzani dan
Didi,2005:157).
Investasi merupakan salah satu variabel penghitungan pendapatan nasional
suatu negara. Karena Y = C + I + G + (X - M). Dapat dikatakan bahwa besar
kecilnya investasi suatu negara juga akan mempengaruhi besar atau kecilnya
pendapatan nasional suatu negara. Dalam sistem ekonomi, hubungan tabungan dan
investasi dipengaruhi oleh tingkat bunga. Dimana dalam model, tingkat bunga
tidak ditentukan oleh keseimbangan tabungan dan investasi, karena tingkat bunga
merupakan variabel eksogen. Dengan demikian, tingkat bunga justru menentukan
tinggi-rendahnya tingkat bunga dan investasi. (Prasetyo,2012:87).
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian modal atau
barangbarang yang tidak dikonsumsi, tetapi digunakan untuk produksi
(menghasilkan barang produksi) di masa datang. Misalkan, investasi
pembangunan pabrik, jalan, rel kereta api, pembukaan lahan, atau investasi
pendidikan di sekolah atau universitas (Prasetyo,2009:88). Investasi adalah fungsi
dari pendapatan dan tingkat suku bunga, dimana dapat ditulis I = f (Y,i).
8
Maknanya, adalah penambahan pada tingkat pendapatan akan mendorong lahu
investasi yang lebih besar. Sedangkan tingkat bunga yang tinggi justru akan
menurunkan minat untuk investasi. Karena, tingkat bunga pada dasarnya
merupakan biaya kesempatan dari investasi dana tersebut.
Prasetyo (2009:88) mengemukakan beberapa bentuk investasi sebagai
berikut:
a. Investasi tanah (stok invesntory), diharapkan dengan bertambahnya populasi
dan penggunaan tanah, maka harga tanah akan meningkat di masa depan, yang
berarti keuntungan investasi juga akan semakin besar. Investasi jenis ini
merupakan investasi yang paling aman.
b. Investasi perumahan (resident investment), pengeluaran untuk memperoleh
perumahan adalah merupakan permintaan agregat, sehingga investasi
perumahan di masa datang makin mengntungkan. Investasi jenis ini penuh
resiko.
c. Investasi pendidikan (human investment), dengan bertambahnya pengetahuan
dan keahlian, diharapkan akan lebih mudah mencari pekerjaan yang lebih baik
atau bahkan mampu menciptakan sendiri pekerjaan itu, yang berarti semakin
besar pula pendapatan.
d. Investasi saham, reksa dana, obligasi, dan sebagainya, diharapkan dengan
investasi ini akan diperoleh return yang akan datang lebih tinggi dari modal
pokoknya. Tetapi investasi ini mengandung resiko yang besar.
C. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk
nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan
tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi
pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila
ada kenaikan output per kapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan
taraf hidup diukur dengan output riil per orang (Raselawati,2011:34).
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang.
Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu proses, output perkapita, dan
jangka panjang. Jadi, dengan bukan bermaksud ‘menggurui’, pertumbuhan
9
ekonomi merupakan suatu proses, bukan gambaran ekonomi atau hasil pada saat
itu. Boediono menyatakan secara lebih lanjut bahwa pertumbuhan ekonomi juga
berkaitan dengan kenaikan “output per kapita”. Dalam pengertian ini, teori
tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP/PDB dan teori
mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut
dijelaskan, maka perkembangan output per kapita bisa dijelaskan. Kemudian
aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang,
yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output per kapita
menunjukan kecenderungan yang meningkat (Raselawati,2011:34-35).
Banyak cara dan metode yang digunakan untuk menghitung besaram
pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau negara. Namun secara umum
penghitungan pertumbuhan ekonomi yang paling sering digunakan adalah sebagai
berikut:
𝑃𝐷𝐵 𝑡−𝑃𝐷𝐵 𝑡−1
Δ PDBt = . (Prasetyo,2009:18-19).
