Professional Documents
Culture Documents
Laporan P3K Kelompok 11
Laporan P3K Kelompok 11
DI TK ASIH PUTERA 1
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah P3K pada AUD yang diampu oleh
Bapak Asep Deni Gustiana, M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 11
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan keamanan dan
keselamatan pada anak usia dini di TK Asih Putera 1”. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Makalah ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah P3K Pada AUD.
Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Asep Deni
Gustiana, M.Pd., selaku dosen mata kuliah P3K pada AUD yang telah memberikan ilmu dan
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga Allah SWT. memberikan balasan yang
berlipat ganda atas semua bantuan yang diberikan.
Dengan adanya makalah ini semoga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dan mungkin perlu kiranya untuk ditinjau kembali tentang uraian yang ada di dalamnya demi
kebaikan dan kemajuan parenting dalam aspek keamanan dan keselamatan anak di masa yang
akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 2
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang Observasi dan Wawancara ...................................................................... 4
1.2. Tujuan Observasi dan Wawancara ................................................................................... 6
1.3 Topik Observasi dan Wawancara ..................................................................................... 6
1.4 Waktu dan Tempat Observasi dan Wawancara................................................................ 7
BAB II ............................................................................................................................................ 8
KAJIAN TEORI ........................................................................................................................... 8
2.1. Desain Lingkungan Belajar .............................................................................................. 8
2.2 Lingkungan yang Aman bagi Anak ................................................................................. 8
2.3 Lingkungan Belajar Aman secara Fisik ........................................................................... 9
2.4 Lingkungan Belajar Aman secara Fisik dan Psikis ........................................................ 13
BAB III......................................................................................................................................... 19
HASIL .......................................................................................................................................... 19
3.1. Profil Sekolah ................................................................................................................. 19
3.2 Narasumber .................................................................................................................... 19
3.3 Deskripsi Keamanan Lingkungan TK ............................................................................ 20
BAB IV ......................................................................................................................................... 22
PENUTUP.................................................................................................................................... 22
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 22
4.2 Saran ............................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 23
LAMPIRAN................................................................................................................................. 24
A. Dokumentasi ...................................................................................................................... 24
B. Transkrip Wawancara dan Observasi ................................................................................ 26
C. Lampiran Instrumen ........................................................................................................... 30
Lampiran 1. Daftar Periksa atau Pengecekan Kondisi Alat Main Anak ............................... 30
Lampiran 2. Instrumen Evaluasi Diri atau Self Assessment Kondisi Keamanan................... 31
dan Keselamatan Anak di Satuan PAUD .............................................................................. 31
BAB I
PENDAHULUAN
Perlindungan anak merupakan salah satu layanan yang harus diupayakan dalam
lembaga PAUD. Keberhasilan layanan perlindungan anak usia dini dapat dilihat dari
terpenuhinya tiga komponen, yaitu penyediaan lingkungan yang aman, nyaman dan
menyenangkan, penguasaan pengetahuan tentang perlindungan anak, dan dimilikinya sikap
dan perilaku yang sesuai dengan perlindungan anak (petunjuk teknis penyelenggaraan
PAUD holistik integratif di satuan PAUD, 2015). Penguasaan pengetahuan dan sikap serta
perilaku tentang perlindungan harus dimiliki oleh semua stakeholder dalam lembaga PAUD,
yaitu anak, guru, pengelola, dan tenaga kependidikan lainnya.
Menurut Vinje (1991), anak-anak tergolong rentan terhadap kecelakaan karena mereka
memiliki keterbatasan kognitif. Pemahaman anak yang terbatas menyebabkan anak kurang
dapat mengantisipasi dan mengatasi kondisi bahaya yang muncul. Hal ini dapat berakibat
fatal untuk keselamatan dirinya. Data kejadian kecelakaan pada anak di sekolah
menunjukkan 34% kematian disebabkan oleh kendaraan bermotor, 5% oleh jatuh, 4% oleh
kebakaran, 13% oleh tenggelam, dan 21% oleh cedera tidak disengaja (WHO dalam
Nugratmaja, 2011). Menurut hasil riset kesehatan dasar yang dilakukan Balitbangbankes
Kemenkes RI (2013), penyebab cedera terbanyak yaitu jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda
motor (40,6%), selanjutnya, penyebab cedera karena terkena benda tajam/tumpul (7,3%),
transportasi darat lain (7,1%) dan kejatuhan (2,5%), sedangkan untuk penyebab yang belum
disebutkan proporsinya sangat kecil. Prevalensi cedera yang disebabkan karena jatuh
mencapai 91.3% (usia ˂ 1 tahun), 79.4% (usia 1-4 tahun), dan 57.3% (usia 5-14 tahun).
