You are on page 1of 17

FISIKOLOGI PERSALINAN

LINGKUP KOMPLIKASI KEBIDANAN


FISIOLOGI PERSALINAN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Obstetri

Dosen Pembimbing:
Riska Regia Catur Putri, S.ST., M.K.M
Dr. Tri Wahyudi, dr., Sp.OG(K)

Kelompok 2:
1. Dayu Sara (201091005)
2. Febby Dwi Cahyani (201091011)
3. Lisa Purnamasari (201091059)
4. Nurita (201091031)
5. Putri (201091036)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEBIDANAN PRODI KEBIDANAN
PROGRAM DIPLOMA TIGA
TAHUN 2021/2021
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena hanya dengan izin,
rahmat dan kuasa-Nyalah kami masih diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak terutama kepada Dosen pengajar Mata Kuliah Obstetri
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita khususnya mengenai Fisiologi Persalinan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
masih jauh dari apa yang diharapkan.
Untuk itu, kami berharap dan kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana
yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang
membacanya.

Pontianak, Maret 2022


Penyusun

Kelompok 2
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan adalah serangkaian proses dimana jalan lahir disiapkan untuk
memungkinkan bayi bisa keluar dari rongga rahim ke dunia luar. Dalam proses ini
biasanya bisa terlaksana dengan persalinan pervaginam baik secara spontan,
instrumental, dan section caesarean (Capogna, 2015).
Menurut Johariyah (2012) persalinan merupakan proses pergerakan keluar janin,
plasenta, dan membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari
pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat dari kontraksi uterus dengan frekuensi,
durasi, dan kekuatan teratur yang mula-mula kecil kemudian terus menerus meningkat
sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran
janin dari rahim ibu. Dalam serangkaian proses pengeluaran hasil konsepsi pada
persalinan tersebut maka ibu bersalin akan mengeluarkan banyak energi yang dapat
mengakibatkan perubahan, baik secara fisiologis maupun psikologis secara alamiah.
Dengan adanya perubahan fisiologis dan psikologis secara alamiah pada proses
persalinan tersebut, ibu bersalin membutuhkan tindakan pendukung dan penenang
selama persalinan, sehingga mampu memberikan efek yang postif baik secara
emosional ataupun fisiologis terhadap ibu dan janin. Oleh sebab itu, penting bagi
seorang tenaga kesehatan (bidan) untuk bisa memahami perubahan fisiologis dan
psikologis ibu bersalin

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Fisiologi Persalinan Kala I ?
2. Bagaimana Fisiologi Persalinan Kala II ?
3. Bagaimana Fisiologi Persalinan Kala III ?
4. Bagaimana Fisiologi Persalinan Kala IV ?