PDB pada rumus di atas adalah pendapatan total dan pengeluaran total
nasional atas output barang dan jasa. Produk domestic bruto sering dianggap
sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Adanya Produk domestic bruto
adalah bertujuan untuk meringkas semua aktivitas ekonomi dalam satuan nilai
uang tertentu selama periode waktu tertentu.
D. Infrastrktur
Pengertian infrastruktur sesuai dengan peraturan Presiden RI No. 7 tahun
2005 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional tahun 2004 – 2009
dinyatakan bahwa infrastruktur adalah fasilitas yang disediakan pemerintah untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat. Infrastruktur meliputi sarana dan prasarana
milik pemerintah pusat dan daerah sebagai berikut :
1. Fasilitas transportasi terdiri dari fasiltas jalan, jembatan, fasilitas transportasi
darat, laut, udara yang disediakan pemerintah memperlancar kegiatan distribusi
barang dan manusia.
2. Energi terdiri dari listrik BBM, dan Gas.
3. Pos, telekomunikasi dan informatika.
10
4. Sumber daya air dan air bersih
5. Perumahan dan pemukiman
6. Kesehatan terdiri dari kebersihan, pengelolaan lingkungan, limbah dsbnya.
Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan potensi,
ketersediaan serta pemanfaatan berfungsi sebagai pendukung kegiatan bisnis bagi
kalangan dunia usaha serta kegiatan investasi didaerah. Daya dukung infrastruktur
perekonomian sangat menentukan dalam peningkatan produksi, kelancaran proses
distribusi dan meningkatkan efektivitas dan effisiensi operasional bisnis (Indrawan
2008).
Selanjutnya American Public Works Association menambahkan bahwa
infrastruktur adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan
oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air,
tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similar
untuk memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi. Jadi infrastruktur
merupakan sistem fisik yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.
Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama sistem sosial dan sistem
ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Disini, infrastruktur berperan penting
sebagai mediator antara sistem ekonomi dan sosial dalam tatanan kehidupan
manusia dan lingkungan. Kondisi itu agar harmonisasi kehidupan tetap terjaga
dalam arti infrastruktur tidak kekurangan (berdampak pada manusia), tapi juga
tidak berlebihan tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungan alam karena
akan merusak alam dan pada akhirnya berdampak juga kepada manusia dan
makhluk hidup lainnya. Dalam hal ini, lingkungan alam merupakan pendukung
sistem infrastruktur, dan sistem ekonomi didukung oleh sistem infrastruktur,
sistem sosial sebagai obyek dan sasaran didukung oleh sistem ekonomi.
Sedangkan konsep tol laut itu sendiri menurut Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional adalah konektivitas laut yang efektif berupa adanya kapal
yang melayari secara rutin dan terjadwal dari barat sampai ke timur Indonesia.
Dimana elemen tol laut dibagi menjadi beberapa sub pendukung seperti pelabuhan
yang handal, akses yang efektif, kecukupan muatan barat ke timur dan timur ke
barat Indonesia, shipping industry, dan pelayaran rutin dan terjadwal dengan baik.
11
E. Kerangka Berpikir
Infrastruktur Laut
Globalisasi Konektivitas
Masih Minim
Rencana Realisasi
Implementation Gap
Kesimpulan
Saran
12
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh pihak
lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi (Supranto, 2000:10). Pada
operasionalnya penulis akan mengambil data-data yang terkait dengan
pembangunan tol laut di Indonesia. Data-data tersebut diambil dari jajaran dinas
terkait seperti Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kementerian
Perhubungan Republik Indonesia.
