You are on page 1of 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia pertambangan perhitungan volume overburden sangat diperlukan.


Perhitungan ini dipakai untuk mengetahui seberapa besar prestasi perusahaan untuk
melakukan proses penambangan sesuai dengan target yang dicapai. Selain itu juga
diperlukan untuk mengetahui seberapa besar prestasi dalam mengerjakan pemindahan
tanah penutup ( overburden ) yang tentunya sesuai dengan desain akhir ( final design ).

Salah satu cara agar produktivitas dari perusahaan tetap optimal adalah dengan
menjalankan setiap kegiatan penambangan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Biasanya setiap perusahaan mempunyai target produksi tersendiri. Target produksi tersebut
biasanya dinyatakan dalam stripping rasio. Stripping ratio merupakan jumlah overburden
yang dikupas untuk mendapatkan satu ton batubara.

Pengupasan overburden perlu dilakukan pengawasan pada setiap perusahaan agar target
dapat sesuai dengan perencanaan. Terdapat beberapa cara untuk melakukan pengawasan
terhadap kegiatan pengupasan overburden. Salah satu cara yang kerap dilakukan oleh
perusahaan adalah dengan membandingkan volume tanah penutup yang telah dikupas
(truck count) dengan perhitungan volume menggunakan sistem komputerasi (data
progress).

Perbandingan volume overburden ini digunakan sebagai acuan dalam evaluasi terhadap
kinerja dari berbagai pihak terkait, karena hasil antara volume overburden yang telah
dikupas (truck count) dengan volume smnggunakan sistem komputerisasi (data progress)
selalu berbeda. Oleh karena itu dengan penelitian ini, diharapkan dapat membantu evaluasi
dalam pengupasan overburden di PT. RPP Contractors Indonesia.

1
1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini:


1. Mendapatkan nilai produksi overburden berdasarkan data truck count
2. Mendapatkan nilai produksi overburden berdasarkan data survey progress
3. Mendapatkan hasil deviasi antara data truck count dan survey progress

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah


1. Perhitungan overburden menggunakan metode triangular grouping
2. Perhitungan overburden menggunakan software surpac 6.5.1
3. Perhitungan overburden ini mengikuti periode progress yaitu periode agustus 2016

Lokasi penelitian berada di pit Bara 2 di PT. RPP Contractors Indonesia jobsite PT.
BSSR desa Batuah, kecamatan Loajanan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi
Kalimantan Timur. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 15 agustus 2016 sampai 30
september 2016.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari tugas akhir ini terdiri dari lima bab, yaitu sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, tujuan penelitian, dan batasan masalah yang
menjelaskan hal-hal mengenai pembatas dalam penelitian, serta sistematika dari penulisan
penelitian ini.

2. Bab II Tinjauan Umum


Pada bab ini berisikan tentang tempat penelitiaan, profil perusahaan tempat penelitian
berlangsung, dan kesampaian daerah tempat penelitian.

2
3. Bab III Tinjauan Pustaka
Bada bab ini berisikan teori-teori yang menunjang dalam penjelasan pada pokok bahasan,
teori-teori tersebut berkaitan dengan teknik pemetaan dan juga beberapa metode
perhitungan volume overburden

4. Bab IV Pembahasan
Pada bab ini berisi mengenai pengolahan data survey dan perhitungan volume overburden
dengan metode triangular grouping, serta hasil perbandingannya dengan data truck count.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran


Pada bab ini membahas tentang pernyataan singkat dari hasil pencapaian penelitian yang
dilakukan pencapaian penelitian yang dilakukan, serta saran-saran yang diberikan kepada
pemilik perusahaan.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. RPP Contractors Indonesia (PT. RCI) berdiri di tahun 2010 yang sebelumnya dikenal
dengan nama PT. RPP Mining Contrators (PT. RMC) dimana merupakan sebuah anak
perusahaan dari PT. Rental Perdana Putra. PT. Rental Perdana Putratama berdiri
dibengkulu, tepatnya pada tanggal 1 september 1982, yang mulanya bergerak dalam
bidang perkayuan dan perdagangan spare part alat-alat berat. Seiring dengan kemajuan
zaman dan kondisi permodalan yang memadai serta dorongan bisnis dari mitra usaha maka
PT . RPP Contractors Indonesia yang sebelumnya dikenal dengan nama PT. RPP Mining
Contractors (PT. RMC) memutuskan untuk beralih kepada usaha pertambangan tepatnya
pada bulan juli tahun 1991 yaitu sebagai sub kontaktor yang mempunyai sejumlah job site.

PT. RPP Contractors Indonesia menyediakan jasa kontraktor penambangan mulai dari
aktivitas pembukaan lahan, pemindahan tanah, penggalian, dan pemuatan batubara. PT.
RPP Contractors Indonesia juga menyediakan jasa pemeliharaan jalan tambang, perawatan
alat berat dan konstruksi yang berhubungan dengan alat berat

PT. RPP Contractors Indonesia berkantor pusat di Jakarta dan berkantor cabang di
Samarinda. Saat ini PT. RPP Contractors Indonesia merupakan salah satu kontraktor
pertambangan dari PT. Baramulti Suksessarana (PT. BSSR) yang terletak di desa Batuah,
kecamatan Loajanan, kabupaten Kutai Kartanegara, propinsi Kalimantan Timur.

2.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi dari PT. RPP Contractors Indonesia yaitu untuk menjadi mitra bisnis anda yang dapat
diandalkan dan dapat tepercaya dalam menciptakan sinergis yang baik antara PT. RPP

4
Contractors Indonesia dan setiap pihak yang bersangkutan baik pihak pemerintahan dan
setiap dari klien kami.

Misi dari perusahaan antara lain:


- Memaksimalkan pendapatan dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas
- Meningkatkan tingkat kehidupan dan pengetahuan setiap pekerja
- Mendukung pembangunan nasional, dan pengembangan karakter bagi setiap sumber
daya manusia dan negara

2.3 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi dari PT. RPP Contractors Indonesia terdiri dari pimpinan atau project
manager. Kemudian terdiri dari 4 kepala bagian dari masing masing departement yaitu :
a. Kepala bagian Produksi
b. Kepala bagian EC ( Engineering & Control )
c. Kepala bagian APFL ( Administrasi Personalia Finansial dan Logistik )
d. Kepala bagian Maintenance
Untuk jabatan struktural, selengkapnya berada pada lampiran A.

2.4 Lokasi dan kesampaian daerah

PT. Baramulti Suksessarana (PT. BSSR) sebagai pemilik lokasi pertambangan (owner)
memiliki luas area konsesi pertambangan (KP) sekitar 3.414 Ha. PT. RPP Contractors
Indonesia mengelola dua pit yaitu pit utara dan pit selatan sekitar 23,32 Ha. Lokasi ini
terletak di desa Batuah, kecamatan Loajanan, kabupaten Kutai Kartanegara, propinsi
Kalimantan Timur. Untuk menuju lokasi tersebut, terdapat 2 jalur darat yang bisa dilewati
yaitu melewati jalur poros Samarinda – Balikpapan dan melewati jalur Samarinda –
Bakungan.

Untuk menuju lokasi melewati jalur poros Samarinda – Balikpapan dapat ditempuh dengan
jarak 26 km dari kota samarinda dengan waktu tempuh 50 menit. Kendaaran yang dapat
ditempuh melalui jalur ini hanya kendaraan yang berbobot kecil. Kondisi jalan beraspal

5
dari Samarinda menuju desa Batuah. Selanjutnya hanya berjarak 1 km kondisi jalan tanah
lempung yang dipadatkan.

Untuk menuju lokasi melewati jalur poros Samarinda – Bakungan dapat ditempuh dengan
jarak 35 km dari kota samarinda dengan waktu tempuh 75 menit. Semua kendaraan darat
dapat ditempuh dengan melalui jalur ini. Kondisi jalan beraspal dari samarinda menuju
desa bakungan. Selanjutnya melewati jalan hauling tanah PT. Anugerah Bara Kaltim
(PT.ABK) dengan jarak 20 km.

2.5 Flora dan Fauna

Secara umum daerah penelitian terdiri dari semak belukar dan rawa-rawa dan sebagian
lainnya terdiri dari tanaman perkebunan seperti kelapa sawit dan buah naga. Juga hutan
yang jenis floranya terdiri dari karet, sengon, semak belukar dan berbagai jenis perdu
lainnya. Sedangkan jenis fauna yang di jumpai antara lain ular, biawak, payau/rusa, kancil,
kera serta berbagai jenis burung.

2.6 Iklim

Daerah penyelidikan beriklim subtropics basah, terletak dekat dengan garis khatulistiwa
sehingga mempunyai musim yang agak berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Batas
antara musim hujan dan musim kemarau tidak menentu.

