You are on page 1of 40

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
P U T U S A N

a
Nomor: 378/Pdt.G/2013/PN.JKT.PST.

si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan memutus perkara

ne
ng
perdata pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam
perkara gugatan antara:

do
gu PT. JABATEX, berkedudukan di Jalan Tubagus Angke No. 10, Kompleks
Bank Mandiri Blok F No. 32-48 Jakarta Barat 11460, yang
diwakili oleh Hendra Gunawan, Direktur Utama PT. JABATEX,

In
A
dalam hal ini memberikan kuasa kepada: 1. Maddenleo T.
Siagian, S.H. 2. Bambang Harianto Ginting, S.H. 3. Junita Ria
ah

lik
Manurung, S.H. dan 4. Leonard Marpaung, S.H., Para Advokat
dan Konsultan Hukum, baik bersama-sama atau sendiri- sendiri,
am

ub
yang berkantor pada MADDEN SIAGIAN & PARTNERS LAW
FIRM, berkedudukan di Spinindo Building 1 St Floor, Suite 107A,
Jalan K.H. Wahid Hasyim No. 76, Jakarta Pusat 10340,
ep
k

berdasarkan Surat Kuasa Khusus, tanggal 16 Juli 2013,


ah

selanjutnya disebut sebagai ..... Penggugat;


R

si
Melawan
1. MAYER & CIE Gmbh & Co KG (dahulu bernama Mayer & Cie.

ne
ng

Gmbh & Co), suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan


serta tunduk pada ketentuan hukum Negara Republik Federasi
Jerman, berkedudukan di Emil-Meyer-Str. 10, D-72461 Albstadt-

do
gu

Tailfingen, Jerman, selanjutnya disebut sebagai ..... Tergugat;


2. Maria K. Soeharyo, S.H., Notaris, berkedudukan di Jakarta,
In
A

beralamat di Jalan K.S Tubun IV/52, Jakarta Barat, untuk selanjutnya


disebut sebagai..... Turut Tergugat;
ah

lik

Pengadilan Negeri tersebut;


Setelah membaca berkas perkara;
Setelah mendengar kedua belah pihak yang berperkara;
m

ub

TENTANG DUDUK PERKARA


ka

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatan tanggal 26 Agustus


ep

2013, yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta


Pusat, pada tanggal 27-8-2013 dalam Register Nomor :
ah

378/Pdt.G/2013/PN.JKT.PST, telah mengajukan gugatan sebagai berikut:


R

es

1. Bahwa Penggugat telah menandatangani suatu perjanjian Akta Sale and


M

Purchase Contract with Security of Fiduciary Transfer of Ownership No. 76


ng

tertanggal 24 Februari 1995 dibuat dihadapan Turut Tergugat (“Sale and


on

Purchase Contract No. 76/1995”), sebagaimana telah beberapa kali


gu

diperbaharui melalui Equipment Payment Rescheduling Agreement


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tertanggal 26 Agustus 1999 dan Agreement on Fiduciary Transfer of

R
Proprietary Rights for Security Purposes (Equipment) tertanggal 26

si
Agustus 1999 sebagaimana terakhir kali diperbaharui melalui Amendment

ne
ng
to Equipment Payment Rescheduling Agreement tertanggal 22 Desember
2004 yang dibuat dibawah tangan;
2. Bahwa dalam Sale and Purchase Contract No. 76/1995 disepakati untuk

do
gu pembelian mesin rajut (knitting machines) untuk ditempatkan di lokasi
pabrik Penggugat dengan sistem pesanan (order) kepada Tergugat dan

In
A
selanjutnya tagihan (invoice) dikirim kepada Penggugat. Namun, tidak
dimuat dengan jelas ketentuan yang mengatur mengenai suku cadang
ah

(spare parts) dari mesin rajut (knitting machines), padahal merupakan

lik
suatu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan sebab tanpa suku cadang
(spare parts) sangat mustahil bisa beroperasi dengan baik. Terlebih lagi,
am

ub
apabila sedari awal Penggugat mengetahui hal tersebut maka Penggugat
tidak akan menandatangani Sale and Purchase Contract No. 76/1995
ep
tersebut;
k

3. Bahwa dalam periode negosiasi sebelum ditandatanganinya Sale and


ah

Purchase Contract No. 76/1995 Tergugat dengan sengaja


R

si
menyembunyikan fakta bahwa suku cadang (spare parts) tidak tersedia di
tempat lain, sehingga kondisi yang demikian sengaja diciptakan oleh

ne
ng

Tergugat dari sebelum penandatanganan untuk memperoleh keuntungan


finansial sebab mau tidak mau Penggugat harus memesan kepada

do
gu

Tergugat saja. Atau dengan kata lain, Tergugat sejak awal sudah dapat
menentukan daya tahan dan umur mesin rajut (knitting machines) dan
bahkan Tergugat sudah mengatur masa berlaku dari setiap suku cadang
In
A

(spare parts), sehingga dengan sengaja tidak menginformasikan kepada


Penggugat diawal penandatanganan perjanjian supaya pada saat masa
ah

lik

berlaku habis Penggugat wajib memesan (order) suku cadang (spare parts)
hanya kepada Tergugat;
m

ub

4. Bahwa oleh karena Penggugat hanya pihak yang menggunakan mesin rajut
(knitting machines) yang selalu mengedepankan itikad baik dalam transaksi
ka

jual beli dengan Tergugat, sehingga dari awal Penggugat tidak menaruh
ep

curiga dan tidak pernah menyadari tipu muslihat Tergugat tersebut hingga
ah

pada suatu waktu Penggugat tiba-tiba sadar akibat mesin rajut (knitting
R

machines) rusak parah yang menyebabkan tidak dapat beroperasi;


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Halaman 2 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.

a
5. Bahwa tanpa menaruh curiga Penggugat mencoba beberapa kali memesan

si
(oder) suku cadang (spare parts) yang pada awalnya dalam setiap
korespondensi Tergugat selalu menjanjikan untuk mengirimkan kepada

ne
ng
Penggugat. Hal tersebut ternyata pada beberapa surat elektronik yaitu
pada tanggal 6 Mei 2011 petinggai Tergugat bernama Gungter

do
gu Gerstenecker menyatakan “your order would be ready to be shipped by
return” (terjemahan bebas: pesanan anda segera akan diangkut);
6. Bahwa tipu muslihat Tergugat semakin terbukti dan semakin terang

In
A
adanya, ketika pada surat elektronik tertanggal 29 Juni 2011 Tergugat
sudah mulai mencari kesalahan Penggugat dengan menyalahkan
ah

lik
keterlambatan pembayaran, padahal Penggugat sudah menjelaskan
alasan keterlambatan tersebut, namun dengan tidak menghiraukan kondisi
am

Penggugat lantas Tergugat menyatakan dengan tegas “so far we always

ub
only asked you to come back/to come closer to your payment proposal
before sending needed spare parts” (terjemahan bebas: sebelumnya kami
ep
k

terlebih dahulu meminta anda untuk kembali / mendekati pembayaran anda


ah

sebelum mengirimkan suku cadang);


R
7. Bahwa usaha untuk meminta agar dikirimkan suku cadang (spare parts)

si
secara terus-menerus dilakukan dimana kembali Penggugat mohon agar

ne
ng

Tergugat mengirimkan suku cadang (spare parts), akan tetapi Tergugat


tetap menolak untuk membantu menyelamatkan usaha Penggugat
sehingga sampai dengan saat diajukan Gugatan a quo mesin rajut (knitting

do
gu

machines) tetap rusak dan tidak dapat beroperasi dengan baik yang
menyebabkan Penggugat tidak dapat memproduksi kain untuk memenuhi
In
A

permintaan nasabah (customer), sehingga dengan tidak adanya produksi


kain menyebabkan penjualan Penggugat turut drastis dan berakita kepada
ah

tidak mempunyai kemampuan untuk membayar angsuran pelunasan harga


lik

mesin tersebut. Kondisi ini semakin diperparah dimana Tergugat melalui


kuasa hukumnya mensomasi Penggugat melalui Suratnya Nomor: 361202
m

ub

tertanggal 19 Maret 2013 untuk secara paksa meminta Penggugat untuk


tanpa ada rasa toleransi sedikipun atas keadaan Penggugat, meminta
ka

ep

Penggugat untuk melunasi harga mesin tersebut seolah-olah Penggugat


melalaikan kewajibannya atas kesalahan sendiri, padahal ketidakmampuan
ah

Penggugat tersebut sebagai akibat tipu muslihat yang dilakukan oleh


R

Tergugat yang menyebabkan tidak beroperasinya mesin rajut (knitting


es
M

machines) Penggugat;
ng

8. Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat tersebut merupakan


on

perbuatan melanggar hukum yang dengan sengaja melakukan tipu


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Halaman 3 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.

a
muslihat mengenai objek perjanjian, dimana Tergugat menyembunyikan

si
informasi material yaitu ketersediaan suku cadang (spare parts) tidak dapat
diperoleh di tempat lain;

ne
ng
9. Bahwa serangkaian tipu muslihat Tergugat di atas, ternyata telah
mengakibatkan suatu ketidak-jelasan mengenai isi dan pelaksanaan Sale

do
gu and Purchase Contract No. 76/1995 dan oleh karenanya bertentangan
dengan Pasal 1328 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUH
Perdata”) yang mengatur bahwa suatu penipuan yang dilakukan salah satu

In
A
pihak menyebabkan batalnya suatu perjanjian, seperti dikutip dibawah ini:
“Penipuan merupakan alasan untuk membatalkan perjanjian, apabila tipu
ah

lik
muslihat, yang dipakai oleh salah satu pihak, adalah sedemikian rupa
hingga terang dan nyata bahwa pihak yang lain tidak telah membuat
am

perikatan itu jika tidak dilakukan tipu-muslihat tersebut”;

ub
10. Bahwa ketentuan Pasal 1328 KUH Perdata merupakan penjelasan dari
unsur “suatu hal tertentu” dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang merupakan
ep
k

syarat sah perjanjian, artinya pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 1328


KUH Perdata mengakibatkan tidak terpenuhinya unsur “suatu hal tertentu”
ah

R
dalam perjanjian tersebut. Lebih lanjut, sebagaimana ditentukan menurut

si
hukum, unsur “suatu hal tertentu” dalam Pasal 1320 KUH Perdata

ne
ng

merupakan unsur objektif yang jika tidak dipenuhi maka berimplikasi


kepada suatu keadaan “batal demi hukum”;
11. Bahwa dengan demikian, Akta Sale and Purchase Contract with Security of

do
gu

Fiduciary Transfer of Ownership No. 76 tertanggal 24 Februari 1995 dibuat


dihadapan Turut Tergugat, sebagaimana telah beberapa kali diperbaharui
In
A

melalui Equipment Payment Rescheduling Agreement tertanggal 26


Agustus 1999 dan Agreement on Fiduciary Transfer of Proprietary Rights
ah

for Security Purposes (Equipment) tertanggal 26 Agustus 1999


lik

sebagaimana terakhir kali diperbaharui melalui Amendment to Equipment


Payment Rescheduling Agreement tertanggal 22 Desember 2004
m

ub

sebagaimana dimaksud dalam perkara a quo terbukti tidak memenuhi


unsur objektif dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yakni unsur “suatu hal
ka

ep

tertentu”, dan oleh karenanya, demi hukum harus dinyatakan batal;


Dengan demikian, kami mohon agar Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat c.q.
ah

Ketua Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara perdata a quo
R

mengeluarkan putusan sebagai berikut:


es
M

ng

on
gu

Halaman 4 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Dalam Provisi:

R
Memerintahkan kepada Tergugat, kuasanya, atau pihak yang mewakilinya atau

si
pihak yang menerima pengalihan hak dan wewenang darinya, atau pihak

ne
ng
manapun, untuk tidak melakukan tindakan-tindakan hukum, tindakan eksekusi
maupun tindakan penagihan berdasarkan Perjanjian Akta Sale and Purchase
Contract with Security of Fiduciary Transfer of Ownership No. 76 tertanggal 24

do
gu
Februari 1995 dibuat dihadapan Turut Tergugat, sebagaimana telah beberapa
kali diperbaharui melalui Equipment Payment Rescheduling Agreement

In
A
tertanggal 26 Agustus 1999 dan Agreement on Fiduciary Transfer of Proprietary
Rights for Security Purposes (Equipment) tertanggal 26 Agustus 1999
ah

sebagaimana terakhir kali diperbaharui melalui Amendment to Equipment

lik
Payment Rescheduling Agreement tertanggal 22 Desember 2004, hingga adanya
putusan yang telah berkekuatan hukum tetap dalam perkara ini.
am

ub
Dalam Pokok Perkara:
1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
ep
2. Menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan melanggar hukum;
k

3. Menyatakan Akta Sale and Purchase Contract with Security of Fiduciary


ah

Transfer of Ownership No. 76 tertanggal 24 Februari 1995 dibuat


R

si
dihadapan Turut Tergugat adalah batal demi hukum dan tidak mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat;

ne
ng

4. Menyatakan Equipment Payment Rescheduling Agreement tertanggal 26


Agustus 1999 adalah batal demi hukum dan tidak mempunyai kekuatan

do
gu

hukum yang mengikat;


5. Menyatakan Agreement on Fiduciary Transfer of Proprietary Rights for
Security Purposes (Equipment) tertanggal 26 Agustus 1999 adalah batal
In
A

demi hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat;


