Professional Documents
Culture Documents
Agama Kristen Protestan
Agama Kristen Protestan
Disusun Oleh Kelompok 7 :
Ulfa Pridayanti 17105030059
Ahmad Syakir Maulana 17105030060
Alfa Limatu Szanaya 17105030063
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Menguasai seluruh alam
berkat taufik dan hidayah-Nya, akhirnya kami telah selesai menyusun makalah untuk
mata kuliah Sejarah Agama-agama yang berjudul Agama Kristen Protestan.
Sholawat dan salam tak lupa kami sanjungkan kepada baginda Nabi tercinta
Rasulullah Muhammad SAW. yang kita nantikan syafaat beliau di yaumul akhir nanti.
Amin.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen kami, Bapak Prof. Dr.
H. Fauzan Naif, M.A. yang telah ikhlas mengajar mata kuliah Sejarah Agama-agama di
kelas C. Tak lupa kepada Ayah dan Ibu kami tercinta di kampung halaman yang
senantiasa mendoakan putra-putrinya tak henti-henti. Juga teman-teman Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir khususnya kelas C yang turut memberikan motivasi dan masukan dalam
penyelesaian tugas ini.
Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan tugas
makalah di masa mendatang. Dan kami berharap, semoga makalah sederhana ini
memberi manfaat kepada pembaca yang budiman.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Pembahasan 3
D. Manfaat Pembahasan 3
BAB II: PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Asal-usul Agama Kristen Protestan 5
a) Keadaan Gereja Sebelum Reformasi Luther 5
b) Kelahiran Agama Kristen Protestan 6
B. Perkembangan Agama Kristen Protestan 7
a) Latar Belakang Reformasi 7
b) Perkembangan Reformasi 17
c) Perbedaan Pokok antara Calvin dan Luther 18
d) Perkembangan Lebih Lanjut 18
C. Pokok-pokok Ajaran Protestan 19
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan 29
B. Kritik dan Saran 30
Daftar Pustaka 31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bicara agama secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni agama
buatan manusia dan agama wahyu yang tentu saja sangat berbeda satu dengan
lainnya. Tuhan telah mengirim para Nabi dan para utusanNya agar manusia
membuang agama-agama yang dibuat oleh tangan manusia dan menggunakan agama
yang diwahyukan. Tetapi adat-istiadat lama sukar sekali dihilangkan. Beberapa bagian
dari agama bikin-bikinan manusia ini tetap tertinggal dan terserak dalam agama wahyu.
Para pendeta dari agama yang lama dan orang-orang yang percaya dengan
setengah hati kepada agama wahyu ini, mendapatkan bahwa lebih enak
dan menguntungkan untuk tetap menjalankan praktik-praktik adat kebiasaan lama.
Mereka membangkitkannya lagi setelah wafat nabiNya dan mencampurinya dengan
kepercayaan serta amalan dari agama wahyu. Dengan berlalunya waktu, roh semangat
itu lenyap dan agama wahyu pun menjadi rusak dan tafsiran-tafsiran bikinan manusia
menyusup ke dalamnya. Maka kita dapati bahwa sebagian besar agama-agama yang
ada adalah campuran dari bagian-bagian yang terambil oleh tangan-tangan manusia
serta agama yang diwahyukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal-usul agama Kristen Protestan?
2. Bagaimana perkembangan agama Kristen Protestan?
3. Apa saja pokok-pokok ajaran agama Kristen Protestan?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengenal sejarah atau asal usul adanya agama Kristen Protestan
2. Mengetahui perkembangan agama Kristen Protestan
3. Mengetahui pokok-pokok ajaran agama Kristen Protestan
D. Manfaat Pembahasan
1. Menambah wawasan keagamaan, terutama yang berhubungan dengan agama
Kristen Protestan
2. Mengenal istilah-istilah yang digunakan agama Kristen Protestan
3. Mengetahui pokok-pokok ajaran agama Kristen Protestan
4. Dengan mengetahui adanya agama Kristen Protestan, diharapkan menambah sikap
toleransi kita dalam kehidupan terutama terkait hal agama di dalam konteks kehidupan
Negara Indonesia yang plural.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Asal Usul Agama Kristen
Nama “protestan” berasal dari kata “protes” yang dilancarkan oleh pangeran-
pangeran Jerman yang mendukung gerakan reformasi melawan keputusan mayoritas
yang beragama Katolik Romawi, sewaktu sidang dewan kekaisaran (Dewan Negara)
ke-2 di kota Speyer (1529) karena melarang meluasnya reformasi. Para raja atau
Pangeran Jerman tersebut pada umumnya menjadi pengikut Injili atau raja-raja Luteran,
dan menentang tekanan yang kuat sekali dari penguasa yang beragama Katolik. Dari
protes mereka timbullah kelompok “protestan”. Semula nama tersebut bernada negatif
dan bersifat ejekan tetapi lama-kelamaan disambut positif sebagai nama kehormatan.