Berdasarkan data data dari kecamatan Loa janan, temperatur rata-rata 27,3ºC dimana
temperatur tertinggnya sekitar 32,6ºC dan temperatur terendahnya sekitar 22,12ºC.
kelembapan udara rata –rata adalah 83,18 %.

Pada daerah pertambangan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sedangkan
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan curah hujan rata – rata yaitu > 100
mm setiap bulannya.

6
2.7 Topografi dan Morfologi

Morfologi daerah penelitian secara umum berupa perbukitan sedang – terjal. Perbukitan
pada umumnya memanjang timur laut – barat daya. Ketinggian topografi pada daerah
penelitian berkisar antara 104 - 174 m diatas permukaan laut (mean sea level).

Morfologi pada daerah penyelidikan yaitu morfologi dataran bergelombang sedang dan
kuat yang umumnya merupakan daerah semak belukar dan lading musiman penduduk.
Litologinya sebagian besar dari formasi Balikpapan sebagian besar dari batuan formasi
Balikpapan. Pada satuan morfologi ini di beberapa tempat dijumpai adanya tebing-tebing
yang cukup terjal.

2.8 Litologi Batuan

Ada 2 jenis formasi batuan pada daerah ini yaitu formasi kampung baru dan formasi
balikpapan.

a. Formasi Kampung Baru


Formasi ini tersingkap dibagian timur daerah penyelidikan dengan litologi terdiri dari
batupasir kuarsa dan lempung dimana secara fisik kompaksinya tidak begitu kuat dengan
kemiringan lapisan batuan berkisar antara 45º - 60º block timur.

Batu pasir kuarsa berwarna putih kekuningan, struktur graded dan laminasi kadang
terdapat sisipan lanau. Batu lempung berwarna abu-abu, liat, lembek (lapuk) dan batubara
berwarna hitam, kecoklatan, kusam, getas. Jika lapuk merekah dan mudah hancur, gores
kecoklatan sebagian terdapat struktur kayu. Umur formasi ini adalah piosen dengan
lingkungan pengendapan paralik.

b. Formasi Balikpapan
Formasi ini tersingkap di bagian barat wilayah penelitian dengan litologi terdiri dari Batu
pasir, batu lempung, dan batubara. Kemiringan lapisan berkisar antara 18º sampai 35º.

7
Batupasir, berwarna kuning kecoklatan, pasir halus-sedang, kekompakan sedang sampai
kuat. Batu lempung, abu-abu cerah sampai abu-abu gelap dan batubara berwarna hitam,
kilap sedang, gores kecoklatan, setempat dijumpai pirit dan mineral sulfida, keras. Umur
formasi Balikpapan adalah miosen tengah sampai miosen atas dan diendapkan pada
lingkungan paralik.

2.9 Tata Guna Lahan

Wilayah penelitian sebagian besar merupakan hutan muda dan semak belukar yang
menempati morfologi perbukitan, sedangkan pada daerah rendahan yang merupakan
dataran umumnya ditempati rawa-rawa dan ilalang. Dan pada bagian timur sebagian
tempat dipergunakan sebagai perkebunan kelapa sawit, karet, dan buah naga.

2.10 Metode Penambangan dan Tahapan Penambangan

Dalam melakukan operasi penambangan batubara PT. RPP Contractors Indonesia


menggunakan sistem penambangan tambang terbuka. Metode penambangan yang
digunakan adalah open pit. Kemudian tahapan-tahapan dalam proses pengambalian
batubara di PT. RPP Contractors Indonesia antara lain proses land clearing, pengupasan
top soil, pengupasan overburden, pembongkaran batubara, dan penyiraman jalan angkut.

2.10.1 Land Clearing

Sebelum dilakukan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup (overburden)
terlebih dahulu dilakukan pembersihan lahan dari pepohonan, semak-semak, dan vegetasi
lainnya yang mungkin mengganggu pada waktu operasi penambangan. Alat mekanis yang
digunakan untuk pembersihan lahan adalah bulldozer komatsu dan volvo excavator.

8
Gambar 2.1 Proses land clearing dengan unit excavator

2.10.2 Pengupasan Top Soil

Setelah kegiatan pembersihan lahan selesai, maka dilanjutkan dengan pengupasan tanah
pucuk (top soil). Alat yang digunakan dalam kegiatan pengupasan tanah pucuk adalah
volvo excavator 460 dan alat angkut yang digunakan adalah Mercedes-benz 3939.

2.10.3 Pengupasan Overburden

Setelah kegiatan pembersihan lahan topsoil selesai, maka dilanjutkan dengan pengupasan
tanah penutup (overburden) dengan menggunakan volvo excavator 480. Sedangkan alat
angkut digunakan adalah Caterpillar 740 dan Caterpillar 775 yang diangkut menuju
disposal.

9
Gambar 2.2 Proses pemuatan overburden

2.10.4 Pembongkaran Batubara

Penambangan atau penggalian batubara dilakukan setelah tahap pengupasan tanah penutup
selesai dikerjakan. Alat gali yang digunakan dalam penambangan batubara adalah volvo
excavator 460 dan alat angkut yang digunakan adalah mercedez benz 3939.

Gambar 2.3 Proses pemuatan batubara

10
2.10.5 Pemeliharaan Jalan Angkut

Pemeliharaan jalan angkut dilakukan dengan menggunakan motor grade dan penyiraman
jalan secara berkala dengan menggunakan water tank dengan kapasitas 5000 liter.

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tambang Terbuka pada Penambangan Batubara

Pada saat ini sebagian besar penambangan batubara dilakukan dengan metode tambang
terbuka, lebih-lebih setelah digunakannya alat-alat besar yang mempunyai kapasitas muat
angkut yang besar untuk membuang lapisan penutup batubara. Dengan demikian pekerjaan
pembuangan lapisan penutup batubara menjadi lebih murah dan menekan biaya ekstrasi
batubara.

Selain itu presentase batubara yang diambil jauh lebih besar dibanding dengan batubara
yang dapat di ekstrasi dengan cara tambang dalam. Penambangan batubara dengan metode
tambang terbuka saat ini diperoleh 85 % dari total mineable reserve, sedangkan dengan
metode tambang dalam paling besar hanya 50 % saja (Sukandarrumi 1995).

Menurut Subowo (2011) Penambangan dengan sistem tambang terbuka (open pit mining)
dilakukan dengan cara pengupasan tanah penutup bahan tambang. Tanah penutup
dikeluarkan dari areal tambang dan bahan tambang digali dan diangkut keluar. Setelah
seluruh bahan tambang dikeluarkan, maka terjadi sisa lubang-lubang galian berupa kolong-
kolong. Pada perusahaan yang memiliki izin kuasa penambangan (KP), kolong-kolong
lubang galian ini ditimbun kembali dengan tanah yang diambil dari tanah sekitar ataupun
dari tanah penutup sebelumnya. Apabila penutupan kembali ini dilakukan kurang tepat,
maka tanah lapisan atas yang memiliki kesuburan tinggi bercampur dengan tanah lainnya
atau tertimbun di bagian bawah. Sebaliknya tanah lapisan bawah (subsoil) yang belum
mengalami perkembangan (tidak subur) justru berada di lapisan atas. Daya dukung tanah
bekas sistem penambangan terbuka konvensional ini menjadi rendah dan bahkan dengan
struktur tanah yang rusak, sehingga berpeluang mudah tererosi.

12
Proses penambangan sistem terbuka pada prinsipnya dimulai dengan membersihkan
permukaan tanah, kemudian mengupas tanah penutup, menggali bahan tambang, dan
mengangkut bahan tambang ke tempat penampungan (stockyard) untuk selanjutnya
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri. Alur kegiatan penambangan selengkapnya
adalah sebagai berikut :

1. Pembersihan lahan dari vegetasi yang menutupi lapisan tanah permukaan (clearing
and grubing) dilakukan dengan Bulldozer dan Excavator.
2. Pengupasan tanah penutup. Tanah penutup dikupas dan diangkut ke tempat
penimbunan sementara, atau ditata dan disebar di area pembuangan (disposal) akhir.
3. Penggalian dan pengambilan bahan tambang (ore) dengan alat gali muat (ore getting).
Ore diangkut keluar melewati jalan tambang ke Export Transite Ore (ETO) dan
Export Final Ore (EFO) di dekat pelabuhan.
4. Penimbunan kembali kolong bekas galian dengan tanah penutup. Setiap selesai
penambangan, tanah penutup dan tanah sisa penambangan ditimbun kembali di area
bekas galian sesuai dengan design yang telah ditentukan.
5. Penanaman kembali tanaman penutup tanah. Kegiatan penambangan terbuka pada
prinsipnya diwajibkan untuk menutup kembali areal bekas tambang yang ditinggalkan
agar tidak terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar dan dipulihkan kembali
kondisi ekosistemnya sekurangkurangnya seperti kondisi sebelumnya.