C. Variabel
Pokok permasalahan yang akan di teliti dalam penulisan ini adalah mengenai
realisasi pembangunan tol laut di Indonesia. Sehingga variabel utama yang akan
diteliti adalah mengenai pembangunan tol laut tersebut di Indonesia. Secara
spesifik tidak terangkum secara tersurat antara variabel pengaruh dan variabel
yang dipengaruhi dalam penulisan ini. Karena analisis yang digunakan dalam
penulisan ini adalah analisis deskriptif. Menurut Setiansah dan Shinta dalam
(Arikunto,1993: 209), menjelaskan bahwa analisis data dekriptif bisa dilakukan
dengan mengelompokkan data menjadi dua, yaitu data kualitatif berupa kata-kata
atau kalimat dan data kuantitatif yang berupa angka.
D. Metode Analisis
Analisis deskriptif adalah metode yang digunakan dalam penulisan ini.
Langkah-langkah inti yang dilakukan meliputi pengumpulan data, jurnal
penelitian, dan fenomena-fenomena yang terkait dengan pembangunan tol laut di
13
Indonesia. Menganalisis data secara kualitatif adalah cara yang digunakan sebagai
metode dasarnya. Dari analisis yang telah dilakukan nantinya akan didapatkan
hasil analisis deskriptif yang sekaligus digunakan sebagai kesimpulan dalam
penulisan ini. Melalui kesimpulan, maka dapat dijadikan sebagai evaluasi
pembangunan tol laut di Indonesia yang saat ini sudah berjalan kurang lebih satu
tahun.
14
3. Potensi biodiversity untuk pemanfaatan keekonomian (bioprospect dan wisata
bahari) yang belum optimal.
4. Potensi laut sebagai media transportasi belum juga dimanfaatkan secara
optimal untuk konektifitas.
5. Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil masih miskin belum banyak tersentuh
dalam pelayanan dasar dan kebutuhan dasar serta kesempatan ekonomi. Lebih
jelasnya potensi kelautan yang dimiliki Indonesia hingga saat ini dapat dilihat
melalui penjelasan gambar di bawah ini:
15
Gambar 4.2 Peta Sumber Daya Mineral
16
Gambar 4.4 Peta Kemiskinan Masyarakat Pesisir
17
Sumber: Laporan Implementasi Tol Laut Bappenas, 2015
Selain itu, rencana pembangunan tol laut juga memerlukan pendukung
dalam realisasinya. Berdasarkan RPJMN 2015 – 2019 menyebutkan bahwa
banyak aktor yang terlibat dalam pembangunan tol laut di Indonesia. Aktor-aktor
tersebut seperti Pelindo, KPS, BP Batam, PT TLMI, dan PT Samudera Indonesia.
Aktor-aktor tersebut memiliki peran yang berbeda-beda dalam pembangunan tol
laut di Indonesia. Ada yang berperan dalam pembangunan (pengerukan),
pengadaan kapal, dan lain sebagainya.
Selanjutnya pendanaan dalam pembangunan tol laut juga memerlukan dana
yang tidak sedikit. Dana-dana itu terbagi atas beberapa macam jenis dari
pembangunan pelabuhan hingga pengadaan kapal dan infrastruktur pendukug tol
laut lainnya. Secara lebih jelas identifikasi pendanaan dari pembangunan tol laut
di Indonesia adalah sebagai berikut:
5 Pengembangan Pelabuhan
komersil lainnya 41.500
6 Percepatan sasaran
pembangunan lama yang tak 50.000
tercapai
7 Transportasi multimoda untuk
mencapai pelabuhan 50.000
8 Revitalisasi industri galangan
kapal 10.800
18
5 pelabuhan Hub yang dimaksud adalah pelabuhan Belawan/Kuala Tanjung,
Pelabuhan Tanjung Priok/Kali Baru, Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan
Makassar, dan Pelabuhan Bitung. Selanjutnya 19 pelabuhan feeder meliputi
Pelabuhan Malahati, Batu Ampar Batam, Teluk Bayur, Jambi, Palembang,
Panjang, Tanjung Emas Semarang, Pontianak, Sampit, Banjarmasin, Kariangau
Balikpapan, Palaran Samarinda, Pantoloan, Kendari, Tenau Kupang, Ternate,
Ambon, Sorong, dan Pelabuhan Jayapura.
