You are on page 1of 11

MAKALAH

PERAN CINTA DALAM PERKAWINAN

Mata Kuliah Bimbingan Konseling Keluarga

Dosen Pengampu: Mulyani, M.Pd

Disusun Oleh:

Nurul Fajriyana 1121600004

Rieza Ajie Pangestu 112160006

Annisa Nur Faizah 1121700015

Kelas 4A

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

2023
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang mewakili perasaan kami saat ini kecuali rasa syukur. Untuk itu, kami
ucapkan terima kasih kepada Tuhan atas rahmat-Nya, kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik. Meski mendapatkan kendala, tapi kami bisa melaluinya sehingga Makalah yang
berjudul "Peranan Cinta Dalam Perkawinan" ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat. Kami ucapkan
terima kasih kepada dosen Pengampu yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Selain
itu saya sangat berterima kasih teman-teman. Mereka telah memberikan dukungan serta doa
sehingga saya memiliki kekuatan lebih untuk mengumpulkan data dan melakukan analisis.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan. Sebagai penulis, kami
berharap pembaca bisa memberikan kritik agar tulisan selanjutnya jauh lebih baik. Di sisi
lain, kami berharap pembaca menemukan pengetahuan baru dari Makalah ini. Walaupun
tulisan ini tidak sepenuhnya baik, kami berharap ada manfaat yang bisa diperoleh oleh
pembaca. Demikian sepatah dua patah kata dari kami. Terima kasih.

Tegal, 09 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................4

1. Latar Belakang...........................................................................................................................4

2. Rumusan Masalah.....................................................................................................................5

3. Tujuan Penulisan........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................6

1. Cinta dalam Perkawinan/Pernikahan.........................................................................................6

2. Peranan Cinta dalam Perkawinan..............................................................................................8

3. Cara Memupuk Cinta dalam Perkawinan...................................................................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................................................................10

1. SIMPULAN................................................................................................................................10

2. SARAN......................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara pria dan wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal (walgito, 2017). Ju,
dkk (2013) menyatakan bahwa individu melakukan pernikahan karena adanya
motivasi untuk menikah. Motivasi individu untuk menikah yaitu cinta, persahabatan,
mengesahkan hubungan seksual, mengesahkan identitas anak, kesiaoan menikah,
keuntungan yang sah dan hubungan jarak jauh. Atwater (Ginanjar, 2011) menyatakan
bahwa salah satu motivasi individu untuk menikah adalah cinta. Cinta merupakan
aspek pentik dalam sebuah hubungan romantis seperti pernikahan.
Pernikahan merupakan landasan natural bagi berkembangnya konflik, karena
setiap individu memiliki pengamatan dan harapan yang berbeda ( sadarjoen, 2005).
Hubungan pasangan suami istri tidak selalu membuahkan hubungan yang selaras dan
serasi. Terdapat pula perkawinanperkawinan yang sejak awal dipenuhi dengan
perbedaan-perbedaan baik perbedaan status sosial ekonomi, perbedaan tingkat
pendidikan, maupun perbedaan agama. Ketika terjadi ketidakcocokan minat atau
kemauan antara keduanya maka hal ini harus dipecahkan dengan melibatkan
pemikiran yang sadar, serta penuh pertimbangan. Seseorang (baik suami atau istri)
mungkin akan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan pemecahan yang ada,
menginterpretasikan situasi, mempertimbangkan perasaan pasangannya dan akhirya
mengambil keputusan apakah akan berperilaku menuruti kemauan sendiri atau saling
memaafkan, kesediaan berkorban demi menjaga keberlangsungan hubungan.
Kesediaan berkorban pasangan tergantung pada komitmen individu terhadap
perkawinannya, hal ini sejalan dengan Van Lange (1997) yang menyatakan bahwa
komitmen adalah pusat dorongan dalam suatu hubungan berkelanjutan, dan rasa
komitmen melahirkan suatu kesediaan berkorban dan memaafkan demi
keberlangsungan hubungan. Masalah memohon dan memberi maaf sering kali
menjadi masalah sentral didalam hubungan pernikahan. Sebagai suami istri segala
kebutuhan yang berbeda harus diarahkan untuk kebutuhan bersama. Suami istri tidak
lagi saling menutup diri, tidak ada yang mementingkan diri sendiri dan semua
kebutuhan rumah tangga seharusnya didiskusikan bersama. Untuk dapat melakukan
hal itu suami istri harus terus menerus saling belajar dan saling menyesuaikan diri
supaya tujuan keluarga tidak saling bertentangan. Ikatan perkawinan mestinya
berlangsung seumur hidup dan diharapkan pasangan suami istri mampu menjaga dan
mengembangkan ikatan tersebut. Dengan demikian proses penyesuaian diri dalam
perkawinan akan berjalan terus menerus sepanjang hidup perkawinan itu sendiri.
Akhir- akhir ini banyak keluarga yang terganggu oleh berbagai masalah,
seperti: Masalah ekonomi, perselingkuhan, dan menurunnya kewibawaan orangtua
karena mereka memperlihatkan perilaku yang tidak baik seperti: berjudi, mabuk-
mabukan, berselingkuh yang membuat suami istri bermusuhan.
Kebanyakan kasus-kasus ini diajukan ke pengadilan agama yang
menyelesaikan kasus-kasus keluarga berdasarkan agama saja dan jarang dianalisis
oleh pengadilan berdasarkan psikologis, yaitu seberapa jauh perkembangan suami istri
yang bermasalah itu dapat mengancam keutuhan keluarga. Diusahakan agar dapat
mengungkapkan perasaan, kemarahan, kesedihan, dan keterancamannya.