3.2 Batubara

Menurut Balfas (2015) batubara adalah batuan sedimen organik dengan unsur-unsur terdiri
atas karbon, hidrogen dan oksigen, terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan melalui proses
pembatubaraan (coalification) dan memiliki sifat mudah terbakar.

Arif (2014) Batubara terbentuk melalui proses yang panjang. Banyak faktor yang terlibat
dalam pembentukannya. Setiap faktor memegang peran tersendiri dan harus berada dalam
kondisi setimbang. Dengan kata lain, pembentukan batubara berkaitan erat dengan
kesetimbangan sistem. Sistem yang dimaksud dalam pembentukan batubara adalah isi dan
wadah dalam prosesnya. Isi berkaitan dengan apa saja yang membentuk batubara, seperti

13
tumbuhan pembentuk dan aliran sedimen. Wadah merupakan tempat batubara terbentuk.
Pembentukan batubara bisa dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pengambutan
(peatification) dan tahap pembatubaraan (coalification).

Dalam proses pengambutan harus terdapat kesetimbangan biotektonik yang tidak


terganggu agar bisa terbentuk kondisi lingkungan untuk pembentukan batubara.
Kesetimbangan batubara berkaitan dengan kecepatan penurunan cekungan dan kecepatan
pengisian tumbuhan ke dalamnya. Kondisi tidak seimbang menyebabkan batubara tidak
bisa berkembang dengan baik.

3.3 Pengupasan Lapisan Tanah Penutup (Overburden)

Menurut Subowo (2011) Kupasan tanah penutup hasil galian yang berupa tanah lapisan
bawah (subsoil/overburden) dengan volume yang besar untuk sementara waktu
ditempatkan di pinggiran daerah penggalian bahan tambang masing masing blok. Lokasi
penimbunan ini hendaknya aman dari kemungkinan erosi dan mudah dalam pengambilan
untuk ditimbunkan kembali. Setelah kegiatan penambangan selesai, tanah penutup ini
langsung dikembalikan sebagai tanah penutup kolong dan diatur berteras.

3.4 Volume Material

Menurut Suwandi (2001) dikenal ada tiga bentuk volume material yang mempengaruhi
perhitungan pemindahannya, yaitu dinyatakan dalam bank cubic meter (BCM), loose cubic
meter (LCM), dan compact cubic meter (CCM). Perubahan ini terjadi karena adanya
perbedaan densitas akibat penggalian atau pemadatan dari densitas aslinya. BCM adalah
volume material pada kondisi aslinya di tempat (insitu) yang belum terganggu. LCM
adalah volume material yang sudah lepas akibat penggalian, sehingga volumenya akan
mengembang dengan berat tetap sama. CCM adalah volume material yang mengalami
pemadatan kembali setelah penggalian, sehingga volumenya akan lebih kecil disebanding
volume aslinya dengan berat tetap sama. Untuk mengestimasi produksi, maka hubungan
antara ketiga jenis volume material tersebut harus dipahami.

14
3.5 Faktor Pengembangan atau Faktor Pemuaian (Swell Factor)

Menurut Prodjosumanto (2000) material dialam diketemukan dalam keadaan padat dan
terkonsolidasi dengan baik sehingga hanya sedikit bagian-bagian yang kosong atau
ruangan-ruangan yang terisi udara (voids) diantara butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir-
butir itu halus sekali. Akan tetapi bila material tersebut digali dari tempat aslinya, maka
akan terjadi pengembangan atau pemuaian volume (swell). Jadi 1,00 cu yd tanah liat di
alam bila telah digali dapat memiliki volume kira-kira 1,25 cu yd. ini berarti terjadi
penambahan volume sebesar 25%, dan dikatakan material tersebut mempunyai faktor
pengembangan (swell factor) sebesar 0,8 atau 80%.

Faktor pengembangan tersebut perlu diketahui karena volume material yang


diperhitungkan pada waktu penggalian selalu apa yang disebut pay yard atau bank yard
ataui volume aslinya dialam. Sedangkan apa yang harus diangkut adalah material yang
telah mengembang karena digali dan alat-angkut itu sanggup membawa material tersebut
sebesar kapasitas munjung (heaped capacity). Jadi kalau kapasitas munjung dikalikan
dengan faktor pengembangan material yang diangkut akan diperoleh pay yard capacity
(Prodjosumanto, 2000).

Rumus rumus yang berkaitan dengan faktor-faktor tersebut adalah

Percent Swell = (( V loose


V undisturbed ) )
-1 x 100 % ..........................................................(3.1)

Swell Factor =( V undisturbed


V loose ) x 100 %.................................................................(3.2)
Shrinkage Factor = ( 1−
V undisturbed )
V compacted
x 100 .........................................................(3.3)

Tabel 3.1 bobot isi dan faktor pengembangan dari berbagai material (Prodjosumanto 2000)

Bobot isi Swell factor (in-


Macam material (density) lb/cu yd bank correction
in-situ factor)
Bauksit 2700-4325 0,75

15
Tanah liat, kering 2300 0,85
Tanah liat, basah 2800-2300 0,82-0,80
Antrasit (anthracite) 2200 0,74
Batubara bituminous (bituminous coal) 1900 0,74
Bijih tembaga (copper ore) 3800 0,74
Tanah biasa, kering 2800 0,85
Tanah biasa, basah 3370 0,85
Tanah biasa, bercampur pasir dan kerikil 3100 0,90
(gravel)
Kerikil kering 3250 0,89
Kerikil basah 3600 0,88
Granit, pecah-pecah 4500 0,67-0,56
Hematit, pecah-pecah 6500-8700 0,45
Bijih besih (iron ore), pecah-pecah 3600-5500 0,45
Batu kapur, pecah-pecah 2500-4200 0,60-0,57
Lumpur 2160-2970 0,83
Lumpur, sudah ditekan (packed) 2970-3510 0,83
Pasir kering 2200-3250 0,89
Pasir basah 3300-3600 0,88
Serpih 3000 0,75
Batusabake (slate) 4590-4860 0,77

3.6 Survei Tambang Terbuka

Menurut Basuki (1993) Survey tambang (galian) terbuka mempunyai bentuk khusus
(spesifik) yang timbul dari teknologi pertambangan, permukaan penambangan yang luas,
kemajuan yang cepat dari trap-trap, mekanisasi dari penyingkapan material dan operasi
penambangan.

Surveyor disini dibutuhkan untuk melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

16
1. Untuk membentuk dan mengembangkan suatu sistem jaringan titik kontrol dan titik-
titik kerangka survei pemetaan
2. Untuk mensurvei secara lebih detail dari obyek pertambangan (trap-trap dari galian
terbuka, jalur-jalur rel, dan sebagainya)
3. Memetakan secara berkala dan membuat gambar-gambar tampang dan merencankan
survei-survei lanjutan.
4. Mengadakan survei-survei khusus dalaam kaitannya dengan pengeboran dan
peledakan, drainasi, penimbunan, dan sebagainya.

3.7 Kerangka Titik Kontrol dan Pengembang dari Titik-Titik Survei Dari
Tambang Terbuka

Menurut Basuki (1993) Survei pengukuran pada tambang terbuka didasarkan pada
kerangka titik kontrol triangulasi tersier atau quarter, atau titik-titik poligon yang
melingkupi daerah pertambangan. Jaringan titik kontrol ini ditentukan atau dibangun untuk
keperluan pertambangan. Titik-titik kontrol diatur agar membentuk jaringan segitiga
dengan panjang sisi-sisi antara 1,5 sampai 6,0 km untuk seluruh daerah pertambangan.

Beberapa titik kontrol tinggi atau benchmark perlu dibuat untuk survei tambang terbuka
yang menyebar diseluruh kawasan yang ada. Ketinggian atau elevasi (dari M.S.L)
ditentukan secara langsung dengan sipat datar atau trigonometric leveling. Trigonometric
leveling digunakan apabila sipat datar sulit untuk dilaksanakan (missal daerah yang
berbukit-bukit atau bergunung-gunung).

Titik kontol survei dapat ditentukan dengan poligon, triangulasi sekunder, atau dengan
yang lain tergantung dari luas daerah pertambangan dan topografi setempat serta metode
penambangannya.