6. Menyatakan Amendment to Equipment Payment Rescheduling Agreement
ah

lik

tertanggal 22 Desember 2004 adalah batal demi hukum dan tidak


mempunyai kekuatan hukum yang mengikat;
m

ub

7. Menghukum Turut Tergugat untuk patuh terhadap putusan perkara ini;


8. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam
ka

perkara ini;
ep

Atau:
ah

Apabila Pengadilan Negeri Jakarta Pusat c.q. Ketua Majelis Hakim yang
R

memeriksa dan mengadili perkara perdata a quo berpendapat lain, mohon


es

putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);


M

ng

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan, untuk


on

Penggugat menghadap Kuasanya tersebut di atas, Tergugat hadir Kuasanya,


gu

Halaman 5 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Turangga Harlin, S.H. LL.M., Advokat berkantor pada Firma Hukum

R
Hadiputrantom & Partner, beralamat di Gedung Busrsa Efek Indonesia Menara II,

si
Lantai 21 Kawasan Niaga Terpadu, Jl. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 1210,

ne
ng
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 14 Nopember 2013 sedangkan Turut
Tergugat tidak datang menghadap di persidangan atau menyuruh orang lain
mewakilnya meskipun telah dipanggil secara sah dan patut menurut hukum;

do
gu Menimbang, bahwa Pengadilan telah mengupayakan perdamaian di
antara para pihak melalui mediasi sebagaimana diatur dalam Perma Nomor 1

In
A
tahun 2008, namun berdasarkan laporan Mediator tanggal 26 Maret 2014, upaya
perdamaian tersebut tidak berhasil;
ah

Menimbang, bahwa telah dibacakan di persidangan surat gugatan

lik
Penggugat tersebut, yang isinya dipertahankan oleh Penggugat;
Menimbang, bahwa Tergugat telah mengajukan jawaban dan sekaligus
am

ub
tangkisan/eksepsi tentang kompetensi absolut terhadap gugatan itu, yaitu
sebagai berikut:
ep
A. PENDAHULUAN
k

1. Pertama-tama Tergugat hendak menyampaikan bahwa inti dari sengketa ini


ah

berawal dari perjanjian jual beli 57 unit mesin rajut ("Mesin Rajut Produksi
R

si
Tergugat") antara Tergugat selaku penjual dan Penggugat selaku pembeli
sebagaimana tertuang dalam Sale and Purchase Contract tertanggal 24

ne
ng

Februari 1995 ("Perjanjian Jual Beli");


2. Sebagaimana diakui oleh Penggugat (vide butir 4 gugatan), Tergugat

do
gu

selaku penjual telah melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian


Jual Beli, yaitu menyerahkan 57 unit Mesin Rajut Produksi Tergugat
kepada Penggugat selaku pembeli. Sebaliknya, Penggugat gagal untuk
In
A

menyelesaikan kewajibannya kepada Tergugat, yaitu melunasi


pembayaran atas harga Mesin Rajut Produksi Tergugat, hal mana juga
ah

lik

diakui oleh Pengugat (vide butir 7 gugatan);


(a) . Butir 4 gugatan Penggugat
m

ub

"... Penggugat hanya pihak yang menggunakan mesin rajut. . ."


(b) . Butir 7 gugatan Penggugat
ka

"... dengan tidak adanya produksi kain menyebabkan penjualan


ep

Penggugat turun drastis dan berakibat kepada tidak mempunyai


ah

kemampuan untuk membayar angsuran pelunasan harga mesin


R

tersebut."
es

3. Dalam perkembangannya, Perjanjian Jual Beli telah dinovasi menjadi


M

ng

perjanjian utang piutang biasa, yaitu Equipment Payment Rescheduling


on

Agreement tertanggal 26 Agustus 1999, dengan syarat-syarat dan


gu

Haiaman 6 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
ketentuan yang baru atau berbeda dengan Perjanjian Jual Beli. Karenanya,

R
Perjanjian Jual Beli demi hukum telah berakhir sesuai dengan ketentuan

si
Pasal 1381 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

ne
ng
("KU H Perdata");
Pasal 1381 KU H Perdata:
“Perikatan hapus:

do
gu
4.
Karena pembaruan hutang (novasi)”
Kewajiban pembayaran utang dari Penggugat kepada Tergugat

In
A
berdasarkan Equipment Payment Rescheduling Agreement tertanggal 26
Agustus 1999 dijamin dengan Agreement on Fiduciary Transfer of Propriety
ah

Rights for Security Purposes tertanggal 26 Agustus 1999. Pada tanggal 22

lik
Desember 2004 Penggugat dan Tergugat sepakat untuk mengamandemen
Equipment Payment Rescheduling Agreement tertanggal 26 Agustus 1999
am

ub
melaui Amendment to Equipment Payment Rescheduling Agreement;
Equipment Payment Rescheduling Agreement tertanggal 26 Agustus 1999,
ep
Agreement on Fiduciary Transfer of Propriety Rights for Security Purposes
k

tertanggal 26 Agustus 1999 dan Amendment to Equipment Payment


ah

Rescheduling Agreement tertanggal 22 Desember 2004 secara bersama-


R

si
sama disebut sebagai ("Perjanjian Utang Piutang”);
5. Mohon perhatian Majelis Hakim yang mulia bahwa Penggugat sampai

ne
ng

dengan saat ini belum melunasi seluruh utangnya kepada Tergugat


berdasarkan Perjanjian Utang Piutang. Penggugat, bukannya menghormati

do
gu

Perjanjian Utang Piutang yang telah disepakati dan melunasi kewajiban


pembayarannya kepada Tergugat justru dengan itikad buruk mengajukan
gugatan a quo dengan tujuan untuk meminta pengadilan menyatakan batal
In
A

Perjanjian Utang Piutang, sehingga Penggugat dapat menghindari


kewajiban pembayarannya kepada Tergugat;
ah

lik

6. Selanjutnya, berikut Tergugat sampaikan eksepsi kompetensi dan jawaban


atas gugatan Penggugat;
m

ub

B. EKSEPSI KOMPETENSI;
7. Tergugat mohon agar Majelis Hakim yang mulia menyatakan bahwa
ka

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang untuk memeriksa


ep

perkara ini berdasarkan alasan-alasan berikut ini;


ah

I. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Tidak Berwenang Secara Absolut Untuk


R

Mengadili Perkara Ini Karena Satu-satunya Dasar Hubungan Hukum


es

Antara Penggugat Dan Tergugat, Yaitu Perjanjian Utang Piutang,


M

ng

on

Halaman 7 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Mengatur Bahwa Segala Sengketa Yang Timbul Menyangkut Perjanjian

R
Tersebut Harus Diselesaikan Melalui Arbitrase (Eksepsi Kompetensi

si
Absolut);

ne
ng
8. Mohon perhatian Majelis Hakim yang mulia bahwa satu-satunya hubungan
hukum yang dimiliki oleh Penggugat dan Tergugat saat ini adalah
hubungan hukum berdasarkan Perjanjian Utang Piutang;

do
gu
9. Melalui gugatannya dalam perkara ini, Penggugat meminta Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat untuk antara lain menyatakan batal Perjanjian Utang

In
A
Piutang (vide petitum gugatan no. 4 dan 6);
10. Pasal 13.2 Perjanjian Utang Piutang menyatakan sebagai berikut:
“Failing such an amicable settlement, any dispute arising out of or in
ah

lik
connection with this Agreement, including any question regarding its
existence, validity or termination, shall be referred to and finally resolved by
am

ub
arbitration in Jakarta in accordance with the Indonesian National Board of
Arbitration Rules ("BANI Rules") for the time being in force, which rules are
ep
deemed to be incorporated by reference into this Article 13.2. The tribunal
k

shall consist of one arbitrator to be appointed by the Chairman of BANI.


ah

The language of the arbitration shall be in English”;


R

si
Terjemahan Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
“Apabila penyelesaian secara damai tidak tercapai, setiap permasalahan

ne
ng

yang timbul dari atau berkaitan dengan Perjanjian ini, termasuk setiap
pertanyaan mengenai keberadaan, keabsahan atau pengakhirannya, harus

do
gu

ditujukan kepada dan diselesaikan melalui arbitrase di Jakarta sesuai


dengan Peraturan-Peraturan Badan Arbitrase Nasional Indonesia
("Peraturan-Peraturan BANI") yang berlaku pada saat ini, aturan yang
In
A

mana dianggap dimasukkan dengan mengacu kepada Pasal 13.2 ini.


Majelis Arbitrase terdiri dari 1 arbiter yang ditunjuk oleh Ketua BANI.
ah

lik

Bahasa arbitrase yang dipergunakan adalah bahasa Inggris”;


11. Berdasarkan ketentuan Pasal 13.2 Perjanjian Utang Piutang di atas, jelas
m

ub

bahwa segala sengketa yang terjadi antara Penggugat dan Tergugat


menyangkut Perjanjian Utang Piutang, termasuk mengenai keabsahan
ka

atau tuntutan pembatalan terhadapnya, harus diselesaikan melalui


ep

arbitrase;
ah

12. Sehubungan dengan adanya perjanjian arbitrase di dalam Perjanjian Utang


R

Piutang, mohon agar Majelis Hakim yang mulia mempertimbangkan dan


es

menerapkan ketentuan-ketentuan hukum sebagai berikut:


M

ng

(a) . Pasal 11 (1) Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase


on

dan Alternatif Penyelesaian Sengketa ("UU Arbitrase”);


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Halaman 8 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.
“Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak para

si
pihak_untuk mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat
yang termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan Negeri”

ne
ng
(b) . Pasal 3 jo Pasal 11 (2) UU Arbitrase:
“Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para

do
gu pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase";
“Pengadilan Negeri Negeri wajib menolak dan tidak akan campur

In
A
tangan di dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan
melalui arbitrase, kecuali dalam hal-hal tertentu yang ditetapkan
dalam Undang-Undang ini”;
ah

lik
13. Mahkamah Agung dalam berbagai yurisprudensi tetapnya juga telah
berulang kali menentukan bahwa yurisdiksi arbitrase berdasarkan
am

ub
perjanjian arbitrase adalah bersifat absolut, dan peradilan umum secara
mutlak tidak berwenang mengadili sengketa apapun yang tunduk pada
ep
ataupun timbul dari perjanjian yang memuat perjanjian arbitrase Adapun
k

yurisprudensi tetap tersebut antara lain:


ah

(a) . Putusan Mahkamah Agung No. 1034K/Pdt/2009 tanggal 7


R

si
Desember 2009 dan Putusan Mahkamah Agung No. 790K/Pdt/2006
tanggal 5 Pebruari 2007. Dalam kedua perkara tersebut, Mahkamah

ne
ng

Agung menentukan bahwa Pengadilan Indonesia tidak berwenang


memeriksa gugatan perbuatan melawan hukum dengan alasan

do
gu

adanya perjanjian arbitrase antara penggugat dengan tergugat;


(b) . Putusan Mahkamah Agung No. 1084K/Pdt/2009 tanggal 21 Juli
2010, yang pada pokoknya menyatakan:
In
A

“[...jperjanjian pengikatan jual beli rumah tanggal 26 Agustus 1994


menentukan bahwa para pihak mufakat untuk mengadili perselisihan
ah

lik

tersebut di arbitrase sehingga Pengadilan Negeri Jakarta Barat tidak


berwenang [...]”;
m

ub

(c) . Putusan Mahkamah Agung No. 317PK/Pdt/2009 tanggal 31


Desember 2010, yang pada pokoknya menyatakan:
ka

"Bahwa dalam kontrak tersebut terdapat klausula arbitrase, karena itu


ep

Pengadilan Negeri tidak berwenang mengadilinya";


ah

(d) . Putusan Mahkamah Agung No. 225 K/Sip/1976 tanggal 30


R

September 1983, yang pada pokoknya menyatakan:


es

"Di mana tegas-tegas ditentukan bahwa pada tingkat pertama


M

ng

bilamana timbul perselisihan (dalam melaksanakan agreement


on

tersebut) yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua belah pihak secara
musyawarah maka Badan Arbitrage lah yang terdiri dari tiga
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Halaman 9 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.

a
orang yang telah disetujui oleh kedua belah pihak untuk

si
menyelesaikan perselisihan tersebut; ketentuan mana bagi pihak-
pihak mempunyai kekuatan sebagai undang-undang yang harus

ne
ng
ditaati [...];
Dengan demikian maka pertimbangan Pengadilan Tinggi tersebut

do
gu adalah bertentangan dengan maksud dan pengertian yang terdapat
dalam ketentuan pasal 134 HIR, karena mengenai kewenangan
absolut ini Hakim Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi harus

In
A
menyatakan dirinya tidak berwenang manakala oleh suatu ketentuan
Undang-undang dinyatakan dirinya tidak berwenang untuk
ah

lik
memeriksa”;
(e) . Putusan Mahkamah Agung No 2424 K/Sip/1981 tanggal 22 Pebruari
am

ub
1982, yang pada pokoknya menyatakan:
"Bahwa ketentuan mengenai Dewan Arbitrase, sebagaimana
disebutkan dalam pasal 15 Basic Agreement for Joint Venture, telah
ep
k

mengikat para pihak sebagai Undang-undang (pasal 1338 BW), oleh


ah

karena mana putusan judeks fakti telah bertentangan dengan pasal


R
615 dan seterusnya dari Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata

si
(R. V), dan dengan demikian pula telah melanggar ketentuan tentang

ne
ng

kompetensi yang absolut";


