Professional Documents
Culture Documents
Makalah Peranan Komunikasi Dalam Perkawinan
Makalah Peranan Komunikasi Dalam Perkawinan
DISUSUN OLEH:
BK 4B
2023
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Konseling Keluarga yang berjudul “Peran
Komunikasi Dalam Perkawinan.”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Semoga
kita selalu dalam lindungan Allah SWT, Aamiin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan adalah bersatunya seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri untuk membentuk keluarga. Pada umumnya masing-
masing pihak telah mempunyai pribadi sendiri, pribadinya telah terbentuk.
Karena itu untuk dapat menyatukan satu dengan yang lain perlu adanya
saling penyesuaian, saling pengorbanan, saling pengertian, dan al tersebut
harus disadari benar-benar oleh kedua belah pihak yaitu suami istri
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka peranan komuikasi
dalam keluarga menjadi sangat penting, antara suami dan istri harus saling
berkomunikasi dengan baik untuk dapat mempertemukan satu dengan
yang lain sehingga dengan demikian kesalahpahaman dapat dihindaran,
hal ini dapat dicapai dengan komunikasi dua arah.
Dengan berkembangnya keluarga, dan hadirnya anak dalam
keluarga maka komunikasi pun akan lebih meningkat, dalam pengertian
harus pula adanya komunikasi antara orang tua dengan anak, begitu pula
sebaliknya. Cukup banyak persoalan yang timbul disebabkan kurang
adanya komunikasi dalam lingkungan keluarga.
Walaupun masing-masing pihak telah terbentuk keadaan
kepribadiannya, namun ada kalanya salah satu pihak ataupun keduanya
ingin mengubah atau membentuk sikap baru sehingga dengan demikian
masing-masing saling berusaha untuk menyatukan diri dengan baik.
iv
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi dalam Perkawinan
Komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampai
pesan dan orang yang menerima pesan. Senada dengan hal ini bahwa
komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin communis dalam
bahasa inggrisnya commun yang artinya sama. Apabila kita
berkomunikasi ini berarti bahwa kita berada dalam keadaan berusaha
untuk menimbulkan kesamaan (Suwardi dalam H. Syaiful Rohim, 2009:8)
dalam Karel, dll (2014)
Moor dalam H. Syaiful Rohim (2009:8) dalam Karel, dll (2014)
adalah penyampaian pengertian antar individu. Dikatakannya semua
manusia dilandasi kapasitas untuk menyampaikan maksud, hasrat,
perasaan, pengetahuan dan pengalaman dari orang yang satu kepada orang
yang lain. Pada pokoknya komunikasi adalah pusat minat dan situasi
perilaku dimana suatu sumber menyampaikan pesan kepada seorang
penerima dengan berupaya mempengaruhi perilaku penerima tersebut.
Relasi suami istri memberi landasan dan menentukan warna bagi
keseluruhan relasi di dalam keluarga. Banyak keluarga yang berantakan
ketika terjadi kegagalan dalam relasi suami istri. Kunci bagi kelanggengan
perkawinan adalah keberhasilan melakukan penyesuain di antara
pasangan. Penyesuain ini bersifat dinamis dan memerlukan sikap dan cara
berpikir yang luwes. Penyesuaian adalah interaksi yang kontinu dengan
diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Calhoun & Acocella, dalam Sri
Lestari, 2012).
Terdapat tiga indikator bagi proses penyesuaian sebagaimana
diungkapkan Glenn (dalam SRI lestari,2012), yakni konflik, komunikasi
dan berbagai tugas rumah tangga. Keberhasilan penyesuaian dalam
perkawinan tidak ditandai dengan tiadanya konflik yang terjadi.
Penyesuain dalam perkawinan tidak ditandai oleh sikap dan cara yang
konstruktif dalam melakukan resolusi konflik.
Komunikasi yang positif merupakan salah satu komponen dalam
melakukan resolusi konflik yang konstruktif. Walaupun demikian
komunikasi berperan penting dalam segala aspek kehidupan perkawinan,
bukan hanya dalam resolusi konflik. Peran terpenting komunikasi adalah
membangun kedekatan dan keintiman dengan pasangan.