3.7.1 Metode Poligon

Poligon Theodolit adalah metode yang cocok untuk pertambangan yang luas dan bertrap-
trap, dan sangat mudah untuk membuat harga ukuran menjadi linier. Poligon dibuat

17
melengkung sepanjang trap-trap antara titik-titik kontrol dengan pengukuran sudut tunggal
atau cara repetisi untuk membentuk sistem poligon titik-titik kunci.
3.7.2 Metode Triangulasi Sekunder

Kerangka sekunder adalah suatu sistem jaringan segitiga, dimana sisi-sisinya berkisar
antara 100 sampai 1000 m. kondisi yang baik segitiga-segitiga tersebut mendekati sama,
dan sudut-sudutnya tidak kurang dari 30º dan tidak lebih dari 60º. Semua sudut dalam
triangulasi sekunder diukur dengan teodolit, kesalahan penutup sudut dalam segitiga tidak
lebih dari 60”, minimal dua (2) buah sisi dari triangulasi diketahui.

3.7.3 Metode Bujur Sangkar (Grid)

Metode bujur sangkar (grid) umumnya dipakai untuk membentuk kerangka survei pada
lokasi bahan galian tambang, pada pertambangan terbuka yang dangkal dengan berm
(bagian yang mendatar) cukup lebar, trap-trap melengkung yang ujung-ujungnya
mendatar, dan dalam kondisi medan (terrain) yang menguntungkan. Kerangka jala-jala
(grid) bujur sangkar dengan titik pusat yang telah ditetapkan dibuat diareal tambang
terbuka. Sisi jala-jala panjangnya berkisar antara 50 sampai 200 m, tergantung dari kondisi
pertambangannya.

3.7.4 Metode Garis Kontur

Metode garis kontur digunakan untuk lokasi bahan galian atau ukuran kecil, tambang
terbuka yang dangkal, termasuk menambang dengan satu arah saja. Kerangka survey
merupakan suatu sistem garis lurus yang sejajar berjarak 5 sampai 20 m tergantung skala
dari peta rencana utama, dimana antar garis kontur digambarkan berjarak 10 mm.

3.8 Survei Detail Tambang Terbuka

Menurut Basuki (1993) Survei detail pada tambang terbuka dilakukan dari titik-titik
kontrol. Adapun objek-objek pokok yang perlu disurvei adalah:

18
1. Permukaan bumi atau topografi pada lokasi tambang terbuka
2. Unsur-unsur pertambangan: bagian atas dan bawah dari ujung trap-trap yang
melengkung, crossover dan parit-parit penggalian
3. Struktur (bangunan-bangunan) utama: jembatan, lift, substasiun tenaga listrik (gardu
listrik), jaringan kawat transmisi, dam-dam, selokan atau parit, jalur pipa dan lain-lain
4. Tempat-tempat (lokasi) eksplorasi
5. Jalur-jalur truk pengangkut diluar dan didalam areal penambangan
6. Lubang-lubang peledakan dan ruang atau daerah peledakan
7. Tempat-tempat peledakan
8. Tempat-tempat penimbunan material (mineral) dan tempat penampungan material
yang tak terpakai
9. Galian-galian drainasi (sumuran, trobosan-trobosan, lubang lubang masuk)
10. Patahan dan genangan air

Survei detail pada galian (tambang) terbuka dapat menggunakan beberapa metode
tachymetry, ordinat linier, garis kontur, dan fotogrametris. Metode yang dipilih tergantung
dari kondisi pertambangan dan tersedianya peralatan yang sudah ada. Jadwal survei
tergantung dari tipe penambangannya.

3.8.1 Metode Tachymetry

Metode Tachymetry adalah yang paling umum digunakan pada tambang terbuka titik
kerangka utama dan kerangka survei digunakan sebagai titik ikat. Data-data umum dalam
tachymetry seperti dalam geodesi, dengan demikian hanya prinsip utama dan gambaran
penting dari survei galian terbuka saja yang dianalisa. Teodolit tachymetry yang digunakan
untuk survei disini pembacaannya harus mempunyai ketelitian antara 1” sampai 30”. Sudut
horizontal diukur dari arah sisi acuan ke titik detail dan dibaca pula sudut vertikal.

3.8.2 Metode Tegak Lurus

19
Metode ini cocok untuk daerah yang sempit, dimana titik referensi atau titik ikat seperti
halnya poligon teodolit, kerangka jala bujur sangkar, atau garis kontur sulit digunakan.
Galian terbuka dibuatkan gambar sket yang jelas yang bisa membedakan antara level-level
berm dari trap-trap yang ada. Kedudukan titik titik detail yang diamat, ditentukan dengan
mengukur jarak proyeksi tegak lurus dari titik tersebut ke garis ukur yang berdekatan, dan
jarak titik proyeksi dari salah satu titik ikat.

3.8.3 Metode Kontur

Survei metode kontur digunakan dalam tambang terbuka apabila dipasang patok–patok
garis kontur. Posisi titik detail diambil dari garis kontur. Posisi titik detail diambil dari
garis kontur posisi titik yang direncanakan atau diukur dan ketinggiannya ditentukan
dengan tachymetry atau dengan mengukur dengan mengukur dari titik ikat yang terdekat.
Koordinat-kooordinatnya dan elevasinya dapat dihitung dari titik-titik ikat yang diketahui
sebelumnya dalam areal tambang terbuka.

3.9 Survei Fotogrametris pada Tambang Terbuka

Menurut Basuki (1993) pemotretan tambang terbuka menggunakan kamera khusus.


Apabila pemotretan dilakukan dari permukaan bumi dinamakan survei fotogrametri
teristris. Apabila pemotretan dilakukan dari udara dengan pesawat terbang, dinamakan
dengan dengan metode survei aerial fotogrametri (foto udara). Baik metode teristris atau
foto udara keduanya menggunakan foto secara stereoskopi. Oleh karenanya survei foto
teristris sebenarnya survei stereofoto teristris dan survei foto udara adalah survei stereofoto
udara. Kedua metode tersebut dapat dipakai untuk survei pemetaan tambang terbuka.

3.10 Garis Kontur

Menurut Sukandarrumidi (2011) garis kontur adalah garis yang merupakan tempat
kedudukan titik-titik yang berdekatan dilapangan, dan mempunyai ketinggian sama
terhadap suatu bidang referensi tertentu. Garis kontur tidak ada dan tidak dapat dilihat atau

20
dikenal di dilapangan, tetapi hanya dapat dilihat pada kertas dimana peta topografi tersebut
digambarkan, karena itu merupakan inovasi maya saja.

Sifat-sifat khusus dari garis kontur antara lain:


 Satu garis kontur merupakan bentukan garis melingkar atau lengkungan yang tertutup
 Dua garis kontur dapat sejajar, bila kelerengan bentang alam dengan kelandaian relatif
teratur
 Dua garis kontur letaknya dapat mendekat kemudian akan menjauh, bila kelerengan
bentang alam relatif tidak teratur, kadang-kadang landai, kadang-kadang curam
 Dua garis kontur atau lebih letaknya dapat semakin rapat, bila kelerengan tebing
semakin relatif curam
 Dua garis kontur atau lebih letaknya dapat semakin renggang, bila kelerengan tebing
semakin relatif landai
 Dua garis kontur atau lebih letaknya dapat semakin rapat sekali atau bahkan menjadi
berimpit, bila kelerengan tebing semakin curam atau merupakan tebing vertikal
 Apabila daerahnya makin tinggi, maka lingkaran yang terbentuk ditunjukkan oleh
luasan lingkaran yang makin sempit, ini merupakan bentukan sebuah bukit
 Gambaran serupa dapat pula ditunjukkan oleh suatu bentukan depresi (atau sinkhole),
tetapi cara menggambarkannya dilakukan khusus yaitu pada garis kontur yang terakhir
yang letaknya terdalam dilukiskan dengan garis putus-putus

21
Gambar 3.1 Prinsip Garis Kontur Pada Peta Topografi (Sukandarrumidi, 2011)
3.11 Berbagai Jenis Peta

Sukandarrumidi (2011) menjelaskan pada dasarnya hanya ada tiga jenis peta, yaitu peta
situasi, peta thematik, dan peta topografi. Uraian masing-masing peta adalah sebagai
berikut:

1. Peta situasi
Peta situasi adalah peta yang menggambarkan situasi alami daerah yang bersangkutan.
Situasi alami yang dimaksud adalah keberadaan sungai, letak puncak, gunung, danau, laut
yang dapat ditemui dan dilihat langsung di lapangan. Keadaan yang merupakan hasil
rekayasa manusia antara lain jalan, desa, batas wilayah dan sejenisnya kerap kali
ditambahkan pada peta situasi ini.

2. Peta Thematik
Peta thematik adalah peta yang memberikan gambaran tentang suatu tema tertentu,
misalkan:
 Peta thematik aliran sungai (yang dikemudian umum dikenal dengan istilah peta
aliran sungai), menunjukan peta aliran sungai pada daerah yang bersangkutan.