1. Keadaan Gereja sebelum Reformasi Luther
Inti ajaran mistik gereja pada abad pertengahan ialah keinginan agar jiwa
mengalami dan merasakan Allah secara langsung, menyelinap di dalam-Nya serta
tenggelam di dalam-Nya. Teologi Bernhard dan Clairvaux, tokoh-tokoh utama pada
masa ini, adalah kesalehan yang mistik. Menurut pendapat mereka, jiwa harus
mengarahkan seluruh perhatiannya kepada Yesus Kristus yang sedang menderita
sengsara itu. Untuk itu ada tiga tahap pencapainya, yaitu (1) bila melihat Yesus jiwa
akan menyesali dosanya dan bertobat, (2) jiwa memikirkan dengan mencoba
mencontoh kasih Kristus dan dinyalakan olehnya dalam keasyikan yang tidak dapat
dikatakan. Sementara itu, tokoh terkenal lainya, Eckhart lebih berani berbicara tentang
persatuan Jiwa dengan Allah sendiri. Hanya Dia yang sungguh-sungguh ada, makhluk
sebenarnya tidak memiliki eksistensi bila dibandingkan dengan Allah. Akan tetapi
manusia mempunyai suatu cetusan dari hakikat ilahi dalam dirinya, yaitu “hati nurani”.
Oleh karena itu manusia perlu mengosongkan diri agar dapat menjadi sadar akan
kehadiran Allah di dalam dirinya, ia harus kehilangan seluruh perhatian kepada apa
yang tidak ada agar menjadi satu dengan Dia yang ada. Pada tingkat kesadaran
persatuan yang tertinggi, manusia adalah begitu dekat dengan Allah sehingga tidak
dapat dibedakan lagi dengan Dia.
Meskipun ajakan mistik dianggap bertentangan dengan iman Kristen, namun kaum
mistikus tetap beranggapan sebagai anggota-anggota gereja yang setia. Pemikiran
mistik sudah merupakan ajaran gereja yang diresapi oleh para pengikutnya, karena
gereja sendiri mengajarkan bahwa jiwa adalah lebih berharga daripada badan.
Pengaruh mistik dirasakan luas oleh kalangan bangsawan, biarawan dan orang-orang
kota, khususnya di Jerman Selatan, karena pada umumnya gereja dianggap tidak dapat
memuaskan kehidupan rohani mereka. Mereka lebih suka menyerahkan diri mereka ke
jalan mistik Kristen yang didasarkan pada alasan-alasan Alkitab dan pandangan-
pandangan filsafat Platonis yang bercorak pantaestik dan doalistik. Menurut mereka,
dalam Yahya 15:14 mereka dapat dipanggil sebagai sahabat Tuhan. Selain itu, ada
mistik yang menyebut dirinya “saudara-saudara dari Roh Kudus”. Di Jerman Selatan
mereka dapat dikatakan merupakan bidat-bidat yang menolak terang-terangan gereja
dan sakramen, karena manusia sendiri adalah Allah juga sehingga tidak dapat berdosa.
Golongan ini secara tegas menarik garis pemisah antara iman Kristen dan mistik
panteistik.
Ketika Sigmund menjadi raja di Bohemia mulailah perang Husit yang dahsyat
(1419-1436), yang dimulai oleh kelompok Calixtin, yang menuntut supaya kaum awam
boleh menerima perjamuan dengan dua rupa, bukan dengan roti saja, tetapi piala
anggur juga. Kelompok yang radikal, orang-orang Taborit, bermaksud membuang
segala perkara dan peraturan yang tidak nyata-nyata dalam taurat Allah (Al-kitab)
meraka memimpin kendali di lapangan militer dalam gerakan mereka yang membunuh,
membakar rumah biara. Akhirnya pasukan Paus dapat dikalahkannya. Peperangan
tersebut akhirnya padam, namun di Bohemia didirikan dan diakui sebuah Gereja Husit
disamping gereja Katolik. Orang-orang Taborip lama kelamaan hilang hanya
sekelompok yang masih ada di Bohemia yang kemudian dapat dipengaruhi oleh Gereja
Protestan.
