You are on page 1of 10

IMPLEMENTASI PEMENUHAN KEWAJIBAN NAFKAH SEBAGAI SUAMI

PENYANDANG TUNANETRA

(Studi kasus Desa Sumberejo Kec. Pabelan Kab. Semarang)

PROPOSAL SKRIPSI

Guna untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Metodologi Penelitian Hukum

Dosen ; Dr Muhammad Chairul Huda, M.H.

Oleh

Muhamad Habib

Nim.33010180026

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2021
1. Latar Belakang
Manusia diciptakan Allah S.W.T. di dunia berpasang-pasangan dan saling
melengkapi satu sama lain, Seorang laki-laki tidak lengkap kehidupannya tanpa seorang
perempuan yang selalu menemaninya. Begitu juga seorang perempuan membutuhkan
seorang laki laki untuk kehipanya, maka di kehidupan ini antara laki-laki dan perempuan
menjadi saling membutuhkan. Agama Islam sudah mengatur kehidupan manusia tentang
hal ini melalui sebuah tata cara yang sesuai dengan aturan Syari’ah melalui suatu ikatan
atau berkumpulnya dua orang insan yang semula hidup sendiri-sendiri menjadi
berkumpul membuat suatu kesatuan yang disebut perkawinan.1
Pernikahan merupakan peristiwa hukum yang dijadikan sebagai jalan sah dan
legal melakukan hubungan suami isteri, di samping ia juga sebagai media untuk
membangun keluarga, mewujudkan ketenteraman hati bagi masingmasing pihak. Sebagai
satu peristiwa hukum, pernikahan memiliki implikasi hukum pula bagi masing-masing
pihak, berupa hak dan kewajiban yang wajib dipenuhi antara setiap keluarga. Hal ini
sesuai dengan makna nikah itu sendiri, yaitu sebuah akad yang menimbulkan antara
keduanya berupa hak dan kewajiban masing-masing dalam sebuah keluarga.2
Berkenaan dengan hak dan kewajiban, Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an
Surat An-Nisa’ Ayat 34:
ٌ ‫ت ٰحفِ ٰظ‬ ٌ ‫ت ٰقنِ ٰت‬ ّ ٰ ‫ْض َّوبِ َمٓا اَ ْنفَقُوْ ا ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم ۗ فَال‬ ٰ ‫اَلرِّ جا ُل قَوَّاموْ نَ َعلَى النِّس ۤاء بما فَ َّ هّٰللا‬
ِ ‫ت لِّ ْل َغ ْي‬
‫ب‬ ُ ‫صلِ ٰح‬ ٍ ‫ضهُ ْم عَلى بَع‬ َ ‫ض َل ُ بَ ْع‬ َِ ِ َ ُ َ
ٰ ‫هّٰللا‬
‫ضا ِج ِع َواضْ ِربُوْ ه َُّن ۚ فَا ِ ْن اَطَ ْعنَ ُك ْم فَاَل تَ ْب ُغوْ ا َعلَ ْي ِه َّن‬ َ ‫بِ َما َحفِظَ ُ ۗ َوالّتِ ْي تَ َخافُوْ نَ نُ ُشوْ َزه َُّن فَ ِعظُوْ ه َُّن َوا ْه ُجرُوْ ه َُّن فِى ْال َم‬
‫َسبِ ْياًل ۗاِ َّن هّٰللا َ َكانَ َعلِيًّا َكبِ ْيرًا‬
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu
Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanitawanita yang
kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di
tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka

1
Khoiruddin Nasution, Hukum Perkawinan I, (Yogyakarta: ACAdemia, 2013), hlm. 20
2
Abd al-Wahhāb Khallāf, Aḥkām al-Aḥwāl al-Syakhṣiyyah fī al-Syarī’ah al-Islāmiyyah, (Kuwait: Dār al-
Qalām, 1990), hlm. 5