2. Rumusan Masalah
1. Peran Cinta dalam Perkawinan
2. Cara memupuk Cinta dalam Perkawinwan
3. Faktor yang Mempengaruhi Peran Cinta dalam Perkawinan

3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Peranan Cinta dalam Perkawinan
2. Untuk mengetahui Cara memupuk Cinta dalam Perkawinan
3. Untuk mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Peranan Cinta dalam Perkawinan
BAB II
PEMBAHASAN

1. Cinta dalam Perkawinan/Pernikahan


a) Cinta
Bila dijabarkan secara umum, cinta tidak memiliki arti yang konkret. Cinta itu
tidak bisa dilihat secara nyata, namun hanya bisa dirasakan pada setiap orang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Cinta adalah suka sekali, sayang
benar, kasih sekali, terpikat, berharap sekali, rindu, khawatir, dan risau. Pada
dasarnya cinta termasuk bagian dari hidup kita, tidak mungkin seseorang hidup
tanpa cinta dan kasih sayang orang sekitar.
Menurut Robert J. Sternberg dalam teorinya mengenai segitiga cita
diungkapkan bahwa cinta adalah bentuk emosi paling dalam dan yang paling
diharapkan dalam diri manusia. Manusia akan melakukan segala hal atas dasar cinta.
Arti cinta disini bisa dibilang tidak masuk akal karena mengatasnamakan segala hal
entah positif maupun negative dengan cinta.
Tetapi, Hendrick dan Hendrick memiliki pandangan yang berbeda daripada
ahli lain, menurutnya tidak ada fenomena yang dapat menggambarkan apa itu cinta.
Karena cinta merupakan perasaan emosional dan mental yang kompleks. Dan setiap
individu mengalami tipe cinta yang berbeda bentuk dan kualitas.
Aron dan Aron (Sternberg, 2006) menyatakan bahwa cinta merupakan
kumpulan emosi yang terkait dengan keinginan untuk memasuki atau
mempertahankan hubungan dekat dengan orang tertentu. Gottman dan Gottman
(2017) menyatakan bahwa cinta merupakan emosi utama yang menyatukan individu
untuk membentuk hubungan yang kuat, dan berkomitmen dan terlepas dari orientasi
seksual. Montagu (Widianti, 2006) menyatakan bahwa cinta merupakan perasaan
memerhatikan, menyayangi, dan menyukai secara mendalam, yang biasa disertai
rasa rindu dan hasrat terhadap orang tertentu. Elain dan William (Widianti, 2006)
menyatakan bahwa cinta merupakan suatu keterlibatan yang sangat mendalam, yang
diasosiasikan dengan timbulnya rangsangan fisiologis yang kuat, dan diiringi dengan
perasaan mendambakan pasangan dan keinginan untuk memuaskannya.
Stenberg (2006) menyatakan bahwa dalam cinta memiliki tiga komponen,
yaitu:
1. Hasrat
Hasrat menekankan pada intensnya perasaan serta perasaan keterbangkitan
yang muncul dari daya tarik fisik dan seksual. Pada jenis cinta ini, individu
mengalami ketertarikan fisik secara nyata, selalu memikirkan individu
yang dicintainya sepanjang waktu, melakukan kontak mata secara intens
saat bertemu, mengalami perasaan indah seperti melambung ke awan,
mengagumi dan terpesona dengan pasangan, detak jantung meningkat,
mengalami perasaan sejahtera, ingin selalu bersama pasangan yang
dicintai, memiliki energi yang besar untuk melakukan sesuatu demi
pasangan, merasakan adanya kesamaan dalam banyak hal, dan merasa
sangat bahagia.
2. Keintiman
Keintiman berkaitan dengan kedekatan perasaan antara dua orang dan
kekuatan yang mengikat untuk bersama. Sebuah hubungan akan mencapai
keintiman emosional jika kedua pihak saling mengerti, terbuka, saling
mendukung, bisa berbicara apapun tanpa takut ditolak, serta saling
memaafkan dan menerima ketika tidak sependapat atau berbuat kesalahan
3. Komitmen
Komitmen berkaitan dengan keputusan yang dibuat untuk tetap bersama
dengan pasangan. Komitmen dapat bermakna mencurahkan perhatian,
melakukan sesuatu untuk menjaga suatu hubungan tetap langgeng,
melindungi hubungan tersebut dari bahaya, serta memperbaiki bila
hubungan dalam keadaan kritis.
b) Perkawinan/Pernikahan
Perkawinan merupakan suatu istilah yang sering didengar oleh masyarakat
umum. Menurut UU Perkawinan No.1 Tahun 1974, yang simaksud perkawinan
merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk Keluarga (Rumah Tangga) yang Bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan YME (Wantjik ,1976) .
Dalam perkawinan adanya ikatan lahir dan batin keduanya. Ikatan lahir adalah
merupakan ikatan yang Nampak,ikatan formal sesuai dengan peraturan yang ada.
Oleh karena itu perkawinan pada umumnya diinformasikan kepada masyarakat luas
agar masyarakat dapat mengetahuinya. Ikatan batin adalah ikatan yang tidak Nampak
secara langsung, merupakan ikatan Psikologis. Antara suami dan istri harus ada
ikatan ini, harus saling cinta mencintai satu dengan yang lain, tidak adanya paksaan
dalam perkawinan.