Masing-masing pelabuhan Hub dan pelabuhan feeder memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Dimana pendanaan masing-masing pelabuhan sangat beragam
dan memiliki kerjasama yang berbeda-beda dengan pihak swasta yang ikut dalam
pembangunan tol laut di Indonesia. Secara lebih jelas masing-masing pelabuhan
akan dijelaskan melalui analisis deskriptif sebagai berikut:
19
Nilai Proyek : Rp.6,108 Triliyun
Sumber Dana : BUMN & Mitra
Pelaksana : Kementerian Perhubungan dan Pelindo II
5. Pelabuhan Makassar
Lokasi : Kota Blitung, Provinsi Sulawesi Utara
Deskripsi : Merupakan Pelabuhan Hub
Nilai Proyek : Rp.346 Milyar
Sumber Dana : BUMN
Pelaksana : Kementerian Perhubungan dan Pelindo IV
6. Pelabuhan Bitung
Lokasi : Kota Bitung, Sulawesi Utara
Deskripsi : Merupakan Pelabuhan Hub
Nilai Proyek : Rp.1,141 Triliyun
Sumber Dana : Campuran APBN / PMN & BUMN
Pelaksana : Kementerian Perhubungan dan Pelindo IV
Kemudian pendanaan 19 pelabuhan feeder pendukung tol laut adalah sebagai
berikut:
1. Pelabuhan Malahayati
Lokasi : Kabupaten Aceh Besar, NAD
Deskripsi : Merupakan Pelabuhan Feeder
Nilai Proyek : Rp.1,565 Triliyun
Pelaksana : Pelindo I dan KPS
2. Pelabuhan Ampar, Batam
Lokasi : Kota Batam, Kepulauan Riau
Deskripsi : Merupakan Pelabuhan Feeder
Nilai Proyek : Rp.1,2 Triliyun
Pelaksana : Pelindo I dan KPS dengan BP Batam
3. Pelabuhan Teluk Bayur
Lokasi : Kota Padang, Sumatera Barat
Deskripsi : Merupakan Pelabuhan Feeder
Nilai Proyek : Rp.161 Milyar
Pelaksana : Pelindo II
4. Pelabuhan Jambi/Muara Sabak
20
Lokasi : Talang Duku, Provinsi Jambi
Deskripsi : Merupakan Pelabuhan Feeder
Nilai Proyek : Rp.300 Milyar
Pelaksana : Pelindo II
5. Pelabuhan Tanjung Carat/Palembang
Lokasi : Palembang
Deskripsi : Merupakan Pelabuhan Feeder
Nilai Proyek : Rp.6,583 Triliyun
Pelaksana : Pelindo II
6. Pelabuhan Panjang, Lampung
Lokasi : Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung
Deskripsi : Merupakan Pelabuhan Feeder
Nilai Proyek : Rp.123 Milyar
Pelaksana : Pelindo II
7. Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang
Lokasi : Semarang, Jawa Tengah
Deskripsi : Merupakan Pelabuhan Feeder
Nilai Proyek : Rp.1,170 Triliyun
Pelaksana : Pelindo III
8. Pelabuhan Pontianak/Kijing
Lokasi : Sungai Kapuas, Kalimantan Barat
Deskripsi : Merupakan Pelabuhan Feeder
Nilai Proyek : Rp.2,910 Triliyun
Pelaksana : Pelindo II
9. Pelabuhan Sampit
Lokasi : Sampit, Kalimantan Tengah
Deskripsi : Merupakan Pelabuhan Feeder
Nilai Proyek : Rp.100 Milyar
Pelaksana :-
10. Pelabuhan Banjarmasin
Lokasi : Kota Pontianak, Kalimantan Barat
Deskripsi : Merupakan Pelabuhan Feeder
21
Nilai Proyek : Rp.624 Milyar
Pelaksana : Pelindo III dan KPS dengan PT TLMI
11. Pelabuhan Kariangau, Balikpapan
Lokasi : Balikpapan
Deskripsi : Merupakan Pelabuhan Feeder
Nilai Proyek : Rp.461 Milyar
Pelaksana : Pelindo IV
22
Pelaksana : Pelindo IV & APBN/PMN
17. Pelabuhan Jayapura
Lokasi : Kota Jayapura, Papua
Deskripsi : Merupakan Pelabuhan Feeder
Nilai Proyek : Rp.453 Milyar
Pelaksana : Pelindo IV & APBN/PMN
23
dan terjadwal dari barat sampai timur Indonesia kemudian disebut sebagai konsep
“Tol Laut”.