22
 Peta thematik penyebaran ibukota kecamatan, merupakan peta dengan tema nama-
nama tempat ibu kota kecamatan dan batas-batasnya.
 Peta thematik penyebaran bahan galian industri, adalah peta dengan tema tempat-
tempat bahan galian industri ditemukan dilapangan, termasuk jenis bahan galian
industri, dan pelamparannya.
 Peta thematik geologi (yang kemudian disebut dengan istilah peta geologi)
merupakan salah satu diantara peta thematik dengan penekanan pada aspek geologi,
memberika gambaran yang berkaitan dengan jenis litologi, penyebaran, dan batas-
batasnya macam dan penyebaran berbagi jenis struktur geologi yang digambarkan
pada selembar kertas.

3. Peta topografi
Peta topograsi yang sering disebut pula dengan istilah peta rupa bumi, adalah peta situasi
di darat yang padanya ditambahkan garis-garis kontur, dan segala sesuatu yang merupakan
rekayasa manusia, antara lain jalan termasuk jalan penghubung antarkota, antardesa dan
jalan setapak, rel kereta api, selokan, letak suatu tempat, dan sejenisnya.

3.12 Pemetaan Situasi

Menurut Hartanto dkk (2012) pada dasarnya pengukuran untuk pemetaan adalah
menentukan posisi horizontal dan posisi vertikal setiap titik di lapangan. Titik di lapangan
dimaksud titik-titik di sini adalah:

1) Titik-titik yang berfungsi sebagai titik-titik pengontrol pengukuran lebih lanjut. Titik-
titik ini disebut sebagai titik kontrol. Seluruh titik-titik kontrol yang ada (dibuat)
merupakan kerangka dasar pemetaan. Titik ini di lapangan diberi tanda dengan patok-
patok tetbuat dari beton atau kayu.
2) Titik-titik bantu yang berfungsi sebagai titik antara. Apabila pengukuran detail akan
dimulai dan satu titik kontrol dan akan berakhir pada titik kontrol lainnya, dimana
pengukuran dari titik kontrol tersebut tidak dapat dicapai dengan satu kali pengukuran
(satu kali berdiri alat). Sebaiknya titik-titik bantu ini ditandai lain dengan titik titik
kontrol (patok dibedakan).

23
3) Titik-titik detail, merupakan titik-titik unsur alam maupun unsur buatan manusia,
misalnya batas-batas tanah (sawah, Iadang, hutan), pinggiran sungai, saluran irigasi,
pojok - pojok bangunan, jembatan, jalan, dan lain-lain. Juga titik-titik lain yang dipilih
untuk keperluan pembuatan garis-garis kontur. Garis kontur ini merupakan suatu cara
untuk menggambarkan bentuk topografi permukaan tanah daerah yang diukur.

Posisi titik-titik tersebut di atas (titik kontrol, titik bantu, titik detail) dapatdinyatakan
dalam sistem koordinat umum (UTM, TM) ataupun dalam sistem koordinat lokal Posisi
dinyatakan dalam sistem umum artinya posisi titik tersebut dinyatakan terhadap suatu
sistem salib sumbu yang berlaku umum untuk seluruh wilayah negara. Misalnya di
Indonesia terdapat titik-titik dalam sistem umum yaitu titik-titik Triangulasi. Apabila di
daerah yang akan dipetakan tidak terdapat titik triangulasi, sedangkan posisi titik-titiknya
akan dinyatakan dalam sistem umum maka diperlukan pengukuran tambahan yaitu
pengukuran pengikatan ke titik triangulasi yang terdekat.
3.13 Sistem Koordinat

Menurut Frick (1984) pada penyipatan di lapangan kita mengukur sudut dan jarak. Dengan
dua nilai ini dapat kita menghitung koordinat-koordinat pada titik-titik yang disipat.
Biasanya kita menggunakan sistim koordinat yang datar dan siku-siku. Kita dapat
menentukan suatu titik sembarang dengan jaraknya dari dua sumbu koordinat seperti
terlihat pada gambar 3.2.

24
Gambar 3.2 Dua Sumbu Koordinat (Frick, 1984)

Antara kedua sistem koordinat tersebut terdapat hubungan sebagai berikut:

Tan t12 =X2 – X=1 = ∆ X(12..........................................................................................(3.1)


Y2 – Y1 ∆ Y12
∆ X12 = d12 . sin t12 . ∆ Y12 = d12 . cos t12 .......................................................................................................................... (3.2)
∆ X12 ∆ Y12
d12 = = ( ..........................................................................................(3.3)
Sin t12 Sin t12
d212 = (∆ Y12)2 – (∆ X 12)2..................................................................................................(3.4)

3.14 Ketentuan Empat Kuadran

25
Gambar 3.3 Ketentuan Empat Kuadran (Frick, 1984)

Karena sudut arah t bisa menempatkan diri dalam lingkaran antara 0º dan 360º, sumbu
koordinat akan membagi lingkaran atas empat kuadran yang ditentukan sengan I s/d IV
seperti terlihat pada gambar 3.8 yang diatas.

Kuadaran IV: 270 º - 360 º Kuadran I: 0 º- 90 º

Kuadran III : 180 º-270 º Kuadran II: 90 º - 180 º

Fungsi geometris sin, cos, tan dan cot (1 / tan) sudut yang sama besar pada ke-empat
kuadran dapat dibedakan menurut (+,-) dan oleh co-fungsi pada kuadran II dan kuandran
IV sebagai pengganti fungsi pada kuadran I dan kuadran III, seperti diterangkan pada
gambar diatas dengan sudut-arah tI = tII - 90 º = tIII – 180 º = tIV - 270 º.

3.15 Perhitungan Luas

26
Menurut Balfas (2015) Perhitungan luas area yang memiliki kandungan mineral bernilai
ekonomis biasa dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah:

1. Perhitungan Luas dengan Metode Grid


Metode grid dilakukan dengan membuat kisi-kisi dimana pada perpotongan garis kisi-kisi
ditandai dengan titik-titik. Titk-titik yang berada didalam area memiliki nilai penuh (1
kisi), sedangkan titik-titik yang terpotong oleh garis batas area memiliki nilai separuh (1/2
kisi). Jumlah kisi dikalikan dengan skala peta yang digunakan.

2. Perhitungan Luas dengan Simpson’s Rule


Metode simpson’s rule dilakukan dengan menarik sebuah baseline searah dengan sumbu
terpanjang area yang akan dihitung luasnya, kemudian tegak lurus ditarik sejumlah garis
(g) yang memotong area dengan spasi (d) tetap.

Luas area dihitung dengan persamaan:


d
LUAS ( A ) = [ ]
s + s +2 ( ∑ s ganjil ) +4 ( ∑ sgenap ) ..........................................................(3.5)
3 awal akhir

3. Perhitungan Luas dengan Planimeter


Planimeter adalah salah satu alat bantu perhitungan luas yang umum digunakan saat ini.
Ilustrasi cara penggunaan planimeter disajikan pada gambar 3.4.

27
Gambar 3.4 Perhitungan luas area dengan metode (A) Grid, (B) Simpson’s Rule, dan (C)
Planimeter (Balfas, 2015)

3.16 Perhitungan Volume

Volume bijih didefinisikan sebgai volume batuan yang mengandung bahan galian dengan
kadar lebih besar dari CoG yang ditetapkan. Perhitungan volume bijih dengan metode
klasik dalam estimasi sumber daya dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
sebagai berikut:

1. Metode Penampang (cross-section)

Perhitungan sumber daya mineral dengan metode penampang dilakukan dengan menarik
sejumlah garis penampang melintang dengan spasi (L) tetap melalui daerah sebaran
cebakan mineral, dimana garis penampang diusahakan tegak lurus terhadap jurus umum
cebakan mineral. Luas (A) cebakan mineral pada penampang bias dihitung dengan metode
grid, simpson’s rule, atau menggunakan planimeter.