Bila kedekatan dan keintiman suatu pasangan dapat senantiasa
terjaga, maka hal itu menandakan bahwa proses penyesuaian keduanya
telah berlangsung dengan baik Banyak kajian yang telah dilakukan untuk
vi
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas perkawinan. Istilah
kualitas perkawinan biasanya dipadankan dengan kebahagiaan perkawinan
atau kepuasaan perkawinan (Glenn, dalam Sri Lestari, 2012). Keduanya
sama-sama menunjuk pada suatu perasaan positif yang dimiliki pasangan
dalam perkawinan yang maknanya lebih luas daripada kenikmataan,
kesenangan, dan kesukaan. Perbedaanya adalah bila kebahagiaan
perkawinan berdasarkan pada evaluasi afektif, sedangkan kepuasaan
perkawinan berdasarkan pada evaluasi kognitif.
B. Sifat Komunikasi dalam Keluarga
Seperti yang sudah dipaparkan di awal bahwa masing-masing
pasangan itu telah mempunyai kepribadian masing-masing sehingga untuk
mencapai keharmonisan dalam keluarga perlu adanya saling pendekatan,
saling pengertian satu dengan yang lainnya. Namun demikian, kadang-
kadang ada suami ataupun istri ingin mengubah apa yang telah ada pada
masing-masing pihak sesuai dengan apa yang dianggap baik, untuk
mencapai tentang sikap yang ada pada masing-masing pihak.
Komunikasi antara suami istri harus saling tetrbuka, berlangsung
dua arah. Pada dasarnya tidak ada rahasia antara suami istri sehingga
dengan demikian satu sama lain saling” membuka kartu”, kecuali
menyangkut rahasia jabatan.
Dengan komunikasi yang yang saling terbuka diharapkan tidak aka
nada hal yang tertutupsehingga apa yang ada pada diri suami juga
diketahui oleh istri, demikian sebaliknya. Sifat keterbukaan tersebut
sampai kepada hal yang sekecil-kecilnya, masalah ranjangpun harus saling
terbuka untuk menghindarkan hal-hal yang tidak dikehendaki.
Sifat keterbukaan itu dalam batas-batas tertentu juga dilaksanakan
kepada anak, bila anak telah dapat berfikir secara baik, dan dapat
mempertimbanngkan secara baik terhadap hal-hal yang dihadapinya.
dengan demikkian, segala hal yang ada daalam keluarga teermasuk
kesulitan-kesulitan keluarga dapat diketahui oleh anggota keluarga dengan
baik sehingga segala permasalahan dapat secara bersama-sama dicari
pemecahannya.
Dengan sikap ini pula anak akan bertindak sesuai dengan
kemampuan keluarga sehingga diharapkan anak maupun orang tua akan
saling mengerti dan saling mengisi satu dengan yang lain. Dengan
demikian, diharapkan akan adanya saling pengertian diantara seluruh
anggota keluarga, dan diharapkan akan terbina dan tercipta saling
tanggung jawab sebagai anggota keluarga
Dengan komunikasi yang terbuka antara anggota keluarga, maka
akan terbina saling pengertian, hal-hal baik perlu dipertahankan dan
vii
dikembangkan, dan hal-hal yang tidak baik perlu dihindarkan. Dengan
demikian, akan trerbentuk sikap saling terbuka, saling mengisi, slaing
mengerti dan akan terhindar dari kesalahpahaman.
Dalam keluarga ada kemungkinan terjadi beberapa pola
komunikasi, di antaranya adalah pola kesamaan (equality) yang berarti
antara suami dan istri mempunyai kedudukan yang seimbang, ini
merupakan komunikasi diharapkan dalam keluarga. Tetapi, ada
kemungkinan terjadi pola komunikasi yang lain, misalnya pola
komunikasi yang di sebut “balanced” split(devito, 1995) yaitu suatu pola
komunikasi yang masih ada balanced atau keseimbangan antara suami dan
istri. Meskipun demikian, masing-masing pihak mempunyai otoritas dalam
bidang sehingga seakan-akan setiap pihak terlihat sebagai seorang expert
dalam bidang-bidang tertentu. Misalnya suami mempunyai kredibilitas
yang tingi dalam hal politik, sedangkan istri mempunyai kredibilitas yang
tinggi dalam hal ilmu.