Anak sebagai objek perlindungan perlu dibekali pengetahuan dan sikap serta perilaku
yang terkait dengan keselamatan dirinya. Salah satu cara untuk membuat anak-anak selamat
dari bahaya adalah dengan meningkatkan pemahamannya akan bahaya dan cara-cara
mengatasi bahaya melalui pendidikan keselamatan diri (Gillham & Thompson dalam
Sumargi dkk, 2005). Sumargi dkk melakukan penelitian awal mengenai keselamatan diri
terhadap keadaan bahaya yang dekat dengan anak, yaitu bahaya kebakaran, bahaya orang
tidak dikenal, bahaya kecelakaan ditempat permainan, bahaya premanisme di lingkungan
sekolah dan bahaya kecelakaan di jalan raya. Anak usia dini berada pada tahap pra-
operasional yang salah satunya bercirikan ketidakmampuan menggunakan sudut pandang
orang lain dan kecenderungan mempertimbangkan sesuatu hanya dari sudut pandangnya
sendiri (egosentrisme). Oleh karena itu dalam bermain, anak usia dini lebih mengandalkan
interpretasi mereka sendiri tentang apa yang dianggap bahaya dan keselamatan. Anak-anak
sering kali gagal mempersepsikan sesuatu dengan baik, bahkan banyak anak tidak
memahami konsep tentang bahaya dan tidak bahaya (Eiser, Patterson, & Eiser dalam
Sumargi dkk, 2005). Sering kali interpretasi ini berbeda dengan sudut pandang orang
dewasa. Untuk itu diperlukan adanya pemberian informasi yang benar mengenai bahaya dan
keselamatan melalui pendidikan keselamatan diri.
Pendidikan keselamatan lebih ditujukan pada pembentukan sikap dan perilaku, agar
dapat menerapkan kaidah yang berguna untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan
keselamatan orang lain (Muchtamadji, 2004). Sasaran pembinaan dalam pendidikan
keselamatan adalah sikap dan kemampuan anak untuk membuat keputusan yang tepat,
didukung oleh keterampilan untuk melaksanakan tindakan.
Keterampilan keselamatan diajarkan melalui program instruksi reguler dengan sebuah
kurikulum yang dikembangkan oleh konselor sekolah, orang tua, psikolog, perawat, dan
petugas keamanan dan keselamatan. Kurikulum diwujudkan dalam permainan, musik,
sandiwara, dan seni dalam menjaga pikiran positif. Keterampilan keselamatan diidentifikasi
pada setiap level. Keterampilan pada anak-anak PAUD meliputi keselamatan berjalan kaki,
keselamatan area bermain, pelaporan bahaya, keselamatan diri, bahaya lain, keselamatan
tempat, bahaya kebakaran, dan keselamatan dalam mobil. Aspek-aspek pemahaman tentang
keselamatan diri diturunkan dari kondisi bahaya yang mungkin terjadi di sekolah. Menurut
Sumargi, dkk (2005), kondisi bahaya tersebut adalah bahaya kebakaran, bahaya orang tidak
dikenal, bahaya kecelakaan di jalan raya, bahaya kecelakaan karena tempat bermain, dan
alat-alat permainan yang tidak aman serta bahaya premanisme (bullying).
Dari penjelasan diatas penulis berminat untuk melakukan observasi dan wawancara
mengenai kondisi keamanan dan keselamatan anak di TK Asih Putera I yang merupakan
salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang ada di kota Cimahi.
Secara umum, tujuan dari observasi dan wawancara ini adalah untuk mengetahui
bagaimana kondisi keamanan dan keselamatan anak di TK Asih Putera I, sedangkan secara
khusus tujuan dari observasi dan wawancara ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk melihat kondisi alat permaian anak (APE) yang tersedia di sekolah;
2. Untuk mengetahui pemahaman kepala PAUD, pendidik (guru), dan tenaga pendidik
mengenai kondisi keamanan lingkungan;
3. Untuk melihat dan mengetahui kondisi keamanan lingkunga yang ada di sekolah.
Topik observasi dan wawancara yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan dan pengecekan kondisi alat permainan anak (APE);
2. Pemahaman kepala PAUD, pendidik (guru), dan tenaga kependidikan;
3. Kondisi keamanan lingkungan fisik;
4. Kondisi keamanan lingkungan psikis.
Adapun waktu dan tempat dilaksanaknya observasi dan wawancara yang dilakukan
penulis yaitu sebagai berikut:
1. Waktu Observasi dan Wawancara: Jumat, 17 Maret 2023.
2. Tempat Obsrvasi dan Wawancara: TK Asih Putera 1 Jl. Pesantren Permai No. 153,
Cibabat, Cimahi Utara, Jawa Barat.