Integrasi jaringan pelayaran lokal dan nasional dibagi menjadi tiga bagian
penting. Pertama yaitu mengenai pelayaran pengumpul atau pelayaran-pelayaran
yang dihubungkan melalui 5 pelabuhan Hub. Kedua, pelayaran pengumpan atau
pelayaran yang dihubungkan melalui 19 pelabuhan feeder. Dan ketiga, adalah
pelayaran rakyat atau pelayaran-pelayaran kecil di Indonesia yang dilakukan oleh
nelayan-nelayan kecil. Secara lebih jelas integrasi jaringan pelayaran yang
dimaksud dapat dilihat melalui gambar berikut:
24
Sumber: Buku Tol Laut, Bappenas 2015
25
Gambar 4.8 Alternatif Rute 2
26
Gambar 4.9 Alternatif Rute 3
Kemudian spesifikasi ruas, jarak, dan potensi muatan jalur alternatif pelayaran 3
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Ruas, Jarak, dan Potensi Muatan Alternatif Pelayaran 3
No Ruas Jarak (Nm) Potensi Muatan (Teus)
1 Belawan – Tj. Priok 863 201.895
2 Tj. Priok – Tj Perak 392 320.659
3 Tj. Perak – Makassar 458 207.392
4 Makassar – Bitung 800 240.307
5 Bitung – Sorong 520 55.052
6 Sorong – Tj. Perak 1253 13.517
7 Tj. Perak – Tj. Priok 392 144.875
8 Tj.Priok – Belawan 863 273.868
Total 5.541 1.457.556
Sumber: Buku Tol Laut, Bappenas 2015
Alternatif selanjutnya yaitu pelayaran jalur alternatif ke-4. Menurut buku tol
laut yang diterbitkan oleh Bappenas menyebutkan bahwa alternatif ini memiliki 10
ruas dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia. Dari ujung barat yaitu
Pelabuhan Belawan – Batam – Tj. Priok – Tj. Perak – Makassar – Sorong – Tj.
Perak – Tj. Priok – Batam – Belawan. Alternatif pelayaran 4 membutuhkan kapal
27
300 teus sejumlah 37 unit dan kapal 1.000 teus sejumlah 10 unit dengan biaya
20,069 Rp/Teus.Nm untuk kapal 300 teus dan 12,885 Rp/Teus.Nm untuk kapal
1.000 teus. Secara lebih jelas hal ini dapat dilihat melalui gambar berikut:
Gambar 4.10 Alternatif Rute 4
28
Gambar 4.11 Alternatif Rute 5
29
Gambar 4.12 Alternatif Rute 6
30
Gambar 4.13 Alternatif Rute 7
31
Jalur alternatif pelayaran ke-6 memiliki potensi muatan yang paling
banyak jika dibandingkan dengan jalur pelayaran lain yang direncanakan. Oleh
karena itu penggunaan jalur ke-6 sebagai alur pelayaran di Indonesia adalah sangat
baik untuk diimplementasikan demi mencapai konektivitas dan meningkatkan
transaksi antar pulau atau provinsi di Indonesia. Dengan potensi muatan yang
paling tinggi dan dengan ruas jalur yang paling banyak diharapkan alternatif jalur
pelayaran ke-6 dapat memberikan dorongan bagi para pengusaha di Indonesia
untuk meningkatkan produktivitasnya dan mendistribusikan barangbarang hasil
produksinya ke seluruh Indonesia. Sehingga ini sangat baik untuk mempersempit
kesengangan antara barat dan timur Indonesia.
