Professional Documents
Culture Documents
Definis Perencanaan Partisipatif
Definis Perencanaan Partisipatif
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan pembangunan kabupaten menggunakan kerangka kerja
partisipatif yang disebut dengan perencanaan pembangunan partisipatif .
Perencanaan pembangunan partisipatif menghendaki adanya keterlibatan aktif
dan optimal dari seluruh pemangku kepentingan stakeholders yang ada di
kabupaten, pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan
menciptakan rasa memiliki. Pemerintah kabupatenkota dalam membuat
perencanaan tetap harus mengacu kepada dokumen pembangunan provinsi
dan dokumen perencanaan pembangunan nasional. Jadi, perencanaaan
pembangunan partisipatif ini memadukan antara proses perencanaan yang
bergerak dari bawah ke atas bottom-up dan proses perencanaan yang bergerak
dari atas kebawah top down. Perencanaan Partisipatif adalah perencanaan
yang dalam tujuannnya melibatkan kepentingan rakyat, dan dalam prosesnya
melibatkan rakyat baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan untuk
kepentingan rakyat, yang bila dirumuskan dengan tanpa melibatkan rakyat
maka akan sulit dipastikan bahwa rumusannya berpihak pada rakyat. Menurut
Alexander Abe 2005, perencanaan partisipatif akan mempunyai
(2) efektifitas dan efesiensi dari program atau proyek pembangunan akan
lebih mudah dicapai, apalagi dalam kondisi kontribusi masyarakat dapat
mengurangi beban biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu implementasi
pembangunan; dan (3) partisipasi secara etik-moral merupakan hak demokrasi
bagi rakyat, sehingga dengan partisipasi yang maksimal pemerintah sudah
otomatis meredam potensi resistensi dan proses sosial bagi efek-efek samping
pembangunan.
6. RUANG LINGKUP
4. Keith Davis, Makna partisipasi adalah sebagai suatu keterlibatan mental dan
emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di
dalamnya. Berdasarkan defenisi tersebut kunci pemikirannya ialah
keterlibatan mental dan emosi.
Teori Partisipasi
Teori partisipasi mewakili perpindahan dari strategi global, aspasial dan top-down
yang mendominasi inisiatif pembangunan awal ke metodologi yang lebih sensitif
secara lokal. Meskipun terdapat perbedaan pendapat dalam literatur mengenai asal
mula teori partisipasi, terdapat konsensus bahwa teori tersebut berasal dari ilmu
politik dan teori pembangunan.
Slamet (2003:8) menyatakan bahwa ada tiga tradisi konsep partisipasi terutama
apabila dikaitkan dengan pembangunan masyarakat yang demokratis yaitu:
Konsep partisipasi yang satu ini lebih berorientasi pada “mempengaruhi” dan
“mendudukan wakil-wakil rakyat” dalam lembaga pemerintah dibandingkan
partisipasi aktif dalam proses-proses kepemerintahan itu sendiri.
Konsep yang satu ini menekankan partisipasi langsung warga dalam pengambilan
keputusan pada lembaga dan proses pemerintahan. Partisipasi warga bukan hanya
sekedar kepedulian kepada penerima derma atau kaum yang tersisih menuju
kepedulian dengan beragam bentuk keikutsertaan warga dalam penyusunan kebijakan
dan pengambilan keputusan pada berbagai gelanggang kunci yang berpengaruh
terhadap kehidupan mereka.
Partisipasi warga berbeda dengan partisipasi sosial, partisipasi warga memang
berorientasi pada agenda penentuan kebijakan publik.
Jenis Partisipasi
Cohen dan Uphoff (Siti Irene A.D., 2011:61) membagi pasrtisipasi menjadi empat
jenis, yaitu:
Menurut Tilaar (2009), partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk
mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan
antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottom-up) dengan
mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan
masyarakatnya.
1. Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena
dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.
7. Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk
saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada,
khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.
Jenis-jenis Partisipasi Masyarakat
BACA JUGA
Kecerdasan Interpersonal
a. Manipulasi (Manipulation)
Manipulation merupakan tingkat partisipasi yang paling rendah dan sebagai
tangga pertama dari delapan anak tangga partisipasi. Pada tingkatan ini
pemerintah membuat program pembangunan kemudian membentuk komite
(Badan Penasehat) untuk mendukung pemerintah. Dengan dibentuknya
komite tersebut, pemerintah memanipulasi masyarakat sehingga munculnya
anggapan bahwa program tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Partisipasi masyarakat hanya dijadikan kendaraan oleh pemerintah, sehingga
mengakibatkan tidak adanya peran serta masyarakat.
b. Terapi (Therapy)
Therapy merupakan tangga kedua. Pada tingkatan ini, terapi digunakan untuk
merawat atau menyembuhkan penyakit masyarakat akibat adanya kesenjangan
antara masyarakat kaya dan miskin ataupun kesenjangan kekuasaan dan
kesenjangan ras yang telah menjadi penyakit di masyarakat. Pada tingkat ini,
pemerintah membuat berbagai program pemerintah yang hanya bertujuan
untuk mengubah pola pikir masyarakat seperti proses penyembuhan pasien
dalam terapi sebagai upaya untuk mengobati masalah-masalah psikologis
masyarakat seperti halnya perasaan ketidakberdayaan (sense of powerless),
tidak percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka bukan komponen penting
dalam masyarakat.
d. Konsultasi (Consultation)
e. Perujukan (Placation)
f. Kemitraan (Partnership)
4. Dorongan dari para pemimpin setiap komunitas untuk tidak mau melepaskan
kekuasaannya, karena inti dari pemberdayaan adalah berupa pelepasan
sebagian kewenangan untuk diserahkan kepada masyarakat sendiri.
PARTISPATIF….
A. Perencanaan
B. Perencanaan Partisipatif
Metode ini menekankan adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam
merencanakan pembangunan (penyelesaian masalah) mulai dari pengenalan
wilayah, pengidentifikasian masalah sampai penentuan skala prioritas.
Teknik PRA antara lain: (1) Secondary Data Review (SDR)- Tinjau Data
Sekuder; (2) Direct Observation-Observasi Langsung; (3) Semi-Structured
Interviewing (SSI)-Wawancara Semi Tersruktur; (4) Focus Group Discussion
(FGD)-Diskusi Kelompok Terfokus; (5) Preference Ranking and Scoring; (6)
Direct Matrix Ranking; (7) Peringkat Kesejahteraan; (8) Pemetaan Sosial; (9)
Transek (Penelusuran); (10) Kalender Musim; (11) Alur Sejarah; (12) Analisa
Mata Pencaharian; (13) Diagram Venn; (14) Kecenderungan dan Perubahan.
1. Mapalus di Minahasa
2. Makombong di Enrekang