1.3 Tujuan
Mengetahui dan memahami bagaimana fisiologis dan psikologis pada ibu bersalin
pada setiap kala persalinan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan kala I
A. Sistem reproduksi
1. Uterus
Saat mulai persalinan, jaringan dari myometrium berkontraksi dan berelaksasi seperti
otot pada umumnya. Pada saat otot retraksi, ia tidak akan kembali ke ukuran semula tapi
berubah ke ukuran yang lebih pendek secara progresif.
Dengan perubahan bentuk otot uterus pada proses kontraksi, relaksasi, dan retraksi
maka cavum uteri lama kelamaan akan menjadi semakin mengecil. Proses ini
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan janin turun ke pelvic. Kontraksi uterus
mulai dari fundus dan terus melebar sampai ke bawah abdomen dengan dominasi
tarikan ke arah fundus (fundal dominan). Kontraksi uterus berakhir dengan masa yang
terpanjang dan sangat kuat pada fundus.
2. Bentuk rahim
Setiap terjadi kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang sedangkan ukuran
melintang dan ukuran muka belakang berkurang. Pengaruh perubahan bentuk rahim ini:
 Ukuran melintang menjadi turun, akibatnya lengkungan punggung bayi turun
menjadi lurus, bagian atas bayi tertekan fundus, dan bagian tertekan Pintu Atas
Panggul.
 Rahim bertambah panjang sehingga otot-otot memanjang diregang dan
menarik. Segmen bawah rahim dan serviks akibatnya menimbulkan terjadinya
pembukaan serviks sehingga Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah
Rahim (SBR).
3. Faal ligamentum rontundum
 Pada kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada tulang punggung
berpindah ke depan mendesak dinding perut depan kearah depan. Perubahan
letak uterus pada waktu kontraksi ini penting karena menyebabkan sumbu
rahim menjadi searah dengan sumbu jalan lahir.
 Dengan adanya kontraksi dari ligamentum rotundum, fundus uteri tertambat
sehingga waktu kontraksi fundus tidak dapat naik ke atas.
4. Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran dengan berubah menjadi
lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai menipis dan membuka.
a) Penipisan Serviks (effacement)
Berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan penipisan serviks. Seiring
dengan bertambah efektifnya kontraksi, serviks mengalami perubahan bentuk
menjadi lebih tipis. Hal ini disebabkan oleh kontraksi uterus yang bersifat fundal
dominan sehingga seolah-olah serviks tertarik ke atas dan lama kelamaan menjadi
tipis. Batas antara segmen atas dan bawah rahim (retraction ring) mengikuti arah
tarikan ke atas sehingga seolah-olah batas ini letaknya bergeser ke atas.
Panjangnya serviks pada akhir kehamilan normal berubah-ubah (dari beberapa mm
menjadi 3 cm). dengan dimulainya persalinan, panjang serviks berkurang secara
teratur sampai menjadi pendek (hanya beberapa mm). Serviks yang sampai tipis ini
disebut dengan “menipis penuh”
b) Dilatasi
Proses ini merupakan kelanjutan dari effacement. Setelah serviks dalam kondisi
menipis penuh, maka tahap berikutnya adalah pembukaan. Serviks membuka
disebabkan daya tarikan otot uterus ke atas secara terus-menerus saat uterus
berkontraksi. Dilatasi dan diameter serviks dapat diketahui melalui pemeriksaan
intravaginal. Berdasarkan diameter pembukaan serviks, proses ini terbagi menjadi 2
fase, yaitu :
1) Fase laten
Berlangsung selama kurang lebih 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai diameter 3 cm.
2) Fase aktif
Fase aktif bagi lagi dalam 3 fase yaitu:
 Fase akselarasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm kini menjadi 4 cm
 Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm
 Fase deselarasi. Pembukaan melambat kembali, dalam 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10cm). Pembukaan lengkap
berarti bibir serviks dalam keadaan tak teraba dan diameter lubang
seviks adalah 10cm.
Fase diatas dijumpai pada primigravida. Pada multigravida tahapannya sama namun
waktunya lebih cepat untuk setiap fasenya. Kala I selesai apabila pembukaan serviks
telah lengkap. Pada primigravida berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada
multigravida kira-kira 7 jam.
Mekanisme membukanya seviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada
primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan
mendatar dan menipis, kemudia ostium uteri eksternummembuka. Namun pada
multigravida, ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran
serviks terjadi dalam waktu yang sama.
Pendataran dan dilatasi serviks melonggarkan memberan dari daerah ostium uteri
interna dengan sedikit perdarahan dan menyebabkan lendir bebas dari sumbatan atau
operculum.Pengeluaran lendir dan darah ini disebut sebagai “bloody show” yang
mengindikasikan telah dimulainya proses persalinan.
5. Ketuban
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir atau sudah lengkap.
Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan sudah lengkap. Bila ketuban
telah pecah sebelum pembukaan 5cm, disebut Ketuban Pecah Dini (KPD).