Kekuatan Wiclif, Hus dan Safanarola meletakkan sikap yang keras terhadap
sekularisasi gereja yang dilawannya. Ajaran mereka selalu didasarkan pada Al-Kitab,
deikian pula aksi-aksi mereka dalam usaha merintis kearah pembaharuan gereja pada
masa itu.
Kelompok Humanis ingin juga mengatasi suasana abad pertengahan dengan arah
ingin kembali kepada ajaran gereja lama. Tokoh utamanya adalah Desiderius Erasmus
(1469-1536) seorang belanda. Pandangan Humanismennya merupakan suatu
campuran antara pandangan-pandangan Yunani-Romawi dengan ajaran Injil. Ia dapat
disebut sebagai bapak aliran Kekristenan yang serba bebas (Liberal) maksudnya,
menurut Erasmus Injil adalah suatu ajaran yang Indah tentang kebajikan manusi,
khususnya yang terdapat pada Khotbah Yesus dbukit. Baginya Yesus adalah
kegenapan yang paling sempurna dari segala perkara yang bersih dan benar, yang
sudah terdapat pada agama-agama kuno. Juga, menurut dia dalam filsafat berfikir
tentang Logos hanya disempurnakan saja oleh teologi Kristen dan Injil. Dalam
mendukung pemikiran-pemikirannya ia menerbitkan karya-karya Ireneus, Origenes,
Ambrosius, Agustinus, dsb. Adapun usaha pokoknya adalah menerbitkan perjanjian
baru dalam bahasa asing yaitu bahasa Yunani (1516), melakukan setudi kembali pada
bahasa Ibrani sebagai bahasa asli perjanjian. Kaya-karya tersebut dijadikan dasar oleh
Luther untuk menerjemakan Al-Kitab dalam bahasa Jerman.
Hampir sepanjang abad 15, para Paus tidak tinggal ditempat tinggalnya yang
tradisional yaitu Roma tetapi dikota Alvignon Prancic. Ditempat ini mereka sangat
dipengaruhi oleh Raja Prancis. Kenyataan tersebut tentu tidak memperkokoh posisi
mereka sebagai penguasa moral yang keberadaan mereka ada diatas segala golongan
dan semua pihak. Sewaktu usaha kembali ke Roma pada tahun 1378, gerakan-gerakan
siasat politik dalam pemilihan Paus telah menciptakan keadaan sedemikian rupa
sehingga terpilihlah dua orang Paus yang bertengkar satu sama lain secara hebat.
Peristiwa ini menimbulkan perpecahan dibarat (Schisma) pada tahun 1378 – 1417.
Dilingkungan gereja pun, kewibawaan Paus telah runtuh dan kebobrokan sangat
mencolok. Kemewahan diIstana Paus melebihi kemewahan diistana raja-raja Prancis
dan Inggris. Untuk mendukung kehidupan mewah dengan sendirinya diperlukan biaya
tinggi. Oleh sebab itu diperlukan uang yang diperoleh dari pajak kegrejaan, kemudian
juga dengan penjualan jabatan-jabatan dan surat indulgensi, yaitu pembebasan dari
hukuman dosa yang dapat diperoleh dengan pembayaran uang. Dalam kondisi seperti
itu, kemampuan kaum mistik dalam mempengaruhi dan menyadarkan kaum awam
melalui bahasa masing-masing benar-benar telah menggeser kedudukan rohaniawan
dalam memperkaya diri dibidang Agama dan sekaligus mengurangi monopoli gereja
dalam penyelamatan jiwa. Dalam kondisi yang memuncak, protes-protes berdasarkan
keagamaan mencapai titik didih yang menentukan bagi lahirnya reformasi terhadap
gereja, yang dipelopori Martin Luther pada tahun 1517. Semua hal yang terjadi dalam
gereja Eropa mempengaruhi jalannya reformasi ini. Dapat dipahami bahwa titik sentral
kritik berada pada gereja, karena gereja merupakan tulang punggung yang penting
dalam kehidupan bangsa Eropa pada saat itu. Apalagi Eropa sudah tidak lagi menjadi
satu kesatuan, sehingga gerakan yang bersifat kritis terhadap gereja tidak mudah
dipadamkan bahkan berkembang dan mendapat tempat dalam masyarakat luas.
