Professional Documents
Culture Documents
Makalah Perbandingan Mazhab
Makalah Perbandingan Mazhab
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan hukum islam setelah wafatnya Rasulullah SAW
berkembang sangat pesat. Hal ini dikarenakan muncul mutjahid yang terus bekerja
keras untuk mengetahui hukum-hukum syariat untuk disejalankan dengan
kebutuhan-kebutuhan peradaban yang terus tumbuh. Sejak kira-kira abad
pertengahan abad pertama Hijiriah sampai pada awal abad keempat, tidak kurang
dari sembilan belas aliran hukum sudah tumbuh dalam Islam.[1]
Dalam berijtihad, tentu para mutjahid memiliki metode ijtihad masing-
masing sehingga menimbulkan perbedaan pendapat tentang suatu hukum.
Walaupun para mutjahid dalam menentukan suatu hukum sama-sama berdasarkan
apa yang dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadits, tetapi memang Al-Quran dan
Hadis itu sendiri bersifat multi interpretasi.
Dari perbedaan pendapat ini terbentuklah kelompok-kelompok fiqh yang
mulanya terdiri dari murid-murid para Imam Mutjahid. Kelompok-kelompok ini
berkembang dan tersebar. Selain itu, kelompok-kelompok ini pun
mempertahankan pendapat Imamnya, kemudian akhirnya terbentuklah madzhab-
madzhab seperti yang lihat sekarang ini.[2]
Sebenarnya para Imam mutjahid sendiri tidaklah menganjurkan untuk
mengikuti mereka. Yang dianjurkan oleh para imam madzhab justru kembali
kepada dalil-dalil dalam berijtihad, meskipun dengan cara itu ada kemungkinan
hukum yang dihasilkan berbeda dengan pendapat mereka. Dengan kata lain para
imam mutjahid mendorong untuk berijtihad.[3] Namun jika kita tidak mampu
berijtihad karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan kita, maka kita harus
mengikuti salah satu madzhab yang kita percayai. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam Q.S An-Nahl ayat 42 berikut ini.
”Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami
beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (Q.S An-Nahl : 42)
Dari penjelasan diatas, kami akan membahas lebih lanjut mengenai
perbedaan madzhab-madzhab tersebut. Selanjutnya diharapkan dengan
pembahasan tersebut, dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita terutama
mengenai madzhab-madzhab fiqih yang masih dalam ruang lingkup
perkembangan hukum islam.
Dalam perkembangan madzhab-madzhab fiqh telah muncul banyak
madzhab fiqh. Menurut Ahmad Satori Ismail, para ahli sejarah fiqh telah berbeda
pendapat sekitar bilangan madzhab-madzhab. Tidak ada kesepakatan ahli sejarah
fiqh mengenai berapa jumlah sesungguhnya madzhab-madzhab yang pernah ada.
Namun dari begitu banyak madzhab yang pernah ada, maka hanya
beberapa madzhab saja yang bisa bertahan sampai sekarang. Dalam makalah ini,
kami hanya akan membahas beberapa madzhab yang tetap eksis hingga kini,
terutama madzhab-madzhab yang berkembang di Indonesia diantaranya :
Madzhab Hanafi, Madzhab Hambali, Madzhab Syafii, Madzhab Maliki, dan
Madzhab Ja’fariyah (Syi’ah).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian madzhab fiqh ?
2. Bagaimana proses lahirnya madzhab-madzhab fiqh ?
3. Bagaimana riwayat para imam madzhab?
4. Bagaimana cara menyikapi perbedaan dalam bermadzhab ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fiqh/Ushul Fiqh.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai madzhab-madzhab fiqh.
3. Mengetahui pengertian, proses lahirnya madzhab-madzhab dan riwayat para
imam madzhab.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Dalam khazanah ilmu-ilmu Islam, Fiqh dan Ushul Fiqh merupakan salah
satu disiplin ilmu yang senantiasa sarat dengan wacana menarik. Keberadaan fiqh
sebagai bagian dari syariat islam tak pelak menjadi bahasan yang tidak pernah
terhenti sepanjang zaman. Wajah fiqh yang identik dengan aturan dan doktrin
Islam tentang ibadah sering menimbulkan pendapat dikalangan para ulama dan
umat akibat adanya perbedaan dalam metode berijtihad. Walaupun para mutjahid
dalam menentukan suatu hukum sama-sama berdasarkan apa yang dijelaskan
dalam Al-Quran dan Hadits, tetapi memang Al-Quran dan Hadis itu sendiri
bersifat multi interpretasi. Selain itu unsur subjektifitas para ulama itu sendiri juga
mempengaruhi hasil ijtihadnya mengenai suatu hukum.
Kendatipun demikian, justru dengan adanya perbedaan itulah kita
mempunyai perbendaharaan yang sangat banyak dalam hukum dan bisa
menimbang-nimbang berdasar sinar wahyu Illahi dan akal yang sehat sehingga
bisa menemukan hukum yang lebih tepat. Imam Abu Hanifah berkata : “Orang
yang paling berilmu adalah orang yang paling banyak tahu tentang perbedaan di
kalangan manusia”.
Perbedaan sangat wajar tentunya jika disikapi dengan kedewasaan
berpikir dan mengedepankan toleransi. Namun tidak jarang yang terjadi justru
sebaliknya, perbedaan pendapat yang seyogianya menjadi rahmat bagi umat,
malah justru menjadi laknat (embrio perpecahan umat). Fanatisme golongan dan
truth claim menjadi dalil dari segala keyakinan.
DAFTAR PUSTAKA