BAB II
KAJIAN TEORI
Desain lingkungan adalah penataan lingkungan fisik, baik di dalam atau di luar
ruangan. Penataan lingkungan termasuk seluruh aksesoris yang digunakan di dalam maupun
di luar ruangan, seperti bentuk dan ukuran ruang, pola pemasangan lantai, warna dan hiasan
dinding, bahan dan ukuran, bentuk, warna, jumlah, dan bahan berbagai alat main yang
digunakan sesuai dengan perencanaan. Maka, manajemen desain lingkungan bermain adalah
penataan tepatnya tampilan indoor maupun outdoor. Prinsip-prinsip desain lingkungan belajar
anak adalah keserasian, keindahan, keseimbangan, tata artistik, keamanan, nilai ekonomis,
dan kesatupaduan. Ketujuh prinsip manajemen desain lingkungan belajar tersebut mempunyai
tujuan untuk menghasilkan kenyamanan dan keindahan, serta menyenangkan dalam
lingkungan di sekitar anak.
Lingkungan yang sesuai dengan perkembangan anak adalah lingkungan ramah anak.
Lingkungan ramah anak adalah konsep multidimensional yang kondusif untuk belajar, dan
menyediakan sarana yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak (UNICEF, 2009).
Menurut Kemendiknas (2009), pada sebuah lingkungan PAUD, kegiatan belajar dan bermain
berlangsung pada ruang luar (outdoor) sebagai sarana aktualisasi dan eksplorasi diri,
sedangkan ruang dalam (indoor) untuk kegiatan belajar rutin, sehingga ruang luar dan ruang
dalam wajib menyediakan fasilitas yang ramah anak. Anak membutuhkan suasana kegiatan
belajar dan bermain yang menyenangkan dan menstimulasi, dengan tetap memperhatikan
keamanan dan kenyamanan anak.
Lingkungan belajar yang aman di PAUD adalah lingkungan belajar yang mampu
memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak, pendidik dan tenaga kependidikan, baik secara
fisik, psikis (mental), maupun sosial. Menciptakan lingkungan belajar yang aman untuk anak
sama dengan melakukan pemenuhan hak dan perlindungan anak di lingkungan pendidikan.
Pada dasarnya lingkungan aman mencakup dua komponen, yaitu lingkungan aman secara fisik
dan psikis (mental dan sosial). Lingkungan aman secara fisik meliputi: indikator keamanan
bangunan, keamanan lingkungan, dan ketersediaan P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan). Lingkungan aman secara psikis meliputi: indikator kebijakan anti kekerasan
seksual, anti kekerasan fisik, anti perundungan, dan anti hukuman fisik. Dari beberapa
indikator ini, keamanan dan keselamatan baik fisik maupun psikis secara beririsan (saling
terkait) artinya keseluruhannya adalah faktor yang perlu dijaga.
Lingkungan aman dan nyaman secara fisik di satuan PAUD berkualitas diwujudkan
dengan mengusahakan keamanan bangunan satuan PAUD, keamanan lingkungan, serta
ketersediaan fasilitas P3K yang memadai. Keamanan dan kenyamanan secara fisik pada
satuan PAUD memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait.
Bangunan yang mampu memberi perlindungan akan memberikan rasa aman bagi
penggunanya. Keamanan bangunan akan terwujud dengan memperhatikan fisik
bangunan dan fungsi dari bagian-bagian bangunan. Selain memberi rasa nyaman,
bangunan juga penting untuk mendukung kesehatan penggunanya. Berikut beberapa
faktor keamanan bangunan yang perlu diperhatikan satuan PAUD.
• Struktur bangunan satuan PAUD kuat/kukuh dan stabil dalam memikul beban, serta
memenuhi syarat keamanan.
• Pintu dan jendela ruangan serta gerbang sekolah mendukung keamanan, misalnya
aman dari binatang, pencuri, dan pada saat terjadi bencana.
• Akses keluar masuk bangunan dan setiap ruangan mudah digunakan oleh anak usia
dini.
• Bangunan dilengkapi dengan pintu darurat (emergency exit) atau akses tambahan
untuk keluar bangunan yang digunakan saat dalam kondisi bencana atau kondisi
darurat lainnya.
• Pengaturan interior dan lingkungan satuan PAUD aman terhadap bencana dan
kecelakaan.