B. Sistem kardiovaskuler
Selama persalinan, curah jantung meningkat 40 % sampai 50 % dibandingkan dengan
kadar sebelum persalinan dan sekitar 80% sampai 100 % dibandingkan dengan kadar
sebelumnya (Hecker, 1997). Peningkatan curah jantung ini terjadi karena pelepasan
katekolamin akibat nyeri dan karena kontraksi otot abdomen dan uterus. Seiring dengan
kontraksi uterus sekitar 300 sampai 500 ml darah dipindahkan ke volume darah sentral
(sulivan et al, 1985).
Dalam studi klasik, Hendrik dan Quilligan (1956) mendemonstrasikan bahwa nyeri
dan ansietas dapat meningkatkan curah jantung sekitar 50 % sampai 60 %. Karena
kontraksi uterus dapat menyebabkan kompresi bermakna pada aorta dan arteria iliaka,
sebagian besar peningkatan curah jantung dialirkan ke ekstermitas atas dan kepala
(Gabbe et al, 1991).
Pada setiap kontaksi uterus, aliran darah di cabang-cabang arteri uterus yang
menyuplai ruang intervillli menurun dengan cepat sesuai dengan besarnya kontraksi.
Penurunan ini tidak berhubungan dengan perubahan yang bermakna dalam tekanan
perfusi sistemik, tetapi lebih berhubungan dengan peningkatan tahanan vaskuler lokal di
dalam uterus (Assali, 1989).
Tekanan vena istemik meningkat saat darah kembali dari vena uterus yang
membengkak. Pada kala I, sistolik rata-rata meningkat 10 mm hg dan tekanan diastolik
rata-rata meningkat sebesar 5-19 mmhg selama kontraksi, tetapi tekanan tidak banyak
berubah.Diantara waktu kontraksi kala II terdapat peningkatan 30/25 mmhg selama
kontraksi dari 10/5 sampai 10 mmhg (Beichter et al, 1986).
Jika wanita mengejan dengan kuat, terjadi kompensasi tekanan darah, seringkali
terjadi penurunan tekanan darah secara dramatis saat wanita berhenti mengejan di akhir
kontaksi. Perubahan lain dalam persalinan mencakup peningkatan denyut nadi secara
perlahan tapi pasti sampai sekitar 100 kali per menit pada persalinan kala II. Frekuensi
denyut nadi dapat ditingkatkan lebih jauh oleh dehidrasi, perdarahan, ansietas, nyeri dan
obat-obatan tertentu, seperti terbutalin.
Karena perubahan kardiovaskuler yang terjadi selama kontraksi uterus, pengkajian
paling akurat untuk mengkaji tanda tanda vital maternal adalah diantara waktu kontraksi.
Pengaturan posisi memiliki efek yang besar pada curah jantung. Membalikkan posisi
wanita bersalin dari miring ke telentang menurunkan curah jantung sebesar 30%.
Tekanan darah meningkat selama kontraksi, kenaikan sistole 15 (10-20) mmhg,
kenaikan diastole 5-10 mmhg, diantara kontraksi tekanan kembali pada level sebelum
persalinan. Posisi berbaring miring akan mengurangi terjadinya perubahan tekanan
darah selama proses kontraksi. Rasa sakit/nyeri, takut dan cemas juga dapat
meningkatkan tekanan darah.
Kenaikan detak jantung berkaitan dengan peningkatan metabolisme. Secara
dramatis detak jantung naik selama uterus berkontraksi. Antara kontraksi sedikit
meningkat dibandingkan sebelum persalinan.

C. Sistem pencernaan
Pada saat mulai persalinan, terjadi penurunan hormon progesteron yang
mengakibatkan perubahan pada sistem pencernaan menjadi lebih lambat sehingga
makanan lebih lama tinggal di lambung, akibatnya banyak ibu bersalin yang mengalami
obstivasi atau peningkatan getah lambung sehingga terjadi mual dan muntah.
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob meningkat secara perlahan yang terjadi
akibat aktivitas otot rangka dan kecemasan ibu. Peningkatan ini ditandai dengan adanya
peningkatan suhu badan ibu, nadi, pernafasan, cardiac out put dan hilangnya cairan.