2
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha besar.”3
Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang suami merupakan pemimpin dan penanggung
jawab atas istri dan rumah tangganya, begitu juga dengan istri yang harus memelihara diri
dari hak-hak suami dan rumah tangganya. Allah SWT mewajibkan kepada suami untuk
mempergauli istrinya dengan baik.4
Salah satu pernyataan hukum pernikahan ini adalah tanggung jawab suami untuk
memberikan nafkah bagi anggota keluarganya baik dari suami kepada isteri dan anak-
anaknya. Nafkah dalam perspektif Islam merupakan kewajiban suami kepada isteri.
Karena itu pula suami dilebihkan dari isterinya. Pemenuhan kewajiban nafkah ini tentu
dihitung dan dilihat dari sisi kemampuan suami. Bagi suami yang mampu sebisa mungkin
memberi nafkah yang layak dan sesuai demi kenyamanan hidup keluarganya. Kewajiban
memenuhi nafkah keluarga tersebut tentu dapat dilakukan oleh suami yang memiliki
kelapangan harta, memiliki tenaga yang kuat menghasilkan makanan dan nafkah lainnya.
Namun dalam prakteknya, tidak semua orang yang telah menikah dapat
memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing baik sebagai suami maupun istri yang
dikarenakan adanya sebab-sebab tertentu, seperti sakit yang berakibat pada
ketidakmampuan suami memenuhinya, atau sebab-sebab lainnya sehingga nafkah tidak
dapat dipenuhi dengan baik. Yang dimaksud dengan nafkah disini adalah memenuhi
kebutuhan makan, tempat tinggal, pembantu rumah tangga, pengobatan istri. Hak inilah
kreteria idealnya nafkah yang harus diberikan seorang suami kepada istri jika memang
dia orang yang mapan secara materi, dan memberi nafkah hukumnya adalah wajib
menurut al-Qur’an, sunnah dan ijma.
Di Indonesia banyak ditemukan pasangan suami istri yang mana si suami
memiliki keterbatasan fisik tidak bisa melihat atau biasa dikenal dengan tunanetra, itu
artinya, keadaan dan kondisi fisik suami tidak normal, atau disebut juga dengan
penyandang cacat fisik. Posisi penyandang tunanetra ini sebetulnya telah direkam dalam
banyak ayat maupun hadis. Secara hukum, mereka memiliki hak yang sama dengan orang
yang sehat. Penyandang tunanetra memiliki hak yang sama dengan orang yang secara

3
Al-Qur’anul Karim Dan Terjemahannya, Departemen Agama RI.QS. An-Nisa’ : 34.
4
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 2 (Jakarta: Lentera Hati,
2002), hlm. 423

3
jasmaniah memiliki tubuh yang sehat. Hanya saja, yang menjadi sorotan di sini adalah
terkait kewajiban penyandang tunanetra dalam memenuhi kewajiban memberikan nafkah
untuk keluarga.
Dalam penelitian ini. berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku dan fenomena
yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga penulis ingin mengkaji lebih dalam terkait
kewajiban dan proses pemberian nafkah suami yang menyandang tunanetra. Penulis
mencoba mencari informasi langsung kepada keluarga yang memiliki seorang suami
penyandang tunanetra. Karena ini merupakan studi kasus maka penulis menggunakan
purpose sample.
Penulis mendapati informan dalam penelitian ini yang beralamat di daerah
perdesaan yaitu di desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
Problemnya adalah mereka para suami yang memiliki keterbatasan pada fisik penglihatan
sehingga hal ini akan berbeda tugas dan fungsinya dengan keluarga pada umumnya yang
menyulitkan mereka dalam mencari nafkah, padahal dalam nash mapun dalil-dalil
menerangkan bahwa kewajiban nafkah itu terletak pada seorang suami. Walaupun ada
diantara mereka yang sudah mengikuti pelatihan untuk mendapatkan keterampilan, tetapi
tidak semua di antara mereka yang bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya,
sehingga mereka masih harus bergantung kepada orang tua maupun saudara saudaranya.
Dari beberapa sampel keluarga yang penulis teliti, sebagian diantaranya para suami telah
menyandang sebagai tunanetra jauh sebelum terjadinya pernikahan. Dan sebagian
diantaranya suami menyandang tunanetra setelah terjadinya pernikahan.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penyusun merumuskan pokok masalah dalam
penelitian ini:
a. Bagaimana implementasi penyandang tunanetra dalam memenuhi kewajiban nafkah
untuk keluarga di desa Sumberejo Kec. Pabelan Kab. Semarang
b. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap upaya penyandang tunanetra dalam
menafkahi keluarga?

4
3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana penyandang tunanetra di desa Sumberejo dapat
memenuhi kewajiban memberikan nafkah kepada keluarga.
b. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap upaya penyandang tunanetra
dalam menafkahi keluarga.

4. Kegunaan Penelitian
a. Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif terhadap
masyarakat pada umumnya dan terhadap mahasiswa IAIN salatiga pada khususnya.
b. Untuk memberikan sumbangsih pemikiran berkaitan dengan kewajiban suami dalam
memberikan nafkah untuk keluarganya.
c. Sebagai bahan acuan untuk pembaca yang ingin mendalami seputar masalah yang
berkaitan dengan nafkah.