Di samping itu juga ada kemungkinan terjadi pola komunikasi
yang disebut sebagai pola unbalanced split (DeVito, 1995), yaitu suatu
pola komunikasi interpersonal. Maksudnya, salah satu pihak suami atau
istri mendominasi, kelihatan sebagai seorang expert yang mendominasi
lebih dari setengah area komunikasi. Dalam hal ini salah satu pihak ada
kecenderungan mengontrol pihak lain dalam hal komunikasi. Selain pola-
pola tersebut masih ada kemungkinan pola komunikasi interpersonal yang
disebut sebagai pola monopoli. Dalam hal ini salah satu pihak suami atau
istri memonopoli komunikasi. Pola-pola tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
1. Equality
Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan
komunikasi secara merata dan seimbang, peran yang dimainkan
tiap orang dalam keluarga adalah sama. Tiap orang dianggap
sederajat dan setara kemampuannya, bebas mengemukakan ide-ide,
opini, dan kepercayaan..
2. Balanced Split
Kesetaraan akan tetap terjadi dalam pola komunikasi
keluarga ini, akantetapi setiap anggota keluarga akan memiliki
peranya masing-masing. Setiap orang akan berperan sesuai dengan
keahlian yang mereka miliki.
3. Unbalanced Split
Dalam pola ini satu orang mendominasi, satu orang
dianggap sebagai ahli lebih dari yang lainnya. Dalam pola
komunikasi ini peneliti berpendapat bahwa salah satu anggota
viii
keluarga lebih mendominasi di bandingkan dengan anggota
keluarga lainya dalam menentukan proses berjalanya suatu
keluarga, misalnya seorang ayah yang mengharuskan semua
keputusan di dalam keluarga di ambil sendiri oleh-nya.
4. Monopoli
Satu orang dipandang sebagai pemegang kekuasaan. Satu
orang ini lebih bersifat memberi perintah dari pada berkomunikasi.
Dalam pola komunikasi ini peneliti berpendapat bahwa pada pola
ini tidak jauh berbeda dengan pola komunikasi tak seimbang
terpisah, hanya saja pada pola komunikasi monopoli seseorang
bukan hanya dominan dalam mengemukakan pendapat atau
membuat keputusan, akan tetapi lebih ke memberi perintah pada
anggota keluarga lain.
C. Sikap dalam Hubungannya dengan Komunikasi
Walaupun ada beberapa pengertian tentang sikap, namun akan
dikemukakan salah satu pengertian mengenai sikap, yaitu merupakan
organisasi keyakinan-keyakinan seseorang mengenai suatu objek yang
disertai pe- rasaan-perasaan tertentu yang sedikit banyak bersifat tetap, dan
memberikan dasar pada orang tersebut untuk bertindak dalam cara
tertentu.
Pengertian tersebut memberikan makna bahwa sikap yang ada pada
seseorang akan memberi warna tentang bagaimana seseorang itu
bertindak. Tindakan seseorang akan dilatarbelakangi oleh sikap yang ada
padanya. Apa yang diperbuat oleh suami atau istri akan menggambarkan
sedikit banyak tentang sikapnya.
Suatu sikap selain menjadi salah satu pendorong yang akan mewarnai
seseorang dalam bertindak, juga memunculkan perasaan yang menyertai
suatu sikap tertentu itu. Misalnya seorang istri mempunyai sikap senang
terhadap sesuatu, maka dengan sikap senang itu adanya tendensi dari istri
untuk berbuat sesuai dan mendekati kepada objek yang disenanginya itu.
Sebaliknya kalau istri tidak senang maka ia akan bertindak menjauhi dari
apa yang ia tidak senangi itu.
Dengan demikian, maka bagaimana sikap seorang istri terhadap
suaminya atau sikap seorang suami terhadap istrinya akan mempunyai
peranan penting dalam hubungan antara suami dan istri itu. Jadi, kalau ada
sikap tak senang terhadap pasangannya, ini berarti sudah ada tanda bahaya
dalam kehidupan keluarga tersebut, yang menyebabkan komunikasi antara
suami dan istri akan terganggu.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sikap seseorang, baik
seorang suami terhadap istrinya ataupun sikap istri terhadap suaminya, ada
ix
hal- hal yang melatarbelakangi mengapa seseorang mengambil sikap
tertentu itu. Di sini akan dilibatkan fungsi dari sikap. Menurut Katz
(Secord & Backman, 1964) ada 4 fungsi mengenai sikap, yaitu:
1) Sikap sebagai instrument atau alat untuk mencapai tujuan.
x
Seseorang ingin mengerti, ingin membentuk pengalaman-pengalamannya
dengan benar, jika elemen-elemen yang diperolehnya tidak konsisten
dengan apa yang telah diketahuinya, maka hal tersebut akan disusun
kembali atau diubah sehingga menjadi konsisten.