(f) . Putusan Mahkamah Agung No. 455 K/Sip/1982 tanggal 27 Januari
1983, yang pada pokoknya menyatakan:

do
gu

"[...] Dalam Polis Kecelakaan Pribadi No. 210/PA/30.318 tanggal 10


Agustus 1978 di bawah ketentuan umum dicantumkan (sub. 7) bahwa
In
A

'pertikaian berkenaan dengan Polis ini, diselesaikan dalam tingkat


tertinggi di Jakarta oleh 3 orang juru pemisah (Arbitrase)”;
ah

Menimbang, bahwa dengan demikian Pengadilan Negeri tidak


lik

berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara ini sesuai pasal 2


Undang-undang No. 14/1970 khususnya memori penjelasan pasal
m

ub

tersebut;
(g) . Putusan Mahkamah Agung No. 794 K/Sip/1982 tanggal 27 Januari
ka

ep

1983, yang pada pokoknya menyatakan:


"Memperhatikan Policy No. 49/00137/08 tanggal 10 Agustus 1978
ah

(surat bukti P.1) di bawah bagian tentang Conditions telah diuraikan


R

bahwa 'all differences arising out of this Policy shall be referred to the
es
M

decision of an arbitrator to be appointed in writing by the parties in


ng

difference or if they cannot agree upon a single arbitrator';


on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
Halaman 10 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.
Menimbang, bahwa dengan demikian Pengadilan Negeri tidak

ne
ng
berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara ini, sesuai pasal 2
Undang-undang No. 14/1970 khususnya memori penjelasan pasal

do
tersebut;
gu (h) . Putusan Mahkamah Agung No. 3179 «yPdt/1984 tanggal 4 Mei
1984, yang pada pokoknya menyatakan:

In
A
“ [...] eksepsi tidak berwenangnya pengadilan dengan adanya
Klausula Arbitrase, bersifat absolut, karena lingkungan Peradilan
ah

lik
Umum secara keseluruhan tidak berwenang mengadilinya. Hal ini
berarti kalau pihak yang bersangkutan tidak mengajukan maka hakim
secara ex officio berwenang untuk menyatakan dirinya tidak
am

ub
berwenang memeriksa dan mengadili sengketa”;
14. Selain berdasarkan berbagai yurisprudensi tetap Mahkamah Agung
ep
tersebut, Mahkamah Agung sendiri juga sudah sejak lama memantapkan
k

pandangannya terkait kompetensi absolut dan arbitrase, bahkan sebelum


ah

R
diundangkannya UU Arbitrase. Hal ini dapat dilihat dari berbagai tulisan-

si
tulisan yang oleh Mahkamah Agung dijadikan bahan pembinaan bagi

ne
hakim-hakim di Indonesia sebagai berikut:
ng

(a) . Proyek Pengembangan Teknis Yustisial Mahkamah Agung - RI,


Penemuan Hukum dan Pemecahan Masalah Hukum, Reader III Jilid II

do
gu

tahun 1991;
‘[...] maka badan peradilan tertinggi negara kita menganut pendirian
In
bahwa dalam hal adanya perjanjian antara para pihak untuk
A

menyelesaikan sengketa mereka melalui arbitrase, pengadilan tidak


berkuasa (berwenang) memeriksa sertajnengadilinya”;
ah

lik

(b) Proyek Peningkatan Tertib Hukum dan Pembinaan Hukum Mahkamah


Agung - RI, Beberapa Yurisprudensi Perdata Yang Penting Serta
m

ub

Hubungan Ketentuan Hukum Acara Perdata, Edisi II tahun 1992;


“Adanya kesepakatan (perjanjian) para pihak untuk menyerahkan
ka

penyelesaian sengketa mereka melalui Arbitrase menyebabkan


ep

Pengadilan tidak berwenang lagi (onbevoegd) memeriksa dan


ah

mengadili perkara mereka”;


R

(c) . Petunjuk Mahkamah Agung berkaitan dengan persoalan teknis-


es
M

yudisial yang dirumuskan dalam Rapat Kerja Nasional Mahkamah


ng

Agung di Denpasar tanggal 18-22 September 2005;


on

“Pengadilan Negeri/Umum tidak berwenang untuk mengadili suatu


gu

perkara yang para pihaknya terikat dalam perjanjian arbitrase,


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Halaman 11 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.

R
walaupun hal tersebut didasarkan pada gugatan perbuatan melawan

si
hukum”;

ne
ng
15. Lebih lanjut lagi, para ahli hukum di Indonesia juga telah mengeluarkan
berbagai macam tulisan yang mendukung peraturan perundang- undangan,
yurisprudensi serta pengarahan dari Mahkamah Agung yang tegas-tegas

do
gu menyatakan kompetensi absolut dari lembaga arbitrase, sebagaimana
diuraikan di bawah ini:

In
A
(a) . Pendapat ahli Setiawan dalam tulisannya berjudul "Klausula
Arbitrase dalam Teori dan Praktek", dimuat dalam Varia Peradilan No.
104 Tahun IX, Mei 1994:
ah

lik
“Mahkamah Agung menganut garis pendirian bahwa dalam hal ada
klausula arbitrase Pengadilan tidak berwenang memeriksa dan
am

ub
mengadili perkara itu. Bahkan lebih jauh dari itu, kewenangan atau
kompetensi yang dimaksudkan di sini adalah kewenangan atau
kompetensi absolut absolut [...];
ep
k

Pendirian bahwa dalam hal adanya klausula arbitrase pengadilan


ah

tidak berwenang memeriksa dan mengadili sesuatu perkara termasuk


R

si
dalam persoalan tentang kompetensi absolut diulangi oleh Mahkamah
Agung dalam beberapa putusannya. Dan karenanya dapat dikatakan

ne
ng

merupakan suatu yurisprudensi tetap”;


(b) . Pendapat ahli M. Yahya Harahap dalam tulisannya berjudul

do
gu

"Penyelesaian Sengketa Dagang Melalui Arbitrase", dimuat dalam


Varia Peradilan No. 88 Tahun VIII, Januari 1993:
“Sejak 1980, yurisprudensi konstan di Indonesia telah meninggalkan
In
A

paham klausula arbitrase "niet publiek orde". Berbarengan dengan itu


terjadi pergeseran pendapat menganut paham "Pada Sunt Servanda".
ah

lik

Paham ini merupakan asas "kebebasan berkontrak" sebagaimana


yang dirumuskan dalam pasal 1338 KUHPerdata. Maka atas asas
m

ub

kebebasan berkontrak tersebut yurisprudensi menegaskan antara lain:


Sejak para pihak sepakat mencantumkan klausula arbitrase
ka

dalam perjanjian, secara mutlak mereka terikat untuk


ep

menyelesaikan sengketa kepada arbitrase; dan dengan


ah

sendirinya klausula tersebut telah mewujudkan kewenangan


R

absolut bagi arbitrase untuk memutus penyelesaian sengketa


es

yang timbal di antara para pihak; kewenangan absolut arbitrase


M

ng

baru gugur apabila para pihak secara tegas menyepakati,


on

menarik kembali klausula arbitrase;


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Halaman 12 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.

R
Putusan yang demikian sudah banyak berkembang secara konstan.

si
Dengan demikian sudah terbina standarisasi mengenai kewenangan

ne
ng
absolut arbitrase menyelesaikan sengketa, apabila para pihak
mencantumkan kesepakatan tentang tentang itu;
(c) . Pendapat ahli Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. dalam bukunya

do
gu "Hukum Acara Perdata Indonesia”:
“Dalam hal ada clausula arbitrase maka Pengadilan Negeri tidak

In
berkuasa mengadili perkara tersebut (MA 22 Feb. 1982)”;
A
(d) . Pendapat ahli Erman Rajagukguk, S.H., LL.M., Ph.D dalam bukunya
berjudul "Arbitrase dalam Putusan Pengadilan”:
ah

lik
“Manakala para pihak sudah sepakat memilih arbitrase sebagai
tempat penyelesaian sengketa, maka pengadilan harus menolak untuk
am

ub
memeriksa sengketa tersebut. Tujuan arbitrase sebagai alternatif
penyelesaian sengketa akan sia-sia, bila pengadilan masih bersedia
memeriksa sengketa,
ep yang sejak semula disepakati untuk
k

diselesaikan melalui arbitrase”;


ah

16. Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, terbukti bahwa Pengadilan


R

si
Negeri Jakarta Pusat tidak memiliki kewenangan absolut untuk mengadili
gugatan Penggugat yang menuntut penyataan batal atas Perjanjian Utang

ne
ng

Piutang, perjanjian mana memuat perjanjian arbitrase antara Penggugat


danTergugat;

do
gu

17. Tergugat beryakinan bahwa Majelis Hakim yang mulia akan sependapat
bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang untuk memeriksa
dan memutus perkara a quo mengingat adanya perjanjian arbitrase di
In
A

antara Penggugat dan Tergugat sebagaimana telah diuraikan dalam bagian


B I di atas;
ah

lik

18. Namun, seandainya pun Perjanjian Utang Piutang tidak memuat perjanjian
arbitrase, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tetap tidak berwenang untuk
m

ub

mengadili perkara ini berdasarkan alasan di bawah ini;


II. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Tidak Berwenang Secara Relatif Untuk
ka

Mengadili Perkara Ini Karena Sesuai Pedoman Mahkamah Agung Gugatan


ep

Terhadap Tergugat Yang Berdomisili Di Luar Negeri (In casu Jerman)


ah

Harus Diajukan Kepada Pengadilan Negeri Tempat Kedudukan Penggugat


R

(In Casu Pengadilan Negeri Jakarta Barat) (Eksepsi Kompetensi Relatif);


es

19. Buku II Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Perdata Umum
M

ng

Edisi 2007 ("Pedoman Teknis MA") yang diterbitkan oleh Mahkamah Agung
on

secara tegas mengatur bahwa:


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Halaman 13 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.

R
"Dalam hal tergugat berkediaman di luar negeri, gugatan diajukan kepada

si
pengadilan negeri di tempat kediaman penggugat." (Vide Pedoman Teknis

ne
ng
MA, Bab II, Bagian D tentang Wewenang Relatif);
20. Fakta membuktikan bahwa:
(a) . Tergugat berkediaman di Jerman; dan;

do
gu (b) . Penggugat berkediaman di Jakarta Barat;
Kedua fakta ini juga diakui secara tegas oleh Penggugat dalam halaman 1

In
A
gugatannya;
21. Karenanya, sesuai dengan Pedoman Teknis MA gugatan Penggugat harus
diajukan kepada pengadilan negeri di tempat kediaman Penggugat, yaitu
ah

lik
Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dengan kata lain, Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat tidak memiliki kewenangan secara relatif untuk memeriksa
am

ub
dan mengadili gugatan Penggugat;
III. Tergugat mohon Agar Eksepsi Kompetensi Ini Diperiksa Dan Diputus
ep
Terlebih Dahulu Sebelum Pemeriksaan Atas Pokok Perkara Dimulai;
k

22. Sesuai dengan ketentuan hukum acara perdata, eksepsi kompetensi


ah

haruslah diperiksa dan diputus terlebih dahulu sebelum Majelis Hakim yang
R

si
mulia memeriksa materi pokok perkara dalam gugatan ini. Berikut Tergugat
kutip beberapa ketentuan hukum yang relevan;

ne
ng

(a) . Pasal 125 (2) HIR;


“Akan tetapi jika si tergugat, dalam surat jawabannya tersebut pada

do
gu

pasal 121, mengemukakan eksepsi (tangkisan) bahwa pengadilan


negeri tidak berkuasa memeriksa perkaranya, maka meskipun ia
sendiri atau wakilnya tidak datang, wajiblah pengadilan negeri
In
A

mengambil keputusan tentang eksepsi itu, sesudah mendengar


penggugat itu; hanya jika eksepsi itu tidak dibenarkan, pengadilan
ah

lik

negeri boleh memutuskan perkara itu”;


(b) . Pasal 136 HIR;
m

“Eksepsi (tangkisan) yang dikemukakan oleh si tergugat, kecuali


ub

tentang hal hakim tidak berwenang, tidak boleh dikemukakan dan


ka

ditimbang sendiri-sendiri, melainkan harus dibicarakan dan


ep

diputuskan bersama-sama dengan pokok perkara”;


ah

(c) . Pedoman Teknis MA, Bab II, Bagian U Tentang Tangkisan/Eksepsi;


R

“Tangkisan atau eksepsi yang diajukan oleh tergugat, diperiksa dan


es

diputus bersama-sama dengan pokok perkara, kecuali jika eksepsi itu


M

ng

mengenai tidak berwenangnya Pengadilan Negeri untuk memeriksa


on

perkara tersebut maka harus diputus dengan putusan sela (Pasal 136
HI R)”;
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Halaman 14 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.

a
(d) . Doktrin dari beberapa ahli hukum yang secara konsisten menyatakan

si
bahwa Pengadilan Negeri harus pertama-tama menimbang dan
memutuskan eksepsi kompetensi absolut sebelum memeriksa pokok

ne
ng
perkara, antara lain : Pendapat ahli M. Yahya Harahap, yang
menyebutkan :

do
gu “Berarti, apabila tergugat mengajukan eksepsi yang berisi pernyataan
PN tidak berwenang mengadili perkara, baik secara absolut atau
relatif:

In
A
1. hakim menunda pemeriksaan pokok perkara;
2. tindakan yang dapat dilakukan, memeriksa dan memutus eksepsi
ah

lik
terlebih dahulu;
3. tindakan demikian bersifat imperatif, tidak dibenarkan memeriksa
am

ub
pokok perkara sebelum ada putusan yang menegaskan apakah
PN yang bersangkutan berwenang atau tidak memeriksanya.
Hakim bebas menjatuhkan putusan menolak atau mengabulkan
ep
k

eksepsi”;
ah

Pendapat ahli Retnowulan Soetantio, yang menyebutkan :