• Pemasangan instalasi listrik dan peralatan listrik di satuan PAUD aman dari risiko
bencana (seperti kebakaran karena korsleting) dan kecelakaan (seperti tersengat
listrik).
• Setiap ruangan di satuan PAUD memiliki sistem pencahayaan dan penghawaan alami
yang cukup, sehingga menunjang terjaganya kecukupan cahaya dan sirkulasi udara
pada ruangan.
• Satuan PAUD menjaga kebersihan, keamanan dan kerapian lingkungan.
• Satuan PAUD dapat mengupayakan keterbukaan akses bagi para disabilitas dan
penyandang cacat untuk masuk dan keluar bangunan serta beraktivitas dengan
mudah, aman, dan mandiri.
• SOP yang menunjang tercapainya keamanan dan keselamatan anak di satuan PAUD.
• Libatkan anak melalui pembelajaran, misalnya mengajak anak untuk membuat
penanda “Jalur Evakuasi”.
• Tumbuhkan konsep dan harga diri yang positif tentang menjaga lingkungan dan
menjaga diri pada anak.
• Ajak anak mengenal lingkungan fisik kelas dan sekolahnya. Kenalkan anak dengan
nama dan fungsi benda-benda dan ruangan yang dapat ditemui anak di sekolah dan
juga ajak anak membuat kesepakatan penggunaannya
• Ajarkan kepada anak beberapa keterampilan yang dibutuhkan terkait lingkungan
fisik sekolah, misalnya cara membuka pintu, cara membuka jendela, cara
menggunakan jamban, cara dan kesepakatan menyeberang jalan (apabila di satuan
PAUD ada aktivitas menyeberang jalan).
• Satuan PAUD menyiapkan data kekuatan, kebutuhan, termasuk riwayat kesehatan
anak seperti riwayat sakit dan alergi anak. Satuan PAUD dapat mendapatkan data ini
dengan cara bertanya kepada orangtua dan melalui observasi kepada anak.
• Gerbang satuan PAUD berada dalam posisi aman dari lalu lintas kendaraan.
• Anak dan pendidik hadir dalam kondisi bersih dan sehat.
• Anak yang diantar oleh orangtua, pendidik memastikan orang tua meninggalkan anak
dalam kondisi sudah aman memasuki gerbang atau bertemu pendidik.
• Apabila anak membawa barang dari rumah, pastikan bukan benda berbahaya.
• Apabila anak dijemput, pastikan anak pulang dengan dengan orang yang tepat.
Komunikasikan dengan orangtua apabila anak dijemput oleh orang yang berbeda.
Jangan beri izin anak pulang jika orang tua belum memberi izin anak pulang dengan
penjemput tersebut.
• Pendidik menemani anak yang belum dijemput.
• Buat dan pasang info aturan kunjungan bagi tamu di satuan PAUD, misalnya tulisan
area bebas rokok, dampingi anak saat tamu menyapa atau berbincang dengan anak.
Cara mewujudkan lingkungan belajar aman di dalam dan luar kelas sebagai berikut:
• Sediakan luas ruangan yang memadai untuk anak bermain dengan material atau
bahan main. Ruangan yang terlalu sempit atau ruangan yang penuh sesak (perabotan
ataupun anak) akan memberi risiko terjadinya kecelakaan.
• Interior dan perabot ruangan disesuaikan dengan ukuran tubuh anak.
• Hindari sisi tajam pada sudut perabot.
• Buatlah lingkungan main dan penyimpanan yang tertata dan terorganisir untuk
menunjang anak main dengan aman dan mandiri.
• Ajarkan anak untuk membereskan alat main usai bermain. Membereskan alat main
dan mengembalikan ke tempat semula akan mengurangi resiko anak tersandung.
• Aturlah lalu lintas lingkungan main agar anak aman dan mudah berpindah tempat.
• Setiap lokasi main berada dalam jangkauan pengamatan dan pengawasan guru.
• Kebersihan, keamanan dan kelayakan alat main indoor ataupun outdoor terjaga.
• Lakukan prosedur pengecekan secara berkala.
• Satuan PAUD mengusahakan faktor ketenangan dalam ruang kelas dengan
memperhatikan tingkat kebisingan lingkungan sekitar satuan PAUD.
APE atau alat permainan edukatif adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif)
dan dapat mengembangkan kemampuan anak. Ada berbagai jenis APE, yaitu APE
tradisional, APE bahan alam, APE pabrikan, dan APE bahan limbah. Cara mewujudkan
APE aman sebagai berikut:
• APE menggunakan bahan material yang aman untuk anak. Pilih APE yang berbahan
non-toxic.