32
2. Masyarakat pesisir dan nelayan tradisional akan terusir dari tanah/lahan serta
ruang kelola mereka sendiri.
3. Meningkatkan perusakan ekosistem laut.
4. Menguntungkan pihak korporasi dan Melemahkan peran pemerintah dalam
pengambilan kebijakan di bidang kemaritiman.
5. Menimbulkan high cost.
Lebih jelasnya, analisis dari lima indikator implementation gap di atas dapat
dilihat satu per satu melalui penjelasan berikut:
1. Arus Masuk Barang Impor Akan Semakin Cepat dan Mengancam Neraca
Pembayaran Indonesia
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan pembangunan tol
laut adalah untuk menjamin konektivitas dan menurunkan biaya logistik antar
pulau atau antar provinsi di Indonesia. Namun demikian, 24 pelabuhan strategis
yang rencananya akan dibangun merupakan jalur pelayaran internasional.
Sehingga hal ini merupakan bentuk dari peluang sekaligus ancaman bagi
Indonesia untuk mengatur perekonomiannya.
Keadaan ini disinyalir akan membuat biaya logistik barang-barang impor
semakin murah. Efisiensi biaya barang impor tersebut dikhawatirkan akan
membuat banjirnya barang-barang impor di dalam negeri dengan harga yang lebih
murah. Apabila efisiensi biaya barang impor lebih tinggi dari efisiensi biaya
transaksi antar pulau di Indonesia dengan adanya tol laut, maka dapat dikatakan
bahwa pembangunan tol laut tersebut tidak memberikan manfaat positif bagi
Indonesia melainkan malah memberikan manfaat kepada korporasi asing. Saat
biaya impor lebih efisien maka hal ini diprediksi akan mengancam neraca
pembayaran Indonesia. Untuk itu sebelum hal ini terjadi perlu adanya kebijakan
lebih lanjut sebagai tindakan preventif dari analisis ini.
2. Masyarakat Pesisir dan Nelayan Tradisional Akan Terusir dari Tanah/Lahan
Serta Ruang Kelola Mereka Sendiri
Pembangunan pelabuhan-pelabuhan baik yang baru maupun perluasan
memiliki dampak kepada masyarakat dan nelayan tradisional di Indonesia. Mau
atau tidak masyrakat pesisir akan kehilangan tempat tinggal bahkan mata
33
pencaharian mereka saat tempat yang mereka singgahi digunakan sebagai
perluasan pelabuhan dalam agenda pembangunan tol laut.
Selain itu nelayan tradisional yang hanya menggunakan kapal-kapal kecil
dalam melaut juga secara tidak langsung akan ikut terpengaruh. Semakin padatnya
lalu lintas kapal besar di jalur tol laut dari barat ke timur maupun timur ke barat
Indonesia memiliki resiko terhadap terjadinya kecelakaan di perairan laut
Indonesia. Para nelayan kecil pasti akan terganggu dengan hal itu dan bisa jadi
aktivitas mereka akan berkurang. Sehingga hal ini dapat memicu turunnya tingkat
produktivitas dan pendapatan mereka sebagai nelayan kecil.
34
kebijakan kemaritiman. Hal ini dapat terjadi karena tujuan pihak swasta adalah
memaksialkan keuntungan sedangkan modal yang mereka sertakan kedalam
pembangunan tol laut adalah lebih besar daripada modal yang digelontorkan
pemerintah untuk pembangunan tol laut tersebut.