R
“Eksepsi mengenai kekuasaan absolut dapat diajukan setiap

si
waktu selama pemeriksaan perkara berlangsung, bahkan hakim

ne
ng

wajib karena jabatannya artinya tanpa diminta oleh pihak


tergugat untuk memecahkan soal berkuasa tidaknya beliau
memeriksa persoalan tersebut dengan tidak usah menunggu

do
gu

diajukannya keberatan dari pihak yang berperkara”;


Pendapat ahli Prof. Soepomo, yang menyebutkan :
In
“Terhadap eksepsi tidak berkuasanya hakim itu, pasal 136
A

mengizinkan adanya pemeriksaan dan putusan tersendiri”; Pendapat


ah

ahli Krisna Harahap. Yang menyebutkan:


lik

“Pasal 136 HIR menyebutkan bahwa kecuali eksepsi yang


menyangkut kekuasaan hakim secara absolut dan relatif, eksepsi
m

ub

lain harus dibahas dan diputuskan bersama-sama dengan pokok


perkara;
ka

ep

23. Oleh karenanya, Tergugat mohon agar Majelis Hakim yang mulia terlebih
dahulu memeriksa dan menjatuhkan putusan atas eksepsi kompetensi
ah

Tergugat, dan menunda pemeriksaan pokok perkara sampai dengan


R

adanya putusan atas eksepsi tersebut;


es
M

24. Berdasarkan seluruh uraian di atas, Tergugat mohon agar Majelis Hakim
ng

tidak melanjutkan pemeriksaan atas perkara ini mengingat Pengadilan


on

Negeri Jakarta Pusat tidak memiliki kewenangan baik secara absolut


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Halaman 15 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.

si
maupun secara relatif untuk mengadili gugatan Penggugat. Sesuai dengan
ketentuan Pasal 134 HIR dan Pasal 132 RV, sangat beralasan bagi Majelis

ne
ng
Hakim yang mulia untuk menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat tidak mempunyai kewenangan dalam memeriksa dan mengadili

do
gu perkara ini, dan selanjutnya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat
diterima (niet ontvankelijk verklaard);
(a) . Pasal 134 HIR:

In
A
"Jika perselisihan itu adalah suatu perkara yang tidak termasuk
wewenang pengadilan negeri, maka pada sembarang waktu dalam
ah

lik
pemeriksaan perkara itu, boleh diminta supaya hakim mengaku
tidak berwenang, dan hakim itu pun, karena jabatannya, wajib pula
am

ub
mengaku tidak berwenang"
(b) . Pasal 132 RV:
"Dalam hal hakim tidak berwenang karena jenis pokok perkaranya,
ep
k

maka ia meskipun tidak diajukan tangkisan tentang


ketidakwenangannya, karena jabatan wajib menyatakan dirinya tidak
ah

R
berwenang"

si
25. Dalam hal Majelis Hakim berpendapat lain, berikut Tergugat sampaikan

ne
ng

jawaban Tergugat terhadap gugatan Penggugat sesuai perintah Majelis


Hakim (walaupun Tergugat telah meminta agar permasalahan mengenai
kewenangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam mengadili perkara ini

do
gu

diperiksa terlebih dahulu sebelum Tergugat mengajukan jawaban, hal mana


sesuai dengan ketentuan Pasal 136 HIR);
In
A

Mohon dicatat bahwa pengajuan jawaban ini (i) bukanlah pengakuan


Tergugat, dan (ii) tidak dapat dianggap sebagai bukti penundukkan
Tergugat atas kewenangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk
ah

lik

memeriksa dan mengadilan gugatan Penggugat. Tergugat mengajukan


jawaban dengan itikad baik dan semata- mata agar kepentingannya tidak
m

ub

sampai dirugikan dalam pemeriksaan perkara ini;


C. JAWABAN:
ka

ep

DALAM EKSEPSI:
26. Tergugat berkeyakinan bahwa gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak
ah

dapat diterima setidaknya berdasarkan salah satu dari alasan-alasan


R

sebagaimana diuraikan di bawah ini;


es
M

I. Gugatan Penggugat Meminta Pernyataan Batal Atas Perjanjian Yang


ng

Sudah Hapus Akibat Novasi:


on

27. Penggugat melalui gugatannya meminta agar Pengadilan Negeri Jakarta


gu

Pusat menyatakan batal Perjanjian Jual Beli atas dasar adanya penipuan
d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Halaman 16 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.

a
yang dilakukan oleh Tergugat (quod non) (vide butir 9 gugatan jo. petitum

si
gugatan no. 3);
28. Pasal 1381 jo. 1413 KUHPerdata mengatur bahwa perjanjian hapus antara

ne
ng
lain karena pembaruan utang (novasi), baik novasi subjektif (perubahan
atas subjek perjanjian) ataupun novasi objektif (perubahan atas objek

do
gu perjanjian);
(a) . Pasal 1381 KUHPerdata;
"Perikatan hapus:

In
A
karena pembaruan utang”
(b) . Pasal 1413 KUHPerdata;
ah

lik
"Ada tiga macam jalan untuk pembaruan utang:
1. Bila seorang debitur membuat suatu perikatan utang baru untuk
am

ub
kepentingan kreditur yang menggantikan utang lama, yang
dihapuskan karenanya;
2. bila seorang debitur baru ditunjuk untuk menggantikan debitur
ep
k

lama, yang oleh kreditur dibebaskan dan perikatannya;


ah

3. bila sebagai akibat suatu persetujuan baru seorang kreditur baru


R
ditunjuk untuk menggantikan kreditur lama, yang terhadapnya

si
debitur dibebaskan dan perikatannya";

ne
ng

29. Mohon perhatian Majelis Hakim yang mulia bahwa "kewajiban Penggugat
untuk membayar harga Mesin Rajut Produksi Tergugat" kepada Tergugat
berdasarkan Perjanjian Jual Beli telah dinovasi menjadi "kewajiban

do
gu

pembayaran utang biasa" dengan segala syarat-syarat dan ketentuan yang


juga baru sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Utang Piutang. Dengan
In
A

kata lain, telah terjadi novasi objektif terhadap Perjanjian Jual Beli yang
posisinya saat ini digantikan oleh Perjanjian Utang Piutang;
ah

30. Oleh karenanya, Perjanjian Jual Beli demi hukum telah hapus atau berakhir,
lik

sehingga tidak mungkin lagi untuk diminta dinyatakan batal. Gugatan


Penggugat yang meminta pengadilan untuk menyatakan batal perjanjian
m

ub

yang sudah tidak ada tentulah harus dinyatakan tidak dapat diterima;
II. Penggugat Tidak Memiliki Alas Hak (Legal Standing) Untuk Mengajukan
ka

ep

Tuntutan Pernyataan Batal Atas perjanjian Jual Beli Karena Penggugat


Telah Mengakui Keabsahan Perjanjian Tersebut Dengan Cara
ah

Melaksanakan Sebagian Kewajibannya;


R

31. Hukum perdata Indonesia, antara lain melalui keberadaan Pasal 1892 (3)
es
M

KUHPerdata, mengenal prinsip hukum "rechtsverwerking" dimana suatu


ng

pihak dianggap telah melepaskan haknya untuk mengajukan keberatan


on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Halaman 17 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.

R
terhadap suatu perjanjian apabila pihak tersebut telah melaksanakan isi

si
perjanjian secara sukarela;

ne
ng
Pasal 1892(3) KUHPerdata;
"Pembenaran, penguatan atau pelaksanaan suatu perikatan secara
sukarela dalam bentuk daripada saat yang diharuskan oleh

do
gu undangundang, dianggap sebagai suatu pelepasan upaya pembuktian
serta tangkisan- tangkisan yang sedianya dapat diajukan terhadap

In
A
akta itu";
32. Fakta membuktikan bahwa Penggugat telah secara sukarela melaksanakan
hak dan kewajibannya dalam Perjanjian Jual Beli, yaitu antara lain
ah

lik
menerima Mesin Rajut Produksi Tergugat dan melakukan sebagian
pembayaran atas harga mesin tersebut kepada Tergugat;
am

ub
33. Dengan demikian, sesuai dengan prinsip hukum "rechtsverwerk ing' Penggugat
tidak lagi berhak untuk meminta pernyataan batal atas Perjanjian Jual Beli,
ep
dan untuk itu mohon agar Majelis Hakim yang mulia menyatakan bahwa
k

gugatan Penggugat tidak dapat diterima;


ah

III. Gugatan Penggugat Kabur Karena Posita Dan Petitumnya Saling


R

si
Bertentangan;
34. Berdasarkan butir 5 dan 7 posita gugatan Penggugat, terlihat jelas bahwa

ne
ng

Penggugat mempersoalkan tindakan wanprestasi dari Tergugat yang tidak


menepati janjinya untuk mengirimkan suku cadang Mesin Rajut Produksi

do
gu

Tergugat kepada Penggugat (quod non);


(a) . Butir 5 posita gugatan Penggugat;
"Bahwa tanpa menaruh curiga Penggugat mencoba beberapa kali
In
A

memesan (order) suku cadang (spare parts) yang pada awalnya


dalam setiap korespondensi Tergugat selalu menjanjikan untuk
ah

lik

mengirimkan kepada Pengunggat";


(b) . Butir 7 posita gugatan Penggugat;
m

ub

"Bahwa usaha untuk meminta agar di kirimkan suku cadang (spare


parts) secara terus-menerus dilakukan dimana kembali Penggugat
ka

mohon agar Tergugat mengirimkan suku cadang (spare parts), akan


ep

tetapi Tergugat tetap menolak ...";


ah

35. Namun demikian, dalam petitum gugatannya Penggugat justru meminta


R

agar Tergugat dinyatakan telah melakukan perbuatan melanggar hukum,


es

dan bukan dinyatakan telah melakukan wanprestasi;


M

ng

36. Mahkamah Agung dalam berbagai Yurisprudensinya telah berulang kali


on

menegaskan bahwa gugatan yang antara posita dan petitumnya tidak


sejalan atau saling bertentangan adalah gugatan yang tidak jelas atau
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Halaman 18 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.

a
kabur, dan karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima. Berikut

si
beberapa Yurisprudensi terkait;
(a) . Putusan Mahkamah Agung No. 879K/Pdt/1997 tanggal 29 Januari

ne
ng
2001, yang pada pokoknya menyatakan:
"Dalam posita gugatan didasarkan atas perjanjian, namun dalam

do
gu petitum dituntut agar tergugat dinyatakan melakukan perbuatan
melawan hukum, konstruksi gugatan seperti itu mengandung
kontradiksi, dan gugatan dikategorikan kabur sehingga tidak

In
A
dapat diterima";
(b) . Putusan Mahkamah Agung No. 586 K/Pdt/2000 tanggal 23 Mei
ah

lik
2001, yang pada pokoknya menyatakan:
"Bilamana terdapat perbedaan ... dalam posita dan petitum,
am

ub
maka petitum tidak mendukung posita karena itu gugatan
dinyatakan tidak dapat diterima sebab tidak jelas dan kabur";
(c) . Putusan Mahkamah Agung No. 1075 K/Sip/1982 tanggal 8
ep
k

Desember 1982, yang pada pokoknya menyatakan:


ah

"Suatu gugatan perdata yang diajukan ke Pengadilan menurut


R
Hukum Acara Perdata, antara petitum dan posita harus ada

si
hubungan satu sama lain, dalam arti bahwa petitum (tuntutan)

ne
ng

haruslah didukung oleh posita/fundamentum petendi yang


diuraikan baik faktanya maupun segi hukumnya yang diuraikan
dengan jelas dalam gugatannya. Bilamana syarat ini tidak

do
gu

dipenuhi, maka gugatan tersebut oleh pengadilan atau


Mahkamah Agung akan diberikan putusan yang amarnya
In
A

'Gugatan tidak dapat diterima";


37. Ketidakjelasan gugatan Penggugat diperparah dengan fakta adanya
ah

pencampuran antara dalil-dalil tentang wanprestasi dengan dalil-dalil


lik

tentang perbuatan melawan hukum di dalam gugatan tersebut Penggugat


di satu sisi mendalilkan bahwa Tergugat telah melakukan tindakan
m

ub

wanprestasi (vide butir 5 dan 7 gugatan sebagaimana dikutip di atas),


namun di sisi lain Penggugat juga mendalilkan bahwa Tergugat telah
ka

ep

melakukan perbuatan melawan hukum berupa penipuan terhadap


Penggugat (vide butir 8 dan 9 gugatan);
ah

38. Menurut Mahkamah Agung, gugatan yang mencampuradukkan antara dalil-


R

dalil tentang wanprestasi dengan dalil-dalil mengenai perbuatan melawan


es
M

hukum adalah gugatan yang kabur dan harus dinyatakan tidak dapat
ng

diterima. Berikut beberapa Yurisprudensi Mahkamah Agung yang relevan


on

dalam hal ini;


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Halaman 19 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.

a
(a) . Putusan Mahkamah Agung No. 879K/Pdt/1997 tanggal 29 Januari

si
2001, yang pada pokoknya menyatakan:
"Penggabungan Perbuatan Melawan Hukum dengan

ne
ng
Wanprestasi dalam satu gugatan melanggar tata tertib beracara,
atas alasan keduanya harus diselesaikan tersendiri";

do
gu (b) . Putusan Mahkamah Agung No. 1875 K/Pdt/1984 tanggal 24 April
1986, yang pada pokoknya menyatakan:
"Penggabungan gugatan Perbuatan Melawan Hukum dengan