H. Sakramen
Sakramen yaitu upacara suci dan resmi untuk bertemu degan Tuhan dan untuk
menerima rahmat Tuhan lewat tanda-tanda. Ada 7 sakramen, yaitu :
1) Pembaptisan (permandian)
2) Maha Kudus (ekaristi)
3) Penguatan (krisma)
4) Taubat (rekonsiliasi, pengakuan dosa)
5) Perkawinan (pernikahan)
6) Imamat (pentahbisan), dan
7) Minyak Suci (pengurapan orang sakit).
Sakramen-sakramen biasanya dilayankan oleh klerus (pada tahapan tertentu), dan
umumnya dipahami melibatkan unsur-unsur yang terlihat dan tak terlihat. Unsur yang
tak terlihat (yang bermanifestasi di dalam diri) dianggap terjadi berkat karya Roh
Kudus, rahmat Allah bekerja di dalam diri para penerima sakramen. Sedangkan unsur
yang terlihat (atau yang tampak dari luar) meliputi penggunaan benda-benda seperti air,
minyak, roti, serta hosti dan anggur yang dikosekrasi, penumpangan tangan; dimana
semuanya diteguhkan dengan suatu pernyataan oleh pelayan sakramen.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nama “protestan” berasal dari kata “protes” yang dilancarkan oleh Pangeran-
pageran Jerman yang mendukung gerakan reformasi. Dari protes mereka timbullah
kelompok “protestan”. Semula nama tersebut bernada negatif dan bersifat ejekan tetapi
lama-kelamaan disambut positif sebagai nama kehormatan.
Kelahiran agama Kristen Protestan banya dipengaruhi oleh latar belakang
perkembangan masyarakat Eropa Barat pada abad-abad menjelang kelahirannya, yaitu
abad XVI. Peristiwa yang mendorong timbulnya reformasi ialah penjualan surat-surat
penghapusan dosa (indulgensi) yang dilakukan semasa Paus Leo X.
Perbedaan antara Luther dan Calvin antara lain yaitu:
Luther
· Bertolak dari kesatuan antara kemanusiaan & keilahian Kristus,
· Pembenaran orang berdosa sebagai inti, pusat & puncak ajaran Kristen. Kesan:
perbuatan-perbuatan baik berbahaya untuk keselamatan (karena manusia terlalu
mengandalkannya).
Calvin
· Bertolak dari perbedaan antara kemanusiaan & keilahian Kristus,
· Kemuliaan Allah (gloria Dei) adalah tujuan utama dari segala-galanya: kelahiran
baru (regeneratio) atau pengudusan (sanctificatio) harus menyertai pembenaran orang
berdosa (justificatio).
Dan juga perkembangan agama protestan itu sampai seluruh benua di dunia
termasuk afrika dan asia
Mengenai pokok-pokok ajaran Kristen Protestan diantaranya : (1) Pengakuan Iman
Rasuli (berisi 12 pasal kepercayaan Kristen), (2) Kepercayaan tentang Tuhan (Allah
sebagai Tuhan, Allah sebagai manusia), (3) Yesus Kristus (sebagai Anak Allah Yang
Tunggal), (4) Roh Kudus (Allah melalui Roh Kudus bersemayam di hati manusia), (5)
Eskatologi (ajaran tentang kejadian-kejadian hari akhir), (6) Ajaran tentang Alam dan
Manusia, (7) Etika Kristen dan (8) Sakramen (ritual upacara suci untuk bertemu dengan
Tuhan).
B. Kritik dan Saran
Demikian pembahasan kami dalam makalah yang sederhana ini. Pepatah
mengatakan, “Tak ada gading yang tak retak”, begitu pula makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Kritik dan saran sangatlah kami harapkan dari para pembaca
sekalian untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya. Semoga makalah yang ringkas
ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Leeuwen, Arend Th van. 1997. Agama Kristen dalam Sejarah Dunia. Jakarta : Gunung
Mulia.
Romdhon. dan A. Singgih Basuki. 1988. Agama-agama di Dunia. Yogyakarta : IAIN
Sunan Kalijaga Press.
Sou’yb, Yusuf. 1996. Agama-agama Besar di Dunia. Jakarta : Al Husna Zikra.