2. Peranan Cinta dalam Perkawinan


1) Menghubungkan dua individu menjadi satu kesatuan
Cinta merupakan sumber kekuatan dan fontasi utama dalam perkawinan.
Susah rasanya membangun perkawinan yang Bahagia kalua tidak ada cinta
didalamnya. Cinta inilah yang nantinya akan merekatkan dua individu
dengan sifat dan kepribadian yang berbeda untuk bisa berjalan bersama
menuju satu arah. Kalau tidak ada cinta, rasanya akan susah membangun
keharmonisan dalam hubungan.
2) Meningkatkan kebahagiaan dalam perkawinan
Banyak perkawinan yang berakhir karena merasa tidak nyaman dan tidak
Bahagia juga merasa sudah tidak saling mencintai. Perkawinan yang
dilandaskan oleh kecocokan dan cinta pasti akan bertahan.
3) Membantu pasangan melewati masa sulit.
Dengan adanya cinta, kesulitan hidup yang dilalui akan terasa mudah
apabila ditemani dengan pasangan, dengan cinta juga dapat dapat
melupakan akan sakit hati akan masalah yang dilalui.

3. Cara Memupuk Cinta dalam Perkawinan


1. Berkomunikasi secara terbuka dan jujur
Dengan saling jujur dan terbuka, menjadikan suatu hubungan bisa langgeng
dan terus memupuk cinta didalamnya. Karena banyak hubungan perkawinan yang
penuh masalah akibat sering curiga terhadap pasangan, dengan komunikasi yang
terbuka dan jujur akan meminimalisir masalah yang disebabkan atas kecurigaan.
Dengan saling terbuka juga akan lebih bisa memahami antara satu dengan yang lain.
Dengan saling jujur,pun akan membuat perkawinan terasa nyaman, karena jika
sudah terdapat kenyamanan dalam saling berbagi rahasia, tidak akan saling
menghakimi. Nah apabila dalam perkawinan sudah bisa saling terbuka dan tidak
menyimpan rahasia, maka ikatan cinta menjadi kuat tidak mudah goyah, saling
percaya ketika sedang tidak bersama dengan pasangan. Kepercayaan lebih dari
sekedar kesadaran Otenik bahwa pasangan memberitahukan hal yang sebenarnya,
tetapi memberikan kepercayaan berarti jug mengetahui pasangan dapat berbicara
dengan bijaksana atas nama kita. Selain itu, sepenuhnya mempercayai pasangan
dalam perkawinan berarti ada tingkat rasa hormat yang tinggi dalam pernikahan
tersebut.
2. Saling Pengertian
Individu dikatakan saling mencintai bila keduanya bersedia memberikan rasa
pengertian satu sama lain. Saling pengertian mengandung arti Mengerti kepada hal-
hal yang disenangi dan tidak disenangi pasangan. Pengertian kadang-kadang
menuntut pengorbanan dan menekankan keinginan demi pengertian kepada
pasangan.
3. Menghindari kebiasaan yang merusak hubungan.
Tidak ada sebuah hubungan yang berjalan mulus tanpa adanya masalah dan
tantangan. Agar sebuah hubungan dapat melalui masalah dan tantangan yang
muncul, dibutuhkan kerjasama dari kedua bbelah pihak yang menjalin hubungan.