D. Suhu tubuh
Pada Basal Metabolisme Rate (BMR), dengan adanya kontraksi dan tenaga
mengejan yang membutuhkan energi yang besar, maka pembuangan juga akan lebih
tinggi dan suhu tubuh meningkat. Suhu tubuh akan sedikit meningkat (0,5-1 0 C) selama
proses persalinan dan akan segera turun setelah proses persalinan selesai. Hal ini
disebabkan karena adanya peningkatan metabolisme tubuh. Peningkatan suhu tubuh
tidak boleh lebih dari 10 C.

E. Sistem pernapasan
Dalam persalinan, ibu mengeluarkan lebih banyak CO2 dalam setiap nafas. Selama
kontraksi uterus yang kuat, frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat sebagai
responns terhadap peningkatan kebutuhan oksigen akibat pertambahan laju metabolik.
Rata rata PaCO2 menurun dari 32 mm hg pada awal persalinan menjadi 22 mm hg pada
akhir kala I (Beischer et al, 1986).

F. Sistem perkemihan
Pada akhir bulan ke 9, pemeriksaan fundus uteri menjadi lebih rendah, kepala janin
mulai masuk Pintu Atas Panggul dan menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga
merangsang ibu untuk sering kencing. Pada kala I, adanya kontraksi uterus/his
menyebabkan kandung kencing semakin tertekan.
Poliuria sering terjadi selama persalinan, hal ini kemungkinan disebabkan karena
peningkatan cardiac output, peningkatan filtrasi glomerolus, dan peningkatan aliran
plasma ginjal. Poliuri akan berkurang pada posisi terlentang. Proteinuri sedikit dianggap
normal dalam persalinan.
Wanita bersalin mungkin tidak menyadari bahwa kandung kemihnya penuh karena
intensitas kontraksi uterus dan tekanan bagian presentasi janin atau efek anestesia lokal.
Bagaimanapun juga kandung kemih yang penuh dapat menahan penurunan kepala janin
dan dapat memicu trauma mukosa kandung kemih selama proses persalinan.
Pencegahan (dengan mengingatkan ibu untuk berkemih di sepanjang kala I) adalah
penting. Sistem adaptasi ginjal mencakup diaforesis dan peningkatan IWL (Insensible
Water Loss) melalui respirasi.

G. Perubahan endokrin
Dalam minggu-minggu terakhir kehamilan, dua proses menandai mendekatnya
persalinan. Kontraksi uterus yang biasanya tidak nyeri dan menjadi semakin sering, dan
segmen bawah uterus dan serviks menjadi lebih lunak dan tipis, suatu proses yang
dikenal sebagai penipisan atau "pematangan". Meskipun tanda-tanda ini tidak jarang
palsu, permulaan persalinan biasanya akan segera terjadi bila kontraksi menjadi teratur
setiap 2-5 menit, dan persalinan dalam waktu kurang dari 24 jam. Kesulitan
mengidentifikasi peristiwa inisiasi tunggal pada persalinan manusia mengesankan bahwa
terdapat lebih dari satu faktor yang berperan.

H. Perubahan integument
Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis menyebabkan timbulnya
beberapa perubahan dalam sistem integumen dalam masa kehamilan. Kloasma adalah
bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada kulit di daerah tonjolan maksila dan dahi,
khususnya pada wanita hamil berkulit hitam. Kloasma yang timbul pada wanita hamil
biasanya hilang setelah melahirkan.

I. Perubahan muskulosketal
Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat wanita hamil menyebabkan
postur dan cara berjalan wanita berubah secara menyolok. Otot dinding perut meregang
dan akhirnya kehilangan sedikit tonus otot. Selama terimester ketiga otot rektus
abdominis dapat memisah, menyebabkan isi perut menonjol di garis tengah tubuh.
Umbilicus menjadi lebih datar atau menonjol. Relaxing Progesterone Hormone
menyebabkan relaksasi jaringan ikat dan otot-otot, hal ini terjadi maksimal pada satu
minggu terakhir kehamilan, proses relaksasi ini memberikan kesempatan pada panggul
untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai persiapan proses persalinan, tulang pubic
melunak menyerupai tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus mengendur
membuat tulang coccigis bergeser kearah belakang sendi panggul yang tidak stabil,
pada ibu hamil hal ini menyebabkan sakit pinggang. Selama trimester akhir rasa pegal,
mati rasa dan lemah dialami oleh anggota badan atas yang disebabkan lordosis yang
besar dan fleksi anterior leher dan merosotnya lingkar bahu yang akan menimbulkan
traksi pada nervus ulnaris dan medianus.