28
Gambar 3.5 Perhitungan Dengan Metode Penampang (Balfas, 2015)

Volume sumber daya dengan metode penampang dapat dihitung menggunakan beberapa
pendekatan berikut:

- Menggunakan 1 (satu) penampang jika diasumsikan bahwa masing-masing


penampang mempunyai daerah pengaruh sebesar setengah jarak spasi (1/2 L) antar
penampang, dimana volume setiap penampang adalah:

( )( )
n
1 1
V =∑ A 1 × Li=1 + A1 × Li=1 ...........................................................................(3.6)
i=1 2 2

- Menggunakan 2 (dua) penampang Jika diasumsikan bahwa volume dihitung pada areal
di antara 2 penampang. Variasi dimensi antara kedua penampang perlu diperhatikan
dimana jika tidak terlalu berbeda, maka dapat digunakan rumus luas rata-rata (mean
area):

n
( Ai + Ai +1 )
V =∑ L +C ...............................................................................................(3.7)
i=1 2

29
( A i × l i ) ( Ai ×li )
Dimana : C= + ..................................................................................(3.8)
2 2

Perhitungan dengan 2 (dua) penampang juga bias menggunakan rumus kerucut terpancung:

n
L
V= ∑ ( Ai + A i+1 + √ Ai Ai+1 )..........................................................................................(3.9)
i=1 3

Tetapi jika perbedaannya terlalu besar, maka digunakan rumus obelisk untuk endapan yang
membaji dan merupakan modifikasi dari rumus prismioda dengan mensubtitusi :

( a 1 × a2 ) ( b1 × b2 )
M= + ..................................................................................................(3.10)
2 2

Sehingga

L
V=
6
( A1 +4M+ A2 ) ......................................................................................................(3.11)

V=
L
3 [ A1 + A2 +
2 ]
( a 1 × b2 ) ( a 2 × b1 ) ............................................................................(3.12)

- Menggunakan 3 (tiga) penampang jika diketahui adanya variasi (kontras) pada areal di
antara 2 (dua) penampang, maka perlu ditambahkan penampang antara untuk
mereduksi kesalahan. Untuk menghitung volumenya digunakan rumus prismioda yang
memberikan pembobotan lebih besar pada penampang tengah (M).

n
L
V= ∑ ( A +4M+ Ai=1 ).................................................................................................(3.13)
i=1 6 1

30
2. Metode segitiga (triangular grouping)

Gambar 3.6 Perhitungan dengan Metode Segitiga (Balfas, 2015)

Metode segitiga memodelkan daerah estimasi sumber daya dalam bentuk segitiga yang
berasal dari tiga titik. Nilai setiap segitiga didasarkan pada nilai rata-rata di setiap sudut-
sudut segitga, baik (g) maupun ketebalan (t). Tahapan perhitungan dimulai dengan
mengukur luas (A) masing-masing segitiga bijih. Luas segitiga dikalikan dengan ketebalan
bijih rata-ratanya untuk mendapatkan volume masing-masing segitiga:

n
V= ∑ A i × t i...................................................................................................................(3.14)
i=1

Dimana:

31
t1 + t 2 + t3
t i= ...............................................................................................................(3.15)
3

3. Metode poligon (area of influence)


Metode poligon umum ditempatkan pada endapan-endapan yang realtif homogen dan
mempunyai geometri yang sederhana. Pada perhitungan sumber daya dengan metode ini,
diasumsikan bahwa setiap ttitik data memiliki daerah pengaruh (area of influence) sebesar
separuh jarak dari titik data disekitarnya. Batas daerah pengaruh titik data ditandai dengan
tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan masing-masing titik data.

Metode poligon memiliki beberapa kelemahan jika jumlah titik data masih sedikit atau
jarak titik data lebih besar dari yang dipersyaratkan, seperti belum diperhitungkannya tata
letak (ruang) nilai data di sekitar poligon dan tidak ada batasan yang pasti sejauh mana
nilai contoh mempengaruhi distribusi ruang. Untuk mereduksi kelemahan tersebut, perlu
dilakukan penaksiran data pada titik-titik tertentu secara sistematis.

Tahapan perhitungan metode poligon hamper sama dengan metode segitiga, kecuali bahwa
data (g) dan ketebalan (t) masing-masing titik berdiri sendiri. Perhitungan dimulai dengan
mengukur luas masing-masing poligon bijih, kemudian hasilnya dikalikan dengan
ketebalan bijihnya untuk mendapatkan volume bijih (meter kubik). Secara matematis,
volume bahan galian pada metode poligon adalah:

n
V= ∑ A i × t i...................................................................................................................(3.16)
i=1

Keterangan ti adalah tebal bijih dari titik data.

32
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

Suksesnya sebuah penelitian tugas akhir tidak terlepas dari lengkapnya data–data
penunjang yang relevan terkait penelitian. Secara umum terdapat dua macam data yang
digunakan untuk penelitian tugas akhir ini, yaitu data kemajuan tambang (progress) yang
berasal dari departemen engineering & control dan juga data produksi (truck count) yang
berasal departemen produksi. Dari kedua data tersebut dapat dilakukan evaluasi terhadap
kinerja dari berbagai pihak terkait dalam proses removal overburden dan batubara.
Khususnya pada departement produksi karena, pada dasarnya data dari departemen
engineering & control merupakan data yang menjadi acuan dalam mengevaluasi kinerja
dari departemen produksi.

4.2 Pengolahan Data

Dalam pengolahannya data-data yang telah didapatkan diolah dengan bantuan sistem
komputerisasi (surpac 6.5.1) sehingga memudahkan dalam proses pengolahan dan juga
mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan manusia atau human error.

4.3 Data Produksi (Truck count)

33
Data truck count merupakan data yang berasal dari departemen produksi. Dimana data ini
merupakan hasil perhitungan volume, baik overburden maupun batubara yang berhasil di
kupas dengan menggunakan alat gali muat yang digunakan oleh perusahaan, serta
overburden dan batubara yang berhasil diangkut oleh alat angkut yang digunakan oleh
perusahaan.

Perolehan data truck count ini didapat dari total ritasi yang di catat oleh cheker. Dari total
ritasi tersebut nilai overburden telah didapat sesuai dengan jumlah unit dan kapasitas unit
yang digunakan dalam pengangkutan overburden. Kemudian cheker akan melaporkan total
ritasi dan overburden yang dilaporkan ke admin produksi yang akan mengolah data
tersebut.

Pengolahan data truck count pada periode bulan agustus 2016 dibagi menjadi empat
bagian. Bagian pertama merupakan data yang didapatkan pada minggu pertama, bagian
kedua merupakan data yang didapatkan pada minggu kedua, bagian ketiga merupakan data
yang didapatkan pada minggu ketiga, dan bagian keempat merupakan data yang
didapatkan pada minggu keempat.

Tabel 4.1 Data truck count mingguan PT. RCI pada periode bulan agustus 2016

PT. RPP Contractors Indonesia


OB Production Coal Production
Minggu Acc Acc SR
(BCM) (MT)
Minggu 1 112,340.60 112,340.60 43,328.92 43,328.92 2.59
Minggu 2 115,617.00 227,957.60 32,247.34 75,576.26 3.02
Minggu 3 127,852.00 355,809.60 25,113.8 100,690.06 3.53
Minggu 4 189,962.60 545,772.20 47,651.18 148,341.24 3.68
Total 545,772.2 148,341.24 3.68

Pada minggu pertama, overburden yang telah tergali mencapai 112,340.60 BCM. Pada
minggu kedua overburden yang telah tergali mencapai 115,617.00BCM sehingga total
overburden yang tergali sampai minggu kedua mencapai 227,957.60 BCM. Pada minggu
ketiga overburden yang telah tergali mencapai 127.852,00 BCM sehingga total overburden
yang tergali sampai minggu ketiga mencapai 355,809.60 BCM. Pada minggu keempat

34
overburden yang telah tergali mencapai 189,962.60BCM sehingga total overburden yang
tergali pada periode bulan agustus 2016 mencapai 545,772.20 BCM.

Dalam produksi overburden ini, menggunakan 25 unit dump truck dengan 3 jenis dump
truck yang berbeda. Yaitu Mercedes-benz 3939 (MR 39) dengan jumlah 15 unit,
Caterpillar 740 (CA 740) dengan jumlah 5 unit, dan Caterpillar 775 (CR 775) dengan
jumlah 6 unit. Hasil volume overburden berdasarkan truck count ini berasal dari jumlah
dari ritasi yang dikalikan dengan masing masing kapasitas unit tersebut.

Tabel 4.2 jumlah overburden yang di angkut dengan masing – masing 3 jenis dump truck

Dump Truck Hauling Overburden


Minggu Total (BCM)
MR 39 CA 740 CR 775
Minggu 1 46,817.00 13,824.00 51,699.60 112,340.60
Minggu 2 49,782.00 8,865.00 56,970.00 115,617.00
Minggu 3 44,314.00 17,199.00 66,339.00 127,852.00
Minggu 4 74,993.00 23,472.00 91,497.60 189,962.60
Total (BCM) 215,906.00 63,360.00 266,506.20 545,772.20

Perhitungan produksi overburden per dump truck dalam 1 bulan

Produksi MR 39 = Total Volume OB


Jumlah Unit
= 215,906.00
15
= 14,393.73 BCM

Produksi CA 740 = 63,360.00


5
= 12,672.00 BCM

Produksi CR 775 = 266,506.20


6
= 44,417.70 BCM

4.4 Data Kemajuan Tambang (Progress)

35
Data kemajuan tambang pada umumnya didapatkan berdasarkan hasil annual report
departemen engineering & control yang secara berkala melakukan pengambilan data
terhadap situasi topografi pada suatu pit tertentu. Data tersebut kemudian diolah
sedemikian rupa dengan bantuan sistem komputerisasi sehingga menghasilkan data yang
akurat data ini cukup tinggi, sehingga data ini secara umum dijadikan sebagai data acuan
untuk mengevaluasi kinerja dari departemen produksi.