Menurut Estyningtias dalam artikelnya yang berjudul “Penjajahan di Atas
Laut” mengugkapkan bahwa kebijakan PPP (Public Private Prtnership), PSP
(Private Sector Participation), dan privatisasi memiliki tujuan akhir yang hampir
sama, yakni terlepasnya fungsi pemerintah dalam melakukan pengaturan berbagai
urusan rakyatnya. Pemerintah hanya akan diperankan sebagai reglator semata,
sementara berbagai kebijakan publik nantinya akan terbit sesuai dengan
kepentingan-kepentingan pihak-pihak tertentu (para pemilik modal). Bahkan
Estyningtias menuturkan bahwa proyek infrastruktur yang didanai oleh bank dunia
sejatinya adalah untuk kepentingan perusahaan asing demi menyelamatkan
perekonomian negara-negara maju.
35
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua pembahasan mengenai realisasi pembangunan tol laut yang telah
dipaparkan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Rencana pembangunan tol laut merupakan upaya untuk mempermudah
konektivitas antar pulau sekaligus meningkatkan volume pertukaran dan
transaksi barang antar pulau di Indonesia. Dalam pelaksanaannya ada banyak
aktor yang terlibat dan ada tujuh alternatif rute pelayaran yang akan
direalisasikan. Semua itu dilakukan dengan pendanaan dari berbagai pihak
yang memiliki kepentingan di dalamnya.
2. Realisasi pembangunan tol laut diprediksi akan menimbulkan beberapa dampak
pada beberapa aspek. Hal ini terangkum dalam analisis implementation gap
pembangunan tol laut yang meliputi:
a. Arus masuk barang impor akan semakin cepat dan mengancam neraca
pembayaran Indonesia.
b. Masyarakat pesisir dan nelayan tradisional akan terusir dari tanah/lahan
serta ruang kelola mereka sendiri.
c. Meningkatkan perusakan ekosistem laut.
d. Menguntungkan pihak korporasi dan Melemahkan peran pemerintah dalam
pengambilan kebijakan di bidang kemaritiman.
e. Menimbulkan high cost.
B. Saran
1. Pemberian insentif untuk mendorong tumbuhnya industri di luar Pulau Jawa
sangat disarankan agar pembangunan tol laut benar-benar mampu
meningkatkan volume pertukaran barang antar pulau di Indonesia dan bukan
hanya mengefisiensikan biaya impor semata.
2. Perlu adanya kebijakan preventif sebagai upaya pencegahan terjadinya
dampak-dampak negatif yang mungkin terjadi dari adanya pembangunan tol
laut di Indonesia. Hal ini dapat dari berbagai sudut pandang baik dari sisi
lingkungan, kemanusiaan, sosial, ekonomi, dan aspek lainnya yang tidak
terlihat dan tak ternilai dengan finansial.
36
DAFTAR PUSTAKA
Prihartono, Bambang. 2015. Pengembangan Tol Laut dalam RPJMN 2015 – 2019
dan Implementasi 2015. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Republik Indonesia.
Jamzani, Sodik dan Didi Nuryadin. 2005. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Regional (Studi Kasus pada 26 Provinsi di Indonesia, Pra dan Pasca
Otonomi). Jurnal Ekonomi Pembangunan (Kajian Ekonomi Negara
Berkembang). Fakultas Ekonomi UPN “Veteran”. Yogyakarta.
37
Indrawan, M. Isa. 2008. Analisis Kondisi Infrastruktur Perekonomian Terhadap
Produktivitas Dunia Usaha Kota Medan. Jurnal Penelitian. Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Panca Budi. Medan.
Supranto. 2000. Statistik “Teori dan Aplikasi” Edisi Keenam. Erlangga. PT.
Gelora Aksara Pratama. Jakarta.
Setiansah, Mite dan Shinta Prastyanti. 2011. Tidak Ada Pekerjaan untuk Laki-laki
di Purbalingga (Menguak Sisi Gelap Pembangunan Masyarakat di
Kabupaten Purbalingga). Jurnal Acta diurnA. FISIP. Universitas Jendral
Soedirman. Purwokerto.
38