• Lakukan pemeriksaan pada kondisi APE setiap hari. APE yang rusak, retak, pecah
dan kondisi lainnya yang dapat membahayakan anak sebaiknya diperbaiki atau
diperbarui.
• Ajarkan anak cara menggunakan APE. Pemahaman anak tentang cara penggunaan
APE secara tepat akan mengurangi risiko kecelakaan.
• Amankan APE dengan sisi yang tajam, runcing, seperti pencocok, tusuk sate, kaleng,
tutup botol, dan lainnya. Satuan PAUD perlu memperhatikan peletakan benda-benda
tajam. Sebagai contoh, meletakkan gunting atau pensil dengan sisi tajam mengarah
ke bawah, atau meletakkan alat pencocok di rak guru sehingga anak hanya dapat
menggunakannya dengan sepengetahuan dan seizin guru.
• Penggunaan APE bahan limbah atau bahan alam dalam kondisi bersih seperti, botol-
botol plastik bekas atau plastik kemasan detergen. Pastikan tidak ada cairan/serbuk
yang tersisa pada barang bekas yang akan digunakan.
5. Fasilitas P3K
Untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman secara fisik dan psikis bagi anak usia
dini adalah dengan cara sebagai berikut.:
Kekerasan terhadap anak adalah semua tindakan atau perlakuan yang menyakitkan,
merugikan, dan membahayakan anak, baik secara fisik, emosional, sosial dan/atau
seksual sehingga tumbuh kembang anak terganggu. Berdasarkan data SIMFONI 2022, di
tingkat satuan PAUD kasus kekerasan terhadap anak perempuan yang dilaporkan jauh
lebih banyak daripada kekerasan terhadap anak laki-laki. Proporsi jumlah tersebut sebagai
berikut:
a. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik merupakan kekerasan yang mengakibatkan cidera fisik nyata
maupun potensial terhadap anak. Kekerasan fisik dapat terjadi di lingkungan PAUD,
baik sengaja (biasanya dianggap ringan) maupun tidak sengaja. Biasanya kekerasan
fisik dilakukan sebagai dalih untuk mendisiplinkan anak. Hukuman fisik, seperti
jewer, cubit, berdiri di depan kelas, pukul punggung tangan, dan berbagai bentuk
lainnya seringkali ditoleransi sebagai dalih pendisiplinan.
b. Kekerasan Emosional
Kekerasan emosional merupakan suatu perbuatan terhadap anak yang
mengakibatkan gangguan kesehatan atau perkembangan fisik, mental, spiritual,
moral, dan sosial. Beberapa contoh kekerasan emosional antara lain pembatasan
gerak, sikap tindak yang meremehkan anak, mencemarkan, mengkambinghitamkan,
mengancam, menakut-nakuti, mendiskriminasi, mengejek atau menertawakan, atau
perlakuan lain yang kasar atau penolakan. Kekerasan emosional seringkali terjadi
tanpa disadari. Komentar-komentar yang terdengar tidak berbahaya kadang melukai
perasaan anak dan bisa berdampak pada cara pandang anak pada dirinya sendiri.
c. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual merupakan pelibatan anak dalam kegiatan seksual. Kekerasan
seksual ditandai dengan adanya aktivitas seksual antara anak dengan orang dewasa
atau anak lain yang usianya lebih tua. Aktivitas tersebut ditujukan untuk memberikan
kepuasan bagi pelaku. Kekerasan seksual meliputi pemaksaan anak untuk melihat
kegiatan seksual, memperlihatkan kemaluan kepada anak untuk tujuan kepuasan
seksual, perabaan, memaksa anak untuk memegang kemaluan orang lain, hubungan
seksual, perkosaan, dan lain-lain. Kekerasan seksual dapat terjadi pada anak usia dini.
Kekerasan seksual pada anak usia dini lebih banyak dilakukan oleh orang terdekat
korban, sehingga seringkali anak yang mengalaminya tidak mengerti apa yang terjadi
pada dirinya.
d. Penelantaran/Pengabaian Anak
Penelantaran/pengabaian anak merupakan kegagalan dalam menyediakan segala
sesuatu yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak, seperti: kesehatan,
pendidikan, perkembangan emosional, nutrisi, rumah atau tempat bernaung, dan
keadaan hidup yang aman yang layaknya dimiliki oleh keluarga atau pengasuh.