5. Penegasan istilah
a. Nafkah
Nafkah merupakan hak isteri dan anak-anak untuk mendapatkan makanan,
pakaian dan kediaman, serta beberapa kebutuhan pokok lainnya dan pengobatan,
bahkan sekalipun si isteri adalah seorang wanita yang kaya. Nafkah dalam bentuk
ini wajib hukumnya berdasarkan al-Qur'an, al-Sunnah dan ijma' ulama. Bila
kedua pasangan itu telah sama-sama dewasa, hal ini merupakan kewajiban suami
untuk memberikan makanan, pakaian dan kediaman bagi isteri dan anak-anaknya
sesuai dengan tingkat kedudukan sosial pasangan tersebut dan selaras dengan adat
kebiasaan masyarakat di tempat tinggal mereka.5
b. Tuna netra
Istilah tunanetra dalam KBBI edisi kelima (2016) memiliki arti tidak dapat
melihat atau buta6. Istilah tunanetra dalam UU RI Nomor 8 Tahun 2016 tentang
penyandang disabilitas termasuk ke dalam penyandang disabilitas sensorik.
Penyandang disabilitas sensorik adalah orang yang mengalami gangguan pada

5
Rahman 1. Doi. Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm 267
6
Tim Penyusun. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 5. Kota:Penerbit.

5
fungsi panca indera.7 Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) mendefinisikan
tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total)
hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu
menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point
dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata. Nakata
(2003) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan tunanetra adalah mereka
yang mempunyai kombinasi ketajaman penglihatan hampir kurang dari 0.3
(60/200) atau mereka yang mempunyai tingkat kelainan fungsi penglihatan yang
lainnya lebih tinggi, yaitu mereka yang tidak mungkin atau berkesulitan secara
signifikan untuk membaca tulisan atau ilustrasi awas meskipun dengan
mempergunakan alat bantu kaca pembesar. Jadi, berdasarkan penjelasan
sebelumnya tunanetra adalah ketidakmampuan sesorang untuk melihat, baik
secara total maupun sebagian dengan alat bantu pengelihatan.

6. Studi Terdahulu
a. Skripsi Cut Hasmiyati, mahasiswi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul: “Kewajiban Nafkah Suami
Penyandang Disabilitas: Studi Kehidupan Keluarga di Kelurahan Demangan
Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta”.
Dalam skripsi tersebut memuat penjelasan pemenuhan nafkah suami penyandang
disabilitas, yang berarti pembahasanya secara meluas baik itu berupa cacat fisik, cacat
mental cacat intelektual dan lain sebagainya. Sedangkan dalam proposal ataupun
skripsi saya lebih berfokus dan hanya condong ke disabilitas fisik yaitu tuna netra
(kelainan penglihatan).
b. Skripsi Ainun Rohman, Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul: “Upaya pasangan suami istri
Tunanetra Membentuk Keluarga Sakinah di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong-
Tangerang Selatan”
Dalam Skripsi tersebut membahas tentang upaya pasutri penyandang tunanetra
untuk membentuk keluarga sakinah, yang artinya keduanya yaitu suami dan istrinya

7
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

6
sama-sama menyandang tunanetra. Perbedaanya dari proposal skripsi saya adalah di
skripsi saya membahas pasutri dimana hanya suami yang berkedudukan sebagai
kepala rumah tangga memiliki cacat penglihatan namun istri sehat baik fisik maupun
mental.

7. Metode Penelitian
Metode penelitian sangat diperlukan dalam suatu penelitian untuk menen-tukan
arahan suatu penelitian. Metode adalah cara dalam suatu penelitian, sedang-kan
penelitian yaitu pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang
pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.8 Jadi metode
penelitian adalah metode atau cara-cara dalam melakukan satu bentuk penelitian dan
aktifitas penelitian. Beberapa poin yang penting dalam metode penelitian yaitu jenis
penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data yang akan dijelaskan berikut ini:
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian
lapangan (field research), Penelitian Lapangan adalah untuk mempelajari secara
intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu
unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau masyarakat.
Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif atau penelitian lapangan yaitu penelitian
yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan
tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.
b. Pendekatan
Dalam enelitian ini menggunakan pendekatan Yuridis Empiris, dimana penulis
melakukan penelitian dengan melihat objek secara langsung di kehidupan nyata.
Metode ini melakukan penelitian individu yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat.
c. Stand Point (kehadiran penelitian)
Peneliti melakukan observasi dengan cermat terhadap obyek penelitian. Oleh
karena itu peneliti harus terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data

8
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 13.