In
A
Perbuatan Ingkar Janji tidak dapat dibenarkan dalam tata tertib
beracara dan harus diselesaikan tersendiri pula";
ah

lik
39. Dengan demikian, terbukti bahwa gugatan Penggugat adalah gugatan yang
kabur atau tidak jelas, dan sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung
am

ub
gugatan tersebut harus dinyatakan tidak dapat diterima;
40. Berdasarkan seluruh uraian di atas, terbukti bahwa gugatan Penggugat
mengandung cacat-cacat formil, sehingga beralasan bagi Majelis Hakim
ep
k

yang mulia untuk menyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak dapat


ah

diterima;
R
DALAM POKOK PERKARA:

si
41. Tergugat menolak, membantah dan menyangkal seluruh dalil yang

ne
ng

dikemukakan oleh Penggugat dalam gugatannya, kecuali atas hal-hal yang


diakui secara tegas dan tertulis oleh Tergugat;
42. Hal-hal yang telah diuraikan pada bagian eksepsi di atas mohon dianggap

do
gu

sebagai bagian yang integral dan tidak terpisahkan dari jawaban dalam
pokok perkara;
In
A

43. Tergugat mohon agar Majelis Hakim yang mulia menolak seluruh dalil
Penggugat yang menuduh bahwa Tergugat telah melakukan penipuan atau
ah

perbuatan melawan hukum terhadap Penggugat sehubungan dengan


lik

pembuatan Perjanjian Jual Beli, berdasarkan alasan-alasan yang diuraikan


di bawah ini;
m

ub

Alasan Ke-1 : Tidak Ada Aturan Hukum Yang Menentukan Bahwa Perjanjian Jual
Beli Barang Harus Memuat Pula Pengaturan Tentang Suku Cadang Dari Barang
ka

ep

Tersebut;
44. Tergugat dengan ini mensomir Penggugat untuk menunjukkan dasar
ah

hukum yang mengatur bahwa:


R

(a) , suatu perjanjian jual beli barang harus pula memuat pengaturan
es
M

tentang suku cadang dari barang dimaksud;


ng

(b) , suatu perjanjian jual beli barang harus memuat pula perjanjian jual
on

beli suku cadang terkait; dan;


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Halaman 20 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.

a
(c) , seorang penjual wajib menjual barang dagangannya berikut suku

si
cadang terkait;
Apabila Penggugat tidak dapat menunjukkan dasar hukum atas ketiga hal

ne
ng
di atas, mohon agar Majelis Hakim yang mulia menolak gugatan
Penggugat;

do
gu
Alasan Ke-2 : Penggugat Telah Memahami Dengan Baik Isi Dan Ketentuan
Perjanjian Jual Beli Sebelum Menandatanganinya;
45. Merujuk pada asas kebebasan berkontrak (vide Pasal 1338 KUHPerdata),

In
A
maka masalah apakah suatu perjanjian jual beli barang perlu memuat pula
pengaturan mengenai suku cadang dari barang yang dijual sepenuhnya
ah

lik
diserahkan kepada kesepakatan para pihak. Dalam hal ini apabila para
pihak, khususnya Penggugat, menganggap bahwa pengaturan mengenai
am

ub
suku cadang dalam Perjanjian Jual Beli adalah hal yang penting, maka
seharusnya Penggugat mendiskusikannya dengan Tergugat dan meminta
agar hal tersebut dimasukkan ke dalam Perjanjian Jual Beli;
ep
k

46. Fakta membuktikan bahwa sepanjang proses pembuatan Perjanjian Jual


ah

Beli Penggugat sama sekali tidak pernah menyinggung mengenai masalah


R
suku cadang dari Mesin Rajut Produksi Tergugat (misalnya tentang dimana

si
saja suku cadang dapat diperoleh);

ne
ng

Dalam hal ini, mohon perhatian Majelis Hakim yang mulia bahwa
Penggugat bukanlah seorang pembeli biasa, melainkan pembeli
berpengalaman Penggugat telah memulai usaha produksi kain dengan

do
gu

menggunakan mesin rajut sejak tahun 1975, atau dengan kata lain lain 20
tahun sebelum Penggugat menandatangani Perjanjian Jual Beli Sebelum
In
A

membeli 57 unit mesin rajut dari Tergugat, Penggugat tentunya telah


berulang kali melakukan pembelian mesin rajut dari pihak lain. Bahkan
ah

fakta membuktikan bahwa Penggugat memiliki ratusan mesin rajut;


lik

47. Selain karena Penggugat adalah pembeli yang berpengalaman, Penggugat


juga telah mengerti dan mengetahui dengan persis isi Perjanjian Jual Beli
m

ub

sebelum Penggugat menandatanganinya oleh karena perjanjian tersebut


dibuat di hadapan seorang notaris (in casu Turut Tergugat) (hal mana
ka

ep

diakui oleh Penggugat dalam butir 1 gugatannya), dimana salah satu


kewajiban notaris dalam pembuatan akta adalah membacakan serta
ah

menerangkan isi dari akta yang dibuat di hadapannya kepada para pihak
R

agar para pihak dapat memahami isi akta tersebut dengan baik sebelum
es
M

menandatanganinya (vide Pasal 28 Paragraf 1 Staatsblaad 1860 No. 3


ng

tentang Peraturan Jabatan Notaris di Indonesia yang berlaku pada saat


on

Perjanjian Jual Beli dibuat);


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Halaman 21 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.

si
Pasal 28 Paragraf 1 Staatsblaad 1860 No. 3:
"Notaris harus membacakan akta tersebut di hadapan para pihak dan

ne
ng
saksi- saksi";
Dalam hal ini, apabila Penggugat tidak menyetujui isi atau materi

do
gu kesepakatan dari Perjanjian Jual Beli, Penggugat selalu dapat menolak
untuk menandatangani perjanjian tersebut;
48. Oleh karenanya, dalil Penggugat yang menggambarkan seolah-olah pada

In
A
saat penandatanganan Perjanjian Jual Beli Penggugat tidak mengetahui
bahwa perjanjian tersebut tidak memuat pengaturan mengenai suku
ah

lik
cadang (quod non) adalah dalil yang tidak benar dan mengandung itikad
buruk, terutama mengingat Penggugat baru mendalilkannya sekitar 20
am

ub
tahun setelah Penggugat membuat Perjanjian Jual Beli dan menikmati
Mesin Rajut Produksi Tergugat tanpa harus membayarnya secara penuh
Penggugat dan Tergugat bahkan telah melakukan novasi atas Perjanjian
ep
k

Jual Beli tersebut;


49. Berdasarkan alasan penolakan gugatan kesatu dan kedua di atas, maka
ah

R
dalil-dalil Penggugat dalam butir 2 gugatan harus ditolak;

si
Alasan Ke-3: Penggugat Dapat Memperoleh Suku Cadang Mesin Rajut

ne
ng

Produksi Tergugat Dari Banyak Tempat Selain Dari Tergugat;


50. Tergugat dengan tegas membantah dalil-dalil dalam butir 3 dan 8 gugatan
Penggugat;

do
gu

51. Fakta membuktikan bahwa Penggugat dapat memperoleh atau membeli


suku cadang Mesin Rajut Produksi Tergugat dari pihak-pihak lain selain
In
A

dari Tergugat. Lagi pula, sekalipun benar Penggugat hanya dapat


memperoleh suku cadang Mesin Rajut Produksi Tergugat dari Tergugat
(quod non), Penggugat selaku pembeli berpengalaman telah mengetahui
ah

lik

hal tersebut sejak awal sebelum menandatangani Perjanjian Jual Beli;


52. Lebih lanjut, Tergugat tidak mungkin menentukan atau mengatur daya
m

ub

tahan serta umur dari Mesin Rajut Produksi Tergugat dan suku cadangnya
karena hal tersebut tergantung pada banyak faktor, seperti bagaimana cara
ka

ep

Penggugat menggunakan mesin tersebut dan apakah Penggugat


melakukan servis rutin atas Mesin Rajut Produksi Tergugat. Sekalipun
ah

benar Tergugat dapat mengatur masa berlaku dari suku cadang Mesin
R

Rajut Produksi Tergugat (quod non), hal tersebut tidak ada hubungannya
es
M

dengan tuduhan Penggugat bahwa pada saat masa berlaku suku cadang
ng

berakhir Penggugat harus membeli suku cadang dari Tergugat;


on

53. Mohon juga perhatian Majelis Hakim yang mulia bahwa Penggugat dalam
gu

gugatannya sama sekali tidak membuktikan secara jelas tentang apakah


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Halaman 22 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.

si
yang menjadi penyebab kerusakan Mesin Rajut Produksi Tergugat yang
dibeli Penggugat dari Tergugat. Sangat mungkin kerusakan tersebut

ne
ng
disebabkan oleh kesalahan Penggugat sendiri, dan kemudian Penggugat
justru menyalahgunakan keadaan tersebut sebagai alasan untuk

do
gu mengajukan gugatan a quo dan menuntut permintaan batal atas Perjanjian
Jual Beli dan Perjanjian Utang Piutang guna menghindari kewajibannya
kepada Tergugat

In
A
Alasan Ke-4: Tergugat Tidak Pernah Melakukan Hal Apapun Yang
Mengakibatkan Turunnya Usaha Penggugat (Sekalipun Benar Usaha
ah

lik
Penggugat Telah Menurun);
54. Mohon perhatian Majelis Hakim yang mulia bahwa faktanya usaha
am

ub
Penggugat sampai dengan saat ini masih berjalan dengan sangat baik,
dimana Penggugat adalah salah satu eksportir kain terbesar di Asia
Tenggara. Penggugat beserta grupnya mengekspor produk-produknya ke
ep
k

Jepang, Hongkong, Cina dan Amerika;


55. Karenanya, tidak benar dalil Penggugat yang mengatakan bahwa
ah

R
Penggugat tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan kewajiban

si
pembayarannya kepada Tergugat (vide butir 7 gugatan);

ne
ng

56. Sekalipun benar hal-hal yang disampaikan oleh Penggugat:


(a) . Mesin Rajut Produksi Tergugat yang dibeli Penggugat dari Tergugat
mengalami kerusakan atau tidak dapat beroperasi, dan;

do
gu

(b) , usaha Penggugat mengalami penurunan;


maka kedua hal tersebut tidak memiliki hubungan sebab akibat karena
In
A

fakta membuktikan bahwa Penggugat memiliki ratusan unit mesin rajut;


sedangkan berdasarkan Perjanjian Jual Beli Tergugat hanya menjual 57
unit mesin rajut kepada Penggugat, atau dengan kata lain mesin rajut yang
ah

lik

dijual Tergugat hanyalah sebagai kecil dari total seluruh mesin rajut yang
dimiliki oleh Penggugat. Artinya, jika benar seluruh (57 unit) Mesin Rajut
m

ub

Produk Tergugat tidak dapat beroperasi, Penggugat masih memiliki ratusan


unit mesin rajut lainnya untuk terus memproduksi dan menjual kain dalam
ka

ep

rangka memperoleh keuntungan;


57. Dengan demikian, dalil Penggugat yang menyatakan bahwa Tergugat
ah

seolah-olah telah menyebabkan turunnya usaha atau produksi kain


R

Penggugat dengan tidak mengirimkan suku cadang Mesin Rajut Produksi


es
M

Tergugat sehingga mesin tersebut tetap dalam keadaan rusak (vide butir 7
ng

gugatan) harus ditolak karena dalil tersebut terbukti tidak benar serta tidak
on

berdasar;
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Halaman 23 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.

a
Alasan Ke-5: Tergugat Tidak Pernah Melakukan Penipuan Apapun Terhadap

si
penggugat;
58. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana, tindakan "penipuan" dapat

ne
ng
dilakukan dengan elemen-elemen yang telah ditentukan secara limitatif
sebagai berikut:

do
gu (a) , nama palsu atau martabat palsu;
(b) , tipu muslihat; atau;
(c) , rangkaian kebohongan;

In
A
Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata “tipu”
sebagai perbuatan atau perkataan yang bohong atau palsu dengan
ah

lik
maksud untuk menyesatkan;
59. Fakta membuktikan bahwa Tergugat tidak pernah memberikan pernyataan
am

ub
yang bersifat bohong atau palsu kepada Penggugat terkait dengan
pembuatan Perjanjian Jual Beli. Misalnya, Tergugat tidak pernah
menyatakan bahwa suku cadang dari Mesin Rajut Produksi Tergugat dapat
ep
k

diperoleh dari banyak tempat dalam rangka membujuk Penggugat agar


ah

mau membuat Perjanjian Jual Beli. Karenanya, Tergugat tidak pernah


R
melakukan kebohongan atau penipuan mengenal hal ini, apalagi faktanya

si
Penggugat memang dapat memperoleh suku cadang Mesin Rajut Produksi

ne
ng

Tergugat dari pihak lain selain Tergugat;


60. Pasal 1328 KUHPerdata secara tegas mengatur bahwa penipuan tidak
dapat hanya dikira-kira, melainkan harus dibuktikan. Karenanya, Tergugat

do
gu

mensomir Penggugat untuk membuktikan dengan alat bukti yang sah


bahwa Tergugat telah menggunakan nama/martabat palsu atau
In
A

menyampaikan pernyataan-pernyataan yang bersifat bohong atau palsu


sehubungan dengan pembuatan Perjanjian Jual Beli;
ah

61. Lebih lanjut:


lik

(a) . Dalil Penggugat yang mengatakan bahwa Tergugat telah melakukan


penipuan dengan melalaikan janjinya untuk mengirimkan suku
m

ub

cadang mesin rajut kepada Penggugat (vide butir 5 dan 6 gugatan)


adalah dalil yang jelas- jelas keliru karena:
ka

ep

tidak pernah ada perjanjian jual beli suku cadang mesin rajut
antara Penggugat dan Tergugat; dan
ah

kalaupun perjanjian tersebut ada (quod non), maka kelalaian


R

Tergugat menepati janjinya untuk mengirimkan suku cadang


es
M

mesi rajut kepada Penggugat bukanlah merupakan suatu


ng

penipuan, melainkan tindakan wanprestasi;


on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Halaman 24 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.