Dari hal-hal tersebut dapat dikemukakan bahwa kalau seorang suami atau
istri mempunyai sikap tertentu terhadap sesuatu, maka untuk dapat mengetahui
lebih jauh, kiranya perlu diketahui apa yang melatarbelakanginya. Mungkin sikap
yang diambil itu untuk mempertahankan "aku"-nya, ataupun mungkin sebagai alat
untuk penyesuaian diri, sebab dengan mengetahui latar belakangnya orang dapat
dengan lebih tepat melakukan langkah lebih lanjut. Apabila dipandang bahwa
sikap itu perlu diubah misalnya, maka usahakanlah langkah-langkah untuk
mengubah sikap itu.
xi
sikap itu dapat diubah, dapat dibentuk.Untuk mengubah dan membentuk
sikap dapat ditempuh secara langsung dengan tukar pikiran, dengan tatap
muka.
xii
Tetapi kalau suami atau istri tidak dapat meyakinkan hal tersebut, maka
jangan berharap bahwa apa yang dikemukakan itu akan dapat diterima
oleh pihak lain.
xiii
diwarnai oleh sikap yang ada padanya. Dalam rangka pengubahan dan
pembentukan sikap dapat melalui komponen-komponen tersebut. Ini
berarti bahwa untuk mengubah dan membentuk sikap yang baru dapat
melalui komponen kognitif, komponen afektif atau komponen konatif.
xiv
diharapkan akan dapat mengubah sikap calon mertua yang bersangkutan.
Misalnya asal datang berkunjung membawa buah tangan dapat menimbulkan rasa
senang calon mertua, maka hal tersebut akan dapat mengubah sikap yang ada pada
calon mertua yang bersangkutan.
xv
3. Konformitas. Cara ini adalah usaha untuk menjadikan conform dengan
pihak lain. Berkaitan dengan hal ini diberikan gambaran bahwa dari pihak lain ada
hal-hal yang kiranya dapat dijadikan acuan sehingga ada baiknya kalau seseorang
menjadi conform dengan pihak lain tersebut. Dalam hal ini menggunakan
keluarga lain sebagai acuan karena keluarga lain itu dianggap dalam keadaan baik.
4. Diskusi. Dengan diskusi maka dapat saling tukar pikiran antara su- ami
dan istri ataupun dengan anggota keluarga yang lain sehingga dengan demikian
akan terbentuklah suatu sikap tertentu seperti apa yang dikehendaki. Masing-
masing mengemukakan pendapatnya beserta argumentasi-argumentasi sehingga
dengan demikian apa yang diambil itu disertai dengan penuh pengertian, dan
penuh keyakinan. Akibatnya keputusan yang diambil dapat menjadi pegangan
yang tangguh dalam kehidupan keluarga. Dengan diskusi apa yang diterimanya
benar-benar dapat diyakininya sehingga dengan demikian bila ada pendapat
ataupun pemikiran lain akan dapat dipertimbangkan secara mendalam. Kiranya
dengan jalan diskusi itulah akan didapatkan suatu hasil yang cukup baik, bila
dibandingkan dengan cara-cara yang lain, terlebih kalau masing- masing pihak
telah dapat menggunakan kemampuan berpikirnya untuk menganalisis hal-hal
yang dihadapkan kepadanya.
xvi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
xvii
keterbukaan terhadap istri. Langkah yang ditempuh oleh ist ialah
memberikan pengertian-pengertian tentang sikap keterbukaan itu,
bagaimana keuntungan dalam kehidupan keluarga. Demikian pula
bagaimana pengaruh sikap ketertutupan dalam keluarga, hubungan antara
suami dan istri yang tertutup akan memberikan pengaruh yang kurang
baik, sebaliknya adanya pengaruh yang baik dengan komunikasi terbuka
antara suami dan istri.
xviii
DAFTAR PUSTAKA
Karel, Rivika Sakti, Miriam Sondakh, Yuriwati Pasoreh. 2014. Komunikasi Antar
Pribadi Pada Pasangan Suami Istri Beda Negara. Journal “Acta Diurna”.
Vol.III, No.4.
xix