Penelantaran anak dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, gangguan
perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan sosial.Penelantaran/pengabaian
anak di Satuan PAUD dapat terjadi tanpa disadari.
e. Eksploitasi Anak
Eksploitasi anak merupakan penggunaan anak dalam pekerjaan atau aktivitas
lain untuk keuntungan orang lain, termasuk pekerja anak dan prostitusi. Kegiatan ini
merusak atau merugikan kesehatan fisik dan mental, perkembangan, pendidikan,
spiritual, moral, dan sosial-emosional anak.
f. Perundungan
Perundungan adalah kekerasan yang terjadi secara berulang pada anak dengan
maksud mengintimidasi dan membuat anak (korban) merasa lemah. Perbedaan
perundungan dengan jenis kekerasan lainnya adalah “keberulangan” dan ada
dinamika kuasa di dalamnya.
2. Upaya Pencegahan Kekerasan
a. Menciptakan Lingkungan yang Bebas dari Tindakan Kekerasan
• Menerapkan sanksi yang tidak mengandung unsur kekerasan kepada peserta
didik.
• Mengutamakan sikap saling menghormati dalam interaksi sosial.
• Memastikan semua pihak (anak, pendidik, tenaga kependidikan dan orang tua)
memahami dan melaksanakan nilai-nilai anti kekerasan dalam interaksi sehari-
hari.
• Menghargai perbedaan.
• Tidak menggunakan kata-kata kasar.
• Berhati-hati dalam memberi komentar kepada anak.
• Berusaha meningkatkan kapasitas pendidik dalam hal pencegahan dan
penanganan kekerasan di satuan PAUD.
• Menyusun dan menerapkan tata tertib di satuan pendidikan yang berorientasi
pada perlindungan anak dan tidak mengandung unsur kekerasan.
• Membangun lingkungan satuan pendidikan yang aman, nyaman, dan
menyenangkan, serta jauh dari tindak kekerasan melalui penerapan disiplin
positif di satuan PAUD.
• Menerapkan strategi nilai-nilai anti kekerasan dalam kurikulum dan
pembelajaran.
• Buatlah poster-poster anti kekerasan untuk ditempel di kelas dan lingkungan
satuan PAUD.
• Ajarkan nilai-nilai anti kekerasan melalui berbagai media, seperti lagu,
cerita/dongeng, video dan lainnya.
• Ajarkan anak untuk menghargai perbedaan latar belakang.
• Biasakan anak memuji, mendukung, dan menyemangati temannya.
• Nilai-nilai anti kekerasan diintegrasikan ke dalam tema-tema pembelajaran.
Contoh aturan yang dikenalkan kepada anak untuk menghindari dirinya dari
perundungan (bullying) adalah sebagai berikut:
• Kenalkan anak pada perilaku-perilaku yang dapat melukai fisik dan perasaan
orang lain, dan ajarkan anak untuk menghindari perilaku-perilaku tersebut.
• Ajarkan anak untuk menghindari orang yang sering melakukan bullying.
• Ajarkan anak untuk mengatakan “tidak” dan berani membela dirinya.
• Ajarkan anak untuk segera melaporkan kejadian perundungan yang dialaminya
atau dilihatnya kepada guru dan orangtua.
Cara melindungi anak dari kekerasan yang terjadi secara daring sebagai berikut.
• Hindari mengunggah foto dan informasi tentang identitas anak di sosial media.
• Pastikan orangtua memahami pembatasan interaksi anak dengan gawai (gadget)
yang terhubung dengan internet.
• Himbau orang tua untuk menginstal aplikasi penyaring informasi yang tidak
tepat untuk usia anak.
• Anak usia dini belum membutuhkan sosial media, ikuti aturan usia tentang
penggunaan sosial media.
HASIL
Berikut ini adalah profil sekolah dari hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan:
Nama Sekolah : TK Asih Putera I Cibabat
Mulai Berdiri : 17 Juli 1985
SK : 421.9/Kep.2174-Disdik/2017
NSS : 0020 2090 1016
NPSN : 20256865
Jumlah Guru : 8 Orang
Jumlah Siswa :-
Yayasan : Asih Putera
Ketua Yayasan : Ir. H. Adang Kosasih Ahmad. MM
Alamat : Jl. Pesantren Permai No.153 Cibabat, Cimahi Utara, Jawab Barat.