Pengambilan data situasi biasanya dilakukan pada perubahan kondisi topografi pada suatu
pit tertentu. Kondisi topografi pada awal agustus 2016 PT. RPP Contractors Indonesia
dapat dilihat pada lampiran. Peta topografi ini yang dijadikan sebagai topografi original
untuk menganalisa kemajuan tambang (progress) dari kegiatan pengupasan overburden
pada periode agustus 2016. Proses menganalisa kegiatan pengupasan overburden dibagi
menjadi beberapa tahap agar hasil yang didapatkan lebih maksimal. Dalam hal ini
pembagian tahap tersebut dibagi menjadi data mingguan per satu bulanan. Berikut akan
dijelaskan proses pengambilan data serta proses analisa data tersebut.

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Overburden Berdasarkan Data Progress Periode Agustus 2016

Volume Overburden per minggu (BCM) periode


PT. RPP Contractors Indonesia
agustus 2016
Minggu Total OB tergali (BCM) Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Juli Minggu 4 7,797,383
174,728
Agustus Minggu 1 7,972,111
82,326
Agustus Minggu 2 8,054,437
114,866
Agustus Minggu 3 8,169,303
206,227
Agustus Minggu 4 8,375,530
Accumulation 174,728 257,054 371,920 578,147

4.4.1 Base Data

Base data merupakan data yang digunakan sebagai pembanding untuk melihat perubahan
bentuk permukaan tanah pada pit yang sedang dalam proses penambangan. Selain itu base
data juga dugunakan sebagai acuan untuk menghitung volume overburden ataupun
batubara. Dalam hal ini base data yang digunakan adalah hasil volume overburden yang

36
telah tertambang sampai akhir juli 2016. Dari data situasi sampai akhir juli 2016, total
volume overburden yang tertambang yaitu 7,797,383 BCM.

4.4.2 Data Situasi Kemajuan Tambang Minggu Pertama

Data situasi ini diambil pada minggu pertama bulan agustus 2016. Hasil dari data ini dapat
dilihat pada lampiran D. Data pada lampiran ini diolah sehingga didapatkan total volume
overburden yang telah tertambang sampai minggu pertama bulan agustus 2016 sesuai hasil
progress adalah 7,972,111 BCM. Pada progress sebelumnya yaitu akhir juli, total volume
overburden yang tertambang mencapai 7,797,383 BCM. Jadi pada minggu pertama bulan
agustus 2016, volume overburden yang tertambang adalah 174,728 BCM.

4.4.3 Data Situasi Kemajuan Tambang Minggu Kedua

Data situasi ini diambil pada minggu kedua bulan agustus 2016. Hasil dari data ini dapat
dilihat pada lampiran E. Data pada lampiran ini diolah sehingga didapatkan total volume
overburden yang telah tertambang sampai minggu kedua bulan agustus 2016 sesuai hasil
progress adalah 8,054,437 BCM. Pada progress sebelumnya, total volume overburden
yang tertambang mencapai 7,972,111 BCM. Jadi pada minggu kedua bulan agustus 2016,
volume overburden yang tertambang adalah 82,326 BCM. Total volume overburden yang
tertambang dari minggu pertama sampai minggu kedua mencapai 257,054 BCM.

4.4.4 Data Situasi Kemajuan Tambang Minggu Ketiga

Data situasi ini diambil pada minggu ketiga bulan agustus 2016. Hasil dari data ini dapat
dilihat pada lampiran F. Data pada lampiran ini diolah sehingga didapatkan total volume
overburden yang telah tertambang sampai minggu ketiga bulan agustus 2016 sesuai hasil
progress adalah 8,169,303 BCM. Pada progress sebelumnya, total volume overburden
yang tertambang mencapai 8,054,437 BCM. Jadi pada minggu kedua bulan agustus 2016,
volume overburden yang tertambang adalah 114,866 BCM. Total volume overburden yang
tertambang dari minggu pertama sampai minggu kedua mencapai 371,920 BCM.

37
4.4.5 Data Situasi Kemajuan Tambang Minggu keempat

Data situasi ini diambil pada minggu keempat bulan agustus 2016. Hasil dari data ini dapat
dilihat pada lampiran G. Data pada lampiran ini diolah sehingga didapatkan total volume
overburden yang telah tertambang sampai minggu keempat bulan agustus 2016 sesuai hasil
progress adalah 8,375,530 BCM. Pada progress sebelumnya, total volume overburden
yang tertambang mencapai 8,169,303 BCM. Jadi pada minggu kedua bulan agustus 2016,
volume overburden yang tertambang adalah 206,227 BCM. Total volume overburden yang
tertambang dari minggu pertama sampai minggu keempat mencapai 578,147 BCM.

4.5 Analisis Data

Setelah mendapatkan hasil pengolahan data truck count dan survey progress dapat
dilakukan evaluasi kemajuan tambang pada periode agustus 2016 di PT. RPP Contractors
Indonesia dengan membandingkan kedua data tersebut. Perbandingan kedua data tersebut akan
disajikan dalam bentuk tabel yang dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Perbandingan Overburden antara Truck count dan Progress

Overburden Production
Minggu Truck Count Progress Deviasi
Minggu 1 112,340.60 174,728 35.71 %
Minggu 2 115,617.00 82,326 -40.44 %
Minggu 3 127,852.00 114,866 -11.31 %
Minggu 4 189,962.60 206,227 7.89 %
Total 545,772.20 578,147.00 5.60 %

Pada tabel diatas dapat dilihat selisih antara nilai overburden yang telah dikupas
berdasarkan data progress dengan truck count adalah sebesar 32.374,80 BCM sehingga
dapat disimpulkan kedua data tersebut mengalami deviasi sebesar 5.60 %.

4.6 Evaluasi Kerja

38
Dalam perbedaan hasil perhitungan overburden antara truck count dengan survey progress
di dapat nilai plus yang artinya nilai survey progress lebih besar dari truck count. Penyebab
nilai tersebut berbeda adalah Isi dari muatan dalam alat angkut harus sesuai dengan standar
yang telah disepakati sesuai dengan kapasitas alat muat. Dalam hal ini ada beberapa alat
angkut yang muatannya melebihi standar, apalagi dalam perhitungan overburden dari data
produksi, cheker hanya menghitung berdasarkan total ritasi dengan jumlah kapasitas dari
alat angkut.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Hasil perhitungan Overburden berdasarkan truck count


1. Minggu 1 Sebesar 112,340.60 BCM
2. Minggu 2 Sebesar 115,617.00 BCM
3. Minggu 3 Sebesar 127,852.00 BCM
4. Minggu 4 Sebesar 189,962.60 BCM
Jadi total volume overburden periode agustus berdasarkan truck count sebesar
545.772,20 BCM.

- Hasil perhitungan Overburden berdasarkan survey progress


1. Minggu 1 Sebesar 174.728 BCM
2. Minggu 2 Sebesar 82.326 BCM
3. Minggu 3 Sebesar 114.866 BCM
4. Minggu 4 Sebesar 206.227 BCM
Jadi total volume Overburden periode agustus 2016 berdasarkan survey progress
sebesar 578.147 BCM.

39
- Deviasi antara nilai overburden berdasarkan truck count dengan overburden
berdasarkan survey progress adalah 5.06% dengan jumlah selisih 32.374,80 BCM.