7
yang di perlukan. Kehadiran peneliti berperan sebagai pengamat non partisipan
artinya peneliti tidak melibatkan diri secara langsung dalam kehidupan obyek
penelitian. Dalam melakukan penelitian ini hadir dilapangan ketika sudah
mendapatkan izin untuk melakukan penelitian, yaitu dengan mendatangi lokasi
secara langsung dengan waktu yang ditentukan untuk memeperoleh data maupun
informasi yang di butuhkan.
d. Subyek dan lokasi penelitian
Subyek dalam penelitian ini yaitu warga penyandang Tunanetra (cacat
penglihatan) di desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
e. Sumber data
1) Sumber data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak
yang terlibat dengan penelitian tersebut, dan bisa juga diperoleh dari hasil
observasi atau pengamatan langsung di tempat yang akan diteliti. Dalam hal
ini data di peroleh dari warga desa Sumberejo Kec. Pabelan Kab. Semarang.
2) Sumber data Skunder
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan antara lain mencakup jurnal,
buku-buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, skripsi, dokumen-
dokumen, artikel, majalah ilmiah, internet dan sebagainya serta bahan lain
yang terkait dengan penelitian yang dilakukan serta relevan dengan penelitian
ini.
f. Teknik pengumpulan data
Tekhnik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Adapun tekhnik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Observasi adalah tekhnik pengamatan seorang peneliti baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap objek yang ajan diteliti.
2) Wawancara adalah mengadakan tanya jawab secara lisan dan tatap muka
langsung antara seorang atau beberapa orang pewawancara dengan seorang
atau beberapa orang dengan seorang narasumber atau informan.

8
3) Tekhnik dokumentasi adalah pengumpulan data melalui peninggalan tertulis
seperti arsip-arsip dan termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau
hukum dan lain-lain yang berhubungan dengah masalah penelitian.
g. Analisi data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dijelaskan melalui metode
deskriptif-analisis. Analisis ini bertujuan memberikan deskripsi mengenai subjek
yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis.9
h. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan data pada penelitian ini yaitu menggunakan teknik triangulasi. Teknik
triangulasi adalah konsep metodologis penelitian kualitatif yang harus diketahui
oleh peneliti kualitatif lainya. Tujuan triangulasi untuk meningkatkan kekuatan
teoritis, metodologis dan interpretative penelitian kualitatif. Triangulasi juga
didefinisikan sebagai kegiatan memverifikasi data di berbagai sumber teknik dan
waktu. (mekarisce, 2020)

8. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Waktu dan tanggal pelaksanaan


1 Penyusunan proposal
2 Pengumpulan data
3 Pengolahan data
4 Penulisan laporan penelitian

9. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan disusun untuk memudahkan pembaca memahami penelitian
yang diuraikan oleh penulis. Sistematika penulisan merupakan uraian secara garis besar
mengenai pokok-pokok yang dibahas, mempermudah dalam memahami dan melihat
hubungan satu bab dengan lainnya. Adapun uraian pada stiap bab adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, bab ini berisi tentang uraian serta penjelasan mengenai hal
yang melatar belakangi penelitian diantaranya latar belakang masalah,rumusan masalah,

9
Saifuddin Azwar, "Metode Penelitian" Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010 hlm.126

9
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab ini menjabarkan
alasan penelitian ini dilakukan.
Bab II Landasa Teori, pada bagian ini berisi tentang telaah pustaka, kerangka
pemikiran dan pengembangan hipotesis. Bab ini menguraikan teori yang menjadi dasar
penelitian ini, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.
Bab III Metode Penelitian, pada bab ini berisi tentang metodologi penelitian
yang memaparkan jenis penelitian yang digunakan, waktu dan tempat pelaksanaan
penelitian, subjek dan objek penelitian, jumlah populasi dan teknik pengambilan sampel,
teknik pengumpulan data uji instrument dan alat analisis data.
Bab IV Analisis Data dan Pembahasan, pada bab ini menguraikan deskripsi
penelitian, analisis data. Meliputi analisis terhadap tiap variabel, pengujian hipotesis, dan
pembahasan hasil hipotesis.
Bab V Penutup, bab ini merupakan bagian terakhir yang menjelaskan
kesimpulan yang diperoleh penulis, keterbatasan pada peneliti serta saran yang
diharapkan oleh penulis. Dalam bab ini juga dilampirkan daftar pustaka.

10. Daftar Pustaka


Ahmad Saebani, Beni, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 2009)
Al-Qur’anul Karim Dan Terjemahannya, Departemen Agama RI.QS. An-Nisa’ : 34.
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian ,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010)
Doi, Rahman 1, Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002)
Khallāf Abd al-Wahhāb, Aḥkām al-Aḥwāl al-Syakhṣiyyah fī al-Syarī’ah al-Islāmiyyah,
(Kuwait: Dār al-Qalām, 1990)
Nasution, Khoiruddin. Hukum Perkawinan I, (Yogyakarta: ACAdemia, 2013)
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 2
(Jakarta: Lentera Hati, 2002)
Tim Penyusun. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 5. Kota:Penerbit.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas

10

You might also like