a
(b) . Dalil Penggugat yang mengatakan bahwa Tergugat dengan sengaja

si
melakukan tipu muslihat mengenai objek perjanjian, yaitu mengenai
ketersediaan suku cadang (vide butir 8), sungguh tidak tepat dan

ne
ng
mengada- ada karena yang menjadi objek Perjanjian Jual Beli adalah
57 unit Mesin Rajut Produksi Tergugat, dan bukan suku cadang dari

do
gu mesin tersebut;
Alasan Ke-6: Perjanjian Jual Beli Telah Dibuat Secara Sah;
62. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata Perjanjian Perjanjian

In
A
Jual Beli telah dibuat secara sah:
(a) . Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
ah

lik
Berdasarkan Perjanjian Jual Beli dan fakta bahwa Penggugat telah
menerima haknya dan melaksanakan sebagian kewajibannya, yaitu
am

ub
menerima 57 unit Mesin Rajut Produksi Tergugat serta membayar
sebagian harga mesin tersebut, jelas bahwa Penggugat dan Tergugat
telah sepakat melakukan Perjanjian Jual Beli;
ep
k

(b) . Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;


ah

Perjanjian Jual Beli telah ditandatangani oleh pihak-pihak yang


R
berwenang untuk mewakili Penggugat dan Tergugat. Hal ini juga tidak

si
pernah dipermasalahkan oleh Penggugat;

ne
ng

(c) . Suatu hal tertentu;


Objek Perjanjian Jual Beli adalah 57 unit Mesin Rajut Produksi
Tergugat (dan bukan suku cadang dari mesin tersebut);

do
gu

(d) . Suatu sebab yang tidak terlarang;


Tidak ada satupun aturan hukum yang melarang penjualan mesin
In
A

rajut. Hal ini juga tidak pernah dipermasalahkan oleh Penggugat;


63. Oleh karena Perjanjian Jual Beli terbukti dibuat secara sah, maka novasi
ah

atas Perjanjian Jual Beli menjadi Perjanjian Utang Piutang juga sah secara
lik

hukum;
64. Lebih jauh, sekalipun benar dalil Penggugat yang menyatakan bahwa telah
m

ub

terjadi penipuan dalam pembuatan Perjanjian Jual Beli (quod non), maka
hal tersebut merupakan pelanggaran syarat subjektif perjanjian, yaitu
ka

ep

"cacatnya kata sepakat" (m casu Pasal 1320(1) jo. Pasal 1321


KUHPerdata), dan bukan pelanggaran syarat objektif perjanjian berupa
ah

"suatu hal tertentu" sebagaimana didalilkan Penggugat;


R

65. Sesuai dengari asas hukum perjanjian, pelanggaran syarat subjetif tidak
es
M

secara otomatis mengakibatkan perjanjian menjadi batal demi hukum.


ng

Artinya, Perjanjian Jual Beli tetap sah secara hukum. Terlebih, sampai
on

dengan saat Perjanjian Jual Beli dinovasi menjadi Perjanjian Utang


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Halaman 25 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.

a
Piutang pada tahun 1999 Penggugat tidak pernah mengajukan pembatalan

si
atas Perjanjian Jual Beli;
Alasan Ke-7 : Tergugat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Melawan Hukum

ne
ng
Apapun Terhadap Penggugat;
66. Berdasarkan fakta-fakta hukum sebagai berikut:

do
gu (a) , tidak ada satupun aturan hukum yang menentukan bahwa Perjanjian
Jual Beli harus pula memuat pengaturan tentang suku cadang dari
barang tersebut;

In
A
(b) , tidak ada satupun aturan hukum yang mewajibkan Tergugat untuk
menjual Mesin Rajut Produksi Tergugat secara bersama-sama
ah

lik
dengan suku cadangnya;
(c) . Penggugat telah memahami dengan baik isi dan ketentuan
am

ub
Perjanjian Jual Beli sebelum menandatanganinya;
(d) . Penggugat dapat memperoleh atau membeli suku cadang Mesin
Rajut Produksi Tergugat dari banyak tempat selain dari Tergugat;
ep
k

(e) , sekalipun benar Penggugat hanya dapat memperoleh suku cadang


ah

Mesin Rajut Produksi Tergugat dari Tergugat (quod non), Penggugat


R
selaku pembeli berpengalaman telah mengetahui hal tersebut sejak

si
awal sebelum menandatangani Perjanjian Jual Beli;

ne
ng

(f) . Tergugat tidak pernah melakukan penipuan apapun terhadap


Penggugat, termasuk terkait pembuatan Perjanjian Jual Beli;
(g) , sekalipun pun benar 57 unit Mesin Rajut Produksi Tergugat yang

do
gu

dibeli Penggugat dari Tergugat mengalami kerusakan dan tidak dapat


beroperasi, hal tersebut bukanlah penyebab dari turunnya usaha
In
A

Penggugat (quod non) karena Penggugat masih memiliki ratusan unit


mesin rajut lainnya untuk terus memproduksi dan menjual kain dalam
ah

rangka memperoleh keuntungan;


lik

(h) . Tergugat tidak memiliki kewajiban apapun untuk mengirimkan suku


cadang mesin rajut kepada Penggugat karena tidak pernah ada
m

ub

perjanjian jual beli suku cadang mesin rajut antara Penggugat dan
Tergugat;
ka

ep

(1). sekalipun benar Penggugat dan Tergugat pernah membuat perjanjian


jual beli suku cadang mesin rajut (quod non), maka kelalaian Tergugat
ah

menepati janjinya untuk mengirimkan suku cadang tersebut kepada


R

Penggugat bukan merupakan suatu penipuan, melainkan tindakan


es
M

wanprestasi; maka terbukti bahwa Tergugat tidak pernah melakukan


ng

perbuatan melawan hukum apapun terhadap Penggugat;


on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Halaman 26 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.

a
DALAM PROVISI:

si
Permohonan Putusan Provisi Penggugat Harus Ditolak Karena Tidak Memenuhi
Ketentuan Pasal 180 (1) HIR Jo. Pasal 54 RV Maupun Surat Edaran Mahkamah

ne
ng
Agung;
67. Sesuai dengan ketentuan hukum acara yang berlaku, penggugat yang

do
gu berkeinginan untuk mengajukan
memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur dalam Pasal 180 (1) HIRjo.
permohonan putusan provisi harus

Pasal 54 RV;

In
A
(a) . Pasal 180 (1) HIR mengatur bahwa:
"Ketua pengadilan negeri dapat memerintahkan supaya putusan
ah

lik
itu dapat dijalankan dahulu biarpun ada perlawanan ataupun
bandingan, jika ada surat yang sah, suatu surat tulisan yang
am

ub
menurut aturan yang berlaku dapat diterima sebagai bukti, atau
jika ada hukuman lebih dahulu dengan keputusan yang sudah
mendapat kekuasaan pasti, demikian juga jika yang dikabulkan
ep
k

tuntutan dahulu, atau di dalam perselisihan mengenai hak


ah

kepunyaan";
R
(b) . Pasal 54 RV mengatur bahwa:

si
“Putusan serta merta atau putusan sementara dapat diberikan

ne
ng

oleh hakim meskipun terdapat perlawanan atau banding,


apabila:
1. Putusan sementara didasarkan pada alat bukti yang

do
gu

otentik;
2. Putusan sementara didasarkan pada akta di bawah tangan
In
A

yang diakui oleh pihak yang menggunakan akta tersebut


sebagai landasan perbuatannya, atau jika akta tersebut
ah

diakui menurut hukum, dan diakui apabila perkara diputus


lik

tanpa kehadiran pihak tergugat (verstek);


3. Dalam putusan condemnatoir, terdapat putusan terdahulu
m

ub

yang terhadapnya tidak dilakukan banding atau


perlawanan";
ka

ep

68. Berdasarkan Pasal 180 (1) HIR dan Pasal 54 RV tersebut di atas, suatu
permohonan putusan provisi hanya dapat dikabulkan jika terpenuhinya
ah

syarat-syarat sebagai berikut:


R

(a). Terdapatnya bukti otentik atau tulisan tangan yang menurut hukum
es
M

memiliki kekuatan sebagai alat bukti yang sempurna yang


ng

membuktikan seluruh dalil penggugat;


on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R
Halaman 27 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.

si
(b) . Terdapatnya putusan pengadilan yang final dan mengikat yang

ne
membuktikan secara sempurna kebenaran seluruh dalil penggugat;

ng
(c) . Terdapat putusan provisi yang dikabulkan sebelumnya;
(d) . Perkara yang dipersengketakan mengenai perselisihan tentang

do
gu
69.
'bezitrecht”;
Fakta membuktikan bahwa tidak ada satupun syarat yang diwajibkan oleh

In
Pasal 180 (1) HIR jo. Pasal 54 RV dipenuhi oleh Penggugat dalam
A
permohonan provisinya, yaitu:
(a) . Tidak ada bukti otentik yangmembuktikan seluruh gugatan
ah

lik
Penggugat;
(b) . Tidak ada putusan pengadilan yang final dan mengikat yang
am

ub
membuktikan secara sempurna kebenaran seluruh dalil Penggugat;
(c) , (c) Gugatan Penggugat bukan mengenai perselisihan tentang
"bezitrecht”, melainkan mengenai permintaan pernyataan batal atas
ep
k

Perjanjian Jual Beli;


ah

70. Dalam gugatannya, Penggugat juga tidak dapat membuktikan adanya hal
R

si
yang "sangat istimewa" sebagai dasar untuk mengabulkan permohonan
putusan provisi yang diajukannya sebagaimana digariskan dalam Surat

ne
ng

Edaran Mahkamah Agung Nomor 06 Tahun 1975;


71. Lebih lanjut, mohon juga perhatian Majelis Hakim yang mulia atas hal-hal

do
sebagai berikut:
gu

(a) . Ahli Hukum M Yahya Harahap, S.H. dalam bukunya yang berjudul
"Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Penyitaan, Pembuktian, dan
In
A

Putusan Pengadilan", Cetakan Ketiga, Penerbit Sinar Grafika,


Jakarta, tahun 2005, pada halaman 901 menyatakan bahwa:
ah

lik

"Mengenai sifat penerapan Pasal 180, Pasal 191 RBG perlu


disadari hakim:
m

ub

1. Sifatnya adalah fakultatif, yakni hakim dapat mengabulkan


dan memerintahkan putusan yang dapat dijalankan lebih
ka

dahulu;
ep

2. Sifatnya bukan imperatif, oleh karena itu hakim tidak wajib


untuk mengabulkannya";
ah

(b) . Surat Edaran Mahkamah Agung No. 4 Tahun 2001 tentang


es

Permasalahan Putusan Serta Merta (Uiboerbaard Bij Voorraad) dan


M

ng

Provisional jo. Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2000


tentang hal yang sama menentukan bahwa pelaksanaan putusan
on

provisi hanya dapat dilakukan apabila adanya pemberian jaminan


gu

yang nilainya sama dengan nilai barang/objek eksekusi agar tidak


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Halaman 28 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.

a
menimbulkan kerugian pada pihak lain apabila ternyata di kemudian

si
hari dijatuhkan putusan yang membatalkan putusan pengadilan
tingkat pertama;

ne
ng
72. Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, terbukti bahwa permohonan
putusan provisi yang diajukan oleh Penggugat tidak sesuai dengan

do
gu ketentuan hukum acara perdata yang berlaku, dan karenanya permohonan
tersebut harus ditolak atau setidak-tidaknya dikesampingkan;
D. PETITUM:

In
A
Berdasarkan Uraian Fakta dan Ketentuan Hukum Di Atas, Tergugat mohon
kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk menjatuhkan
ah

lik
putusan dengan amar sebagai berikut:
Dalam Eksepsi Kompetensi;
am

ub
1. Menerima dan mengabulkan eksepsi kompetensi Tergugat untuk
seluruhnya;
2. Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang untuk
ep
k

mengadili gugatan Penggugat;


ah

3. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk


R
verklaard);

si
4. Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam

ne
ng

perkara ini;
Dalam Eksepsi Pokok Perkara:
1. Menerima dan mengabulkan eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;

do
gu

2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk


verklaard);
In
A

3. Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam


perkara ini;
ah

Dalam Provisi;
lik

Menolak permohonan putusan provisi Penggugat untuk seluruhnya;


Dalam Pokok Perkara:
m

ub

1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;


2. Menyatakan Equipment Payment Rescheduling Agreement tertanggal 26
ka

ep

Agustus 1999, Agreement on Fiduciary Transfer of Propriety Rights for


Security Purposes tertanggal 26 Agustus 1999 dan Amendment to
ah

Equipment Payment Rescheduling Agreement tertanggal 22 Desember


R

2004 (in casu Perjanjian Utang Piutang) sah dan mengikat Penggugat dan
es
M

Tergugat;
ng

3. Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam


on

perkara ini;
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Halaman 29 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.

a
Atau:

si
Apabila Majelis Hakim yang mulia berpendapat lai, Tergugat mohon putusan
yang seadil-adilnya (ex aequo et bono) demi keadilan berdasarkan Ketuhanan

ne
ng
Yang Maha Esa;
Menimbang, bahwa dalam jawabannya, Tergugat selain menjawab

do
gu
gugatan Penggugat juga mengajukan tangkisan/eksepsi mengenai kewenangan
mengadili/kompetensi (absolut/relatif) sebagaima tersebut dalam jawabannya;
Menimbang, bahwa terhadap tangkisan/eksepsi mengenai kewenangan