No Telepon :-
Status Sekolah : Swasta
Akreditasi :A
Status Tanah : Milik Sendiri
Status Gedung : Milik Sendiri
Jumlah Ruangan : 8 ruangan
3.2 Narasumber
Identitas Informan 1
Nama : Meti Dian Herawati
Usia :-
Status : Kepala TK Asih Putera I & 2
Pendidikan Terakhir : S1 PGTK
Identitas Informan 2
Nama : Ai Kuraisin
Usia :-
Status : Wali Kelas dan Koordinator Sarana dan Prasarana
Pendidikan Terakhir : S1 PLS
Berikut ini adalah kondisi keamanan lingkungan TK Asih Putera I dari aspek fisik
maupun psikis:
a. Kondisi keamanan lingkungan fisik
Keamanan fisik dalam lingkungan belajar aman merupakan upaya untuk dapat
menyediakan lingkungan fisik dan kegiatan yang dapat mencegah segala macam bahaya,
termasuk dalam kondisi bencana. Satuan PAUD perlu memastikan keamanan fisik seperti
keamanan bangunan dan keamanan lingkungan, serta memastikan kegiatan-kegiatan
pencegahan terjadinya bahaya.
Kondisi keamanan lingkungan fisik di TK Asih Putera I, berada dalam lingkungan
yang aman dan tidak membahayakan anak karena TK Asih Putera I ini terletak di kawasan
komplek yang jauh dari jalan raya. Kondisi bangunan TK Asih Putera I dalam kondisi
yang sangat baik dan kondisi alat-alat permainan anak juga masih sangat layak, baik alat
permainan indoor maupun outdoor. Namun bila ada alat-alat permainan maupun sarana
dan prasarana lain yang rusak kordinator sarana dan prasarana di TK Asih Putera I
langsung membuat laporan kepada yayasan untuk segera memperbaiki fasilitas yang
rusak namun jika kerusakanya tidak parah TK Asih Putera I dapat menangani
perbaikannya sendiri. TK Asih Putera I juga melakukan pengecekan kondisi sarana
prasarana bermain anak dan alat bermain anak secara rutin seminggu sekali ataupun per
semester. Di Tk Asih Putera I juga tersedia UKS namun alat P3K alat keadaan darurat
tidak terlalu lengkap sedangkan tidak jauh dari lokasi TK, yayasan Asih Putera memiliki
klinik sendiri yang memfasilitasi alat keadaan darurat dan kotak P3K yang lengkap.
Untuk jaringan listrik dan alat-alat penyalur listrik terletak lebih tinggi jadi aman dari
jangkauan anak. SOP (standar operasional prosedur) saat kegiatan di lembaga TK Asih
Putera I dijalankan dengan baik, dan TK Asih Putera I juga bekerja sama dengan lembaga
masyarakat dan lembaga pendidikan untuk menciptakan lingkungan fisik yang aman bagi
anak.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil obeservasi dan wawancara yang telah kami lakukan di TK Asih Putera 1,
dapat disimpulkan bahwa lingkungan di TK Asih Putera 1 sudah tergolong aman karena
dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang menunjang keamanan dan kenyamanan anak, baik
itu ketika anak di dalam kelas maupun di luar kelas. Selain itu, di TK Asih Putera 1 para staff
pendidik dan kependidikan selalu mengawasi barang apa saja yang sudah tidak layak
digunakan untuk anak. 1TK Asih Putera 1 juga selalu memberikan program untuk para
pendidik mengenai program lingkungan yang sehat bagi anak. TK Asih Putera pun selalu
mengadakan kerja sama yang baik antara orangtua dan guru.
4.2 Saran
Setelah melakukan wawancara dan obervasi, kami terpikirkan beberapa hal yang dapat
menjadi saran bagi TK Asih Putera 1, seperti perlunya TK tersebut untuk memperluas
bangunan kelas dan area bermain anak agar anak dapat lebih leluasa begerak. Selain itu, TK
Asih Putera 1 juga perlu mempersiapkan alat P3K secara lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Diyanti, A. O., Amiuza, C. B., & Mustikawati, T. (2015). Lingkungan Ramah Anak pada
Sekolah Taman Kanak-Kanak. Jurnal RUAS, 12(2), 54-68. doi:
http://dx.doi.org/10.21776/ub.ruas.2014.012.02.6
Kuschithawati, S., Magetsari, R., & Ng, N. (2007). Faktor risiko terjadinya cedera pada
anak usia sekolah dasar. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat, 23(3), 131-141. doi:
https://doi.org/10.22146/bkm.3620
Sumargi, A.M., dkk. (2005). Apa yang diketahui anak-anak sekolah dasar tentang
keselamatan dirinya: Studi pendahuluan tentang pemahaman akan keselamatan
diri. Jurnal INSAN Media Psikologi, 7(3), 226-249.
http://journal.unair.ac.id/INSAN@apa-yang-diketahui-anak-anak-sekolah-dasar-
tentang-keselamatan-dirinya-article-1167-media-8-category-10.html
Vinje, M.P. (1991). Children as pedestrian: abilities and limitations. Science Direct:
Accident, Analysis and Prevention, 13(3), 225-240. doi:
https://doi.org/10.1016/0001-4575(81)90006-3
LAMPIRAN
A. Dokumentasi
B. Transkrip Wawancara dan Observasi
• Kepala Sekolah
1. Apakah lembaga sudah memiliki visi dan misi yang mendukung terciptanya
lingkungan aman dan nyaman secara fisik dan psikis?