Berbagai hal, kegiatan, perilaku, sikap, bahkan kebiasaan pihak yang bersangkutan
dapat mempengaruhi perjalanan sebuah hubungan. Akan baik jika kedua nya dapat
salingg mengerti dan melengkapi kekurangan satu sama lain.
Untuk merasakan pentingnya Cinta dalam perkawinan, diperlukannya kebiasaan
yang merusak hubungan seperti membanding-bandingkan dengan orang lain terlebih
lagi mantan. Cemburu yang tidak beralasan, cemburu merupakan perasaan yang
sangat normal dan wajar dirasakan sebuah pasangan tetapi jangan sampai cemburu
mengambil alih sikap dan perilaku seseorang.
4. Kerjasama dan pernyataan kasih sayang.
Individu dikatakan saling mencintai apabila dapat saling bekerjasama terkait
ketersediaan untuk membantu agar keadaan menjadi lebih baik. Pernyataan kasih
sayang juga merupakan ungkapan perasaan sayang baik secara lisan maupun
perbuatan kepada pasangan, agar dapat mengetahui perasaan satu sama lain.
BAB III
PENUTUP
1. SIMPULAN
Berdasarkan beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa ada 3 (tiga)
komponen cinta diantaranya, Hasrat, komitmen, dan keintiman. Hasrat merupakan
keinginan/harapan yang kuat terhadap suatu hal khususnya perkawinan. Sedangkan
Komitmen perkawinan merupakan sejauh mana individu mengalami orientasi jangka
Panjang terhadap suatu hubungan, termasuk keinginan untuk mempertahankan
hubungan untuk lebih baik atau lebih buruk. Jika keintiman dalam perkawinan yaitu
kemampuan untuk mengalami suatu hubungan yang bersifat terbuka, mendukung, dan
mengasihi satu sama lain tanpa merasa takut dipersalahkan atau kehilangan
kepribadian.
Cara untuk memupuk rasa cinta dalam perkawinan yaitu dengan
Berkomunikasi secara terbuka dan jujur, Saling Pengertian, Menghindari kebiasaan
yang merusak hubungan, Kerjasama dan pernyataan kasih sayang. Dan Pentingnya
Cinta dalam perkawinan diantaranya Menghubungkan dua individu menjadi satu
kesatuan, Meningkatkan kebahagiaan dalam perkawinan, dan Membantu pasangan
melewati masa sulit.

2. SARAN
Untuk Pembaca, agar lebih bijak lagi dalam memahami sebuah permasalahan yang
ada dalam suatu hubungan terutama Perkawinan, dengan cara-cara yang ada, agar bisa
diperunakan sebaik mungkin dalam memupuk cinta dalam Perkawinan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.


Fatimah, S. (2018). Hubungan cinta komitmen dengan kepuasan pernikahan
dimodetori oleh kebersyukuran. Jurnal psikodimensia,17 (1): 26-35.
Indriastuti, I., & Nawangsari, N.A.F. (2014). Perbedaan cinta (Intimacy, passion,
commitment) ditinjauh dari lamanya usia perkawinan pada istri yang bekerja. Jurnal
Psikologi Industri dan Organisasi, 52(-): 262-304.
Willis, Sofyan. 2013. KONSELING KELUARGA. Penerbi Alfabeta. Bandung
Walgito, Bimo. 2002. Bimbingan & Konseling Perkawinan. ANDI. Yogyakarta

You might also like