In
A
mengadili/kompetensi (absolut/relatif) tersebut, Penggugat telah mengemukakan
pada pokoknya sebagai tersebut dalam repliknya;
ah

lik
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil bantahan atas eksepsi
kewenangan mengadili/kompetensi (absolut/relatif) tersebut, Penggugat tidak
am

ub
mengajukan bukti awal, baik berupa surat-surat ataupun saksi;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil eksepsi mengenai
kewenangan mengadili/komptensi (absolut/relatif), Tergugat mengajukan bukti
ep
k

awal, yaitu bukti surat-surat, bermeterai cukup dan setelah dicocokkan dengan
ah

aslinya ternyata cocok, kecuali Bukti-bukti T-1, T-2, yang merupakan fotocopy
R
dari fotocopy , lalu diberi tanda sebagai berikut:

si
1. Bukti T - 1 Equipment Payment Rescheduling Agreement, Mayer &

ne
ng

Cie GmBh & Co And PT, Jabatex, Dated 26 August 1999;


2. Bukti T - 1T Terjemahan Resmi Perjanjian Penjadwalan Ulang
Mayer & Cie GmBh & Co dan PT, Jabatex, tanggal 26

do
gu

Agustus 1999;
3. Bukti T-2 Equipment Payment Rescheduling Agreement, Mayer &
In
A

Cie GmBh & Co And PT, Jabatex, Dated 22 December


2004;
ah

4. Bukti T- 2 T. Terjemahan Resmi Perjanjian Penjadwalan Ulang


lik

Mayer & Cie GmBh & Co dan PT, Jabatex, tanggal 22


Desember 1999;
m

ub

5. Bukti T - 3 M. Ali Budiarto, “Kompilasi Kaidah Hukum Putusan


Mahkamah Agung, Hukum Acara Perdata Masa
ka

ep

Setengah Abad”, hal. 163;


6. Bukti T-4 Proyek Pengembangan Tehnis Yustisial Mahkamah
ah

Agung RI, “Penemuan Hukum dan Pemecahan Masalah


R

Reader III, Jilid II”;


es
M

ng

on

Halaman 30 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
7. Bukti T - 4T
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Terjemahan Resmi Konvensi New York 1968 Mengenai

R
Pengakuan dan Pelaksanaan Atas Putusan Arbitrase

si
8. Bukti T - 5
Luar Negeri;

ne
ng
Proyek Pengembangan Tehnis Yustisial Mahkamah
Agung RI, “Penemuan Hukum dan Pemecahan Masalah
Reader III, Jilid II”;

do
gu
9. Bukti T - 6
Putusan No. 1034K/Pdt,/2009, tanggal 7 Desember 2009;

In
10. Bukti T - 7 Putusan No. 790K/Pdt,/2006, tanggal 5 Pebruari 2007;
A
11. Bukti T - 8 Putusan No. 1084K/Pdt,/2009, tanggal 21 Juli 2010;
12. Bukti T - 9
Putusan No. 317 PK/Pdt,/2009, tanggal 31 Desember
ah

lik
2010;
13. Bukti T - 10
Drs. Suryono, “Himpunan Yurisprudensi Hukum
am

ub
Perpajakan Dan Arbitrase”;
14. Bukti T - 11
Drs. Suryono, “Himpunan Yurisprudensi Hukum
Perpajakan Dan Arbitrase”;
ep
k

15. Bukti T - 12 Drs. Suryono, “Himpunan Yurisprudensi Hukum


ah

Perpajakan Dan Arbitrase”;


R

si
16. Bukti T - 13
Drs. Suryono, “Himpunan Yurisprudensi Hukum
Perpajakan Dan Arbitrase”;

ne
ng

17. Bukti T - 14
Proyek Pengembangan Tehnis Yustisial Mahkamah
Agung RI, “Penemuan Hukum dan Pemecahan Masalah

do
Reader III, Jilid II”;
gu

18. Bukti T - 15
Erman Rajagukguk, “Arbitrase Dalam Putusan
Pengadilan”;
In
A

88, Januari 1993”;


19. Bukti T - 16 Ikahi, “Varia Peradilan, Majalah Hukum, Tahun VIII No.
20. Bukti T- 1 7 Balitbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI,
ah

“Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan


lik

Perdata Umum”;
21 Bukti T- 1 8 Balitbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI,
m

ub

“Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan


Perdata Umum”;
ka

ep

22 Bukti T- 1 9 M. Yahya Harahap, S.H., “Hukum Acara Perdata Tentang


Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan
ah

Putusan Pengadilan;
R

es

23 Bukti T - 20 Ny. Retnowulan Sutantio, S. H. dan Iskandar


M

Halaman 31 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.


ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Oeripkartawinata, “Hukum Acara Perdata dalam Teori

a
R
dan Praktek";

si
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil eksepsi mengenai

ne
ng
kewenangan mengadili/kompetensi (absolut/relatif), Tergugat juga mengajukan
Ahli, yang telah didengar keterangannya di bawah sumpah di persidangan,
keterangan tersebut adalah pada pokoknya sebagai berikut:

do
gu
Ahli M. YAHYA HARAHAP, S.H.:
Bahwa kalusula arbitrase yang disepakati dalam perjanjian menimbulkan

In
A
akibat hukum (rechtsgevol, legal efect) menghapuskan dan meniadakan
hak para pihak untuk mengajukan gugatan penyelesaian sengketa yang
ah

timbul dari perjanjian tersebut ke pengadilan negeri, serta meniadakan pula

lik
kewenangan pengadilan negeri untuk mengadili sengketa yang timbul dari
perjanjian yang bersangkutan;
am

ub
Bahwa Pasal 3 Undang-undang No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase Dan
Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase) menyatakan bahwa Pengadilan
ep
Negeri Tidak berwenang mengadili sengketa para pihak yang telah terikat
k

dalam perjanjian arbitrase;


ah

Bahwa selanjutnya dalam Pasal 11 UU Arbitrase ditegaskan bahwa


R

si
adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak para pihak untuk
mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang termasuk

ne
ng

dalam perjanjian ke Pengadilan Negeri sehingga Pengadilan Negeri wajib


menolak dan tidak akan campur tangan di dalam suatu penyelesaian

do
gu

sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase;


Bahwa penyelesaian sengketa yang timbul dari suatu perjanjian yang
menyepakati klausula arbitrase melahirkan dan mewujudkan kompetensi/
In
A

yurisdiksi absolut kepada arbitrase untuk menyelesaikannya;


Bahwa dengan adanya klausula arbitrase yang menyepakati penyelesaian
ah

lik

sengketa melalui forum arbitrase, maka demi hukum (van rechtswege, ipso
jure) secara absolut pengadilan negeri tidak berwenang/tidak kompeten
m

ub

lagi untuk mengadili sengketa antara para pihak yang timbul dari perjanjian
itu;
ka

Bahwa apabila ada pihak yang mengajukan penyelesaian sengketanya ke


ep

Pengadilan Negeri, maka Pengadilan Negeri tersebut wajib menolaknya


ah

dan dilarang campur tangan atas penyelesaiannya;


R

Bahwa rumusan klausula arbitrase yang disepakati bersifaf general, yaitu


es

yang menyatakan bahwa semua sengketa atau setiap sengketa yang


M

ng

timbul dari perjanjian harus diselesaikan melalui arbitrase, dapat diartikan


on

segala sengketa apa saja yang timbul dari perjanjian, apakah itu
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Halaman 32 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.

R
wanprestasi atau perbuatan melawan hukum, maka penyelesaian sengketa

si
tersebut menjadi kompetensi absolut (absolute competence) dari arbitrase;
Bahwa apabila bunyi klausula arbitrase “segala sengketa yang timbul dari

ne
ng
atau sehubungan dengan perjanjian termasuk setiap pertanyaan mengenai
keberadaan, keabsahan atau pengakhirannya harus diselesaikan melalui

do
gu arbitrase”, dengan demikian maka seluruh sengketa yang timbul dari
perjanjian terkait, termasuk sengketa tentang keabsahan perjanjian

In
A
maupun pembatalah perjanjian, tunduk pada klausula arbitrase sehingga
Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa- sengketa
dimaksud;
ah

lik
Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1925 KUHPerdata dan Pasal 174
HIR, maka fakta yang diakui para pihak tersebut mempunyai nilai
am

ub
pembuktian yang sempurna dan mengikat (volledig bindende kracht);
Bahwa gugatan adalah gugatan kabur sehingga terhadapnya harus
ep
dijatuhkan putusan dinyatakan tidak dapat diterima apabila gugatan
k

perbuatan melawan hukum yang petitumnya meminta agar Tergugat


ah

dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum namun dalam


R

si
positanya mempersoalkan tentang adanya penipuan dalam perjanjian;
Bahwa apabila gugatan berdasarkan pada adanya penipuan dalam

ne
ng

perjanjian, berarti dalam perjanjian terkandung cacat kehendak, sehingga


landasan hukum gugatan adalah Pasal 1321 KUHPerdata jo Pasal 1320

do
gu

ayat (1) KUHPerdata;


Bahwa apabila dalil gugatan adalah perbuatan melawan hukum , maka
landasan hukumnya adalah Pasal 1365 KUHPerdata jo Pasal 1352
In
A

KUHPerdata, yaitu adanya suatu perbuatan yang salah karena perbuatan


itu melanggar hukum, melanggar hak orang lain, kewajiban hukum si
ah

lik

pembuat, kesusilaan yang baik atau kelayakan yang semestinya di dalam


pergaulan hidup;
m

ub

Bahwa oleh karena dalil perbuatan melawan hukum bukan lahir dari
perjanjian maka tidak ada dasar hukum untuk menuntut pembatalan
ka

perjanjian berdasarkan dalil perbuatan melawan hukum;


ep

Menimbang, bahwa selanjutnya segala sesuatu yang termuat dalam berita


ah

acara persidangan perkara ini, yang untuk ringkasnya putusan ini dianggap telah
R

termuat dan menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dengan putusan ini;
es

Menimbang, bahwa akhirnya para pihak menyatakan tidak ada hal-hal


M

ng

yang diajukan lagi dan mohon putusan;


on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R
Halaman 33 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.

si
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

ne
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat yang pada

ng
pokoknya adalah mengenai perbuatan melawan hukum dan pembatalan
perjanjian;

do
gu Menimbang, bahwa dalam jawabannya, Tegugat mengajukan eksepsi
tentang kewenangan mengadili/kompetensi absolut dan kompetensi relatif;

In
Menimbang, bahwa eksepsi tentang kewenangan mengadili/kompetensi
A
absolut yang didalilkan oleh Tergugat pada pokoknya adalah bahwa Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang secara absolut untuk mengadili perkara ini
ah

lik
karena satu-atunya dasar hubungan hukum antara Penggugat dan Tergugat,
yaitu Perjanjian Utang Piutang, mengatur bahwa segala sengketa yang timbul
am

ub
menyangkut perjanjian tersebut harus diselesaikan melalui Arbitrase;
Menimbang, bahwa ekspesi tentang kewenangan mengadili/kompetensi
relatif yang didalilkan oleh Tergugat adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
ep
k

tidak berwenang secara relatif untuk mengadili perkara ini karena sesuai
ah

pedoman Mahkamah Agung gugatan terhadap Tergugat yang berdomisili di luar


R

si
negeri (In casu Jerman) harus diajukan kepada Pengadilan Negeri tempat
kedudukan Penggugat (In Casu Pengadilan Negeri Jakarta Barat);

ne
ng

Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Tergugat mohon


kiranya Pengadilan/Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini,

do
berkenan memutuskan terlebih dahulu Eksepsi Tergugat, sebelum pokok
gu

perkara, sebagai berikut:


Menerima dan mengabulkan eksepsi Tergugat tersebut;
In
A

Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang mengadili


perkara ini;
ah

lik

Menolak gugatan Penggugat seluruhnya, dan atau setidak-tidaknya


menyatakan gugatan Penggugat tersebut tidak dapat diterima ;
m

ub

Menghukum Penggugat untuk membayar semua biaya perkara ini;


Menimbang, bahwa terhadap eksepsi-eksepsi tersebut Penggugat
ka

mengajukan tanggapan, dalam repliknya, sebagai berikut:


ep

1. Bahwa gugatan a quo diajukan sehubungan dengan Perbuatan Melanggar


Hukum yang dilakukan oleh Tergugat, yaitu dimana Tergugat melakukan
ah

tipu muslihat dengan cara tidak memberikan suku cadang kepada


es

Penggugat sehingga mengakibatkan Penggugat tidak mampu untuk


M

ng

membayar angsuran, yang lebih jauh lagi mengakibatkan Tergugat


on

menagih pelunasan atas harga mesin-mesin tersebut;


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Halaman 34 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.

a
2. Bahwa klausula arbitrase yang dicantumkan dalam Equipment Payment

si
Rescheduling Agreement tertanggal 26 Agustus 1999 dan Agreement on
Fiduciary Transfer of Proprietary Rights for Security Puspose (Equipment)

ne
ng
tertanggal 26 Agustus 1999 ("Perjanjian) atau perjanjian manapun antara
Penggugat dengan Tergugat, tidak mencakup suatu peristiwa Perbuatan

do
gu Melanggar Hukum, sehingga dengan demikian gugatan a quo mengenai
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh Tergugat tidak tunduk
pada pilihan hukum yang telah diatur dalam Perjanjian, oleh karena itu