Jawaban: Ya sudah ada, kami pajang di depan halaman sekolah, dan kami memajang
bersampingan dengan profile sekolah. Dan yayasan sekolah pun selalu membahas
mengenai visi misi.
5. Apakah kondisi keamanan dan kenyamanan fisik dan psikis di satuan PAUD
saya?
Jawaban: Ya sudah ada, untuk kenyamanan secara fisiknya ada di arena bermain
biasanya kami selalu melakukan pengecekan kelayakan tempat bermain untuk anak,
jika terdapat alat bermain yang kurang layak biasanya kami memperbaikinnya
langsung. Dan jika terdapat kerusakan lalu alat permainan atau tempat permainan
sedang di perbaiki biasanya kami tidak mengizinkan anak untuk bermain. Untuk
kenyaman dan keamanan secara psikis biasanya kami langsung melakukan tindakan,
contohnya ketika ada anak yang terjatuh dan lukanya kami langsung menangani anak
tersebut. Namun, jika lukanya parah kami melakukan tndakan membawanya ke
dokter karena memang kami juga memiliki klinik Asih Putera dan memiliki dokter
untuk menangani permasalahan anak tersebut.
8. Apakah pendidik dan staf sekolah di satuan PAUD memahami prosedur jika
terjadi bencana atau kecelakaan pada anak?
Jawab: Ya, biasanya kami langsung kepada praktek lapangan. Namun sebelumnya,
kami adakan nonton bersama mengenai bencana, contohnya mengenai bencana yang
terjadi di Cianjur itu juga bisa di ajarkan kepada anak cara menangani suatu bencana
atau kecelakaan.
• Tenaga pendidik
1. Apakah saya dan rekan pendidik lainnya sudah memiliki pemahaman
lingkungan aman dan nyaman untuk anak?
Jawaban: Ya sudah, saya dengan rekan pendidik saya sudah memahami lingkungan
aman dan nyaman, karena kami selalu mendapatkan pelatihan dari yayasan atau dari
organisasi guru TK.
2. Apakah saya memahami bentuk-bentuk kekerasan fisik dan psikis pada anak?
Jawaban: Ya sudah, saya dan rekan saya sudah memahami bentuk kekerasan
terhadap anak baik fisik atau pun psikis.
3. Apakah saya sudah melakukan upaya maksimal untuk mengajak anak terlibat
dalam program keselamatan dan keamanan lingkungan?
Jawaban: Ya, kami selalu mengupayakan program di tiga bulan pertama, biasanya
kami lebih menekankan anak untuk kemandirinya menjaga keselamatan diri
sendirinya baik itu ketika sedang bermain atau di kelas.
7. Apakah saya membuat program kegiatan secara khusus tentang keamanan dan
keselamatan fisik dan psikis anak?
Jawaban: Karena hal tersebut termasuk kepada kegiatan motorik kasar, dan
pendidikan sosial emosi.
10. Apakah saya melakukan kerjasama dengan pihak lain atau sekolah lain untuk
menciptakan lingkungan aman fisik dan psikis anak?
Jawaban: Ya, biasanya kami mendapatkannya di KKG dan biasanya di bahas.
11. Apakah saya secara rutin melakukan pengecekan kondisi sarana prasarana
bermain anak dan alat bermainnya?
Jawaban: Ya, kami melakukannya secara rutin. Ada yang satu minggu sekali, ada
yang persemester. Namun, biasanya samberi mengawasi anak bermain biasanya kami
juga lakukan pengecekkan. Dan jika ada kerusakan kami laporan kepada yayasan,
namun jika perbaikannya ringan kami tangani langsung.
12. Apakah saya melakukan kerjasama dengan pihak lain atau sekolah lain untuk
menciptakan lingkungan aman fisik dan psikis anak?
Jawaban: Ya selalu kami lakukan. Karena yayasan kami memiliki klinik khusus jadi
ketika anak insiden dan kecelakaan biasanya kami tangan langsung di klinik, namun
jika menyangkut psikis yayasan kami pun memiliki psikolog.
C. Lampiran Instrumen
KONDISI
APE DALAM
APE LUAR
APE bebas dari coretan dan warna tidak memudar atau rusak √