J. Perubahan Psikologis
Pada persalinan Kala I selain pada saat kontraksi uterus, umumnya ibu dalam keadaan
santai, tenang dan tidak terlalu pucat. Kondisi psikologis yang sering terjadi pada wanita
dalam persalinan kala I adalah :
1. Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan sendiri.
Ketakutan tersebut berupa rasa takut jika bayi yang yang akan dilahirkan dalam
keadaan cacat, serta takhayul lain. Walaupun pada jaman ini kepercayaan pada
ketakutan-ketakutan gaib selama proses reproduksi sudah sangat berkurang sebab
secara biologis, anatomis, dan fisiologis kesulitan-kesulitan pada peristiwa partus
bisa dijelaskan dengan alasan-alasan patologis atau sebab abnormalitas
(keluarbiasaan). Tetapi masih ada perempuan yang diliputi rasa ketakutan akan
takhayul.
2. Timbulnya rasa tegang, takut, kesakitan, kecemasan dan konflik batin. Hal ini
disebabkan oleh semakin membesarnya janin dalam kandungan yang dapat
mengakibatkan calon ibu mudah capek, tidak nyaman badan, dan tidak bisa tidur
nyenyak, sering kesulitan bernafas dan macam-macam beban jasmaniah lainnya
diwaktu kehamilannya.
3. Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman dan selalu kegerahan serta tidak sabaran
sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya menjadi terganggu. Ini
disebabkan karena kepala bayi sudah memasuki panggul dan timbulnya kontraksi-
kontraksi pada rahim sehingga bayi yang semula diharapkan dan dicintai secara
psikologis selama berbulan-bulan itu kini dirasakan sebagai beban yang amat berat.
4. Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya melahirkan bayi yang
merupakan hambatan dalam proses persalinan :
 Adanya rasa takut dan gelisah terjadi dalam waktu singkat dan tanpa sebab
sebab yang jelas
 Ada keluhan sesak nafas atau rasa tercekik, jantung berdebar-debar
 Takut mati atau merasa tidak dapat tertolong saat persalinan
 Muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek.

2.2 Persalinan kala II


Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi
A. Perubahan pada uterus dan pada organ dasar panggul
1. Perubahan pada uterus
Pada kala II, kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan lebih cepat yaitu setiap 2 menit
sekali dengan durasi >40 detik, intensitas semakin lama semakin kuat Karena biasanya
pada tahap ini kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, maka pada his dirasakan
adanya tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflex menimbulkan rasa ingin
meneran. Pasien merasakan adanya tekanan pada rectum dan merasa seperti ingin
BAB.
Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya berkontraksi. Proses
ini akan efektif hanya jika his bersifat fundal dominan, yaitu kontraksi didominasi oleh otot
fundus yang menarik otot bawah rahim keatas sehinga akan menyebabkan pembukaan
serviks dan dorongan janin ke bawah secara alami.
2. Perubahan pada organ dasar panggul
Perubahan ditimbulkan oleh bagian depan bayi menjadi saluran dengan dinding yang
tipis. Saat kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas. Dari luar
peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis
sedangkan anus menjadi terbuka.
B. Perubahan psikologi
Pada masa persalinan seorang wanita ada yang tenang dan bangga akan kelahiran
bayinya, tapi ada juga yang merasa takut. Adapun perubahan psikologis yang terjadi
adalah sebagai berikut:
1. Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap
2. Bingung dengan adanya apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap
3. Frustasi dan marah
4. Tidak memperdulikan apa saja dan siapa saja yang ada di kamar bersalin
5. Rasa lelah dan sulit mengikuti perintah
6. Fokus pada dirinya sendiri
Masalah Psikologis Yang Terjadi Pada Masa Persalinan Masalah psikologis yang terjadi
pada masa persalinan adalah kecemasan. Pada masa persalinan seorang wanita ada
yang tenang dan bangga akan kelahiran bayinya, tetapi ada juga yang merasa takut.
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan ketakutan dan
kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan. Ibu bersalin mengalami gangguan
dalam menilai realitas, namun kepribadian masih tetap utuh. Perilaku dapat terganggu
tetapi masih dalam batas batas normal (Haward 2004). Kecemasan berbeda dengan
rasa takut. Cemas adalah respon emosi tanpa obyek yang spesifik yang secara subyektif
dialami dan dikomunikasikan interpersonal secara langsung. Kecemasan dapat
diekspresikan melalui respon fisiologis dan psikologis (Sulistyawati, dkk, 2003).