In
A
Penggugat berhak mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum
kepada Tergugat di pengadilan Jakarta Pusat. Oleh karena itu Pengadilan
ah

lik
Negeri berwenang memeriksa, mengadili dan memutus perkara a quo
sehingga Eksepsi Kompetensi Absolut yang diajukan Tergugat tidak
am

ub
berdasar hukum dan harus dikesampingkan;
3 Bahwa mengenai eksepsi kompetensi relatif yang diajukan oleh Tergugat,
Penggugat berpendapat bahwa gugatan a quo didaftarkan di Pengadilan
ep
k

Negeri Jakarta Pusat justru berdasarkan hukum acara perdata (vide Pasal
ah

6 ayat (8) jo Pasal 8 ayat (1) RV dan semata-mata untuk memudahkan


R
proses administrasi pemanggilan persidangan yang mana suatu gugatan

si
terhadap seseorang yang berkedudukan di luar negeri adalah melalui

ne
ng

Direktorat Jenderal Protokol Dan Konsuler Kementerian Luar Negeri, yang


berkedudukan di Jakarta Pusat, sehingga dengan demikian Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat berwenang dalam memeriksa, mengadili dan

do
gu

memutus perkara a quo, sehingga dengan demikian Ekspesi Kompetensi


Relatif yang diajukan oleh Tergugat tidak berdasar hukum dan harus di
In
A

kesampingkan;
Menimbang, bahwa oleh karena eksepsi Tergugat mengenai kewenangan
ah

mengadili (kompetensi absolut/relatif) maka berdasarkan ketentuan Pasal 136


lik

HIR Pengadilan harus mempertimbangkan terlebih dahulu eksepsi tersebut;


Menimbang, bahwa Penggugat dalam posita gugatan point 1 menyatakan
m

ub

telah menandatangani suatu perjanjian Akta Sale and Purchase Contract with
Security of Fiduciary Transfer of Ownership No. 76 tertanggal 24 Februari 1995
ka

ep

dibuat dihadapan Turut Tergugat (“Sale and Purchase Contract No. 76/1995”),
sebagaimana telah beberapa kali diperbaharui melalui Equipment Payment
ah

Rescheduling Agreement tertanggal 26 Agustus 1999 dan Agreement on


R

Fiduciary Transfer of Proprietary Rights for Security Purposes (Equipment)


es
M

tertanggal 26 Agustus 1999 sebagaimana terakhir kali


ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Halaman 35 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.

si
diperbaharui melalui Amendment to Equipment Payment Rescheduling
Agreement tertanggal 22 Desember 2004 yang dibuat dibawah tangan;

ne
ng
Menimbang, bahwa selanjutnya Tergugat dalam jawabannya menyatakan
bahwa inti dari sengketa ini berawal dari perjanjian jual beli 57 unit mesin rajut

do
("Mesin Rajut Produksi
gu Tergugat") antara Tergugat selaku penjual dan
Penggugat selaku pembeli sebagaimana tertuang dalam Sale and Purchase
Contract tertanggal 24 Februari 1995 ("Perjanjian Jual Beli"); Sebagaimana

In
A
diakui oleh Penggugat (vide butir 4 gugatan), Tergugat selaku penjual telah
melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian Jual Beli, yaitu
ah

lik
menyerahkan 57 unit Mesin Rajut Produksi Tergugat kepada Penggugat selaku
pembeli. Sebaliknya, Penggugat gagal untuk menyelesaikan kewajibannya
am

ub
kepada Tergugat, yaitu melunasi pembayaran atas harga Mesin Rajut Produksi
Tergugat, hal mana juga diakui oleh Pengugat (vide butir 7 gugatan); (a). Butir 4
gugatan Penggugat "... Penggugat hanya pihak yang menggunakan mesin rajut. .
ep
k

(b). Butir 7 gugatan Penggugat"... dengan tidak


adanya produksi kain menyebabkan penjualan Penggugat turun drastis dan
ah

R
berakibat kepada tidak mempunyai kemampuan untuk membayar angsuran

si
pelunasan harga mesin tersebut";

ne
ng

Menimbang, bahwa selanjutnya disebutkan: dalam perkembangannya,


Perjanjian Jual Beli telah dinovasi menjadi perjanjian utang piutang biasa, yaitu
Equipment Payment Rescheduling Agreement tertanggal 26 Agustus 1999,

do
gu

dengan syarat-syarat dan ketentuan yang baru atau berbeda dengan Perjanjian
Jual Beli. Karenanya, Perjanjian Jual Beli demi hukum telah berakhir sesuai
In
A

dengan ketentuan Pasal 1381 Kitab Undang-undang Hukum Perdata ("KU H


Perdata"), yaitu “Perikatan hapus: Karena pembaruan hutang (novasi)”.
Kewajiban pembayaran utang dari Penggugat kepada Tergugat berdasarkan
ah

lik

Equipment Payment Rescheduling Agreement tertanggal 26 Agustus 1999


dijamin dengan Agreement on Fiduciary Transfer of Propriety Rights for Security
m

ub

Purposes tertanggal 26 Agustus 1999. Pada tanggal 22 Desember 2004


Penggugat dan Tergugat sepakat untuk mengamandemen Equipment Payment
ka

ep

Rescheduling Agreement tertanggal 26 Agustus 1999 melaui Amendment to


Equipment Payment Rescheduling Agreement; Equipment Payment
ah

Rescheduling Agreement tertanggal 26 Agustus 1999, Agreement on Fiduciary


R

Transfer of Propriety Rights for Security Purposes tertanggal 26 Agustus 1999


es
M

dan Amendment to Equipment Payment Rescheduling Agreement tertanggal 22


ng

Desember 2004 secara bersama-sama disebut sebagai ("Perjanjian Utang


on

Piutang”);
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Halaman 36 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.

si
Menimbang, bahwa mengacu pada apa yang dikemukakan Penggugat
pada point awal gugatan dan apa yang dikemukakan Tergugat dalam

ne
ng
jawabannya, maka Majelis Hakim menyimpulkan yang berlaku bukan lagi Sale
and Purchase Contract tertanggal 24 Februari 1995 ("Perjanjian Jual Beli");

do
melainkan Equipment Payment Rescheduling Agreement tertanggal 26 Agustus
gu
1999 yang dijamin dengan Agreement on Fiduciary Transfer of Propriety Rights
for Security Purposes tertanggal 26 Agustus 1999 dan Amendment to Equipment

In
A
Payment Rescheduling Agreement tertanggal 22 Desember 2004;
Menimbang, bahwa Tergugat telah mengajukan bukti T-1, fotocopy dari
ah

lik
fotocopy “Equipment Payment Rescheduling Dated 26 August 1999” dan bukti T-
1T, fotocopy yang telah dicocokkan dengan aslinya “Terjemahan Resmi
am

ub
Perjanjian Penjadwalan Ulang Pembayaran Peralatan Tanggal 26 Agustus
1999”. Kedua bukti tersebut adalah sama namun dalam bahasa yang berbeda.
Meskipun bukti T-1 hanya merupakan fotocopy dari fotocopy, sedangkan untuk
ep
k

itu tidak ada keberatan dari Penggugat, maka Majelis Hakim dapat menerimanya
sebagai alat bukti yang sah menurut hukum sebagaimana halnya dengan bukti T-
ah

R
1T;

si
Menimbang, bahwa dalam bukti T-1, halaman 9, butir 13.2 (dalam bahasa

ne
ng

Inggris) atau setelah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagaimana


tersebut dalam bukti T-1T, halaman 23 butir 13.2 dinyatakan: “Apabila
penyelesaian secara musyawarah tidak dapat dicapai, maka setiap perselisihan

do
gu

yang timbul dari atau sehubungan dengan perjanjian ini, termasuk persoalan
mengenai keberadaannya, keberlakuan atau pengakhirannya, akan diserahkan
In
A

kepada dan diselesaikan secara final melalui arbitrase di Jakarta sesuai dengan
Peraturan Badan Arbitrase Nasional (“Peraturan BANI”) yang berlaku pada saat
itu, peraturan mana akan dianggap dicakupkan melalui penyebutannya di dalam
ah

lik

Pasal 13.2 ini. Tribunal akan terdiri dari seorang abitrer yang akan ditunjuk oleh
Ketua BANI, bahasa arbitrase adalah bahasa Inggris”;
m

ub

Menimbang, bahwa bukti-bukti yang lain yang diajukan Tergugat, selain


bukti T-1, T-1T, T-2 dan T-2T, adalah aturan-aturan, yurisprudensi serta
ka

ep

pendapat-pendapat ahli hukum yang pada pokoknya adalah bahwa penyelesaian


sengketa yang timbul dari suatu perjanjian yang menyepakati klausula arbitrase
ah

melahirkan dan mewujudkan kompetensi/yurisdiksi absolut kepada arbitrase


R

untuk menyelesaikannya atau dengan kata lain pengadilan negeri tidak


es
M

berwenang mengadilinya;
ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R
Halaman 37 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.

si
Menimbang, bahwa Ahli yang diajukan oleh Tergugat menerangkan juga

ne
pada pokoknya bahwa dengan adanya klausula arbitrase yang menyepakati

ng
penyelesaian sengketa melalui forum arbitrase, maka demi hukum (van
rechtswege, ipso jure) secara absolut pengadilan negeri tidak berwenang/tidak

do
gu
kompeten lagi untuk mengadili sengketa antara para pihak yang timbul dari
perjanjian itu. Selanjutnya Ahli juga berpendapat bahwa apabila bunyi klausula

In
arbitrase “segala sengketa yang timbul dari atau sehubungan dengan perjanjian
A
termasuk setiap pertanyaan mengenai keberadaan, keabsahan atau
pengakhirannya harus diselesaikan melalui arbitrase”, dengan demikian maka
ah

lik
seluruh sengketa yang timbul dari perjanjian terkait, termasuk sengketa tentang
keabsahan perjanjian maupun pembatalah perjanjian, tunduk pada klausula
am

ub
arbitrase sehingga Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili
sengketa-sengketa dimaksud;
Menimbang, bahwa berdasarkan pendapat Ahli tersebut terakhir, maka
ep
k

menurut pendapat Majelis Hakim, dalil Penggugat, yang menyatakan bahwa


ah

klausula arbitrase yang dicantumkan dalam Equipment Payment Rescheduling


R

si
Agreement tertanggal 26 Agustus 1999 dan Agreement on Fiduciary Transfer of
Proprietary Rights for Security Puspose (Equipment) tertanggal 26 Agustus 1999

ne
ng

(“Perjanjian) atau perjanjian manapun antara Penggugat dengan Tergugat, tidak


mencakup suatu peristiwa Perbuatan Melanggar Hukum, sehingga dengan

do
demikian gugatan a quo mengenai perbuatan melanggar hukum yang dilakukan
gu

oleh Tergugat tidak tunduk pada pilihan hukum yang telah diatur dalam
Perjanjian, oleh karena itu Penggugat berhak mengajukan gugatan perbuatan
In
A

melawan hukum kepada Tergugat di pengadilan Jakarta Pusat. Oleh karena itu
Pengadilan Negeri berwenang memeriksa, mengadili dan memutus perkara a
ah

lik

quo, adalah tidak berdasarkan hukum;


Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Majelis
m

ub

Hakim berpendapat eksepsi Tergugat mengenai kewenangan


mengadili/kompetensi absolut adalah beralasan sehingga harus dikabulkan dan
ka

dengan demikian maka Pengadilan Negeri/Pengadilan Negeri Jakarta Pusat


ep

tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara tersebut;


Menimbang, bahwa mengenai ekspesi kewenangan mengadili/
ah

kompetensi relatif menurut Majelis Hakim tidak perlu dipertimbangkan lagi;


es

Menimbang, bahwa oleh karena eksepsi Tergugat dikabulkan, maka


M

ng

Penggugat dihukum membayar biaya perkara;


Memperhatikan Pasal 136 HIR dan peraturan-peraturan lain yang
on

bersangkutan;
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Halaman 38 dari 39 halaman, Pts. NO.378/G/2013/PN.JKT.PST.

a
R

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
am

ub
ep
k
ah

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
MENGADILI:

a
1. Mengabulkan eksepsi Tergugat;

si
2. Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang mengadili
perkara ini;

ne
ng
3. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp.
316.000, 00 (Tigaratus Enambelasribu Rupiah);

do
gu Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pada hari Senin: tanggal 30 Juni tahun 2014,
oleh kami, Didiek Riyono Putro, S.H., M.Hum., sebagai Hakim Ketua, Heru

In
A
Prakosa, S.H., M.H. dan Mas’ud, S.H., M.H., masing-masing sebagai Hakim
Anggota, putusan tersebut diucapkan pada hari : Rabu, tanggal 3 Juli tahun
ah

lik
2014, dalam persidangan terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua dengan dihadiri
para Hakim Anggota tersebut, dibantu Sri Taslihiyah, S.H., Panitera Pengganti
am

ub
serta dihadiri Kuasa Tergugat tanpa dihadiri Kuasa Penggugat dan juga tanpa
dihadiri Turut Tergugat.
Perincian biaya_:
Hakim-hakim
.................... Anggota: Hakim Ketua,
1. PNBP ............ Rp.
ep
30.000,00;
k

2. ATK ...................... ............ Rp- 75.000,00;


3. Redaksi................ ............ Rp- 5.000,00
ah

3. Materai ................ ............ Rp- 6.000,00;


R

si
4. Panggilan.............. ............ RfL_ 200.000.00 :
Jumlah................... ............ Rp- , 316.000,00;
(Tigaratus Enambelasribu Rupiah)

ne
ng

do
gu

In
A

Paniter
a
Pengga
ah

lik

nti,
m

ub

Sri
Taslihiy
ah, S.H.
ka

ep
ah

Halaman 39 dari 39 halaman, Pts. No.378/G/2013/PN.JKT.PST.


R

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40

You might also like