5.1 Saran

- Muatan overburden dalam bak (vessel) alat angkut harus sesuai dengan standar
muatan yang telah ditentukan agar nilai overburden sesuai kapasitas.
- Cheker harus memeriksa ulang perhitungan overburden yang dikupas sebelum di
report.
DAFTAR PUSTAKA

1. Arif, Irwandy, 2014, Batubara Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta


2. Balfas, Muhammad Dahlan, 2015, Geologi untuk pertambangan umum, Graha ilmu :
Samarinda.
3. Basuki, Slamet, 1993, Mine Surveying bagian kedua, Jurusan Teknik Geodesi
Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta
4. Frick, Heinz, 1984, Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Kanisius : Yogyakarta
5. Hartanto, J. Andy, Kustarto, D.W. Hendro, 2012, Ilmu Ukur Tanah Metode dan
Aplikasi Bagian Kedua, Dioma : Malang
6. Prodjosumanto, Partanto, 2000, Pemindahan Tanah Mekanis, jurusan Teknik
Pertambangan ITB : Bandung
7. Subowo, G, 2011, Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan dan Upaya
Reklamasi Pasca Tambang untuk Memperbaiki Kualitas Sumberdaya Lahan dan
Hayati Tanah, Jurnal Sumberdaya Lahan Vol 5, Balai Penelitian Tanah : Bogor
8. Sukandarrumidi, 2011, Pemetaan Geologi, Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta
9. Sukandarrumidi,1995, Batubara dan Gambut, Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta
10. Suwandhi, Awang, 2001, Optimalisasi Produksi alat Berat, Departemen Energi dan
sumberdaya mineral republik Indonesia, Bandung

40
41
LAMPIRAN – LAMPIRAN

42
LAMPIRAN A

STRUKTUR ORGANISASI
PT. RPP CONTRACTORS INDONESIA JOBSITE PT BSSR

43
44
LAMPIRAN B

PETA KESAMPAIAN DAERAH

45
46
LAMPIRAN C

PETA TOPOGRAFI ORIGINAL

47
LAMPIRAN D

PETA TOPOGRAFI

SITUASI MINGGU KE 1

AGUSTUS 2016

47
DTM CUT AND FILL VOLUME REPORT

First DTM: nat_rci_agustus_topo_20160828.dtm

Second DTM: pg_eom1_juli_pit_bara_1_rci_20160806.dtm

Upper DTM object ID: 1

Upper DTM trisolation ID: 1

Lower DTM object ID: 1

Lower DTM trisolation ID: 1

Boundary file: bdy_pg_eom_pit_bara2_rci_20160830.str

Boundary string: 99

Number of segments: 3

Density: 1.000

Volumes

Segment Cut Vol Fill Vol Nett Vol Nett Tonnage

------------------------------------------------------

1 2361443 1324 -2360119 -2360119

2 5426005 6111 -5419893 -5419893

3 184663 105 -184558 -184558

Total 7,972,111 7,540 -7,964,570 -7,964,570

49
LAMPIRAN E

PETA TOPOGRAFI

SITUASI MINGGU KE 2

AGUSTUS 2016

50
DTM CUT AND FILL VOLUME REPORT

First DTM: nat_rci_agustus_topo_20160828.dtm

Second DTM: pg_eow2_juli_pit_bara_1_rci_20160813.dtm

Upper DTM object ID: 1

Upper DTM trisolation ID: 1

Lower DTM object ID: 1

Lower DTM trisolation ID: 1

Boundary file: bdy_pg_eom_pit_bara2_rci_20160830.str

Boundary string: 99

Number of segments: 3

Density: 1.000

Volumes

Segment Cut Vol Fill Vol Nett Vol Nett Tonnage

------------------------------------------------------

1 2361443 1324 -2360119 -2360119

2 5508331 6867 -5501463 -5501463

3 184663 105 -184558 -184558

Total 8,054,437 8,296 -8,046,140 -8,046,140

52
LAMPIRAN F

PETA TOPOGRAFI

SITUASI MINGGU KE 3

AGUSTUS 2016

53
DTM CUT AND FILL VOLUME REPORT

First DTM: nat_rci_agustus_topo_20160828.dtm

Second DTM: pg_eow3_agustus_pit_bara_1_rci_20160820.dtm

Upper DTM object ID: 1

Upper DTM trisolation ID: 1

Lower DTM object ID: 1

Lower DTM trisolation ID: 1

Boundary file: bdy_pg_eom_pit_bara2_rci_20160830.str

Boundary string: 99

Number of segments: 3

Density: 1.000

Volumes

Segment Cut Vol Fill Vol Nett Vol Nett Tonnage

------------------------------------------------------

1 2361443 1324 -2360119 -2360119

2 5623197 4144 -5619053 -5619053

3 184663 105 -184558 -184558

Total 8,169,303 5,573 -8,163,730 -8,163,730

55
LAMPIRAN G

PETA TOPOGRAFI

SITUASI MINGGU KE 4

AGUSTUS 2016

56
DTM CUT AND FILL VOLUME REPORT

First DTM: nat_rci_agustus_topo_20160828.dtm

Second DTM: pg_eom_agustus_pit_bara_2_rci_20160830.dtm

Upper DTM object ID: 1

Upper DTM trisolation ID: 1

Lower DTM object ID: 1

Lower DTM trisolation ID: 1

Boundary file: bdy_pg_eom_pit_bara2_rci_20160830.str

Boundary string: 99

Number of segments: 3

Density: 1.000

Volumes

Segment Cut Vol Fill Vol Nett Vol Nett Tonnage

------------------------------------------------------

1 2361443 1324 -2360119 -2360119

2 5829424 3735 -5825689 -5825689

3 184663 105 -184558 -184558

Total 8,375,530 5,164 -8,370,366 -8,370,366

58
LAMPIRAN H

DAILY PRODUCTION REPORT

59
PT. RPP CONTRACTORS INDONESIA
COAL MINE SITE BSSR -
BATUAH
DAILY PRODUCTION REPORT
PERIODE : August-16
OB ACTUAL
OB PLAN TOTAL
NO DATE SHIFT I SHIFT II
DAILY ACC'M RIT BCM RIT BCM RIT BCM
1 30 Juli 2016 16,330 16,330 621 9,384 5 225 626 9,609
2 31 juli 2016 8,165 24,495 - - 193 4,686 193 4,686
3 01 Agustus 2016 18,163 42,658 482 8,098.00 334 6,812 816 14,910
4 02 Agustus 2016 18,732 61,390 575 9,127.00 497 8,642 1,072 17,769
5 03 Agustus 2016 18,732 80,122 646 9,239.00 518 8,418 1,164 17,657
6 04 Agustus 2016 18,732 98,854 424 7,653.00 409 8,387.00 833 16,040
7 05 Agustus 2016 17,594 116,448 525 9,077.00 383 7,218.00 908 16,295
8 06 Agustus 2016 18,732 135,180 582 8,962.00 391 6,413.00 973 15,375
9 07 Agustus 2016 9,366 144,546 - - 583 9,307.00 583 9,307
10 08 Agustus 2016 18,163 162,709 518 8,362.00 497 8,065.00 1,015 16,427
11 09 Agustus 2016 18,732 181,441 522 8,412.00 557 8,956.00 1,079 17,368
12 10 Agustus 2016 18,732 200,174 498 7,615.00 520 8,143.00 1,018 15,758
13 11 Agustus 2016 18,732 218,906 557 8,758.00 596 9,945.00 1,153 18,703
14 12 Agustus 2016 17,594 236,500 557 9,603.00 523 8,234.00 1,080 17,837
15 13 Agustus 2016 18,732 255,232 613 9,869.00 594 10,348.00 1,207 20,217
16 14 Agustus 2016 9,366 264,598 302 4,558.00 742 10,593.00 1,044 15,151
17 15 Agustus 2016 18,163 282,761 724 10,795.00 797 11,886.00 1,521 22,681
18 16 Agustus 2016 18,732 301,493 415 6,531.00 545 8,792.00 960 15,323
19 17 Agustus 2016 9,366 310,859 - - 622 10,230.00 622 10,230
20 18 Agustus 2016 18,732 329,591 704 11,128.00 559 9,897.00 1,263 21,025
21 19 Agustus 2016 17,594 347,185 623 10,161.00 623 10,217.00 1,246 20,378
22 20 Agustus 2016 18,732 365,918 747 11,533.00 742 11,531.00 1,489 23,064
23 21 Agustus 2016 9,366 375,284 812 11,634.00 697 11,459.00 1,509 23,093
24 22 Agustus 2016 18,163 393,447 792 11,769.00 691 11,165.00 1,483 22,934
25 23 Agustus 2016 18,732 412,179 756 11,596.00 696 11,196.00 1,452 22,792
26 24 Agustus 2016 18,732 430,911 766 11,663.60 691 10,571.80 1,457 22,235.4
27 25 Agustus 2016 18,732 449,643 782 11,921.20 642 10,890.00 1,424 22,811.2
28 26 Agustus 2016 17,594 467,237 628 10,272.00 619 10,265.00 1,247 20,537
29 27 Agustus 2016 18,732 485,969 462 7,318.00 625 10,219.00 1,087 17,537
30 28 Agustus 2016 9,366 495,335 - - 547 8,173.00 547 8,173
31 29 Agustus 2016 18,163 513,498 372 6,336.00 365 6,347.00 737 12,683
32 30 Agustus 2016 18,732 532,231 412 7,076.00 633 10,091.00 1,045 17,167

17,436.
TOTAL 532,231 532,231 16,417.0 258,450.8 287,321.4 33,853.0 545,772.2
0

61

You might also like