2.3 Persalinan kala III


Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban
A. Fisiologi kala III
Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam uterus,
kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil.
Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam ukuran
tempat melekatnya plasenta. Oleh karena tempat melekatnya plasenta tersebut menjadi
lebih kecil, maka plasenta akan menjadi tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari
dinding uterus. Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek saat
plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan berdarah terus hingga uterus
seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan
menekan semua pembuluh-pembuluh darah ini yang akan menghentikan perdarahan
dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut
bisa kehilangan darah 350-360 cc/menit dari tempat melekatnya plasenta tersebut.
Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya. Oleh
sebab itu, kelahiran yang cepat dari plasenta segera setelah ia melepaskan dari dinding
uterus merupakan tujuan dari manajemen kebidanan dari kala III yang kompeten.

B. Perubahan psikolog
Sesaat setelah bayi lahir hingga 2 jam persalinan, perubahan – perubahan psikologis ibu
juga masih sangat terlihat karena kehadiran buah hati baru PAGE 26 dalam hidupnya.
Adapun perubahan psikologis ibu bersalin yang tampak pada kala III ini adalah sebagai
berikut.
1. Bahagia Karena saat – saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga
yaitu kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah menjadi
wanita yang sempurna (bisa melahirkan, memberikanan anak untuk suami dan
memberikan anggota keluarga yang baru), bahagia karena bisa melihat
anaknya.
2. Cemas dan Takut Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat
persalinan karena persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan
mati - Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu. - Takut tidak dapat
memenuhi kebutuhan anaknya

2.4 Persalinan kala IV


Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
A. Fisiologi kala IV
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat. Otot-otot
uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara anyaman-anyaman otot uterus
akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
B. Perubahan psikolog
Sama halnya dengan dikala III ibu juga masih merasakan perasaan bahagia dan cemas
atas anak nya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat mengakibatkan
adanya beberapa perubahan pada ibu bersalin, baik perubahan fisiologis maupun
perubahan psikologis. Perubahan – perubahan tersebut (perubahan fisiologis dan
perubahan psikologis) dapat ditemukan sejak kala I hingga kala IV persalinan. Dimana,
perubahan fisiologis meliputi segala perubahan yang terjadi pada sistem maupun
anatomi tubuh ibu, dan perubahan psikologis meliputi perubahan yang terjadi pada
emosional ibu saat proses persalinan beralngsung.

3.2 Saran
Melalui makalah ini, penulis berharap agar para bidan maupun calon bidan
menjalankan profesionalitas pekerjaannya sesuai, menjaga dan memelihara
kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian para anggoa profesi, dan
meningkatkan mutu profesi.
DAFTAR PUSTAKA
Sondakh JJS (2013). Asuhan Kebidnaan Persalinan dan Bayi Baru Lahir . Jakarta:
Penerbit erlangga.
Damayanti IP (2014) Buku Ajar: Asuhan kebidanan komprehensif pada ibu
bersalin dan bayi baru lahir. Yogyakarta: Deepublish
Dixon L, Skinner, Foureur (2013). The emotional and hormonal pathways of labour and
birth:integrating mind, body and behaviour . New Zealand: Collage of Midwive Journal 48

You might also like